Skripsi-Rizki - Novanra Siap Publish

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 125

PENGARUH JOB ROTATION, ADVERSE SELECTION,

KARAKTERISTIK INDIVIDU, INFORMASI FUTURE BENEFIT, DAN


PEER PRESSURE TERHADAP ESKALASI KOMITMEN DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN INTERNAL LOCUS OF
CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang ada di DKI Jakarta)

THE INFLUENCE OF JOB ROTATION, ADVERSE SELECTION,


INDIVIDUAL CHARACTERISTICS, FUTURE BENEFIT INFORMATION,
PEER PRESSURE ON ESCALATION OF COMMITMENT WITH
INTERNAL LOCUS OF CONTROL AS A MODERATING VARIABLE
(Empirical Study on Manufacturing Company of Province of DKI Jakarta)

Disusun Oleh:

RIZKI NOVANRA

20170420228

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2020

I
SKRIPSI
PENGARUH JOB ROTATION, ADVERSE SELECTION,
KARAKTERISTIK INDIVIDU, INFORMASI FUTURE BENEFIT, DAN
PEER PRESSURE TERHADAP ESKALASI KOMITMEN DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN INTERNAL LOCUS OF
CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang ada di DKI Jakarta)

THE INFLUENCE OF JOB ROTATION, ADVERSE SELECTION,


INDIVIDUAL CHARACTERISTICS, FUTURE BENEFIT INFORMATION,
PEER PRESSURE ON ESCALATION OF COMMITMENT WITH
INTERNAL LOCUS OF CONTROL AS A MODERATING VARIABLE
(Empirical Study on Manufacturing Company of Province of DKI Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi
Universitas Muhammdiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :
RIZKI NOVANRA
20170420228

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2020

II
SKRIPSI
PENGARUH JOB ROTATION, ADVERSE SELECTION,
KARAKTERISTIK INDIVIDU, INFORMASI FUTURE BENEFIT, DAN
PEER PRESSURE TERHADAP ESKALASI KOMITMEN DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN INTERNAL LOCUS OF
CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang ada di DKI Jakarta)

THE INFLUENCE OF JOB ROTATION, ADVERSE SELECTION,


INDIVIDUAL CHARACTERISTICS, FUTURE BENEFIT INFORMATION,
PEER PRESSURE ON ESCALATION OF COMMITMENT WITH
INTERNAL LOCUS OF CONTROL AS A MODERATING VARIABLE
(Empirical Study on Manufacturing Company of Province of DKI Jakarta)

Diajukan oleh

RIZKI NOVANRA

20170420228

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

Erni Suryandari F, S.E., M.Si. Tanggal 15 Januari 2021


NIK. 19700322199409 143 040

III
PENGARUH JOB ROTATION, ADVERSE SELECTION,
KARAKTERISTIK INDIVIDU, INFORMASI FUTURE BENEFIT, DAN
PEER PRESSURE TERHADAP ESKALASI KOMITMEN DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN INTERNAL LOCUS OF
CONTROL SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang ada di DKI Jakarta)

THE INFLUENCE OF JOB ROTATION, ADVERSE SELECTION,


INDIVIDUAL CHARACTERISTICS, FUTURE BENEFIT INFORMATION,
PEER PRESSURE ON ESCALATION OF COMMITMENT WITH
INTERNAL LOCUS OF CONTROL AS A MODERATING VARIABLE
(Empirical Study on Manufacturing Company of Province of DKI Jakarta)

Diajukan oleh
RIZKI NOVANRA
20170420228

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan Dewan Penguji


Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Tanggal 06 Februari 2021
Yang terdiri dari

Evi Rahmawati, S.E., M.Acc., Ph.D., Ak., CA.


Ketua Tim Penguji

Erni Suryandari F, S.E., M.Si. Ilham Maulana Saud, S.E., M.Sc., Ak., CA.
Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui
Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. Ahim Abdurahim, S.E., M.Si., SAS., Ak., CA


NIDN. 19701126199603 143 053

IV
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Rizki Novanra

Nomor Mahasiswa : 20170420228

Menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Job Rotation, Adverse

Selection, Karakteristik Individu, Informasi Future Benefit, dan Peer Pressure

terhadap Eskalasi Komitmen dalam pengambilan keputusan dengan Internal

Locus of Control sebagai variabel Pemoderasi” tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini

diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Jakarta, 15 Januari 2021

Rizki Novanra

V
MOTTO

Film the world, be free

Be the bird’s eye

No one can save you but yourself

(Pamungkas)

Be strong, but not rude. Be

Kind, but not weak, Be bold,

but don’t bully. Be humble, but not shy.

Be proud, but not arrogant.

VI
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk

1. Kepada yang tercinta, kedua orangtua saya. Terima kasih telah

menyayangi saya tanpa syarat.

2. Kepada yang terhebat, kakak dan adik saya. Terima kasih telah bersedia

membantu saya.

3. Ibu Erni Suryandari, selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih

atas bimbingan, bantuan, dan saran-saran sehingga dapat sangat

membantu saya berproses, serta dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Ietje Nazaruddin, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberi saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Om dan tante saya yang berada di Yogyakarta yang selalu mengingatkan

saya.

6. Sahabat KKN 154. Terimakasih telah memberi saran judul skripsi dan

membuat cerita baru dalam perjalanan kuliah saya.

7. Teman-teman Group Semester 3-6. Yang membuat hari-hari

perkuliahan menjadi lebih berwarna.

VII
INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh job rotation,


adverse selection, karakteristik individu, informasi future benefit, dan peer
pressure terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan dengan
dimoderasi oleh variabel internal locus of control. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu manajer keuangan yang bekerja di perusahaan
manufaktur yang ada di provinsi DKI Jakarta dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Total observasi data pada
penelitian ini yaitu 82 data. Alat analisis data pada penelitian ini yaitu
Analisis PLS yang merupakan pengembangan dari analisis jalur (path
analysis) dan regresi berganda. Model analisis jalur akan menjelaskan
semua variabel laten melalui dua sub model dalam PLS-SEM. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa job rotation tidak berpengaruh terhadap
eskalasi komitmen, adverse selection berpengaruh terhadap eskalasi
komitmen, karakteristik individu tidak berpengaruh terhadap eskalasi
komitmen, informasi future benefit berpengaruh terhadap eskalasi
komitmen, peer pressure berpengaruh terhadap eskalasi komitmen, internal
locus of control sebagai variabel moderasi tidak berhasil memperkuat
pengaruh positif adverse selection dan berhasil memperlemah pengaruh
positif peer pressure terhadap eskalasi komitmen.
Kata Kunci: Job Rotation, adverse selection, informasi future benefit,
karakteristik individu, peer pressure, eskalasi komitmen, internal locus of
control

VIII
ABSTRACT
The purpose of this study is analyze the effect of job rotation, adverse
selection individual characteristics, future benefit information, and peer pressure
on escalation of commitment with internal locus of control as a moderating
variable. The sample used in this reasearch is a financial managers who work in
manufacturing companies in the province of DKI Jakarta with the sampling method
using purposive sampling. The total data observation in this study were 82 datas.
The analytical tools used in this study is PLS analysis which is the development of
path analysis and multiple regression. The path analysis model will explain all
latent variables through two sub-models iin PLS-SEM. The result showed that the
job rotation has no effect on commitment escalation, adverse selection have a effect
on commitment escalation, individual characteristics has no effect on commitment
escalation, future benefit information have a effect on commitment escalation, and
peer pressure have a effect on commitment escalation, internal locus of control as
a moderating variable not succeeded in strengthening the positive effect of adverse
selection and succeeded in weakening the the positive effect of peer pressure on
commitment escalation.
Keywords: Job Rotation, Adverse Selection, Individual Characteristics, Future
Benefit Information, Peer Pressure, Commitment Escalation and Internal Locus of
Control

IX
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia,
kemudahan, serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh Job Rotation, Adverse Selection, Karakteristik Individu,
Informasi Future Benefit, dan Peer Pressure terhadap Eskalasi Komitmen
dengan Internal Locus of Control sebagai variabel moderasi”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana
pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan dalam
perusahaan agar tidak terjadi eskalasi komitmen yang merugikan banyak pihak.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi ide dalam pengembangan penelitian yang
akan datang.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan kali ini, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rizal Yaya, S.E., M.Sc., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Bapak Ahim Abdurrahim, M.Si., SAS., Ak., CA., selaku Kepala Program
Studi Akuntansi.
3. Ibu Erni Suryandari, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
memberikan saran serta bimbingan sejak perkuliahan hingga akhir
penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu, Papa, Bapak, serta Kakak, yang selalu memberikan dukungan kepada
penulis.
5. Semua pihak yang turut memberikan dukungan, bantuan, semangat dalam
proses penyelesaian skripsi ini
Sebagai kata akhir, penulis menyadari bahwasannya penulisan skripsi ini
tidak lepas dari adanya kesalahan serta kekurangan, maka kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan untuk pengembangan penelitian ini. Terima kasih.

Jakarta, 15 Januari 2021

Rizki Novanra

X
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 16
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 17
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 18
BAB II ................................................................................................................... 19
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 19
A. Rerangka Teori ........................................................................................... 19
1. Teori Keagenan (Agency Theory)........................................................... 19
2. Teori Prospek.......................................................................................... 21
3. Self Justification Theory ......................................................................... 22
4. Job Rotation............................................................................................ 23
5. Adverse Selection.................................................................................... 24
6. Karakteristik Individu ............................................................................. 25
7. Informasi Future Benefit ........................................................................ 26
8. Eskalasi Komitmen................................................................................. 27
9. Locus of Control ..................................................................................... 29
10. Pengambilan Keputusan ..................................................................... 31
11. Peer Pressure ...................................................................................... 32
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 33
C. Penurunan Hipotesis................................................................................... 36
D. Model Penelitian ........................................................................................ 48
BAB III.................................................................................................................. 49
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 49
A. Obyek dan Subyek Penelitian .................................................................... 49
B. Teknik Pengambilan Sampel...................................................................... 49
C. Jenis Data ................................................................................................... 49
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 50
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ........................ 50

XI
1. Variabel Dependen (Y)........................................................................... 51
2. Variabel Independen (X) ........................................................................ 52
3. Variabel Moderasi (Z) ............................................................................ 55
F. Uji Kualitas Intrumen Data ........................................................................ 57
1. Analisis Deskriptif .................................................................................. 57
2. Evaluasi Model ....................................................................................... 57
BAB IV ................................................................................................................. 64
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................... 64
A. Gambaran Umum Penelitian ...................................................................... 64
B. Gambaran Umum Responden .................................................................... 64
C. Pembahasan ................................................................................................ 84
BAB V ................................................................................................................... 93
SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN ......................... 93
A. SIMPULAN ............................................................................................... 93
B. IMPLIKASI................................................................................................ 94
C. KETERBATASAN .................................................................................... 96
D. SARAN ...................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
LAMPIRAN .......................................................................................................... 99

