KOEFISIEN FUGASITAS
RESDI APRIANDI
D1/09220190075
A. PERSAMAAN FUNDAMENTAL
Hubungan antara G dengan T dan P untuk system tertutup :
Untuk fluida fasa tunggal dalam system tertutup tanpa reaksi kimia :
[ ] ∂ ( nG )
∂P T ,n
=nV
[ ] ∂ ( nG )
∂T P,n
=− nS
Diferensial total :
d ( nG )= [ ] [ ]
∂ ( nG )
∂P T ,n
dP+
∂ ( nG )
∂T P,n
dT + ∑
i [ ]
∂ ( nG )
∂ ni T , P , n j≠i
dni
μi≡
[ ]
∂ ( nG )
∂ni T , P , n j≠i
Persamaan untuk menyatakan hubungan antara energy gibbs molar dengan variable canonicalnya
yaitu :
i
d ( nG ) =( nV ) dP−( nS ) dT + ∑ μiβ dniβ
β β β
Perubahan total energi Gibbs untuk sistem merupakan jumlah perubahan dari masing-masing fasa
i i
Secara keseluruhan, system merupakan system tertutup, sehingga persamaan diatas juga berlaku
dnαi dan dniβ
Persamaan di atas ada akibat transfer massa antar fasa
Menurut hokum kekelan massa :
dn i dni 0
dni
i i 0 i
i i
i
Karena dni independen dan sembarang, maka satu-satunya cara agar ruas kiri pers. di atas = 0 nol
adalah bahwa setiap term di dalam tanda kurung = 0:
Jadi pada keadaan keseimbangan, potensial kimia setiap spesies adalah sama di setiap fasa.
Penurunan dengan cara yang sama menunjukkan bahwa pada keadaan keseimbangan, T dan P
kedua fasa adalah sama.
C. PARTIAL PROPERTY
Definisi dari partial molar property
Partial molar property merupakan suatu response function, yang menyatakan perubahan
total property nM akibat penambahan sejumlah diferensial spesies i ke dalam sejumlah tertentu
larutan pada T dan P konstan.
M̄ i≡
[ ]
∂ ( nM )
∂n i T ,P,nj
Mi mewakili U i , Hi , Si , Gi , dll.
When one mole of water is added to a large volume of water at 25 ºC, the volume
increases by 18 cm3.
However, addition of one mole of water to a large volume of pure ethanol results in
an increase in volume of only 14 cm3. The reason that the increase is different is that the
volume occupied by a given number of water molecules depends upon the identity of the
surrounding molecules.
The value 14 cm3 is said to be the partial molar volume of water in ethanol.
Derivatif parsial pada suku ketiga ruas kanan didefinisikan oleh pers. (1.7), sehingga:
d ( nM )=n ( ∂∂MP ) T ,x
dP+n ( ∂∂TM ) P, x
dT + ∑ M̄ i dn i
i
Karena ni = xi n, maka
dni = xi dn + n dxi
d(nM) = n dM + M dn
dM = ( ∂∂MP ) T,x
dP+ ( ∂∂TM ) P, x
dT + ∑ M̄ i dxi
i
Persamaan GIBBS/DUHEM
( ∂∂MP ) T,x
dP+ ( ∂∂TM ) P, x
dT −∑ x i d M̄ i =0
i
∑ x i d M̄i =0
i
ni RT
pi =
Vt
Jika pers. (B) dibagi dengan pers. (A), maka
pi n i
= =x i
P n
pi = yi P (i = 1, 2, . . . , N)
[
V̄ igi =
∂ ( nV ig )
∂ ni ] [
T , P , nj
=
∂ ( n RT / P )
∂ni ] T , P, n
j
=
( )
RT ∂ n
=
P ∂ni n j P
RT
ig ig
V̄ i =V i
Gas ideal merupakan gas model yang terdiri dari molekul-molekul imajiner yang tidak
memiliki volume dan tidak saling berinteraksi
Property setiap spesies tidak dipengaruhi oleh keberadaan spesies lainnya
Property setiap spesies tidak dipengaruhi oleh keberadaan spesies lainnya
Teori GIBBS
Partial molar property (selain volume) dari suatu spesies dalam campuran gas
ideal sama dengan molar property tersebut untuk spesies dalam keadaan murni pada
temperatur campuran tapi tekanannya sama dengan tekanan partial spesies tersebut dalam
campuran.
ig ig
M̄ i ( T , P )=M i ( T , p i )
ig ig
H i ( T , pi )=H i (T , P )
Sehingga :
ig ig
H̄ i ( T , P )=H i ( T , P )
ig ig
H̄ i =H i
Persamaan yang sejenis juga berlaku untuk Uig dan property lain yang tidak tergantung pada
tekanan.
