Anda di halaman 1dari 20

Variabel termodinamika

KC v
1. ( up ) v

Untuk U variabel bebas P dan V diperoleh :

du= ( uP ) p
dP+ ( Vu ) p
dV

Dari hukum I termodinamika diperoleh :

dq= du+ PdV

dq= ( Pu ) v
dP+ ( Vu ) p dV + PdV

dq= ( Pu ) v
dP+ P+
[ ( )] u
V
v dV

C v dT v ,
jika volume konstan maka dV = 0, dengan dq = sehingga persamaan
menjadi :

C v dT v = ( Pu ) v
dP v

k
( Pu ) v=C ( TP )
v
v dengan ( TP ) v=

k Cv
Maka ( Pu ) v =
u Cv
2. ( ) v p

v
p

C p dT p
Jika tekanan (P) konstan maka dP = 0 dengan dq = , sehingga
persamaaan menjadi
C p dT p= P+
[ ( Vu ) p ] d V p

C p dT p= P+
[ ( Vu ) p ] d V p

[ P+ ( uV ) p] = Cp ( VT ) p

[ ( )]
P+
u
V
C
p= p
V

Cp
Maka , ( Pu ) v = V
P

' k k
d q T = C v dpT + C p dpT
3.

Halaman 2

Jika proses isotermal T=C lalu dT=0

Maka ,
d' qT =
[( ) ( ) ]
u
v T
+p
u
v
d pT

Jika proses adiabatik : dq=0

Maka menjadi :

C p dT q= ([ uv ) + p ( uv ) d p ] d p
T
T q

Cp ( Tp )=[( uv ) + p( uv ) d p ]
T
T

Dari persamaan (4) diperoleh :

( U
P ) + P(
T
V
P ) =
CvCp
T
k

( U
P ) + P(
T
V
P ) k
= ( CvCp )
T

Substitusi persamaan maka diperoleh :


k
d ' qT = ( CvCp ) dPT

' k k
Atau d q T = C v dpT + C p dpT

p Cp
4. ( )
v q

kV C v

Substitusi persamaan berikut diperoleh :


k Cs C
d ' q= dP+ p dV PdV + PdV
V
kC s C
d ' q= d PT + p d V T
V

Jika proses adiabatis : dq = 0 maka persamaan menjadi


k Cv C
0= d Pq + p d V q
V

k Cv C p
d Pq = dV q
V

p Cp
Maka diperoleh, ( )
v q

kV C v

BAB 12
KESETIMBANGAN FASA DAN SISTEM SEDERHANA ;
ATURAN FASA

12.1. Kondisi Kesetimbangan


Untuk sistem yang berada dalam kesetimbangan, potensial kimia dari tiap tiap penyusun
haruslah memiliki nilai yang sama dimanapun dalam sistem. Jika ada beberapa jenis fasa
didalam sistem, maka potensial kimia masing masing senyawa harus memiliki nilai sama
pada setiap fasa dimana senyawa itu nampak.

Untuk sistem satu komponen, = G/n. jika persamaan fundamental dibagi dengan n maka
diperoleh :
(12.1)
Dimana dan adalah entropi molar dan volume molar, sehingga :

(12.2a, b)
Turunan persamaan (12.2a, b) adalah slope dari masing masing kurva versus T dan
kurva versus p.

12.2. Stabilitas Fasa Senyawa Murni

Berdasarkan hukum ketiga Termodinamika, entropi suatu senyawa selalu positif. Fakta ini
dikombinasikan dengan persamaan (12.2a) menunjukkan (/T)p selalu negatif. Sehingga
plot versus T pada tekanan konstan adalah kurva dengan slope negatif.

Untuk tiga fasa dari satu senyawa tunggal :

(12.3)
Pada sembarang temperature gas liq > solid. Entropi solid memiliki nilai kecil sehingga
pada gambar 12.1 kurva versus T untuk solid kurva S memiliki slope yang sedikit negatif.
Kurva versus T untuk liquid memiliki slope yang agak lebih negatif disbanding solid, kurva
L.Entropi gas memiliki nilai yang jauh lebih besar disbanding liquid sehingga slope dari kurva
G memiliki nilai yang negatif besar. Kurva kurva digambar sebagai garis lurus walaupun
seharusnya agak sedikit cekung ke bawah. Namun demikian argument yang dikemukakan
tetap berlaku.