XII
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Model Penelitian ........................................................................... 48

Gambar 3. 1 Model Analisis Persamaan Struktural........................................ 63

Gambar 4. 1 Evaluasi Model Pengukur ............................................................ 71


Gambar 4. 2 Outer Loading Modifikasi ........................................................... 75

XIII
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Pendistribusian Kuesioner ...........................................................................65
Tabel 4. 2 Data Sampel ....................................................................................... 65
Tabel 4. 3 Karakteristik Responden .................................................................. 66
Tabel 4. 4 Uji Statistik Deskriptif ...................................................................... 67
Tabel 4. 5 Outer Loading.................................................................................... 72
Tabel 4. 6 Outer Loading Modifikasi ................................................................ 74
Tabel 4. 7 Average Variance Extracted ............................................................ 75
Tabel 4. 8 Validitas Diskriminan (Akar AVE) ................................................. 76
Tabel 4. 9 Cross Loading .................................................................................... 77
Tabel 4. 10 Uji Reliabilitas ................................................................................. 78
Tabel 4. 11 R Square ........................................................................................... 79
Tabel 4. 12 Path Coeficient ................................................................................. 80

XIV
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kepemimpinan (leadership) adalah salah satu bagian penting dalam

manajemen, dalam fungsi kepemimpinan dalam manajemen terdapat aspek

pengambilan keputusan (decision making). Pengambilan keputusan itu tidak

lepas dari tujuan. Pengambilan keputusan menjadi bagian integral dari

keberhasilan atau kegagalan seorang manajer (Sahmuddin, 2003). Pengambilan

keputusan sama halnya dengan menentukan pilihan dan melakukan penilaian.

Keputusan itu sendiri diambil setelah melalui beberapa diskusi dan

pertimbangan yang nantinya akan menentukan hasil akhir dari keputusan itu

sendiri seperti sukses tidaknya suatu tujuan, keputusan itu tidak bisa dibuat

tanpa perhitungan yang matang mengingat bahwa fungsi dari pengambilan

keputusan itu sendiri adalah orientasi ke masa depan.

Menurut Soenhadji (2010) seorang pengambil keputusan haruslah

memperhatikan hal-hal seperti logika, realita, rasional dan pragmatis. Stoner, et

al. (1995) menyatakan bahwa pembuatan keputusan berarti mengidentifikasi

dan memilih serangkaian tindakan untuk menghadapi masalah tertentu. Dengan

demikian, pengambilan keputusan dipengaruhi oleh banyak hal, yang bisa saja

hal-hal yang tidak terduga dapat mempengaruhi pengambilan keputusan

tersebut. Soenhadji (2010) yang menyebutkan faktor-faktor yang berpengaruh

dalam prilaku pengambilan keputusan diantaranya jenis kelamin, peranan

pengambil keputusan dan keterbatasan kemampuan. Faktor-faktor tersebut

1
yang tentunya berbeda akan sangat mempengaruhi individu dalam pengambilan

keputusan walaupun dengan dihadapkan masalah yang sama.

Koroy (2008) menyebutkan bahwa manajer seringkali mempunyai kesulitan

dalam memisahkan keputusan yang diambil sebelumnya dengan keputusan

yang berhubungan ke masa depan. Sehingga secara tidak sadar manajer

memiliki tingkat emosional yang tinggi terhadap keputusan yang telah diambil

sebelumnya sehingga manajer memiliki rasa atas tanggungjawab atas masa

depan komitmen yang telah dibuatnya.

Sebagai resiko atas tingkat emosional yang tinggi tersebut manajer memiliki

kecenderungan untuk membelokan keputusan karena tindakan masa lalu dan

memiliki kecenderungan untuk semakin meningkatkan komitmen yang telah

dibuatnya terlebih jika manajer itu menerima respon negatif atas keputusannya.

Kondisi yang sering disebut sebagai (throwing good money after bad) hal ini

disebut dengan eskalasi, sedangkan perilaku meningkatkan komitmen disebut

sebagai eskalasi komitmen. Perilaku yang menggambarkan eskalasi komitmen

bisa dilihat dengan kondisi ketika manajer memilih untuk memutuskan untuk

tetap mempertahankan suatu proyek meskipun proyek tersebut menunjukan

prospek ekonomi yang gagal.

Ratih (2010) menyebutkan fenomena eskalasi sebagai keputusan untuk

tetap melanjutkan proyek meskipun prospek ekonominya mengindikasikan

bahwa proyek tersebut harus dihentikan. Eskalasi komitmen terjadi pada

kondisi ketika organisasi maupun individu lebih memilih serangkaian tindakan

melanjutkan atau meninggalkan suatu proyek tersebut dengan ketidakpastian

2
pada hasil dari tindakan tersebut. menurut Staw (1997) juga menjelaskan hal

yang sama bahwa eskalasi komitmen terjadi ketika individu maupun organisasi

memilih serangkaian tindakan untuk tetap bertahan meskipun tengah ada

kerugian yang didapat, dimana kesempatan untuk tetap bertahan atau

meninggalkan komitmen tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian dalam

konsekuensinya.

Eskalasi komitmen itu sering dihubungkan dengan perilaku tidak perduli

terhadap tanda-tanda kegagalan. Ross dan Staw (1993) menyebutkan bahwa

penyebab timbulnya fenomena eskalasi diantaranya dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang ada pada individu seperti psikologis dan juga faktor eksternal

seperti sosial, organisasi dan proyek. Faktor psikologis dan sosial merupakan

faktor ego yang membuat bahwa individu akan menjaga nama baiknya didepan

sosial sehingga individu tersebut terkadang enggan mengakui bahwa dirinya

melakukan kesalahan dan kegagalan. Sementara faktor organisasi terkadang

sering dikaitkan kedalam dunia politik yang melibatkan orang-orang yang

berpengaruh didalam organisasi, dan faktor proyek lebih menunjukkan pada

tingkat pengembalian kegiatan bisnis yang tidak segera dicapai. Hal itu

mendorong manajer cenderung untuk melakukan hal tunggu dan lihat (wait and

see) perkembangan dari tingkat pengembalian tersebut.

Eskalasi komitmen dapat meyenbabkan perusahaan atau organisasi

mengalami kebangkrutan, eskalasi komitmen juga merugikan pihak yang telah

berpartisipasi dalam suatu proyek yang telah ditetapkan. Dwita (2007)

menyebutkan bahwa eskalasi komitmen dapat menyebabkam kerugian yang

3
lebih besar bagi perusahaan dibandingan dengan keputusan menghentikan

proyek segera setelah menunjukkan prospek yang buruk. Sehingga ini

merupakan keputusan yang berat untuk diambil oleh seorang manajer, sehingga

ada pemikiran jika maju rugi mundur pun rugi.

Agensi teori menawarkan penjelasan mengenai fenomena eskalasi.

Penelitian Harrison dan Harrell (1993) mengembangkan pandangan lebih luas

mengenai pengambilan keputusan berdasarkan kerangka teori keagenan.

Sehingga ini menggambarkan bahwa manajer dalam pengambilan keputusan

termotivasi oleh kepentingan sendiri, manajer dituntut tidak hanya

mementingkan sendiri karena manajer adalah pemegang kendali dari suatu

entitas yang menyangkut benyak kepentingan, sehingga akan berbuah fatal jika

manajer itu mementingkan dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan masukan

dari rekan-rekan yang memiliki kepentingan pada satu entitas yang sama.

Fenomena eskalasi komitmen yang terjadi di Indonesia yaitu kasus

Hambalang pada tahun 2004 yang disajikan oleh Sindo News (2016) , kasus ini

besar karena angka yang terlibat didalamnya bernilai sangat besar. Pada tahun

2005 perusahaan konsultan yang mengerjakan proyek Hambalang menolak

melanjutkan proyek karena struktur tanah yang rapuh dan menyarankan agar

tidak membangun di zona tersebut. selanjutnya pada tahun 2012, kemenpora

menyampaikan akan melanjutkan pembangunan, namum BPK menemukan

penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang yang menyebabkan kerugian

pada negara sejumlah Rp. 243 miliar. Kasus Hambalang ini menunjukkan

4
eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan investasi dengan adanya

tujuan untuk kepentingan pribadi.

Walaupun kasus ini sudah lama terjadi tetapi kasus ini menjadi bukti bahwa

manajer yang telah mengambil keputusan untuk berinvestasi pada suatu proyek

akan mempertahankan keputusannya tersebut bahkan mengeskalasi komitmen

demi mempertahankan citra manajer yang baik dimata masyarakat. Adanya

informasi yang menyatakan bahwa struktur tanah yang rapuh menujukkan

kegagalan proyek dan tidak diketahui pihak lain yang pada akhirnya tetap

melanjutkan proyek gagal tersebut. Perilaku tersebut mengindikasikan bahwa

agen tidak ingin reputasinya menjadi turun ketika proyek yang disajikan tidak

sesuai dengan tujuannya. Hal tersebut menimbulkan kondisi adverse selection

yang nantinya bisa saja berujung pada keputusan agen untuk melanjutkan

proyek atau menghentikan proyek. Apabila pemikiran agen hanya untuk

kepentingan diri sendiri dan reputasinya kemungkinan yang terjadi agen yang

menerima informasi negatif akan melakukan eskalasi komitmen.

Selain kasus Hambalang terdapat pula kasus yang terjadi pada KAP yang

bisa dibilang sebagai eskalasi komitmen yaitu KAP Purwanto, Sungkoro, dan

Surja (Member dari Ernst and Young Global Limited/EY) dikenakan sanksi

terkait dengan penggelembungan (over statement) pendapatan senilai Rp. 613

Miliar untuk laporan keuangan tahunan periode 2016 pada PT Hanson

International Tbk (MYRX) yang disajikan oleh CNBC Indonesia (2019). Over

statement yang disajikan oleh KAP tersebut bisa terjadi karena auditor pada

KAP tersebut salah dalam mengambil keputusan yang seharusnya KAP sebagai

5
pihak yang netral tidak melakukan hal seperti itu. Over statement yang terjadi

pada perusahaan tersebut mengakibatkan KAP yang bersangkutan

mendapatkan sanksi yang diberikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada

Sherly Jakom dari KAP tersebut karena terbukti telah melanggar undang-

undang pasar modal dan kode etik profesi akuntan publik, sehingga Surat Tanda

Terdaftar (STTD) sherly dibekukan selama 1 tahun. Selain itu ada juga kasus

yang menimpa KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang, dan Rekan (Member

dari BDO International). Pada Juni lalu, kementrian Keuangan melalui Pusat

Pembinaan Profesi Keuangan (P2PK) juga mengenakan sanksi pembekuan izin

selama 1 tahun terhadap Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumpea atas LKT 2018

dari PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang disajikan oleh CNBC Indonesia

(2019). Kesalahan penyajian laporan keuangan tahunan seharusnya sangat kecil

bisa terjadi terlebih melihat KAP yang menangani PT sekelas dengan Garuda

Indonesia. Itu bisa terjadi karena dalam pengambilan keputusan untuk

melakukan audit eksternal pihak KAP tidak komit dengan tujuan awal yang

dibentuk, sehingga terdapat faktor eksternal yang bisa mengubah kebijakan dari

KAP tersebut. sehingga KAP yang bersangkutan dikenakan sanksi atas

kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan tahunan berupa perintah tertulis

untuk melakukan perbaikan kebijakan dan prosedur.