H −∑ y i H i =0
ig ig
ig ig
S̄ i ( T , P )=S i ( T , pi )
Sehingga :
ig ig
S̄ i ( T , P )=S i ( T , P )−R ln y i
ig ig
S̄ i =S i −R ln y i
Menurut summability relation pers (3.12)
S ig =∑ y i S̄ig
i = ∑ y i ( S i −R ln y i )
ig
i i
Sehingga pers (3.21) dapat ditulis sebagai :
S ig =∑ y i Sigi −R ∑ y i ln y i
i i
Perubahan entropy yang menyertai pencampuran gas ideal dapat diperoleh dengan menyusun
ulang pers. (3.22) menjadi:
S −∑ y i Si =−R ∑ y i ln y i
ig ig
i i
Atau:
1
S ig −∑ y i Sigi = R ∑ y i ln
i i yi
Karena 1/yi >1, maka ruas sebelah kanan selalu positif, sesuai dengan hukum kedua
Termodinamika. Jadi proses pencampuran adalah proses ireversibel.
ig ig ig
Ḡi = H̄ i −T S̄i
ig ig ig
Ḡi =H i −T Si + RT ln y i
Atau :
ig ig ig
μi ≡Ḡ i =Gi +RT ln y i
Cara lain untuk menyatakan potensial kimia adalah dengan menggunakan pers. (2.14)
ig ig ig
dGi =− Si dT +V i dP
RT dP
dGigi =V igi dP= dP=RT
P P
Hasil integrasi:
ig
Gi =Γ i ( T )+RT ln P
ig
μi =Γ i ( T )+ RT ln ( y i P )
Gig =∑ y i Γ i ( T )+RT ∑ y i ln ( y i P )
i i
Gi≡Γ i (T ) +RT ln f i
fi
Gi−G ig
i =RT ln
P
Sedangkan rasio fi/P merupakan property baru yang disebut KOEFISIEN FUGASITAS dengan
simbol i.
R
Gi =RT ln φi
R
Gi
ln φ i=
RT
Dengan
fi
φi ≡
P
Definisi dari fugasitas dilengkapi dengan pernyataan bahwa fugasitas zat i murni dalam keadaan
gas ideal adalah sama dengan tekanannya:
ig
f i =P
G iR P dP
=∫ ( Z i −1 )
RT 0 P (T konstan)
P
dP
ln φ i=∫ ( Z i−1 )
0 P (T konstan)
Persamaan (3.31) dapat langsung digunakan untuk meng-hitung koefisien fugasitas zat murni i
dengan menggunakan persamaan keadaan dalam bentuk volume explicit. Contoh persamaan
keadaan dalam bentuk volume explicit adalah pers. Virial 2 suku:
(T konstan)
Karena Bi hanya tergantung pada temperatur, maka
P
Bi
ln φ i=
RT
∫ dP
0 (T konstan)
Bi P
ln φ i=
RT (T konstan)
Proses perubahan fasa dari uap menjadi cair atau sebaliknya terjadi pada T dan P konstan (P isat).
Cara lain
f isat
φisat =
Psat
i
Sehingga
V L sat
φi =φi =φi
Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada bersama-sama jika keduanya memiliki temperatur,
tekanan dan koefisien fugasitas yang sama.
Dalam hal ini kita memiliki 5 persamaan dengan 6 buah variabel (T, P, V V, VL, V, dan L).
Agar persamaan tersebut dapat diselesaikan maka jumlah persamaan harus sama dengan jumlah
variabel, atau derajat kebebasan harus sama dengan nol.
Hal ini berarti bahwa kelima persamaan tersebut dapat diselesaikan hanya bila salah satu variable
bebas ditentukan nilainya.
Dalam hal keseimbangan fasa-uap cair zat murni, variabel bebas yang dipilih adalah T atau P.
Jika yang ditentukan adalah T, maka serangkaian persamaan tersebut dapat digunakan untuk
menghitung tekanan jenuh atau tekanan uap jenuh.