Kondisi termodinamika untuk kesetimbangan antar fasa fasa pada tekanan konstan
terlihat pada gambar 12.1. Solid dan liquid dapat dijumpai dalam kesetimbangan saat solid =
liquid. Yaitu pada titik potong kurva S dan L. Temperatur pada titik itu disebut titik leleh T m.
Begitu pun liquid dan gas dapat dijumpai pada kesetimbangan pada temperature Tb titik
potong kurva L dan G dimana liq = gas.

Sumbu termperatur dibagi 3 interval, Dibawah Tm solid memiliki potensial kimia terendah,
antara Tm dan Tb liquid memiliki potensial terendah, diatas Tb gas yang memiliki potensial
kimia terendah. Fasa dengan nilai potensial kimia terendah adalah fasa stabil. Jika sistem
ada pada sistem dibawah temperature Tm gambar 12.2 maka potensial kimia liquid akan
memiliki nilai a sementara solid memiliki nilai b. Dan liquid dapat membeku secara spontan
pada temperatur ini, karena membeku akan menurunkan energi Gibbs. Pada temperatur
diatas Tm, situasinya terbalik solid lebih besar dibanding liquid sehingga solid akan meleleh
secara spontan untuk menurunkan energi Gibbs sistem. Pada Tm potensial kimia solid dan
liquid sama, sehingga tidak ada diantara kedua fasa tersebut yang lebih dominan, keduanya
ada dalam kesetimbangan. Situasai serupa juga terjadi didekat Tb. Persis dibawah Tb liquid
stabil, sedangkan persis diatas Tb gas merupakan fasa stabil.

Diagram tersebut memperlihatkan urutan yang cukup familiar fasa yang teramati saat solid
dipanaskan pada tekanan konstan. Pada temperature rendah sistem sepenuhnya berupa
solid, pada temperatur tertentu Tm liquid mulai terbentuk, dan liquid menjadi stabil hingga ia
menguap pada temperatur Tb. Urutan fasa ini adalah konsekuensi dari urutan nilai entropi
yang juga berarti konsekuensi dari fakta bahwa kalor diserap dalam perubahan dari solid ke
liquid dan dari liquid ke gas.

12.3. Ketergantungan Kurva versus T terhadap Tekanan

Pada titik ini hal yang biasa jika kita bertanya apa yang terjadi pada kurva jika tekanan
diubah. Pertanyaan ini dijawab dengan menggunakan persamaan (12.2b) dalam bentuk d
= dp. Jika tekanan turun, dp akan negatif, positif maka d negatif dan potensial kimia
akan turun berbanding lurus dengan volume fasa. Karena volume molar dari liquid dan solid
sangat kecil sehingga nilai d hanya turun sedikit saja. Untuk solid dari a ke a untuk liquid
dari b ke b (Gambar 12.3a) olume gas secara kasar memiliki nilai 1000 kali solid atau
liquid, sehingga gas akan sangat turun dari c ke c. Kurva pada tekanan terendah terlihat
sebagai garis putus putus parallel terhadap garis awal pada gambar (12.3b). (Gambar ini
diasumsikan liq > solid. Gambar (12.3) menunjukkan bahwa kedua temperature
kesetimbangan (kedua titik potong) telah bergeser. Pergeseran pada titik leleh kecil
sementara pergeseran pada titik didih relative besar. Pergeseran titik leleh kurvanya
diperbesar agar dapat jelas walaupun sebetulnya sangat kecil. Pada tekanan rendah range
stabilitas liquid turun cukup signifikan. Jika tekanan direduksi pada nilai yang cukup rendah.
Titik didih liquid bisa saja berada dibawah titik leleh solid (gambar 12.4) sehingga tidak ada
temperature dimana liquid bersifat stabil, solid akan menyublimasi. Pada temperature T s
solid dan vapor dijumpai dalam kesetimbangan, temperatur Ts adalah tenperatur sublimasi
padatan dan sangat tergantung pada tekanan.

Jelas bahwa ada beberapa tekanan dimana tiga kurva saling berpotongan pada temperatur
yang sama. Temperatur dan tekanan ini mendefinisikan titik triple (triple point), dimana
semua fasa dapat dijumpai pada kesetimbangan di triple point.