Hasil beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan bukti bahwa

manajer yang membuat keputusan untuk memulai sebuah proyek dan kemudian

proyek tersebut tidak menguntungkan akan cenderung meneruskan proyek

dengan meningkatkan komitmennya atas proyek tersebut (Staw, 1976; Harrell

6
dan Harrison, 1994; Liang et al., 2014). Brockner (1992) berpendapat bahwa

self-justification theory adalah teori yang bisa menjelaskan perilaku eskalasi

komitmen pada tingkat pengambilan keputusan individu. Teori ini menjelaskan

bahwa setiap orang akan melakukan pembenaran atas keputusan yang sudah

diambil meskipun hasilnya tidak sesuai harapan demi kepentingan harga diri

atau citra semata. Dampaknya, tanggung jawab individu untuk memulai proyek

yang tidak menguntungkan menciptakan motif pembenaran diri. Sehingga

manajer bertahan dan tetap melanjutkan proyek (Chang et al., 2018).

Investigasi terhadap fenomena eskalasi komitmen diperlukan oleh

organisasi karena perilaku tersebut bisa menyebabkan kerugian ekonomi yang

besar. Imbas dari perilaku eskalasi komitmen tentu akan membahayakan.

Kerugian ekonomi yang besar bisa berujung pada kebangkrutan sebuah

organisasi (Dwita, 2007; Tine, 2013; Jackson et al., 2018). Hal tersebut

membuat peneliti ingin memasukan faktor-faktor yang memungkinkan bisa

mempengaruhi seseorang dalam melakukan eskalasi komitmen, disini peneliti

memasukan faktor-faktor diantaranya Job Rotation, Adverse Selection,

Karakteristik Individu, Informasi Future Benefit, dan Peer Pressure

Menurut Mondy (2008), job rotation adalah metode pelatihan dan

pengembangan dimana pegawai berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan

lainnya untuk memperluas pengalaman pegawai. Job rotation juga membantu

para pegawai untuk memahami berbagai pekerjaan dan saling ketergantungan

diantara pekerjaan-pekerjaan tersebut, sehingga akan meningkatkan

produktivitas dan efektifitas pekerjaan.

7
Job rotation merupakan suatu pergerakan dari satu pekerjaan ke pekerjaan

lain yang biasanya tanpa mengakibatkan perubahan dalam hal gaji atau pangkat

(Dessler 2009). Sehingga karyawan yang sudah sering melakukan job rotation

akan beranggapan bahwa dirinya sebagai senior sehingga akan mempengaruhi

psikologinya dalam hal pengambilan keputusan. Karena perasaan senioritas

yang tinggi dan merasa lebih tinggi dengan karyawan lainnya ia akan

termotivasi untuk melakukan hal-hal yang akan membuat namanya lebih harum

lagi yang bisa membuat dirinya naik jabatan dan sebagainya. Robbins

(2006:649) mengemukakan bahwa “Job Rotation adalah perubahan periodik

karyawan dari satu tugas ke tugas yang lain dengan tujuan untuk mengurangi

kebosanan dan meningkatkan motivasi lewat penganekaragaman kegiatan

karyawan” pada posisi kelas manajer job rotation akan mempengaruhi pola

pikir manajer yang membuatnya akan melakukan hal yang lebih baik demi

terlihat superior dimata manajer lain, ini bisa menyebabkan kesalahan dalam

pengambilan keputusan karena melibatkan kepentingan individu tanpa melihat

kepentingan perusahaan.

Selanjutnya yaitu tentang asimetri informasi, konflik kepentingan selalu

meningkat karena pihak principal tidak dapat memonitori kegiatan agent untuk

memastikan bahwa yang dilakukan agent telah sesuai dengan pihak principal.

Sebaliknya agent sendiri memiliki banyak informasi penting mengenai

kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini lah

yang memicu timbulnya ketidakseimbangan informasi antara principal dan

agent. Kondisi seperti ini disebut asimetri informasi.

8
Menurut Pertiwi (2015) asimetri informasi merupakan sebuah keadaan

dimana manajer mempunyai akses informasi atas prospek perusahaan yang

tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Menurut Sartono (2006) manajer

umumnya tidak memiliki pengetahuan yang lebih tentang pasar saham dan

tingkat bunga di masa datang, tetapi mereka umumnya lebih mengetahui

kondisi dan prospek perusahaan. Jika seorang manajer mengetahui prospek

perusahaan lebih baik dari analisis atau investor maka muncul apa yang disebut

asymmetric information.

Asimetri infromasi terjadi karena hanya satu pihak yang lebih mengetahui

mengenai informasi yang benar-benar terjadi seperti manajer lebih mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan di masa depan dibandingkan

pemegang saham atau stakeholders lainnya. Sehingga beberapa konsekuensi

tertentu hanya akan diketahui oleh satu pihak tanpa diketahui pihak lain yang

berkepentingan. Jika ini terjadi pada tingkat yang lebih ekstrim maka akan

mempengaruhi manajemen dan harga samam, yang berdampak akan merugikan

satu pihak.

Ada dua tipe asimetri informasi yaitu: adverse selection dan moral hazard.

Adverse selection adalah jenis asimetri informasi di mana satu pihak atau lebih

yang sedang melakukan atau yang akan melakukan suatu kegiatan transaksi

usaha, dan transaksi usaha potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak

lain. Adverse selection memungkinkan manajer akan melakukan keputusan-

keputusan yang akan lebih melindungi kepentingan individu dan perusahaan.

Dengan terdapatnya suatu asimetri informasi pada suatu perusahaan akan

9
memungkinkannya konflik yang terjadi antara principal dan agent yang saling

mencoba memanfaatkan pihak lain untuk kepentingan diri sendiri.

Setelah asimetri informasi terdapat pula karakteristik individu, perbedaan

yang terdapat pada setiap individu lainnya disebut karakteristik individu.

Perbedaan-perbedaan tersebut mencakup banyak hal, dan bisa saja hal-hal

tersebut menunjukan hal yang tidak terduga, sehingga setiap individu pasti

memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya

dan yang membedakannya yaitu individu itu sendiri.

Ratih Hurriyati, memberikan penjelasan tentang karakteristik individu

sebagai berikut: “Karakteristik individu merupakan proses psikologi yang

mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima

barang dan jasa serta pengalaman. Karaktersitik individu merupakan faktor-

internal (interpersonal) yang menggerakan dan mempengaruhi individu”.

Karakteristik bisa dilihat dari Keahlian, Pendidikan, Pengalaman kerja. Ini

merupakan penjelasan dari Thoha. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

karakteristik individu adalah suatu karakter atau suatu ciri-ciri seorang individu

yang menggambarkan keadaan sebenarnya individu tersebut dan juga yang

membedakan dengan individu lainnya.

Dari kesimpulan mengenai karakteristik individu bisa dikaitkan dengan

pengambilan kepututsan. Sangat memungkinkan setiap individu memiliki

pandangan yang berbeda akan suatu hal. Dua individu dengan karakteristik

yang berbeda jika dihadapkan dengan suatu permasalahan yang sama pasti

memiliki cara pandang yang berbeda atas penyelesaian masalah tersebut. yang

10
membedakan penyelesaian masalah itu berjalan baik atau tidak yaitu

pengalaman yang menjembatani individu itu agar lebih menguasai kondisi.

Selain itu dalam pengambilan keputusan pastinya subjeknya yaitu individu

sehingga individu sangat erat kaitannya dengan karakteristik individu.

Pengambil keputusan merupakan proses pemilihan dari berbagai informasi

alternatif yang tersedia. Sehingga tidak relevan jika dalam pengambilan

keputusan manajer hanya berpatokan pada informasi negatif masa lalu tanpa

mempertimbangkan informasi investasi alternatif lain yang lebih

menguntungkan dimasa yang akan datang (future benefit). Peningkatan eskalasi

terjadi ketika situasi keputusan tidak transparan dimana kurangnya informasi

tentang tingkat pengembalian tang diharapkan dan kesempatan investasi

alternatif (karlsson, 2005). Informasi future benefit mempengaruhi individu

dalam pengambilan keputusan yang akan ia ambil, terlebih jika dalam eskalasi

komitmen manajer dihadapkan dengan informasi future benefit akan sangat

berpengaruh terhadap eskalasi komitmen yang ia ambil.

Eskalasi komitmen selain berkaitan dengan nama baik seorang manajer,

juga dilakukan karena manajer berharap bisa mengendalikan keadaan yang

semula tidak berada pada posisi yang baik menjadi baik, sehingga informasi

future benefit sangat masuk akal jika dihubungkan dengan pengambil keputusan

dalam eskalasi komitmen.

Faktor terakhir yang penulis masukan sebagai variabel dependen yaitu Peer

Pressure. “Peer Pressure” adalah tekanan sosial dari sebuha kelompok

masyarakat, biasanya tekanan dari rekan kerja atau partner kerja yang

11
mengharuskan seseorang untuk bertindak dan berpikir dengan cara tertentu,

agar dia dapat diterima oleh kelompok masyarakat tersebut. tekanan untuk

mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja (Santrock,

2003). Tetapi pada eskalasi komitmen tekanan itu berupa rasa malu yang

dialami seorang manajer dalam hal gengsi, manajer akan membandingkan

dirinya dengan rekan kerja yang sejenis dan masayaratak akan menilai bahwa

performa manajer akan dibandingkan dari berbagai macam aspek sehingga

membuat individu manajer cenderung akan membandingkan dirinya dengan

manajer lain, tekanan itu yang sering disebut dengan peer pressure.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Peer Pressure adalah tekanan teman

sebaya yang seringkali dialami para manajer atau para pengambil keputusan,

karena manajer memiliki rasa bangga jika dirinya sederajat atau satu tingkat

diatas manajer lainnya sehingga menimbulkan rasa kepercayaan diri yang

membuat tekanan itu akan hilang, lain halnya jika manajer atau suatu individu

berada dibawah tekanan teman atau partner kerjanya, manajer yang buruk akan

melakukan segala cara agar posisi ia sekarang bisa menjadi sama atau satu

tingkat diatas manajer tersebut.

