Anda di halaman 1dari 22

RINGKASAN MATERI

“ TERMODINAMIKA TEKNIK KIMIA II “

KOEFISIEN FUGASITAS

RESDI APRIANDI

D1/09220190075

A. PERSAMAAN FUNDAMENTAL
Hubungan antara G dengan T dan P untuk system tertutup :

d(nG) = (nV) dP – (nS) dT pers 1.1

Untuk fluida fasa tunggal dalam system tertutup tanpa reaksi kimia :

[ ] ∂ ( nG )
∂P T ,n
=nV

[ ] ∂ ( nG )
∂T P,n
=− nS

Diferensial total :

d ( nG )= [ ] [ ]
∂ ( nG )
∂P T ,n
dP+
∂ ( nG )
∂T P,n
dT + ∑
i [ ]
∂ ( nG )
∂ ni T , P , n j≠i
dni

Potensi kimia didefinisikan sebagai :

μi≡
[ ]
∂ ( nG )
∂ni T , P , n j≠i

Sehingga di dapatkan persamaan menjadi :

d ( nG )=( nV ) dP−( nS ) dT + ∑ μ i dni


i

Persamaan untuk menyatakan hubungan antara energy gibbs molar dengan variable canonicalnya
yaitu :

S=− ( ∂G∂ T ) P,x


V= ( ∂G∂ P )T,x

B. POTENSIAL KIMIA DAN KESEIMBANGAN FASA


Ditinjau satu sistem tertutup yang terdiri dari dua fasa yang berada dalam keadaan keseimbangan.
Setiap fasa berlaku sebagai satu sistem terbuka
d ( nG ) =( nV ) dP−( nS ) dT + ∑ μiα dnαi
α α α

i
d ( nG ) =( nV ) dP−( nS ) dT + ∑ μiβ dniβ
β β β

Perubahan total energi Gibbs untuk sistem merupakan jumlah perubahan dari masing-masing fasa

d ( nG )=( nV ) dP−( nS ) dT + ∑ μ i dni + ∑ μi dni


α α β β

i i

Secara keseluruhan, system merupakan system tertutup, sehingga persamaan diatas juga berlaku
dnαi dan dniβ
Persamaan di atas ada akibat transfer massa antar fasa
Menurut hokum kekelan massa :

dni   dni   i dni   i dni  0


i i
    i dni    i dni  0
 dn  dn i i i i

       dn   i dni   0
 
dni
 
i i 0 i
i i
i

Karena dni independen dan sembarang, maka satu-satunya cara agar ruas kiri pers. di atas = 0 nol
adalah bahwa setiap term di dalam tanda kurung = 0:

Jadi pada keadaan keseimbangan, potensial kimia setiap spesies adalah sama di setiap fasa.

Penurunan dengan cara yang sama menunjukkan bahwa pada keadaan keseimbangan, T dan P
kedua fasa adalah sama.

Untuk sistem yang terdiri dari lebih dari 2 fasa:


α β π
μi =μi =. . . =μi (i = 1, 2, . . . , N)

C. PARTIAL PROPERTY
Definisi dari partial molar property
Partial molar property merupakan suatu response function, yang menyatakan perubahan
total property nM akibat penambahan sejumlah diferensial spesies i ke dalam sejumlah tertentu
larutan pada T dan P konstan.

M̄ i≡
[ ]
∂ ( nM )
∂n i T ,P,nj
Mi mewakili U i , Hi , Si , Gi , dll.

When one mole of water is added to a large volume of water at 25 ºC, the volume
increases by 18 cm3.

The molar volume of pure water would thus be reported as 18 cm 3 mol-1.

However, addition of one mole of water to a large volume of pure ethanol results in
an increase in volume of only 14 cm3. The reason that the increase is different is that the
volume occupied by a given number of water molecules depends upon the identity of the
surrounding molecules.
The value 14 cm3 is said to be the partial molar volume of water in ethanol.