Apakah material tertentu akan tersublimasi pada tekanan tereduksi atau meleleh sangat
tergantung sepenuhnya pada sifat individu senyawa tersebut. Misalnya air akan tersublimasi
dibawah 611 pa. Semakin tinggi titik leleh maka semakin kecil perbedaan titik leleh dan titik
didih pada 1 atm maka semakin tinggi tekanan dimana sublimasi dapat teramati. Tekanan
dibawah dimana sublimasi teramati dapat diperkirakan untuk senyawa yang mematuhi
aturan Trouton dengan rumus :

(12.4)
Gambar 12.4 versus T untuk senyawa yang menyublimasi

12.4. Persamaan Clapeyron

Kondisi untuk kesetimbangan antara dua fasa dan senyawa murni adalah :

(12.5)
Jika bentuk analitik dari fungsi dan diketahui maka dimungkinkan untuk menyelesaikan
persamaan (12.5) dimana :

(12.6a, b)
Persamaan (12.6a) mengekspresikan fakta yang diilustrasikan oleh gambar (12.3b) bahwa
temperature kesetimbangan tergantung pada tekanan.

Tanpa adanya pengetahuan rinci dari fungsi dan maka masih dimungkinkan untuk
memperoleh nilai turunan temperature terhadap tekanan. Misalkan kesetimbangan antara 2
fasa dan pada tekanan p, temperature kesetimbangan T, maka pada T dan p kita
peroleh :

(12.7)
Jika tekanan berubah ke nilai p + dp, temperature kesetimbangan akan berubah ke T + dT
dan nilai dari masing masing akan berubah menjadi + d. sehingga pada T + dT dan p
+ dp kondisi kesetimbangan adalah :

(12.8)
Dengan mengurangkan persamaan (12.8) dengan (12.7) didapat :

(12.9)
Kita tulis d secara eksplisit dalam term dp dan dT dengan menggunakan persamaan
fundamental (12.1) :

(12.10)
Gunakana (12.10) ke (12.9) maka :
Dengan menata ulang didapat :

(12.11)
Jika proses perubahan ditulis maka :

Dan persamaan (12.11) menjadi :

(12.12a, b)
Kedua persamaan (12.12) disebut persamaan Clapeyron.

Persamaan Clapeyron adalah persamaan fundamental untuk pembahasan kesetimbangan


antara dua fasa senyawa murni. Sebagai catatan sisi kiri kedua persamaan adalah turunan
biasa bukan turunan parsial.

Gambar (12.3b) menunjukkan temperature kesetimbangan tergantung pada tekanan karena


titik potong tergantung pada tekanan. Persamaan Clapeyron mengekspresikan
ketergantungan secara kuantitatif temperature kesetimbangan pada tekanan (12.12a) atau
variasi pada tekanan kesetimbangan terhadap temperature (12.12b). Dengan menggunakan
persamaan ini kita bisa membuat plot tekanan kesetimbangan versus temperature untuk
sembarang perubahan fasa.

12.4.1. Kesetimbangan Solid Liquid

Dengan menerapkan persamaan Clapeyron pada perubahan solid liquid

Pada temperature kesetimbangan perubahan bersifat reversible sehingga Sfus = Hfus/T.


Perubahan dari solid ke liquid selalu disertai penyerapan/absorpsi panas (Hfus = +)
sehingga
Sfus bernilai positif untuk semua senyawa
Kuantitas fus bisa positif atau negatif tergantung pada apakah densitas solid lebih besar
atau lebih kecil dibanding liquid sehingga

Besaran umum untuk kuantitas diatas adalah :


Sfus = 8 hingga 25 J/(K mol) fus = (1 hingga 10) cm3/mol
Jika sebagai ilustrasi kita memilih Sfus = 16 j/K moldan fus 4 cm3/mol maka untuk garis
kesetimbangan kurva solid liquid.

Jika dibalik maka kita mendapatkan dT/dp = 0,02 K/atm. Nilai ini menunjukkan bahwa
perubahan tekanan sebesar 1 atm akan menggeser titik leleh sebesar beberapa ratus
Kelvin. Dalam plot tekanan sebagai fungsi dari temperature, slope diberikan oleh persamaan
(12.12b) (40 atm/K dalam contoh) slope ini cukup besar dan kurva hampir vertical. Untuk
dp/dT + diperlihatkan pada gambar (12.5a); pada range tekanan moderat kurva akan linier.