Peer Pressure tidak hanya bisa diperoleh dari individu, tetapi bisa juga dari

kelompok sosial atau kelompok pekerjaan, walaupun biasanya tekanan dari

individu tidak lebih berat dari tekanan kelompok. Baik individu maupun

kelompok, Peer Pressure dapat berpengaruh buruk bagi manajer dalam

menjalankan pekerjaannya, baik dalam kepemimpinannya, pengambilan

keputusan dan juga penyelesaian masalah, sehingga perlu ada mental yang kuat

12
dari individu manajer itu sendiri untuk mengatasi tekanan yang bisa datang dari

individu maupun kelompok. Ketika dikaitkan dengan eskalasi komitmen Peer

Pressure merupakan pengaruh eksternal yang dampaknya sangat besar bagi

manajer, manajer dalam eskalasi komitmen akan sangat mempertimbangkan

rasa tekanan yang ada dalam dirinya, ia akan mengambil berbagai macam

tindakan agar proyek yang sedang ia jalankan bisa berjalan dengan baik atau

sesuai rencana.

Dalam Al-Qur’an telah menjelaskan tentang gaya kepemimpinan yang

harus diambil oleh seorang manajer agar dapat menjadi contoh pemimpin bagi

uamt yang dipimpinnya, agar tidak semena-mena dalam jabatan yang ia

dapatkan yang telah dijelaskan dalam surah Q.S An-Nisa’ ayat 59, yang

berbunyi :

‫َا َ۟ا َُٓن ََُّٱا َ نيِأََّٱ ه َُّأي َ َٰٓأ َ ي‬


‫َه َ۟ ِاأعن َٱ‬ ‫ر َََ۟ ِاأعن َٱ‬
َ‫َا نٱ‬ ‫ٱٱُُٓن َٱن َ َ َ َٓ ِٱل ََ۟ ن ََ ِو َ نل ن‬
‫َُ َٱ‬ ِ َِّ‫ونِٱ ََٰ هََُْ َََٰ نَٱن نَإ‬

َ ٍ ‫َهِ ِى َو نَ نلََُّٰٓٱرن‬
‫َوَ۟ٱ‬ ‫ر نٱ‬
‫َُ ِٱ‬ ‫اَ ِٱل َََ َ َأ ََ ِٱن ِِ نِٱ‬
‫َه َٰننَ ُِٓنَََّٱ نَُُٰ نَٱن ِىَّ َََ نل ن‬ َ
ِ َ۟ ‫ٱٱَر‬ ‫َل هيَ ِ ََٰٱ‬ ‫ٱََ۟حَ َٱ‬
‫ُ ََأ َٱ‬ ‫ََٰيَ َِأ َٱ‬
َ َّ‫ر ن‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan

ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul

(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

Saat ini sudah cukup banyak peneliti yang mulai melakukan penelitian

terkait dengan eskalasi komitmen yang memiliki variabel independen yang

berbeda-beda yang masih berhubungan dengan eskalasi komitmen. Seperti

13
penelitian yang dileteliti oleh Eguschi (2015) adverse selection berpengaruh

positif terhadap eskalasi komitmen dan job rotation tidak berpengaruh positif

terhadap eskalasi komitmen. Penelitian ini diambil dari dua penelitian

terdahulu. Dari kedua acuan penelitian tersebut terdapat satu variabel yang sama

yaitu adverse selection yang juga menjadi salah satu variabel yang dipilih

penulis dan dari hasil penelitian keduanya memiliki kesimpulan yang sama

bahwa adverse selection berpengaruh terhadap eskalasi komitmen. Selanjutnya,

variabel job rotation diambil penulis dari acuan milik Soma dan Restuti (2017).

Berbeda halnya dengan penelitian yang diteliti oleh Dwita (2007), Helmayunita

(2015) yang lebih dahulu diteliti menunjukan keadaan bahwa kondisi adverse

selection tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap eskalasi komitmen.

Berlainan dengan penelitian yang diteliti oleh Sari dan Wirakusuma (2016),

Soma dan Restuti (2017) yang menunjukan hasil bahwa adverse selection

berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen. Penelitian yang menunjukan

hasil positif memiliki tahun yang lebih terbaru dibandingkan dengan yang

menunjukan tidak berpengaruh.

Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan dari berbagai

informasi alternatif yang ada. Sehingga tidak relevan jika dalam pengambilan

keputusan manajer hanya berpedoman pada informasi masa lalu yang

cenderung negatif tanpa mempertimbangkan informasi alternatif lainnya pada

masa mendatang (future benefit) yang sebenernya lebih menguntungkan jika

manajer teliti dan berhasil memanfaatkannya dengan tepat. Penelitian terkait

informasi future benefit (Efriyanti, 2005; Suwarni et al., 2011; Wildan, 2014)

14
menyatakan bahwa informasi future benefit berpengaruh positif terhadap

pengurangan eskalasi komitmen, artinya informasi future benefit cenderung

mempengaruhi manajer dalam berhati-hati dalam melakukan keputusan dalam

eskalasi komitmen.

Selanjutnya penelitian pada variabel karakteristik individu, karakteristik

individu dibagi dengan berbagai macam dan itu tergantung pada individu-

individu, jika karakteristik individu dihubungkan dengan overconfidence sudah

ada peneliti terhadulu yang telah meneliti seperti Ronay et al., (2016) dan Tine

(2013). Mereka menguji overconfidence terhadap keputusan untuk melakukan

eskalasi komitmen dan hasilnya menunjukan bahwa tingkat karakteristik

individu yang tinggi bisa mempengaruhi seorang manajer dalam mengambil

keputusan dalam eskalasi komitmen. Penelitian yang mencoba menghubungkan

karakteristik individu, seperti overconfidence pada pengambilan keputusan

eskalasi komitmen masih sangat sedikit ditemukan, beberapa peneliti seperti

Soma dan Restuti (2017) serta Helmayunita (2015) juga menyarankan untuk

penelitian selanjutnya dalam pengujiannya disertakan variabel karakteristik

individu dan dihubungkan dengan eskalasi komitmen.

Penelitian ini merupakan penambaharn dari penelitian sebelumnya yang

sudah dikembangkan oleh Soma dan Restuti (2017) serta Helmayunita (2015).

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada

penelitian ini ditambahkan variabel-variabel independen yang pada penelitian

sebelumnya belum diteliti atau msih sedikit diteliti oleh peneliti lainnya seperti

15
karakteristik individu dan peer pressure serta menggunakan sampel yaitu

manajer keuangan pada kantor akuntan publik yang ada di daerah Jakarta.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul PENGARUH JOB ROTATION, ADVERSE

SELECTION, KARAKTERISTIK INDIVIDU, INFORMASI FUTURE

BENEFIT, DAN PEER PRESSURE TERHADAP ESKALASI

KOMITMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN

INTERNAL LOCUS OF CONTROL SEBAGAI VARIABEL

PEMODERASI

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan

masalah yang terdapat dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah job rotation berpengaruh negatif terhadap eskalasi komitmen

dalam pengambilan keputusan?

2. Apakah adverse selection berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen

dalam pengambilan keputusan?

3. Apakah karakteristik individu berpengaruh positif terhadap eskalasi

komitmen dalam pengambilan keputusan?

4. Apakah informasi future benefit berpengaruh positif terhadap eskalasi

komitmen dalam pengambilan keputusan?

5. Apakah peer pressure berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen

dalam pengambilan keputusan?

16
6. Apakah Internal locus of control memperkuat pengaruh positif adverse

selection dengan eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan?

7. Apakah Internal locus of control memperlemah pengaruh positif peer

pressure dengan eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini diantaranya:

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh negatif job rotation terhadap

eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh positif adverse selection terhadap

eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh positif karakteristik individu

terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh positif informasi future benefit

terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

5. Untuk menguji secara empiris pengaruh positif peer pressure terhadap

eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

6. Untuk menguji secara empiris pengaruh positif adverse selection terhadap

eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan dengan locus of control

sebagai variabel pemoderasi.

7. Untuk menguji secara empiris pengaruh negatif peer pressure terhadap

eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan dengan locus of control

sebagai variabel pemoderasi.

17
D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Diharapkan dapat menjadi referensi penelitian-penelitian selanjutnya

yang temanya saling berhubungan dengan eskalasi komitmen sehingga

dapat dikembangkan lagi.

2. Praktis

Diharapkan setelah selesainya hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi

manajer keuangan untuk bisa meminimalisir eskalasi komitmen dalam

pengambilan keputusan, sehingga dapat menekan berbagai resiko negatif

yang akan mempengaruhi kualitas manajer itu sendiri senrta

keberlangsungan hidup perusahaan.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rerangka Teori

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan banyak diartikan oleh banyak peneliti-peneliti dan ilmuan

yang sudah lebih dahulu mengembangkan teori ini, salah satunya yaitu

hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih prinsipal

(pemilik) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa atas nama

mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan

kepada agen, Endrianto (2010). Teori agensi mengeksplorasi bagaimana

kontrak dan insentif dapat ditulis untuk memotivasi setiap individu-individu

untuk dapat memenuhi kesamaan tujuan. Teori ini berusaha untuk mejelaskan

dengan konsep yang jelas faktor-faktor utama yang sebaiknya dipertimbangkan

dalam merancang kontrak insentif. (Anthony & Govindarajan, 2005:269).

Menurut Rudledge dan Karim (1998) ketika kepentingan agen bertentangan

dengan kepentingan perusahaan, agen memiliki insentif untuk melalaikan tugas

(incentive to shirk). Insentif tersebut mendorong agen membuat keputusan yang

bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Model agensi berasumsi bahwa

untuk bertindak atas insentif mengabaikan kepentingan perusahaan, agen harus

memiliki kesempatan. Ketersediaan informasi dapat menjadi sarana bagi

kesematan tersebut. masalah adverse selection kemudian muncul ketika agen

termotivasi untuk tidak menyajikan informasi privar agar dapat

mengimplementasikan keputusa. Jika perusahaan dan agen memiliki

19
ketersediaan informasi yang sama (simetri informasi), maka perusahaan dapat

membuktikan apakah agen bertindak sejalan dengan seluruh kepentingan

perusahaan. Agen tidak akan memiliki kesempatan untuk mengabaikan atau

membuat keputusan yang bertentangan dengan seluruh kepentingan

perusahaan.