Sistem persamaan tersebut pada dasarnya dapat direduksi menjadi satu persamaan:
V L
φ =φ
Atau
V
φ
f ( P )= −1=0
φL
Jadi intinya adalah kita akan menyelesaikan satu persamaan (pers. f) dengan satu variabel, yaitu
P.
Yang menjadi masalah adalah bahwa persamaan tersebut bukan merupakan persamaan linier.
Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan persamaan tersebut adalah dengan cara
NUMERIK.
Algoritma:
Tebak nilai P
Hitung VV
Hitung VL
ALGORITMA:
Hitung fL fR
i=0
xR = xL
xL = xR – x
Kembali ke langkah 2
xL = xR
xR = xL + x
Kembali ke langkah 2
Hitung xM:
Hitung fM = f(xM)
Hitung fL fM
xL = xM
xR = xR
Hitung fL dan fR
Kembali ke langkah 7
xL = xL
xR = xM
Hitung fL dan fR
Kembali ke langkah 7
CONTOH SOAL :
Data eksperimental untuk tekanan uap n-heksana pada 100C adalah 5,86 atm.
Prediksikan tekanan uap tersebut dengan menggunakan persamaan RK dan SRK
PENYELESAIAN
RT aα
P= −
V −b V (V +b )
Tc = 469,7 K
Pc = 33,25 atm
R Tc
b=0 , 08662 =0 , 1004
Pc
−1/2
α=T −1/2
r =( 0 ,7944 ) =1 , 1219
VV dan VL dihitung sebagai akar terbesar dan terkecil dari persamaan kubik. Selesaikan
persamaan kubik dengan metoda analitis.
μi≡Γ i ( T ) + RT ln f^ i
Adalah fugasitas spesies i dalam larutan bukan merupakan partial molar property
f^ iα= f^ iβ =. . .= ^f πi
G. FUNDAMENTAL RESIDUAL-PROPERTY RELATION
Besaran yang berhubungan dengan nG yang banyak digunakan adalah (nG/RT).
Jika dideferensialkan:
Sehingga diperoleh:
μ
d ( )
nG nV
=
RT RT
dP−
nS
RT i RT
nG
dT + ∑ i dn i− 2 dT
RT
Ḡ
d ( )
nG nV
=
RT RT
n
dP− 2 ( TS+G ) dT + ∑ i dni
RT i RT
Ḡ
d ( )
nG nV
=
RT RT
nH
dP− 2 dT + ∑ i dni
RT i RT
d ( )
nG R nV R
RT
=
RT
nH R
dP− 2 dT + ∑ ln φ^ i dni
RT i
[
V R ∂ ( nG /RT )
]
R
=
RT ∂P T,x
HR
RT
=−T [
∂ ( nG R /RT )
∂T ] P, x
ln φ^ i=
[
∂ ( nG R /RT )
∂ni ] T , P,n j
[ ∂ ( nGR /RT )
] [ ]
P
∂ ( nZ−n ) dP
=∫
∂ ni T ,P,nj 0 ∂ ni T , P ,n P
j
[ ]
∂ ( nZ ) P
dP
Z̄ i = ln φ^ i=∫ ( Z̄ i−1 )
∂n i T , P , nj 0 P
BP
Z =1+
RT
nBP
nZ=n+
RT
Z̄ i =
[ ]
∂ ( nZ )
∂n i T , P , nj
=1+
RT ∂ni [ ]
P ∂ ( nB )
T ,n j
[ ]
P
1 ∂ ( nB )
=
RT
∫ ∂ni
dP
0 T ,nj
Koefisien virial kedua (B) dalam pers. di atas adalah koefisien untuk campuran:
B=∑ ∑ y i y j Bij
i j
B=∑ ∑ y i y j Bij
Untuk campuran 2 komponen i j
2 2
B= y 1 B11 +2 y 1 y 2 B12+ y 2 B 22
[( ) ( ) ( ) ]
2 2
n1 n1 n 2 n2
nB=n B11 +2 B 12+ B 22
n n2 n
1