Garis pada gambar (12.5a) adalah locus dari semua titik (T, p) dimana solid dan liquid bisa
dijumpai pada kesetimbangan. Titik titik yang terletak disebelah kiri garis menunjukkan
temperature dibawah titik leleh, titik titik ini adalah kondisi (T, p) dimana hanya solid yang
stabil. Titik titik disebelah kanan garis menunjukkan temperature diatas titik leleh sehingga
titik titik ini adalah kondisi (T, p) dimana liquid stabil.

12.4.2. Kesetimbangan Liquid Gas

Aplikasi persamaan Clapeyron untuk perubahan liquid gas menghasilkan :

Konsekuensinya :

Garis kesetimbangan liquid gas selalu memiliki slope positif. Pada T dan p kamar,
besarnya adalah :

Akan tetapi sangat tergantung pada T dan p karena gas sangat tergantung pada T dan p.
slope kurva liquid gas kecil nilainya dibanding kurva solid liquid.

Gambar (12.5b) memperlihatkan kurva l g dan juga kurva s l. Pada gambar (12.5b)
kurva l - g adalah locus dari semua titik (T, p) dimana liquid dan gas dijumpai dalam
kesetimbangan. Titik titik dikiri kurva l g ada dibawah titik didih sehingga kondisi disini
liquid stabil. Titik titik dikanan l g adalah kondisi dimana gas stabil.

Perpotongan kurva s l dan l g menunjukkan temperature dan tekanan dimana solid,


liquid dan gas dijumpai dalam kesetimbangan. Nilai T dan p pada titik ini ditentukan oleh
kondisi :

(12.13)
Persamaan (12.13) secara prinsip dapat diselesaikan untuk memberikan nilai numeric yang
definit dari T dan p yaitu :

(12.14)
Dimana Tt dan pt adalah temperature dan tekanan triple point. Hanya ada satu triple point
seperti ini dimana specific set dari tiga fasa (solid-liquid-gas) bisa berada dalam
kesetimbangan.

12.4.3. Kesetimbangan Solid Gas

Untuk perubahan solid-gas kita memiliki :

Dan persamaan Clapeyron adalah:

Slope kurva s-g lebih curam pada triple point dibanding slope kurva l-g. Karena Hsub = Hfus
+ Hvap, maka

pada kedua persamaan hampir sama nilainya, karena Hsub lebih besar dari Hvap, slope
kurva s-g pada gambar (12.6) lebih curam dibanding kurva l-g.

Titik titik pada kurva s-g adalah set temperature dan tekanan dimana solid dijumpai berada
dalam kesetimbangan dengan vapor. Titik titik dikiri garis ada dibawah temperature
sublimasi dan menunjukkan kondisi solid yang stabil. Titik titik dikanan kurva s-g adalah
titik diatas temperature sublimasi dan menunjukkan kondisi gas sebagai fasa stabil. Kurva s-
g harus memotong satu sama lain pada triple point berdasarkan kondisi yang dituliskan
pada persamaan (12.13).
12.5. Diagram Fasa

Pembahasan terhadap gambar (12.6) pada tekanan konstan diperlihatkan dengan garis
horizontal putus putus menunjukkan titik leleh dan titik didih senyawa sebagai perpotongan
garis horizontal dengan kurva s-l dan l-g, Titik potong ini menunjukkan perpotongan kurva -
T pada gambar 12.1. Pada temperature dibawah Tm solid stabil, titik antara Tm dan Tb liquid
stabil dan diatas Tb gas stabil. Ilustrasi seperti ditunjukkan gambar 12.6 menyampaikan
informasi lebih banyak dibanding gambar 12.1 dan 12.3b. Gambar 12.6 dinamakan diagram
fasa atau diagram kesetimbangan.

Diagram fasa memperlihatkan secara ringkas sifat sifat senyawa : titik leleh, titik didih, titik
transisi, triple point. Tiap tiap titik pada diagram fasa mewakili keadaan sistem karena titik
ini mewakili nilai T dan p tertentu.