Ketika agen memiliki informasi privat yang tidak tersedia bagi perusahaan

(asimetri informasi), perusahaan tidak lagi dapat menguji apakah keputusan

agen sejalan dengan kepentingan perusahaan, karena sulit ditebak oleh prinsipal

dikarenakan ketidak tersediaan informasi yang dimiliki prinsipal. Hal ini

memberikan kesempatan bagi agen untuk mengabaikan kepentingan

perusahaan dengan membuat keputusan yang bertentangan dengan kepentingan

perusahaan. Ketika agen berada dalam posisi incentive to shirk dan opportunity

to shirk yang dalam hal ini adalah keberadaan informasi privat, maka adverse

selection dapat terjadi.

Harrell dan Harrison (1994) menemukan bahwa ketika agen (manajer

proyek) memiliki insentif untuk melalaikan tugas maupun informasi privat,

maka agen akan berperilaku yang mengarah pada kepentingan pribadi dan tidak

memaksimalisasi keuntungan yang diharapkan perusahaan. Perilaku agen yang

mendasari kepentingan individunya akan tetap mengalokasikan dana untuk

proyek tersebut walaupun proyek tersebut sudah ada tanda atau mengidikasikan

bahwa proyek tersebut seharusnya dihentikan.

20
Menurut Gudono (2009 : 176) Teori keagenan dibentuk sebagai upaya

untuk memahami dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidak

lengkapan informasi pada saat melakukan kontrak. Ia menyebutkan bahwa jika

agen memiliki keunggulan dalam hal informasi yang tidak dimiliki prinsipal

dan kepentingan agen dengan prinsipal berbeda maka akan terjadi masalah

antara agen dan prinsipal yang bisa menguntungkan dirinya sendiri dan

merugikan pihak perusahaan.

2. Teori Prospek

Kahneman dan Tversky memulai penelitian mereka untuk menyelidiki

kejanggalan dan kontradiktif perilaku manusia, ketika subjek ditawari satu

pilihan yang menjelaskan kepada kerugian maka subjek tersebut akan

cenderung bersikap menolak resiko (risk aversion), tetapi ketika subjek ditawari

suatu hal yang mempunyai esensi kepada keuntungan maka sikap dari subjek

tersebut cenderung dan bisa dikatakan berani mengambil resiko (risk seeking).

Esensi hasil riset Kahneman dan Tversky yang sangat penting mengungkapkan

bahwasannya perilaku orang dalam mengambil keputusan yang

berkesinambungan dengan keuntungan sangat jauh berbeda dengan prospek

yang menggambarkan pada pengambilan keputsan yang berhubungan dengan

kerugian.

Analisis pengambilan keputusan di bidang ekonomi pada era ini didominasi

oleh expected utility theory. Dominasi teori ini nampak jelas dalam pembahasan

tentang pembuatan keputusan pada kondisi ketidakpastian yang terdapat dalam

berbagai literatur akuntansi manajemen, manajemen keuangan, dan ekonomi

21
manajerial (Gudono dan Hartadi, 1998. Expected utility theory menganggap

bahwa individu bisa membuat keputusan secara efisien dan memiliki informasi

yang lengkap untuk mengoptimalkan utilitasnya. Dengan kata lain, individu

akan bertindak rasional tanpa terpengaruh oleh urutan informasi yang

diterimanya maupun penggambaran situasi yang dihadapinya.

Sahmuddin (2003) menyebutkan bahwa prospect theory merupakan teori

yang diajukan untuk mengkritik expected utility theory yang dikemukakan oleh

Friedman dan Savage (1948). Kahneman dan Tversky menyimpulkan bahwa

expected utility theory tidak valid jika digunakan sebagai suatu model yang

deskriptif. Selanjutnya mereka mengembangan suatu model alternatif dari

pembuatan keputusan berisiko secara individual yang disebut prospect theory.

3. Self Justification Theory

Salah satu teori yang digunakan untuk menjelaskan fenomena eskalasi

komitmen adalah Self Justification Theory. Walaupun masih banyak teori yang

bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena eskalasi komitmen, teori ini

dipilih sebagai penjelasan yang paling relevan untuk fenomena Eskalasi

Komitmen pada level pengambilan kepututsan individu (Brockner, 1992).

Pengambilan keputusan itu bisa dalam informasi investasi atau keputusan yang

lain yang diputusakan oleh seorang pengambil keputsuan. Teori ini menyatakan

bahwa ketika manajer proyek dihadapkan dengan kemunduran selama proyek

itu berlangsung, maka mereka akan menaikkan komitmennya yang mereka

miliki dalam upaya mengembalikan proyek itu atau mempraktikan hal yang

masuk akal pada tindakan yang tidak masuk akal.

22
Self-justifiation theory menjelaskan bahwa manajer yang terlibat dari awal

pada suatu proyek akan cenderung melanjutkan proyek tersebut walaupun

keadaan ekonomi menunjukkan bahwa proyek tersebut mengalami kerugian

dibandingkan dengan manajer yang tidak terlibat dari awal, karen manajer yang

terlibat diawal cenderung memiliki tekanan mental yang lebih besar karena bisa

merepresentasikan kinerja manajer itu sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa

manajer yang bertanggung jawab untuk investasi sebelumnya tidak akan

mengakui pada diri mereka sendiri atau orang lain bahwa penggunaan sumber

daya mereka sebelumnya adalah salah. Mereka akan cenderung untuk

meningkatkan komitmen karena harus membenarkan diri mereka sendiri

terhadap keputsuan sebelumnya yang mereka buat. (chong dan suryawati,

2010).

Staw (1976). Menyebutkan bahwa self justification dapat dijelaskan dengan

teori kognitif disonan. Teori tersebut menjelaskan bahwa ketika individu telah

membuat keputusan awal mengenai suatu tindakan tertentu, maka respon balik

negatif merupakan disonan bagi keputusan awal tersebut.

4. Job Rotation

Chong dan Surwayati (2007) mendefinisikan kebijakan job rotation sebagai

perpindahan tugas secara lateral bagi para karyawan dalam suatu organisasi

dengan berbagai variasi interval waktu, seperti lima tahun atau lebih yang

berlaku untuk semua jenis karyawan sepanjang karir mereka, dimana tidak

termasuk promosi. Berbagai perspektif teori menjelaskan mengapa perusahaan

perlu mengadopsi kebijakan job rotation. Employee learning and motivation

23
theory mengemukakan bahwa penggunaan job rotation membawa banyak

keuntungan bagi perusahaan. Mengadopsi job rotstion meningkatkan

pengalaman karyawan yang kemudian membawa kepada akumulasi sumber

daya manusia, dan mengurangi kebosanan karyawan dan membuat pekerjaan

tertentu menjadi lebih menarik bagi karyawan.

Dalam pengendalian mekanisme yang efektif job rotation juga dapat

digunakan. Sebagai contoh, Eguchi (2005) menemukan bahwa transfer karywan

diantara berbagai pekerjaan dalam perusahaan dapat mencegah karyawan dari

performa yang melibatkan ativitas untuk kepentingan individu. Dalam literatur

auditing, perubahan auditor dapat meningkatkan independensi auditor dan

meningkatkan objektivitas kinerja auditor dalam membuat laporan penilaian

audit. Chong dan Surwayati (2007) berpendapat bahwa dengan rotasi auditor,

pekerjaan auditor akan lebih objektif dan independen. Dopuch et al. (2001)

secara empiris membuktikan bahwa kewajiban rotasi dapat meningkatkan

independensi auditor, karena semakin sering auditor itu berotasi maka semakin

sulit juga untuk auditor malekukan tidak kecurangan karena subjek yang

dihadapinya akan berbeda-beda.

5. Adverse Selection

Manajer memiliki informasi lebih banyak tentang internal perusahaan dan

prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan dengan pemilik,

karena pemilik tidak memiliki kepentingan secara langsung yang mana

kepentingan itu dipercayakan kepada manajer itu sendiri. Kondisi

ketidakseimbangan informasi ini dinamakan informasi asimetri (asymmetric

24
information). Informasi asimetri dapat menimbulkan dua permasalahan yang

disebabkan adanya kesulitan pemilik untuk memonitor dan melakukan control

terhadap tindakan-tindakan manajer. Menurut Junita (2009) permasalahan

tersebut adalah :

a. Moral hazard, yakni permasalahan yang timbul jika manajer tidak

melaksanakan hal-hal yang telah disepakati dalam kontrak kerja. Hal

ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan manajer tidak seluruhnya

diketahui oleh pemegang saham maupun kreditur.

b. Adverse selection, yaitu suatu keadaan dimana pemilik tidak dapat

mengetahui apakah suatu keputusan yang diambil oleh manajer

benar-benar didasarkan atas informasi yang telah diperolehnya atau

terjadi kelalaian tugas (incentive to shirk)

6. Karakteristik Individu

Karakteristik individu adalah perbedaan yang terdapat dalam setiap individu

dengan individu lainnya, karakteristik individu cenderung berbeda setiap

individunya. Orang-orang meberikan kemampuannya yang ada dalam setiap

diri individu tersebut untuk suatu organisasi tetap berdiri. Kemampuan tersebut

lah yang dinamakan karakteristik individu. Ratih Hurriyati, memberikan

pengertian tentang karakteristik individu sebagai berikut: “Karakteristik

individu merupakan proses psikologi yang mempengaruhi individu dalam

memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman.

Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang

menggerakan dan mempengaruhi individu”.

25
Menurut Ribhan, karakteristik individu mencakup usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, status perkawinan di masa kerja dalam organisasi.

Sedangkan pendapat dari Thoha menyebutkan bahwasannya karakteristik

individu dapat dilihat dari:

1. Keahlian.

2. Pendidikan.

3. Pengalaman kerja.

Setiap orang memiliki pandangan , tujuan, kebutuhan serta kemampuan

yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan itulah yang akan

menunjukan kearah mana keputusan itu akan diambil. Karakteristik individu

juga bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan eskalasi komitmen dalam

pengambilan keputusan, seperti karakteristik individu yang menggambarkan

overconfidence akan berbeda dengan karakteristik individu yang memiliki

tingkat kepercayaan diri yang biasa saja bahkan condong kearah risk aversion.

7. Informasi Future Benefit

Penjelasan informasi future benefit pada penelitian ini yaitu memberikan

suatu informasi yang berisikan informasi investasi pilihan yang lebih

menguntungkan di masa yang akan datang. Upaya pengurangan eskalasi

komitmen yang disarakan Ghost (1997) salah satunya dengan memberikan

sebuah informasi future benefit ersebut (Bambang Subroto dkk, 2011:14).