HUBUNGAN ANTARA MOLAR PROPERTY DAN PARTIAL MOLAR PROPERTY

Derivatif parsial pada suku ketiga ruas kanan didefinisikan oleh pers. (1.7), sehingga:

d ( nM )=n ( ∂∂MP ) T ,x
dP+n ( ∂∂TM ) P, x
dT + ∑ M̄ i dn i
i

Karena ni = xi n, maka

dni = xi dn + n dxi

Sedangkan d(nM) dapat diganti dengan:

d(nM) = n dM + M dn

n dan dn masing-masing independen dan sembarang, sehingga satu-satunya cara


untuk membuat ruas kanan sama dengan nol adalah dengan membuat term yang berada
dalam kurung sama dengan nol.

dM− ( ∂∂MP ) T,x


dP− ( ∂∂MT ) P,x
dT −∑ M̄ i dx i =0
i

dM = ( ∂∂MP ) T,x
dP+ ( ∂∂TM ) P, x
dT + ∑ M̄ i dxi
i

Persamaan GIBBS/DUHEM

( ∂∂MP ) T,x
dP+ ( ∂∂TM ) P, x
dT −∑ x i d M̄ i =0
i

Untuk proses yang berlangsung pada T dan P konstan:

∑ x i d M̄i =0
i

D. CAMPURAN GAS IDEAL


Jika n mol gas ideal memenuhi ruangan dengan volume V t pada temperatur T, maka
tekanannya adalah:
nRT
P=
Vt
Jika ni mol spesies i dalam campuran ini memenuhi ruangan yang sama, maka tekanannya:

ni RT
pi =
Vt
Jika pers. (B) dibagi dengan pers. (A), maka
pi n i
= =x i
P n
pi = yi P (i = 1, 2, . . . , N)

Partial molar volume untuk gas ideal

[
V̄ igi =
∂ ( nV ig )
∂ ni ] [
T , P , nj
=
∂ ( n RT / P )
∂ni ] T , P, n
j

=
( )
RT ∂ n
=
P ∂ni n j P
RT

Jadi untuk gas ideal :

ig ig
V̄ i =V i

 Gas ideal merupakan gas model yang terdiri dari molekul-molekul imajiner yang tidak
memiliki volume dan tidak saling berinteraksi
 Property setiap spesies tidak dipengaruhi oleh keberadaan spesies lainnya
 Property setiap spesies tidak dipengaruhi oleh keberadaan spesies lainnya

Teori GIBBS
Partial molar property (selain volume) dari suatu spesies dalam campuran gas
ideal sama dengan molar property tersebut untuk spesies dalam keadaan murni pada
temperatur campuran tapi tekanannya sama dengan tekanan partial spesies tersebut dalam
campuran.

Pernyataan matematis untuk teori Gibbs:

ig ig
M̄ i ( T , P )=M i ( T , p i )

Karnena enthalphy tidak tergantung pada P, maka

ig ig
H i ( T , pi )=H i (T , P )

Sehingga :
ig ig
H̄ i ( T , P )=H i ( T , P )

ig ig
H̄ i =H i

Persamaan yang sejenis juga berlaku untuk Uig dan property lain yang tidak tergantung pada
tekanan.

H −∑ y i H i =0
ig ig

Untuk gas ideal, perubahan enthalpy pencampuran = 0

Untuk gas ideal

Jika di masukkan ke pers (2.25)

Jika di masukkan ke pers (2.26)

Untuk proses ada T konstan :


Menurut per. (3.16)

ig ig
S̄ i ( T , P )=S i ( T , pi )

Sehingga :

ig ig
S̄ i ( T , P )=S i ( T , P )−R ln y i

ig ig
S̄ i =S i −R ln y i
Menurut summability relation pers (3.12)

S ig =∑ y i S̄ig
i = ∑ y i ( S i −R ln y i )
ig

i i
Sehingga pers (3.21) dapat ditulis sebagai :

S ig =∑ y i Sigi −R ∑ y i ln y i
i i

Perubahan entropy yang menyertai pencampuran gas ideal dapat diperoleh dengan menyusun
ulang pers. (3.22) menjadi:

S −∑ y i Si =−R ∑ y i ln y i
ig ig

i i
Atau:

1
S ig −∑ y i Sigi = R ∑ y i ln
i i yi

Karena 1/yi >1, maka ruas sebelah kanan selalu positif, sesuai dengan hukum kedua
Termodinamika. Jadi proses pencampuran adalah proses ireversibel.