Garis garis pada diagram fasa membagi diagram menjadi 3 daerah yang dilabeli solid,
liquid dan gas. Jika titik yang menjelaskan sistem berada pada daerah solid maka senyawa
eksis sebagai solid. Jika berada pada daerah liquid maka senyawa eksis sebagai liquid dan
jika titik berada pada garis seperti l-g maka senyawa eksis sebagai liquid dan vapor dalam
kesetimbangan.
Kurva l-g memiliki batas atas yang definit pada temperature dan tekanan kritis, karena tidak
mungkin membedakan antara liquid dan gas diatas temperature dan tekanan ini.

12.5.1. Diagram Fasa Karbon Dioksida


12.5.2. Diagram Fasa Air

12.5.3. Diagram Fasa Sulfur


12.6. Integrasi Persamaan Clapeyron
12.6.1. Kesetimbangan Solid Liquid

Persamaan Clapeyron :

Maka

Jika Hfus dan fus hampir hampir tidak tergantung pada p dan T persamaan diatas
diintegralkan menjadi :

(12.15)
Dimana Tm adalah titik leleh pada p 2, Tm adalah titik leleh pada p1, karena Tm Tm biasanya
cukup kecil, logaritma dapat diekspansi menjadi :

Maka persamaan (12.15) menjadi :

(12.16)
Dimana T adalah kenaikan titik leleh sehubungan dengan kenaikan tekanan p.
12.6.2. Kesetimbangan Fasa Terkondensasi Gas

Untuk kesetimbangan fasa terkondensasi baik solid maupun liquid dengan fasa uap, berlaku

Dimana H adalah kalor penguapan molar liquid atau kalor sublimasi molar solid dan c
volume molar solid atau liquid. Dalam sebagian besar kondisi; g - c g dan hal ini
dengan mengasumsikan gas ideal akan sama dengan RT/p, sehingga persamaan menjadi :

(12.17)
Adalah persamaan Clausius Clapeyron menghubungkan tekanan uap liquid (solid)
terhadap kalor penguapan (sublimasi) dan temperature. Dengan mengintegralkan diantara
batas batas, pada kondisi asumsi H tidak tergantung pada temperature akan
menghasilkan :

(12.18)
Dimana p0 adalah tekanan uap pada T0 dan p adalah tekanan uap pada T. jika p 0 = 1 atm
maka T0 adalah titik didih normal dari liquid (atau titik sublimasi normal solid) sehingga :

(12.19)
Berdasarkan persamaan (12.19) jika ln p atau log10 p diplot versus 1/T akan dihasilkan kurva
linier dengan slope -H/R atau -H/2,303R. Intersep pada 1/T = 0 menghasilkan nilai
H/RT0, sehingga dari slope dan intersep H dan T0 keduanya dapat dihitung. Kalor
penguapan dan sublimasi seringkali ditentukan melalui pengukuran tekanan uap zat sebagai
fungsi dari temperature. Gambar 12.11 menunjukkan plot log10 p versus 1/T untuk air.
Gambar 12.12 menunjukkan plot yang sama untuk CO2 padat (es kering).

Kompilasi data tekanan uap sering menggunakan persamaan dalam bentuk log10 p = A + B/T
dan nilai A dan B ditabulasi untuk beberapa senyawa. Persamaan ini memiliki bentuk
fungsional yang sama dengan (12.19).
Untuk senyawa yang mengikuti aturan Trouton, persamaan (12.19) biasanya mengambil
bentuk sederhana yang amat berguna dalam mengestimasi tekanan uap senyawa pada
sembarang temperature T berdasarkan data titik didih semata.

12.7. Pengaruh Tekanan Terhadap Tekanan Uap

Dalam pembahasan kedepan tentang kesetimbangan liquid-uap, akan diasumsikan secara


implicit bahwa kedua fasa berada dalam tekanan yang sama p. Jika dengan cara cara
tertentu dimungkinkan menahan liquid pada tekanan P dan uap pada tekanan p, maka
tekanan uap akan tergantung pada P. Jika dimisalkan liquid dimasukkan pada wadah seperti
ditunjukkan pada gambar 12.13. Pada ruang diatas liquid, uap akan memenuhi bersama-
sama dengan gas lainnya yang tidak larut dalam liquid. Tekanan uap p ditambah tekanan
gas lainnya adalah P, tekanan total yang memberikan gaya dorong pada liquid. Kondisi
kesetimbangan adalah :

(12.20)
Pada temperature konstan persamaan ini mengimplikasikan bahwa p = (P). Untuk
menemukan fungsionalitasnya persamaan (12.20) diturunkan terhadap P pada T konstan