26
Menurut Efriyanti (2005) Reaksi peningkatan komitmen terhadap historical

cost mengindikasikan tidak adanya informasi mengenai keuntungan-

keuntungan yang akan datang dari tambahan aliran kas keluar. Staw (1976)

memperlihatkan bahwa pengambilan keputusan yang tidak diinformasikan

mengenai keuntungan potensial atas tambahan investasi dimasai mendatang,

cenderung mengadopsi suatu pola yang salah dari kelanjutan investasi. Dengan

kata lain future benefit merupakan sebuah strategi yang tepat untuk mereduksi

eskalasi komitmen. Karena dengan informasi future benefit manajer cenderung

akan mengetahui persentase gambaran keuntungan yang akan diperoleh lalu

menentukan sebuah keputusan yang akan ia ambil, sehingga keputusan itu lebih

berpower karena sudah melewati pertimbangan informasi yang jelas.

Penelitian Yuliusman (2013) mendapatkan hasil bahwa Strategi umpan

balik yang tidak ambigu lebih membantu kelompok terhindar dari permasalahan

eskalasi komitmen, sedangkan strategi progress report, dan future benefit lebih

membantu individu terhindar dari permasalah eskalasi komitmen dibandingan

kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara

informasi future benefit terhadap eskalasi komitmen.

8. Eskalasi Komitmen

Definisi mengenai eskalasi komitmen menurut Suartana (2010:108) adalah

komitmen seorang pengambil keputusan untuk tetap melanjutkan dan

memperluas komitmen awalnya terhadap pelaksanaan suatu investasi proyek

atau usaha-usaha tertentu yang sudah tidak menguntungkan atau memberikan

umpan yang negatif.

27
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, h. 151) disebutkan bahwa

eskalai adalah pertambahan jumlah, pertambahan volume dan kenaikan.

Sementara itu Oxford Leaner’s Pocket Dictionary (2008, h. 145) eskalasi

diterjemahkan sebagai “become or make something bigger or more serious”.

Dengan demikian eskalasi komitmen dapat dikatakan sebagai upaya

meningkatkan keseriusan atau keloyalan terhadap komitmen yang telah dibuat.

Eskalai komitmen dapat terjadi ketika individu atau organisasi dihadapkan

pada dua kesempatan atas serangkaian tindakan yang telah dilakukan (dalam

hal ini serangkaian tindakan yang telah diambil ternyata tidak berjalan seperti

yang diharapkan). Individu atau organisasi tersebut berkesempatan untuk

memilih bertahan atau menarik kembali serangkaian tindakan yang telah

dilakukan. Kedua kesempatan tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian

dalam konsekuensinya. Khanifan (2015: 21) mencontohkan, ketika organisasi

mengetahui bahwa sebuah produk pengembangan yang baru memiliki

kemungkinan, yakni menguntungkan mampu tidak menguntungkan di masa

yang akan datang, melanjutkan investasi pada produk tersebut adalah

merupakan eskalasi komitmen.

Menurut Maria dan Milka (2012:271) eskalasi komitmen merupakan

perilaku untuk meningkatkan komitmen dengan tetapmenjalankan keputusan

proyek walaupun proyek tersebut akan memberikan umpan balik negatif.

Seorang manajer dapat mengalokasikan sumber daya tambahan pada proyek

yang dianggap tidak menguntungkan ini.

28
Menurut Kreitner dan Kinicki (2005: 23) Eskalasi Komitmen adalah

kecenderungan tindakan untuk bertahan atau berada pada suatuasi yang tidak

efektif untuk jangka waktu yang lama. Perilaku Eskalasi Komitmen dapat

terjadi ketika seorang manajer memilih untuk tetap melanjutkan proyek

investasinya walaupun proyek investasi tersebut mengindikasikan kegagalan

atau dengan kata lain proyek investasi tersebut tidak memberikan keuntugnan

yang maksimal bagi perusahaan. Itu dilakukan manajer demi mempertahankan

nama baik manajer tersebut yang sudah membuat keputusan yang sejak awal

proyek itu ingin diputuskan dan proyek tersebut mulai jalan, sehingga manajer

merasa namanya akan buruk ketika proyek itu gagal sehingga manajer

melakukan eskalasi komitmen demi membuat proyek tersebut bisa berjalan

kembali sesuai yang diharapkan.

9. Locus of Control

Julian Rotter yang berprofesi sebagai seorang peneliti kepribadian pernah

mengidentifikasi suatu dimensi kepribadian yang diberi nama lokus

pengendalian (Locus of Control), yang menjelaskan tentang perbedaan-

perbedaan kepribadian seorang. Julian Rotter berpendapat bahwa, individu akan

cenderung menyangkutkan penyebab dari perilaku dikarenakan faktor dalam

diri individu itu sendiri atau juga disebabkan oleh faktor lingkungan, hal ini

yang menghasilkan perbedaan-perbedaan kepribadian setiap individu (Kreitner

dan Kinicki, 2005:179).

Menurut Tsui dan Gul (1996) Locus of Control didefinisikan sebagai sejauh

mana seseorang merasakan hubungan kontijensi antara tindakan dan hasil yang

29
mereka peroleh. Locus of Control dibagi menjadi dua bagian yaitu internal

Locus of Control dan eksternal Locus of Control, apabila seseorang individu

percaya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan takdir

mereka disebut internal Locus of Control, oleh karena faktor internal tersebut

maka manajer berpendapat bahwa dirinya dapat mengendalikan suatu masalah

yang bisa ia selesaikan dengan pendapat dirinya sendiri, inilah yang bisa

menjadi penyebab eskalasi komitmen dilakukan oleh manajer. Apabila seorang

individu yang dimaksud manajer tersebut percaya bahwa mereka memiliki

kemampuan untuk mengendalikan takdir mereka disebut internal Locus of

Control.

Dalam hal ini, individu akan mempercayai bahwasannya pengendalian itu

terletak dalam diri merika itu sendiri. Sedangkan ekternal Locus of Control

adalah orang yang percaya bahwa hasil yang mereka dapatkan ditentukan oleh

faktor kondisi ektrinsik atau diluar mereka sendiri. Sebagai contoh, oleh takdir,

keberuntungan, kekuatan lain atau sesuatu hal yang tidak dapat diprediksi.

Kreitner dan Kinicki (2005:180) Menyebutkan perbedaan antara internal Locus

of Control dan eksernal Locus of Control dari hasil penelitian para ahli tentang

Locus of Control, perbedaan-perbedaan tersebut adalah :

a. Kelompok internal menunjukkan motivasi yang lebih besar dalam

bekerja.

b. Kelompok internal memiliki pengharapan yang lebih kuat bahwa

usaha akan mengarah pada persepsi.

30
c. Kelompok internal menujukkan prestasi yang lebih tinggi pada

tugas-tugas yang melibatkan proses belajar atau pemecahan

persoalan, di mana prestasi mengarah pada pengargaan yang berarti.

d. Terdapa suatu hubungan yang lebih kuat antara kepuasan kerja

dengan prestasi bagi kelompok internal daripada eksternal.

e. Kelompok internal memperoleh gaji yang lebih tinggi dan

peningkatan gaji yang lebih besar dari kelompok eksternal.

f. Kelompok eksternal lebih cenderung lebih khawatir dari pada

kelompok internal.

Faktor internal lebih banyak dikaitkan pada variabel-variabel independen

pada penelitian ini, karena pada setiap variabel berpengaruh tentang

kepribadian seorang individu manajer itu sendiri.

10. Pengambilan Keputusan

Menurut Rizkianto (2012: 23) pengambilan keputusan merupakan proses

pemilihan berbagai alternatif yang digunakan untuk memecahkan suatu

masalah. Sedangkan, menurut Arfan dan Muhammad (2005: 203) pengambilan

keputusan didefinisikan sebagai proses memilih di antara berbagai alternatif

tindakan yang berdampak pada masa depan. Pengambilan keputsan pada

akhirnya akan menghasilkan suatu pilihan final berupa tindakan atau opini.

Dalam mengambil keputusan individu seringkali dihadapkan dengan

berbagai keadaan yaitu keadaan unik, ketidak pastian, jangka panjang dan

kompleksitas ( Marimin, 2005 : 10). Maksud dari keadaan yang unik yaitu

31
masalah tersebut tidak mempunyai preseden dan di masa depan mungkin tidak

akan berulang kembali. Keadaan tidak pasti yaitu bahwa faktor-faktor yang

diharapkan mempengaruhi dan memiliki kadar informasi yang sangat rendah.

Ibnu Syamsi (2000: 16) berpendapat bahwa pengambilan keputusan

tergantung dari permasalahan yang dihadapi dan juga dasar seorang manajer

dalam pengambilan sebuah keputusan antara satu manajer dengan manajer

lainnya tidaklah sama.

11. Peer Pressure

Menurut Fatima (2012) “In general, the social circle of a person comprises

of his or her peers, which consultitute siblings, friends and acquaintances”.

Berdasarkan pengertian tersebut, secara umum lingkaran pertemanan seseorang

terdiri atas teman-teman sebaya yang merupakan saudara, teman dan kenalan.

Sehingga arti teman sebaya yang sesungguhnya bukan hanya teman secara

umum, saudara-saudara atau kenala yang baru tetapi lebih kearah teman yang

memiliki rentan usia yang tidak jauh selisih tahunnya dengan kita.

Holward. N.M (2004) “Peer pressure is defined as when people your own

age encourage or urge you to do something or to keep from doing something

else, no matter if you personally want to do it or not”. Pengertian tersebut yaitu

ketika seseorang seusia anda mendorong atau mendesak anda untuk melakukan

sesuatu atau untuk mempertahankan sesuatu yang lain, tidak peduli apakah anda

secara pribadi ingin melakukan atau tidak. Pengertian tersebut sama seperti

ketika manajer melakukan eskalasi komitmen karena tekanan atas rekan

32
manajer lain yang mempengaruhi manajer tersebut untuk melakukan hal yang

lebih baik, atau manajer ingin terlihat bahwa dirinya berhasil dalam

pengambilan keputusan yang ia buat.

B. Penelitian Terdahulu

Dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menunjukan

hasil yang cenderung sama. Penelitian tentang eskalasi komitmen dalam

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Maria dan Milka (2015)

menyatakan bahwa adverse selection berpengaruh positif terhadap

kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen dan sejalan dengan

penelitian yang dileteliti oleh Eguschi (2015) yang menyatakan bahwa adverse

selection berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen, serta penelitian Sari

dan Wirakusuma (2016), Soma dan Restuti (2017) yang menunjukan hasil

bahwa adverse selection berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen.

Penelitian yang menunjukan hasil positif memiliki tahun yang lebih terbaru

dibandingkan dengan yang menunjukan tidak berpengaruh. Berbeda halnya

dengan penelitian yang diteliti oleh Dwita (2007), Helmayunita (2015)

menunjukan keadaan bahwa kondisi adverse selection tidak memiliki pengaruh

signifikan terhadap eskalasi komitmen.

Stephen dkk (2004) kondisi adverse selection akan bertambah kuat jika

didukung dengan internal locus of control. Sehingga locus of control

berpengaruh positif untuk memperkuat adverse selection penjelasan tersebut

didukung juga dengan teori keagenan yang mana agen dan prinsipal memiliki

porsi yang berbeda dalam menjalankan pekerjaannya.