Energi bebas Gibbs untuk campuran gas ideal:

Gig = Hig – T Sig


Untuk partial property :

ig ig ig
Ḡi = H̄ i −T S̄i

Substitusi pers. (3.17) dan (3.21) ke persamaan di atas:

ig ig ig
Ḡi =H i −T Si + RT ln y i
Atau :

ig ig ig
μi ≡Ḡ i =Gi +RT ln y i

Cara lain untuk menyatakan potensial kimia adalah dengan menggunakan pers. (2.14)

ig ig ig
dGi =− Si dT +V i dP

Pada temperatur konstan:

RT dP
dGigi =V igi dP= dP=RT
P P

Hasil integrasi:

ig
Gi =Γ i ( T )+RT ln P

Jika digabung dengan pers. (3.23):

ig
μi =Γ i ( T )+ RT ln ( y i P )

Energi Gibbs untuk campuran gas ideal:

Gig =∑ y i Γ i ( T )+RT ∑ y i ln ( y i P )
i i

E. FUGASITAS DAN KOEFISIEN FUGASITAS UNTUK ZAT MURNI


Persamaan yang analog untuk fluida nyata

Gi≡Γ i (T ) +RT ln f i

Dengan fi adalah fugasitas zat murni


Pengurangan pers 3.24 dengan 3.27 menghasilkan

fi
Gi−G ig
i =RT ln
P

Sedangkan rasio fi/P merupakan property baru yang disebut KOEFISIEN FUGASITAS dengan
simbol i.

R
Gi =RT ln φi
R
Gi
ln φ i=
RT
Dengan

fi
φi ≡
P

Definisi dari fugasitas dilengkapi dengan pernyataan bahwa fugasitas zat i murni dalam keadaan
gas ideal adalah sama dengan tekanannya:
ig
f i =P

Sehingga untuk gas ideal GR = 0 dan i = 1.


Menurut pers. (2.46):

G iR P dP
=∫ ( Z i −1 )
RT 0 P (T konstan)

Persamaan (3.28) dan (2.46) dapat disusun ulang menjadi:

P
dP
ln φ i=∫ ( Z i−1 )
0 P (T konstan)

Persamaan (3.31) dapat langsung digunakan untuk meng-hitung koefisien fugasitas zat murni i
dengan menggunakan persamaan keadaan dalam bentuk volume explicit. Contoh persamaan
keadaan dalam bentuk volume explicit adalah pers. Virial 2 suku:

(T konstan)
Karena Bi hanya tergantung pada temperatur, maka
P
Bi
ln φ i=
RT
∫ dP
0 (T konstan)

Bi P
ln φ i=
RT (T konstan)

KOEFISIEN FUGASITAS SENYAWA MURNI DARI BEBERAPA PERSAMAAN


KEADAAN:
KESETIMBANGAN FASA UAP CAIR UNTUK ZAT MURNI

Pers. (3.27) untuk zat murni i dalam keadaan uap jenuh


V V
Gi ≡Γ i (T ) +RT ln f i
Untuk cair jenuh:
L L
Gi ≡Γ i ( T )+RT ln f i
Jika keduanya dikurangkan:
V
fi
GVi −GiL=RT ln L
fi

Proses perubahan fasa dari uap menjadi cair atau sebaliknya terjadi pada T dan P konstan (P isat).

Pada kondisi ini:


V L
Gi −Gi =0
Sehingga:
V L sat
f i =f i =f i
Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada bersama-sama jika keduanya memiliki temperatur,
tekanan dan fugasitas yang sama.

Cara lain

f isat
φisat =
Psat
i

Sehingga
V L sat
φi =φi =φi
Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada bersama-sama jika keduanya memiliki temperatur,
tekanan dan koefisien fugasitas yang sama.

Dalam hal ini kita memiliki 5 persamaan dengan 6 buah variabel (T, P, V V, VL, V, dan L).

Agar persamaan tersebut dapat diselesaikan maka jumlah persamaan harus sama dengan jumlah
variabel, atau derajat kebebasan harus sama dengan nol.

derajat kebebasan = jml variabel bebas – jml persamaan

Dalam hal ini:


derajat kebebasan = 6 – 5 = 1

Hal ini berarti bahwa kelima persamaan tersebut dapat diselesaikan hanya bila salah satu variable
bebas ditentukan nilainya.

Dalam hal keseimbangan fasa-uap cair zat murni, variabel bebas yang dipilih adalah T atau P.

Jika yang ditentukan adalah T, maka serangkaian persamaan tersebut dapat digunakan untuk
menghitung tekanan jenuh atau tekanan uap jenuh.