Dengan menggunakan persamaan fundamental (12.2b) akan menjadi

(12.21)
Persamaan (12.21) memperlihatkan bahwa tekanan uap akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tekanan total pada liquid, laju kenaikan sangat kecil karena liq jauh lebih kecil
dibanding vap. Jika uap berprilaku ideal, persamaan (12.21) dapat ditulis :

Dimana p adalah tekanan uap pada P, p 0 adalah tekanan uap saat liquid dan uap berada
pada tekanan yang sama pada p0 tekanan ortobarik. Sehingga :
(12.22)
Kita akan menggunakan persamaan (12.21) dan (12.22) dalam mendiskusikan tekanan
osmotic larutan.

12.8. Aturan Fasa

Adanya dua fasa dalam kesetimbangan mengimplikasikan kondisi :

(12.23)
Yang berarti bahwa dua variable intensif yang diperlukan untuk menguraikan keadaan
sistem tidak lagi bersifat independen tetapi saling berhubungan. Karena adanya hubungan
ini, hanya satu variable intensif baik tekanan atau temperature diperlukan untuk
menguraikan keadaan sistem. Sistem memiliki satu derajat kebebasan atau bersifat
univarian sementara jika hanya satu fasa yang ada, diperlukan 2 variabel untuk
mendeskripsikan sistem dan sistem memiliki dua derajat kebebasan atau bivarian. Jika ada
tiga fasa, maka ada dua hubungan antara T dan p

(12.24)
Dua hubungan ini akan menentukan T dan p secara komplit. Tidak ada lagi informasi yang
diperlukan untuk mendeskripsikan keadaan sistem. Sistem seperti itu dinamakan invariant
dan tidak memiliki derajat kebebasan. Tabel 12.1 memperlihatkan hubungan antara jumlah
derajat kebebasan dan jumlah fasa yang ada pada sistem satu komponen. Tabel ini
menyimpulkan suatu aturan yang menghubungkan derajat kebebasan F terhadap jumlah
fasa yang ada P.
F = 3 P, (12.25)
Yang merupakan aturan fasa untuk sistem satu komponen.

Akan sangat membantu jika kita memiliki satu aturan sederhana yang dapat langsung
memutuskan berapa banyak variable independen yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan
sistem. Biasanya dalam studi tentang sistem dengan banyak komponen dan banyak fasa,
penyederhanaan terhadap aturan dapat diperbolehkan.

Kita awali dengan menemukan jumlah total variable intensif (yang dapat dibayangkan) yang
diperlukan untuk menguraikan keadaan suatu sistem yang mengandung C komponen -
komponen dan P fasa fasa. Hal ini didaftar pada table 12.2
Tiap tiap persamaan yang menghubungkan variable variable ini mengimplikasikan
bahwa satu variable bersfiat dependen ketimbang independen, maka kita harus menentukan
jumlah total persamaan yang menghubungkan variable variable ini (table 12.3).

Jumlah variable independen F didapat dengan mengurangkan jumlah total persamaan dari
jumlah total variable :
F = PC + 2 P C(P 1),
F=CP+2 (12.26)
Persamaan (12.26) adalah aturan fasa J. Willard Gibbs. Cara terbaik untuk menghafal
aturan fasa adalah dengan menyadari bahwa kenaikan jumlah komponen akan
meningkatkan jumlah variable, sehingga C akan memiliki tanda positif. Kenaikan jumlah fasa
meningkatkan jumlah kondisi kesetimbangan dan jumlah persamaan, sehingga
mengeliminasi beberapa variable, oleh karenanya P akan bertanda negatif.

Pada sistem satu komponen, C = 1 sehingga F = 3 P. Hasil ini sama dengan persamaan
(12.25) berdasarkan table 12.1. Persamaan (12.25) menunjukkan jumlah terbesar fasa yang
bisa ada pada kesetimbangan pada sistem satu komponen adalah 3. Dalam sistem sulfur
misalnya tidak dimungkinkan untuk sulfur rhombic, monoclinic, liquid dan gas ada dalam
kesetimbangan satu sama lain. Kesetimbangan kuadruple berarti 3 kondisi independen
pada dua variable dan tidak dimungkinkan hal ini terjadi.

