Oleh :
Nofi Rahmayanti
15302241047
Pendidikan Fisika A 2015
Turunan parsial dalam persamaan dua ini diberikan oleh persamaan (2.20) dan
(6.17) melalui (6.19):
du= ( Tu ) dT +( uv ) dv
v T
ds=
1 u
( )
T T v
dT +
1
T ([ uv ) + p ] dv
T
(2-10)
( uv ) + p=T ( Tp ) = Tx
T v
(2-11)
Bila persamaan (2-11) ini dimasukkan kedalam pers. (2-10) dan kedua ruas
dikalikan dengan T, diperoleh
T ds= ( T u ) dT + T ( Tp ) dv
v v
T ds=c v dT +T ( Tp ) dv
v
(2-12)
Pers. (2-12) ini disebut persamaan T ds dengan variabel bebas T dan v yang
banyak digunakan dalam perhitungan.
F. T dan P sebagai variabel bebas
Berdasarkan entalpi h = u + Pv , persamaan kombinasi hukum pertama dan
kedua termodinamika dapat ditulis :
1
ds = (dh v dP )
T
Dan mempertimbangkan h sebagai fungsi T dan P, maka :
h h
dh =
T ( )
p dT +
P
T dP( )
Maka ds ,
ds =
1 h
T P [( ) ]
T dP -
T
1
v dP
1 h
ds=
T T p ( ) [( ) ]
dT +
1 h
T p T
v dp (2-13)
Karena ds adalah diferensial eksak, maka pada kedua suku diruas kanan dapat
dilakukan diferensial parsial silang dan selanjutnya disamakan. Karena ada yang
saling melenyapkan maka hasilnya adalah
( hp ) v=T ( T v ) =Tv
T p
(2-14)
Jika pers. (2-14) ini dimasukkan kedalam pers. (2-13) akan diperoleh hasil
1 h
ds= ( ) dT v dp
T T p
( Cp
P )
T = -T ( Tv ) p
dT =( Tv ) dv +( Tp ) dp
p v
Jika persamaan terakhir ini dimasukkan kedalam pers. (2-15) dan disusun
kembali akan diperoleh
T ds=c p ( Tv ) dv+[ c ( Tp ) Tv ] dp
p
p
v
Atau
T ds=c p ( Tv ) dv+[ c x Tv ] dp
p
p
Atau
T ds=c p
T
( )
v p
dv+ [ c p xTv 2
dp ] (2-16)
Dalam sub bab (6-2. Variabel bebas T dan v) telah didapatkan bahwa
c pc v =
[( ) ] ( )
u
v T
+p
v
T p
(2-17)
Pers. (2-11) dimasukkan ke dalam pers. (2-17) ini, maka akan diperoleh hasil
p v Tv 2
c pc v =T ( )( )
T v T p
=
x
(2-18)
Atau
T xc v
T ds=c p ( )
v p
dv+
dp
Yang juga dapat dirumuskan daalm bentuk
T ds=c p ( Tv ) dv+ c ( Tp ) dp
p
v
v
(2-19)
Persamaan (2-16) ini merupakan persamaan T ds yang ketiga dalam variabel bebas p
dan v.
Sebagai contoh, untuk cairan He4,
s
( )
P
v = 2.92 x 10-3 m3 kilomole-1 K-1
s
( ) v
p = 1.74 x 106 J K-1m-3
H. Persamaan T ds
Ketiga macam persamaan T ds seperti yang telah dijabarkan, merupakan rumus-
rumus terpenting di dalam termodinamika. Rangkuman ketiga persamaan tersebut
dicantumkan lagi di bawah ini.
( Tp ) dv
T ds=c v dT +T
v
(2-20)
v
T ds=c dT T (
T )
p dp (2-21)
p
T T
T ds=c (
v )
dv+ c (
p)
p dp
v (2-22)
v v
Oleh karena dari persamaan keadaan gas ini, volume v tak dapat dibuat
eksplisit, maka tidak dapat menjadikan tekanan dan suhu sebagai variabel bebas.
Variabel bebas hendaknya dipilih p dan v atau T dan v.
Dari rumus T ds fungsi T dan v dapat ditulis
cv p
ds=
T
dT + ( )
T v
dv
Karena ds adalah diferensial eksak, maka dari persamaan ini dapat ditulis
1 cv
2
( ) ( )
=
p
T v T T 2 v
atau
cv 2 p
( ) ( )
v T
=T
T2 v
(2-54)
Ruas kanan pada persamaan di atas untuk gas Van der Waals sama dengan nol,
sebab pada tekanan p adalah linear dengan suhu T atau berbanding langsung dengan T
pangkat satu. Karena itu ruas kiri juga sama dengan nol. Hal ini berarti bahwa cv
gas Van der Waals pada suhu yang tetap bukan merupakan fungsi dari volume. Jadi
cv hanya merupakan fungsi suhu saja.