33
Penelitian terkait informasi future benefit (Efriyanti, 2005; Suwarni et al.,

2011; Wildan, 2014) menyatakan bahwa informasi future benefit berpengaruh

positif terhadap pengurangan eskalasi komitmen, artinya informasi future

benefit cenderung mempengaruhi manajer dalam berhati-hati dalam melakukan

keputusan dalam eskalasi komitmen.

Ronay et al., (2016) dan Tine (2013). Mereka menguji overconfidence

terhadap keputusan untuk melakukan eskalasi komitmen dan hasilnya

menunjukan bahwa tingkat karakteristik individu yang tinggi bisa

mempengaruhi seorang manajer dalam mengambil keputusan dalam eskalasi

komitmen. Penelitian yang mencoba menghubungkan karakteristik individu,

seperti overconfidence pada pengambilan keputusan eskalasi komitmen masih

sangat sedikit ditemukan, beberapa peneliti seperti Soma dan Restuti (2017)

serta Helmayunita (2015).

Chong dan Surwayati (2007) dengan judul De-escalation strategies: The

impact of job rotation and monitoring control on managers’ project evaluation

decisions yang menyatakan bahwa job rotation dan monitoring control mampu

mengurangi kecenderungan eskalasi komitmen pada keputusan evaluasi proyek

oleh manajer.

Penelitian Sahmuddin (2003) menunjukkan hasil bahwa tidak adanya

perbedaan keputusan individu yang berpengalaman dan tidak berpengalaman

jika informasi disajikan dalam framing baik positif maupun negatif. Sehingga

pengambilan keputusan yang dilakukan manajer jika pada pengambilan

keputusan tersebut dihadapkan pada informasi yang disajikan dalam framing

34
positif dan negatif tidak adanya perbedaan, artinya berbeda jika informasi yang

disajikan tidak dikemas pada framing maka pengambilan keputusan akan

berbeda.

Chong dan Syarifuddin (2010) menunjukkan hasil bahwa pembuat

keputusan cenderung melakukan eskalasi ketika terdapat conformity pressure

(tekanan) dan self-esteem (harga diri) yang tinggi yaitu dengan melanjutkan

projek yang mengindikasikan kegagalan. Sehingga peer pressure bisa dikatakan

berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

Serta didukung oleh penelitian Fatima (2012) peer pressure berpengaruh positif

terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan, dikarenakan

terdapat tekanan yang dapat membuat manajer melakukan suatu tindakan dalam

pengambilan keputusan.

Yahya dan Surya (2012) menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh yang

positif antara framing effect dengan eskalasi komitmen. Kecenderungan

eskalasi komitmen yang semakin tinggi seiring dengan semakin tingginya

pengalaman seorang manajer, manajer yang memiliki pengalaman bekerja

tinggi akan cenderung melakukan eskalasi komitmen.

Erlinda dan Sukirno (2014) menunjukan hasil bahwa pengambilan

keputusan yang berada positif framing tidak akan melakukan investasi

sedangkan pada posisi negative framing, pengambilan keputusan akan

melanjutkan investas. Tidak terdapat pengaruh Locus of Control pada

pengambilan keputusan investasi

35
Carol, Ruben dan Nupur (2014) menunjukan hasil bahwa eskalasi

komitmen terjadi pada manajer yang cenderung individualis, seperti yang

terjadi di Negara Amerika, di mana masyarakatnya cenderung individualis, jika

dihubungan dengan teori Self justification theory maka penelitian ini

berkesinambungan dengan teori tersebut yang menyatakan bahwa individualis

berpengaruh pada eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

Endah Suwarni (2011) memiliki hasil penelitian yaitu :

i. Subyek yang mempunyai locus of control tinggi/internal locus of

control lebih tinggi tingkas eskalasi komitmennya daripada subyek

yang mempunyai locus of control rendah/external locus of control

ketika memperoleh informasi kinerja investasi masa lalu negatif.

ii. Pemberian informasi future benefit alternatif yang lebih

menguntungkan pada subyek yang mempunyai internal locus of

control dapat memperkecil tingkat eskalasi komitmennya.

Barron, Gjerde (2004) pada penelitiannya yang berjudul “peer pressure in

an agency relationship” menjelaskan bahwa terdapat faktor eksternal yang

membuat peer pressure terbentuk. Sehingga locus of control dapat memperkuat

peer pressure.

C. Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Job Rotation terhadap Eskalasi Komitmen dalam

pengambilan keputusan

Dalam struktur organisasi dalam perusahaan biasanya seseorang

akan memandang seorang yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam

36
pekerjaannya disebuah organisasi atau perusahaan tersebut. individu yang

memiliki tingkat job rotation yang tinggi memiliki 2 arti yaitu bisa saja

individu tersebut memang memiliki kemampuan yang baik dalam

pekerjaannya dan individu tersebut memang tidak berkemampuan yang

sesuai diinginkan perusahaan. Manajer yang mampu menduduki jabatannya

atas dasar job rotation akan memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi dalam

pengambilan suatu keputusan yang berhubungan dengan perusahaan.

Jika dihubungkan dengan teori, job rotation memiliki kaitannya

dengan teori agensi dimana pemilik perusahaan menyerahkan

tanggungjawab perusahaan kepada manajer, yang mana manajer tersebut

bisa naik jabatan dikarenakan job rotation tersebut dan pihak prinsipal tidak

boleh mencampuri urusan pihak agen tersebut. Manajer yang memiliki

pengalaman yang tinggi cenderung tidak mudah untuk melakukan eskalasi

komitmen, perlu perhitungan yang matang untuk melakukan eskalasi

komitmen tersebut. sehingga manajer yang memiliki pengalaman yang

tinggi akan memiliki cara tersendiri dalam menyikapi masalah yang

dihadapi.

Dalam penelitian yang pernah diteliti dijelaskan bahwa salah satu

strategi suatu perusahaan yang dapat dikembangkan untuk mengurangi

kebijakan eskalasi komitmen adalah dengan penerapan kebijakan job

rotation. Chong dan Surwayati (2007) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa job rotation berpengaruh negatif terhadap eskalasi komitmen, karena

secara tidak langsung berhubungan dengan manajer yang terbentuk karena

37
job rotation memiliki kualitas yang baik dan tidak gampang dalam

melakukan pengambilan keputusan. Karena masih sedikitnya peneliti

terdahulu yang membahas tentang job rotation dengan eskalasi komitmen

dalam pengambilan keputusan maka dapat disimpulkan dari uraian diatas,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Job Rotation berpengaruh negatif terhadap eskalasi komitmen

dalam pengambilan keputusan.

2. Pengaruh Adverse Selection terhadap Eskalasi Komitmen dalam

pengambilan keputusan

Adverse Selection dapat terjadi ketika terdapat perbedaan informasi

yang terjadi antara prinsipal (pemilik Perusahaan) dengan agen (manajer),

sehingga membuat kondisi prinsipal sulit untuk memonitori dan mengontrol

tindakan agen, sebaliknya dengan adanya perbedaan informasi itulah yang

membuat manajer untuk melalaikan tugasnya.

Maria dan Milka (2012: 218) menguji adverse selection dalam

konteks evaluasi proyek. Dalam studi tersebut ditemukan bahwa manajer

akan cenderung memilih untuk melanjutkan atau menghentikan suatu

proyek tergantung pada informasi yang diperolehnya, seperti manajer yang

mendapatkan informasi lebih banyak dari pada pemilik perusahaan akan

memilih untuk melanjutkan proyek karena akan menguntungkan bagi

manajer tersebut. mereka berpendapat bahwa ketika manajer tidak

melanjutkan proyek yang dianggap gagal, justru akan merusak reputasi dan

peluang karirnya dimasa yang akan datang. Ini sangat berhubungan dengan

38
teori prospek yaitu pengambilan keputusan yang melihat kepada prospek,

manajer melihat bahwa prospek yang menguntungkan untuk dirinya sangat

besar, dan ada peluang yang menguntungkan untuk dirinya walaupun

merugikan pihak prinsipal itu sendiri.

Step dkk (2001: 41) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa

kondisi adverse selection berpengaruh secara signifikan terhadap eskalasi

komitmen, karena adverse selection secara tidak langsung berpengaruh

terhadap pengambilan suatu keputusan oleh manajer, dimana manajer akan

cenderung melakukan eskalasi komitmen karena pihak prinsipal tidak

mengetahui bahwa terdapat asimetri informasi yang terjadi antara prinsipal

dan agen. Penelitian Step membandingkan dua kebudayaan yang ada di

Canada dan USA, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa eskalasi komitmen

lebih cenderung terjadi pada manajer di USA yang lebih individualis

(terdapat perbedaan informasi yang terjadi antara prinsipal dan agen)

daripada manajer di Canada, maka dapat disimpulkan dari uraian diatas,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Adverse selection berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen

dalam pengambilan keputusan.

3. Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Eskalasi Komitmen dalam

pengambilan keputusan

Karakteristik Individu merupakan bagian dari pengambilan

keputusan yang diambil oleh seorang manajer, manajer yang memiliki

karakteristik individu pemberani “risk taker” akan memiliki peluang yang

39
lebih tinggi dalam pengambilan keputusan atau penerusan proyek yang

terindikasi gagal, maka eskalasi komitmen akan cenderung diambil oleh

manajer yang memiliki karakteristik individu yang menunjukan sifat yang

“risk taker” dibanding manajer yang memiliki sifat “risk aversion”.

Manajer yang memiliki sifat yang mengarah pada penolakan resiko akan

cenderung tidak akan melakukan eskalasi komitmen dalam pengambilan

keputusan.

Hurriyati (2010) karakteristik individu berpengaruh positif terhadap

eskalasi komitmen bisa dilihat dari eskalasi komitmen terjadi pada

karakteristik individu yang memiliki sifat percaya bahwa dirinya dapat

memperbaiki keadaan dan berkesinambungan dengan teori self justification

theory. Sama seperti pendapat Hurriyati, Mathis (2010) karakteristik

individu berpengaruh positif terhadap pengambilan keputusan karena

berhubungan dengan umpan balik, jati diri, minat dan identitas tugas.

Ratih Hurriyati, memberikan pengertian tentang karakteristik

individu sebagai “Karakteristik individu merupakan proses psikologi yang

mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta

menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu

merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan

mempengaruhi individu”. Sehingga dari pemaparan diatas karakteristik

individu akan merupakan faktor internal yang ada pada manajer, manajer

dalam melakukan eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan sangat

40
dipengaruhi faktor internal manajer tersebut. maka dapat disimpulkan dari

uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: Karakteristik individu berpengaruh positif terhadap eskalasi

komitmen dalam pengambilan keputusan.