nB= (n 21 B 11+2 n1 n2 B12+n22 B22 )
n
[ ]
∂ ( nB )
∂n1 T , n2
=−
1 2
n
2 ( 1 11
n B +2 n 1 n 2 B12 +n 2 B22 ) +
2
1
+
n
( 2 n1 B11+2 n 2 B 12)
[ ]
∂ ( nB )
∂n1 T , n2
=−( y 1 B11 +2 y 1 y 2 B12 + y 2 B22 ) +
2 2
+ ( 2 y 1 B11+2 y 2 B12 )
[ ]
∂ ( nB )
∂ni T ,n j
=− B+2 ∑ y j B ij
j
CONTOH SOAL :
Hitung koefisien fugasitas N2 (1) dan CH4 (2) yang berada dalam campuran dengan
komposisi y1 = 0,4 pada 200 K dan 30 bar. Data eksperimental untuk koefisien virial kedua:
PENYELESAIAN :
ln φ^ i=
[ ]
P ∂ ( nB )
RT ∂ni T ,nj
[ ]
∂ ( nB )
∂ni
=− B+2 ∑ y j B ij
T ,n j j
B=∑ ∑ y i y j Bij
i j
RT d ln ^f i=V̄ i dP=
∂ ( nV )
∂ ni
dP
[ ]
dP dapat dieliminasi dengan bantuan aturan berantai untuk diferensial parsial:
[ ∂ ( nV )
∂ ni (] ) [ ∂∂( nVP ) ]=− 1
∂ni
∂P
[ ] ∂ ( nV )
∂ ni
dP=−
∂P
∂ni
d ( nV )
( )
Sehingga :
RT d ln ^f i=−
∂P
∂n i
d ( nV )
( )
Jika kedua sisi pers. (2.61) ditambah dengan RT d ln (V/RT) maka:
f^ i V
RT d ln
RT
=−
∂P
∂ ni( )
d ( nV ) +RT d ln
V
RT
=−
[( ) ]
∂ P RT
+
∂n i nV
d ( nV )
Mengingat bahwa :
f^ i V f^ i
lim ln =lim ln =ln y i
V →∞ RT P→ 0 P
Maka :
ln f^ i
[( ) ]
^f V V
∂ P RT
RT ∫ d ln
i
=∫ −
RT ∞
+
∂ ni nV
d ( nV )
ln y i
( ) [( ) ]
^f V ∞
∂P RT
−ln y i =∫
i
RT ln − d ( nV )
RT V ∂ ni nV
[( ∂n ) nV ]
∞
∂P RT V
RT ( ln f^ −ln y )=∫
i −i d ( nV ) +RT ln
V i RT
( ) [( ) ]
^f ∞
∂P RT V
=∫
i
RT ln − d ( nV )−RT ln
yi V ∂ ni nV RT
( ) ∫ [( ) ]
^f ∞
i ∂P RT PV
RT ln = − d ( nV )−RT ln
yi P V ∂ ni nV RT
[( ) ]
∞
∂ P RT
RT ln { φ^ i =∫ − d ( nV )−RT ln Z ¿
V ∂ni nV
ln { φ^ i =
[( 1 ∂ ( nb m)
V −b m ∂ ni ) −ln
V −bm
V
−ln Z ¿ ( )]
[( ]
( aα )m V ∂ ( nbm )
−
bm RT V + εbm ) ( V +σbm ) ∂ni
{ [
1 ∂ ( n ( aα )m )
] } ( )
2
( aα )m 1 1 ∂ ( nbm ) V + εb m
− − ln
( ε−σ ) bm RT ( aα )m n ∂ ni b m ∂ni V +σbm
1 ∂ [ n ( aα )m ]
2
=2 ∑ y j ( aα )ij
Dengan : n ∂ni j
∂ ( nb m )
=bi
∂ ni
ln { φ^ i =
[( ) bi
V −b m
−ln
V −b m
V (a b
−ln Z− m i ¿
b m RTV )]
Redlich-Kwong:
ln { φ^ i =
[( ) ( )] bi
V −b m
−ln
V −b m
V
−ln Z ¿ −
( aα )m
bm RT [ bi
( V + bm ) ]
{ }(
2 ∑ y j ( aα )ij
)
( aα )m j bi V
+ − ln
bm RT ( aα )m bm V +b m
Soave-Redlich-Kwong:
ˆ i bi V bm ln Z
a m bi
ln V b ln
V
b m RT V b
m m
{ }(
2 ∑ y j ( aα )ij
)
( aα )m j bi V
+ − ln
bm RT ( aα )m bm V +b m
Peng-Robinson:
{ }(
2 ∑ y j ( aα )ij
−
( aα )m
2 , 828 b m RT
j
( aα )m
−
bi
bm
ln
V +2 ,414 b m
V −0 ,414 bm )