Sistem persamaan tersebut pada dasarnya dapat direduksi menjadi satu persamaan:
V L
φ =φ
Atau
V
φ
f ( P )= −1=0
φL
Jadi intinya adalah kita akan menyelesaikan satu persamaan (pers. f) dengan satu variabel, yaitu
P.

Yang menjadi masalah adalah bahwa persamaan tersebut bukan merupakan persamaan linier.

Cara yang paling mudah untuk menyelesaikan persamaan tersebut adalah dengan cara
NUMERIK.

Algoritma:

 Tebak nilai P

 Hitung ZV dan ZL dengan metoda analitis

 Hitung VV

 Hitung VL

 Hitung V dengan pers. (C)

 Hitung L dengan pers. (D)

 Hitung Rasio = V/L

 Jika Rasio  1, tebak nilai P yang baru  HOW???

 Ulangi langkah 2-8


Ada banyak metoda numerik yang dapat digunakan, tetapi dalam persoalan perhitungan
keseimbangan fasa ini cara yang paling mudah adalah BISECTION METHOD.

ALGORITMA:

 Tebak nilai xL dan xR (= xL + x)

 Hitung fL = f(xL) dan fR = f(xR)

 Hitung fL  fR

 i=0

 Jika (fL  fR) > 0 maka :

a. Jika fL  <  fR  maka:

 xR = xL

 xL = xR – x

 Kembali ke langkah 2

b. Jika fL  >  fR  maka:

 xL = xR

 xR = xL + x

 Kembali ke langkah 2

 Jika (fL  fR) < 0 maka :


 i=i+1

 Hitung xM:

 Hitung fM = f(xM)

 Jika fM  1  10-6 maka x = xM, selesai

 Hitung fL  fM

 Jika (fL  fM) > 0 maka :

 xL = xM

 xR = xR

 Hitung fL dan fR

 Kembali ke langkah 7

 Jika (fL  fM) < 0 maka :

 xL = xL

 xR = xM

 Hitung fL dan fR

 Kembali ke langkah 7

CONTOH SOAL :

Data eksperimental untuk tekanan uap n-heksana pada 100C adalah 5,86 atm.
Prediksikan tekanan uap tersebut dengan menggunakan persamaan RK dan SRK

PENYELESAIAN

RT aα
P= −
V −b V (V +b )

Tc = 469,7 K

Pc = 33,25 atm

R = 0,082057 L3 atm K-1 mol-1


2 2
R Tc
a=0 , 42748 =19 , 098
Pc

R Tc
b=0 , 08662 =0 , 1004
Pc
−1/2
α=T −1/2
r =( 0 ,7944 ) =1 , 1219

Pada tekanan uap jenuh, fugasitas fasa cair = fasa uap

VV dan VL dihitung sebagai akar terbesar dan terkecil dari persamaan kubik. Selesaikan
persamaan kubik dengan metoda analitis.

F. FUGASITAS DAN KOEFISIEN KOMPONEN DALAM CAMPURAN


Definisi dari koefisien fugasitas suatu komponen dalam campuran/larutan sama dengan definisi
fugasitas zat murni (pers. 3.25)
ig
μi =Γ i ( T )+ RT ln ( y i P )

μi≡Γ i ( T ) + RT ln f^ i
Adalah fugasitas spesies i dalam larutan bukan merupakan partial molar property

Kriteria keseimbangan larutan:

f^ iα= f^ iβ =. . .= ^f πi
G. FUNDAMENTAL RESIDUAL-PROPERTY RELATION
Besaran yang berhubungan dengan nG yang banyak digunakan adalah (nG/RT).
Jika dideferensialkan:

d ( nGRT )= RT1 d ( nG )− RTnG dT


2
d(nG) pada persamaan di atas diganti dengan pers. (3.2)

d ( nG )=( nV ) dP−( nS ) dT + ∑ μ i dni


i

Sehingga diperoleh:

μ
d ( )
nG nV
=
RT RT
dP−
nS
RT i RT
nG
dT + ∑ i dn i− 2 dT
RT

d ( )
nG nV
=
RT RT
n
dP− 2 ( TS+G ) dT + ∑ i dni
RT i RT

Dengan mengingat bahwa G = H – TS, maka:


d ( )
nG nV
=
RT RT
nH
dP− 2 dT + ∑ i dni
RT i RT

Untuk gas ideal :


ig
d ( )
nG ig nV ig
RT
=
RT
nH ig
dP− 2 dT + ∑
RT
Ḡ i
i RT
dni

Jika pers. (3.50) dikurangi dengan pers. untuk gas ideal:


R
d ( )
nG R nV R
RT
=
RT
nH R
RT

dP− 2 dT + ∑ i dni
i RT

Jika Pers. (3.47) dimasukkan ke pers. (3.51), maka:

d ( )
nG R nV R
RT
=
RT
nH R
dP− 2 dT + ∑ ln φ^ i dni
RT i

[
V R ∂ ( nG /RT )
]
R
=
RT ∂P T,x

HR
RT
=−T [
∂ ( nG R /RT )
∂T ] P, x
ln φ^ i=
[
∂ ( nG R /RT )
∂ni ] T , P,n j

KOEFISIEN FUGASITAS DARI VOLUME-EXPLICIT EOS

Hubungan antara Residual Gibbs free energy dengan persamaan keadaan:


P
GR dP
=∫ ( Z−1 )
RT 0 P

Untuk campuran dengan n mol:


P
nGR dP
=∫ ( nZ−n )
RT 0 P

Diferensiasi terhadap ni pada T, P dan nj konstan:

[ ∂ ( nGR /RT )
] [ ]
P
∂ ( nZ−n ) dP
=∫
∂ ni T ,P,nj 0 ∂ ni T , P ,n P
j

ˆ i     nZ  n   nZ  n


P P
dP dP
ln      
0  ni  T , P , nj P 0  ni  T , P , nj P

[ ]
∂ ( nZ ) P
dP
Z̄ i = ln φ^ i=∫ ( Z̄ i−1 )
∂n i T , P , nj 0 P

UNTUK PERSAMAAN VARIAL 2 SUKU:

BP
Z =1+
RT
nBP
nZ=n+
RT

Z̄ i =
[ ]
∂ ( nZ )
∂n i T , P , nj
=1+
RT ∂ni [ ]
P ∂ ( nB )
T ,n j

Jika disubstitusikan ke pers. (3.55):


{ [ ] }
P
P ∂ ( nB ) dP
ln φ^ i=∫ 1+ −1
0 RT ∂ ni T ,n j P

[ ]
P
1 ∂ ( nB )
=
RT
∫ ∂ni
dP
0 T ,nj

Koefisien virial kedua (B) dalam pers. di atas adalah koefisien untuk campuran:

B=∑ ∑ y i y j Bij
i j

B=∑ ∑ y i y j Bij
Untuk campuran 2 komponen i j

2 2
B= y 1 B11 +2 y 1 y 2 B12+ y 2 B 22

[( ) ( ) ( ) ]
2 2
n1 n1 n 2 n2
nB=n B11 +2 B 12+ B 22
n n2 n

1
nB= (n 21 B 11+2 n1 n2 B12+n22 B22 )
n

[ ]
∂ ( nB )
∂n1 T , n2
=−
1 2
n
2 ( 1 11
n B +2 n 1 n 2 B12 +n 2 B22 ) +
2

1
+
n
( 2 n1 B11+2 n 2 B 12)

[ ]
∂ ( nB )
∂n1 T , n2
=−( y 1 B11 +2 y 1 y 2 B12 + y 2 B22 ) +
2 2

+ ( 2 y 1 B11+2 y 2 B12 )

[ ]
∂ ( nB )
∂ni T ,n j
=− B+2 ∑ y j B ij
j

CONTOH SOAL :

Hitung koefisien fugasitas N2 (1) dan CH4 (2) yang berada dalam campuran dengan
komposisi y1 = 0,4 pada 200 K dan 30 bar. Data eksperimental untuk koefisien virial kedua:

B11 = – 35,2 cm3 mol–1

B22 = – 105 cm3 mol–1


B12 = – 59,8 cm3 mol–1

PENYELESAIAN :

ln φ^ i=
[ ]
P ∂ ( nB )
RT ∂ni T ,nj

[ ]
∂ ( nB )
∂ni
=− B+2 ∑ y j B ij
T ,n j j

B=∑ ∑ y i y j Bij
i j

H. KOEFISIEN FUGASITAS DARI CUBIC EOS


Definisi fugasitas parsial menurut pers. (1.42):
Ḡ i=μ i≡Γ i ( T ) +RT ln ^f i
Jika dideferensialkan:
d Ḡi=RT d ln ^f i
Sedangkan pada T konstan juga berlaku hubungan:
d Ḡi=V̄ i dP
Jika kedua persamaan terakhir digabung akan dihasilkan:

RT d ln ^f i=V̄ i dP=
∂ ( nV )
∂ ni
dP
[ ]
dP dapat dieliminasi dengan bantuan aturan berantai untuk diferensial parsial:

[ ∂ ( nV )
∂ ni (] ) [ ∂∂( nVP ) ]=− 1
∂ni
∂P

[ ] ∂ ( nV )
∂ ni
dP=−
∂P
∂ni
d ( nV )
( )
Sehingga :

RT d ln ^f i=−
∂P
∂n i
d ( nV )
( )
Jika kedua sisi pers. (2.61) ditambah dengan RT d ln (V/RT) maka:
f^ i V
RT d ln
RT
=−
∂P
∂ ni( )
d ( nV ) +RT d ln
V
RT

=−
[( ) ]
∂ P RT
+
∂n i nV
d ( nV )

Mengingat bahwa :
f^ i V f^ i
lim ln =lim ln =ln y i
V →∞ RT P→ 0 P
Maka :
ln f^ i

[( ) ]
^f V V
∂ P RT
RT ∫ d ln
i
=∫ −
RT ∞
+
∂ ni nV
d ( nV )
ln y i

( ) [( ) ]
^f V ∞
∂P RT
−ln y i =∫
i
RT ln − d ( nV )
RT V ∂ ni nV

[( ∂n ) nV ]

∂P RT V
RT ( ln f^ −ln y )=∫
i −i d ( nV ) +RT ln
V i RT
( ) [( ) ]
^f ∞
∂P RT V
=∫
i
RT ln − d ( nV )−RT ln
yi V ∂ ni nV RT

Kedua sisi dikurangi dengan RT ln P

( ) ∫ [( ) ]
^f ∞
i ∂P RT PV
RT ln = − d ( nV )−RT ln
yi P V ∂ ni nV RT

[( ) ]

∂ P RT
RT ln { φ^ i =∫ − d ( nV )−RT ln Z ¿
V ∂ni nV

ln { φ^ i =
[( 1 ∂ ( nb m)
V −b m ∂ ni ) −ln
V −bm
V
−ln Z ¿ ( )]
[( ]
( aα )m V ∂ ( nbm )

bm RT V + εbm ) ( V +σbm ) ∂ni

{ [
1 ∂ ( n ( aα )m )
] } ( )
2
( aα )m 1 1 ∂ ( nbm ) V + εb m
− − ln
( ε−σ ) bm RT ( aα )m n ∂ ni b m ∂ni V +σbm

1 ∂ [ n ( aα )m ]
2
=2 ∑ y j ( aα )ij
Dengan : n ∂ni j

∂ ( nb m )
=bi
∂ ni

Van der Waals:

ln { φ^ i =
[( ) bi
V −b m
−ln
V −b m
V (a b
−ln Z− m i ¿
b m RTV )]
Redlich-Kwong:

ln { φ^ i =
[( ) ( )] bi
V −b m
−ln
V −b m
V
−ln Z ¿ −
( aα )m
bm RT [ bi
( V + bm ) ]
{ }(
2 ∑ y j ( aα )ij

)
( aα )m j bi V
+ − ln
bm RT ( aα )m bm V +b m

Soave-Redlich-Kwong:

ˆ i   bi   V  bm    ln Z 
a m  bi 
ln   V  b   ln
 V

 b m RT  V  b 
 m   m 

{ }(
2 ∑ y j ( aα )ij

)
( aα )m j bi V
+ − ln
bm RT ( aα )m bm V +b m

Peng-Robinson:

ˆ i   bi   ln V  bm    ln Z  a m bi V


ln   Vb 
 m   V  bmRT V 2  2bV  b2 

{ }(
2 ∑ y j ( aα )ij

( aα )m
2 , 828 b m RT
j
( aα )m

bi
bm
ln
V +2 ,414 b m
V −0 ,414 bm )

Anda mungkin juga menyukai