Untuk sistem dengan satu komponen dimungkinkan untuk menurunkan dengan mudah
konsekuensi dari aturan fasa seperti ditunjukkan pada table 12.1. Kesetimbangan diwakili
oleh garis dan perpotongannya dalam diagram 2 dimensi seperti yang sudah digunakan
dalam bab ini. Namun jika sistem memiliki 2 komponen maka diperlukan tiga variable dan
diagram fasa tersusun atas surface dan perpotongannya secara tiga dimensi. Jika ada tiga
komponen, diperlukan surface dengan empat dimensi ruang. isualisasi dari situasi secara
menyeluruh akan sulit dalam tiga dimensi dan mustahil untuk empat dimensi atau lebih.
Walau demikian, aturan fasa dengan kesederhanaannya mengekspresikan batasan pada
titik perpotongan surface ruang multidimensional ini. Atas alasan ini aturan fasa Gibbs
diperhitungkan diantara generalisasi utama dalam ilmu Fisika.

12.9. Permasalahan Komponen-komponen

Jumlah komponen dalam sistem didefinisikan sebagai jumlah minimal chemically


independent species yang dibutuhkan untuk menjelaskan komposisi tiap-tiap fasa dalam
sistem. Sepintas definisi ini terlihat cukup sederhana dan dalam contoh-contoh biasa juga
terbilang sederhana. Namun beberapa contoh berikut menunjukkan adanya kerumitan yang
terjadi.

Contoh 12.1 Sistem yang terdiri dari PCl5, PCl3, Cl2. Ada 3 spesies namun hanya dua
komponen karena adanya kesetimbangan :
PCl5 PCl3 + Cl2
Yang terbentuk dalam sistem, seseorang dapat leluasa mengubah jumlah mol dua diantara
spesies ini secara sembarang, namun perubahan ini jumlah mol spesies ketiga sudah
ditetapkan berdasarkan kondisi kesetimbangan Kx = x(PCl3) x(Cl2)/x(PCl5), sehingga dua
spesies kimia bersifat chemically independent tetapi yang ketiga tidak. Maka hanya ada dua
komponen dalam sistem.

Contoh 12.2 Air dalam fasa liquid diasumsikan mengandung sejumlah besar spesies kimia ;
H2O, (H2O)2, (H2O)3, (H2O)n. Namun hanya ada satu komponen karena sejauh yang kita
pahami semua spesies berada dalam kesetimbangan

Sehingga, jika ada n spesies maka aka nada n 1 kesetimbangan yang menghubungkan
satu sama lain, oleh karenanya hanya ada 1 spesies yang chemically independent dan
berarti hanya ada satu komponen dan kita bisa pilih spesies H2O sebagai komponen tsb.

Contoh 12.3 Dalam sistem air etil alcohol, ada dua spesies. Tidak ada kesetimbangan
yang menghubungkan keduanya pada suhu ruang sehingga ada 2 komponen dalam sistem.
Contoh 12.4 Dalam sistem CaCO3-CaO-CO2 ada 3 spesies, juga ada 3 fasa yang berbeda
yaitu CaCO3 padat, CaO padat dan CO2 gas. Karena adanya kesetimbangan CaCO2
CaO + CO2 maka hanya ada 2 komponen. Kita pilih yang sederhana yaitu CaO dan CO 2,
komposisi CaCO3 dapat dijelaskan jika ada satu mol CaO ditambah satu mol CO 2. Jika
CaCO3 dan CO2 dipilih sebagai komponen maka komposisi CaO ditentukan dari satu mol
CaCO3 dikurangi satu mol CO2.

Contoh 12.5 Berapa variable intensive yang dapat ditentukan secara bebas pada titik triple
point air?

Berdasarkan aturan fasa Gibbs : F = C P + 2


Air = 1 komponen
Pada triple point ada 3 fasa
Sehingga : F = 1 3 + 2 = 0
TIDAK ADA variable intensive yang dapat secara bebas kita tentukan karena triple point air
terjadi pada T dan p yang sudah tertentu !

Contoh 12.6 Pada suhu 5oC dan 1 atm, berapa variable intensive heptan dapat kita tentukan
secara bebas ?
Aturan fasa Gibbs : F = C P + 2
Dimana C = 1 komponen
P = 1 fasa
Sehingga : F = 1 1 + 2 = 2 derajat kebebasan

Anda mungkin juga menyukai