Dari persamaan keadaan gas Van der Waals
( Tp ) = vb
v
R
dapat diperoleh
dT R
ds=c v + dv
T vb
Bila diintegralkan dengan batas yang sesuai dan c v dianggap tetap
s T v
dT dv
ds=c v T
+ R
vb
so To v o
atau
T vb
s=c v ln + R ln +s (2-55)
To v ob o
Telah diperoleh, seperti pada Pers. (2-49), bahwa
du=c v dT + T
[( ) ]p
T v
p dv
du=c v dT + T
[ R
vb
p dv
]
a
du=c v dT + dv
v2
Bila diintegralkan dengan batas integral yang sesuai dan cv dapat dianggap
tetap, diperoleh
u=c v ( T T o ) a ( 1v v1 )+u
o
o (2-56)
Dari hasil di atas tampaklah bahwa hanya tetapan Van der Waals a saja yang
muncul, sedangkan tetapan b tidak muncul. Tetapan a sebenarnya merupakan koreksi
terhadap sifat gas ideal yang didefinisikan sebagai gas yang molekul-molekulnya
tidak tarik-menarik, Apabila persamaan keadaannya hendak diterapkan pada gas
nyata. Dengan demikian maka gas nyata juga mempunyai energi potensial dalam,
sehingga berpengaruh terhadap energi dalam total u. Sementara itu tetapan b adalah
merupakan koreksi terhadap sifat gas ideal yang didefinisikan sebagai gas yang
molekul-molekulnya berbentuk titik matematis, yaitu mempunyai massa tetapi tidak
mempunyai volume. Tetapan b berbanding lurus dengan volume yang ditempati oleh
molekul-molekul itu sendiri dan tidak ada interaksi antar molekul. Jadi tidak
berpengaruh terhadap energi dalam u.
Selisih kalor jenis pada tekanan tetap dan pada volume tetap c pc v
menurut Pers. (2-18) dan bila diterapkan pada gas Van der Waals adalah
2 vT 1
c pc v = =R 2
x 2 a ( v b )
1 3
RT v
Jika volume jenis v besar, maka b boleh diabaikan terhadap v dan secara
pendekatan persamaan keadaannya sama dengan untuk gas ideal, pv=RT ,
sehingga persamaan menjadi lebih sedehana, yaitu
2 ap
c pc v R 1+
( R2 T 2 ) (2-57)
Hubungan antara suhu T dengan volume jenis v pada proses adiabatik
reversibel dapat diperoleh dari persamaan T ds bentuk pertama, dengan memberikan
nilai tetap pada s, dan bila c v juga boleh dianggap tetap,
maka
c v ln T + R ln ( vb ) =tetap
atau
T ( vb ) R /c =tetap
v
(2-57)
Perlu dicermati bahwa untuk gas Van der Waals, R/c v tidak sama dengan
1 seperti untuk gas ideal.
Rumus T ds juga dapat digunakan untuk menghitung kalor yang diserap pada
proses isotermal reversibel. Dengan rumus T ds yang pertama, maka diperoleh
d vT
d ' qT =T dsT =RT (2-58)
vb
Bila diintegralkan dengan batas yang sesuai, diperoleh
v 2b
qT =RT ln (2-59)
v 1b
Perubahan energi dalam apabila diterapkan pada proses isotermal, maka
a a
duT =c v dT T + 2
dv T = 2 dv T (2-60)
v v
Dari Pers. (2-58) dan (2-60), dapat dihitung besar kerja pada proses isotermal.
RT a
wT = q T duT =
( vb
v )
2
dv T
dv= ( T v ) dT +( vp ) dp=v dT xv dp
p T
(2-62)
Jika diintegralkan dari keadaan T o , po ke keadaan T, p, diperoleh
v =v o [ 1+ ( T T o ) x ( p po ) ] (2-63)
Entropi sebagai fungsi T dan p dapat diperoleh dari rumus T ds dari bentuk
yang kedua, apabila dibagi dengan T menjadi
dT v
ds=c p
T
T( ) dp p
(2-64)
2
Secara pendekatan:
v
( )
T p
= v o ;
( )
v
2
T p
=0 sehingga c p =c p
o
Jika hasil terakhir ini dimasukkan ke dalam Pers. (2-64) dan kemudian
diintegralkan, diperoleh
T
s=c p ln v o ( pp o ) +s o (2-65)
To
Untuk entalpi h, telah didapatkan dari Pers. (2-44)
T p
h= c p dT + vT
To po
[ ( )] v
T p
dp+ ho
( u )
T
v
v u
atau
( uv ) =c ( Tv )
T
v
u
( h )
T
p
p h
atau
( hp ) =c ( Tp )
T
p
h
= ( Tp ) h
(2-70)
( uv )
T
dan ( hp ) T
dapat dihitung dari persamaan keadaan dan gabungan hukum
pertama dan kedua. Dari Pers. (2-11) dan (2-14) sudah didapatkan
( uv ) =T ( Tp ) p
T v
( hp ) =T ( T v ) + v
T p
( uv ) = va
T
2
3 2
( hp ) = RTRTv vb2
T
av ( vb )
2a ( vb ) 3 2
Karena itu untuk gas Van der Waals dalam ekspansi Joule
= ( Tv ) =1c ( uv ) = cav
u v T v
2