4. Pengaruh Informasi Future Benefit terhadap Eskalasi Komitmen

dalam pengambilan keputusan

Buxton dan Richard (2014) meneliti mengenai apakah besarnya

kerugian (high,medium,low), monitoring (high, low) dan adanya investasi

alternatif (high, low) pada proyek yang hampir 90% selesai berpengaruh

terhadap eskalasi komitmen dengan hasil bahwa informasi alternatif

berpengaruh signifikan terhadap keputusan untuk melanjutkan proyek baik

pada pengukuran dichotomously (yes untuk melanjutkan atau no untuk tidak

melanjutkan) dan 0-100 continous scale.

Efriyanti (2005) meneliti tentang pemanfaatan secara maksimal

informasi akuntansi terhadap eskalasi komitmen dengan hasil ambigious

feedback, progress report, dan pemberian informasi future benefit terbukti

dapat menghindari permasalah eskalasi komitmen. Efriyanti (2005) dalam

penelitian yang diteliti tersebut menunjukan tidak ada pengaruh positif

antara informasi future benefit terhadap eskalasi komitmen. Hal tersenut

sejalan dengan teori prospek dimana individu cenderung beda reaksi dalam

pengambilan keputusan, biasanya individu akan memiliki sifat risk takker

ketika dihapadi dengan informasi yang menguntungkan, beda perlakuan

dengan informasi yang merugikan.

41
Sama halnya pada penelitian yang diteliti oleh Wildan (2014)

informasi future benefit berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen.

Wildan meneliti mengenai hubungan gaya kepemimpinan dan informasi

future benefit terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan

untuk melakukan investas dan hasilnya bahwa ada hubungan antara

informasi future benefit dengan eskalasi komitmen dalam pengambilan

keputusan. Informasi future benefit akan merespon bahwa manajer akan

meneruskan keputusannya karena telah mengetahui informasi yang

menguntungkan pada waktu yang akan datang. Sehingga eskalasi komitmen

tidak akan dilakukan mengingat bahwa eskalasi komitmen merupakan suatu

tindakan yang mengindikasikan pada prospek kegagalan, maka dapat

disimpulkan dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H4: Informasi future benefit berpengaruh positif terhadap eskalasi

komitmen dalam pengambilan keputusan

5. Pengaruh Peer Pressure terhadap Eskalasi Komitmen dalam

pengambilan keputusan

Peer pressure merupakan sebuah gejala yang terjadi pada setiap

individu yang diartikan memiliki suatu kenalan terhadap apa yang telah ia

kerjakan. Fatima (2012) menyatakan bahwa secara umum, lingkaran sosial

individu terdiri dari rekan-rekannya, yang berkonsultasi dengan saudara

kandung, teman dan kenalan. Dalam konteks individu yang diartikan

sebagai manajer sudah dipastikan memiliki rekan kerja, teman atau pihak

42
ketiga yang berhubungan dengan kinerja manajer itu sendiri. Diluar manajer

pasti akan memiliki pengaruh yang akan memengaruhi manajer itu sendiri

dalam melakukan dan menentukan suatu putusan yang berhubungan dengan

perusahaan itu. Karena orang-orang lah yang akan menilai bagaimana

kinerja manajer itu disebuah perusahaan tersebut, apakah sudah sesuai

dengan kriteria standar manajer yang baik secara general atau tidak.

Fatima (2012) peer pressure berpengaruh positif terhadap eskalasi

komitmen dalam pengambilan keputusan, dikarenakan terdapat tekanan

yang dapat membuat manajer melakukan suatu tindakan dalam

pengambilan keputusan. Tekanan yang diberikan oleh rekan manajer sangat

berpengaruh terhadap reputasi manajer itu sendiri penjelasan tersebut

berhubungan dengan teori self justification yang mana individu akan

cenderung akan menganggap dirinya benar dalam hal pengambilan

keputusan.

Sesama manajer akan mempengaruhi pikiran manajer untuk

melakukan sebuah keputusan yang diambil manajer tersebut. Seperti

manajer akan menanyakan banyak hal tentang perusahaan yang sedang

ditanganinya, jika tidak sesuai dengan apa yang seharusnya manajer itu

kerjakan, maka pihak manajer lain akan membuat stigma negatif terhadap

manajer yang tidak sesuai dengan manajer pada umumnya. Dikarenakan

reputasi manajer itu akan tergerak dalam melakukan eskalai komitmen

dalam pengambilan keputusan itu maka peer pressure akan mempengaruhi

manajer dalam menagmbil keputusan eskalasi komitmen.

43
Pada peer pressure sangat jarang dihubungkan dengan eskalasi

komitmen, karena cenderung condong dihubungkan dengan gaya hidup

anak muda yang berkonotasi negatif, seperti teman sebaya yang

mengonsumsi produk starbucks cenderung dinilai mengikuti zaman anak

muda kekinian. Dengan demikian peer pressure itu sendiri sangat jarang

pada penelitian yang berhubungan dengan ekonomi atau akuntansi, karena

condong kepada ilmu psikologi. maka dapat disimpulkan dari uraian diatas,

maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H5: Peer Pressure berpengaruh positif terhadap Eskalasi Komitmen

dalam pengambilan keputusan.

6. Locus of Control Memperkuat Adverse Selection terhadap Eskalasi

Komitmen dalam Pengambilan Keputusan.

Adverse Selection merupakan perbedaan sebuah informasi yang

terjadi antara prinsipal dan agen yang membuat prinsipal sulit untuk

mengontrol agen. Sedangkan Locus of Control merupakan suatu kendali

yang terdapat pada individu atas pekerjaan mereka dan kepercayaan

individu tersebut atas sebuah keberhasilan diri. Locus of Control yang

terdapat dalam diri individu terbagi atas dua jenis, yaitu internal Locus of

Control dan eksternal Locus of Control. Internal Locus of Control adalah

seseorang yang percaya bahwa keberhasilan ditentukan oleh kemampuan

dari dirinya sendiri, sedangkan eksternal Locus of Control adalah seorang

yang percaya bahwa keberhasilan ditentukan oleh orang lain, atau takdir

44
serta faktor-faktor eksternal lain diluar dirinya sediri yang sekiranya bisa

mempengaruhi keberhasilan seseorang.

Stephen dkk (2004) kondisi adverse selection akan bertambah kuat

jika didukung dengan internal locus of control. Sehingga locus of control

berpengaruh positif untuk memperkuat adverse selection penjelasan

tersebut didukung juga dengan teori keagenan yang mana agen dan prinsipal

memiliki porsi yang berbeda dalam menjalankan pekerjaannya.

Locus of Control bisa mempengaruhi setiap manajer dala

menentukan suatu keputusan. Jika manajer itu memiliki sifat yang lebih

cenderung ke arah internal Locus of Control maka manajer itu akan

memiliki kecenderungan tingkat sensitifitas yang rendah, sedangkan

manajer yang memiliki kepribadian eksternal Locus of Control akan

memiliki kecenderungan tingkat sensitifitas yang tinggi. Itu bisa dilihat

karena manajer yang memiliki internal Locus of Control biasanya tidak

perduli terhadap sekitar atau faktor eksternal karena ia percaya bahwa

semuanya akan berhasil karena dirinya sendiri, sebaliknya yang eksternal

akan cenderung sensitif terhadap faktor-faktor disekitar karena manajer itu

menganggap bahwa orang sekitar menentukan keberhasilan.

Jika manajer dihadapkan pada suatu kegiatan pengambilan suatu

keputusan yang didalamnya terdapat masalah adverse selection secara

bersama-sama terhadap eskalasi komitmen, maka manajer yang memiliki

kepribadian internal Locus of Control atau yang memiliki tingkat sensitifitas

yang rendah akan menaikan tingkat eskalasi komitmen dari pada manajer

45
yang memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi atau bertipe eksternal Locus

of Control. Berdasakan argumentasi yang telah dipaparkan diatas, maka

hipotesis dalam penilitian ini yaitu:

H6: Locus of Control memperkuat pengaruh adverse selection terhadap

Eskalasi Komitmen dalam pengambilan keputusan.

7. Locus of Control Memperkuat Peer Pressure terhadap Eskalasi

Komitmen dalam Pengambilan Keputusan.

Peer Pressure yang terjadi dalam lingkup manajer merupakan hal

yang sudah sangat sering terjadi mengingat bahwa manajer memiliki nilai

dimata masyarakat, manajer memiliki kinerja baik atau buruk merupakan

penilaian dari masyarakat yang berhubungan dengan manajer itu sendiri.

Peer pressure sendiri yang terjadi pada manajer merupakan tekanan yang

terjadi ketika rekan manajer lain yang berkedudukan sama tetapi memiliki

citra lebih baik dimata masyarakat dibanding manajer itu sendiri. Sehingga

manajer itu akan termotivasi untuk melakukan hal apapun untuk menaikan

citra kualitas manajer agar terlihat sama atau bahkan lebih baik dimata

masyarakat.

Barron, Gjerde (2004) pada penelitiannya yang berjudul “peer

pressure in an agency relationship” menjelaskan bahwa terdapat faktor

eksternal yang membuat peer pressure terbentuk. Dalam hal ini locus of

control sebagai faktor eksternal memperlemah peer pressure dalam

pengambilan keputusan, penjelasan tersebut juga sejalan dengan teori self

justification dimana manajer akan menganggap dirinya benar dan akan

46
melakukan hal yang dianggap akan menjelekkan nama dirinya dihadapan

masyarakat.

Jika manajer memiliki kepribadian eksternal Locus of Control akan

sangan mempengaruhi manajer itu dalam melakukan eskalasi komitmen

dalam pengambilan keputusan yang disebabkan oleh Peer pressure. Tetapi

jika manajer itu memiliki internal Locus of Control maka itu tidak akan

mempengaruhi manajer untuk melakukan eskalasi komitmen dalam

pengambilan keputusan, berdasakan argumentasi yang telah dipaparkan

diatas, maka hipotesis dalam penilitian ini yaitu:

H7: Locus of Control memperlemah Peer Pressure terhadap Eskalasi

Komitmen dalam pengambilan keputusan.

47
D. Model Penelitian

Job Rotation

(X1)

H1 (-)

Adverse Selection
H2 (+)
(X2)

Karakteristik
Individu H3 (+) Eskalasi Komitmen
(X3) dalam pengambilan
keputusan

(Y)

Informasi Future H4 (+)


Benefit

(X4)

H7 (-)
H6 (+)
H5 (+) Locus of Control
Peer Pressure
(Z)
(X5)

Gambar 2. 1 Model Penelitian

48
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek dan Subyek Penelitian

Obyek penelitian adalah lokasi atau suatu tempat dimana dilaksanakannya

penelitian ini. Obyek dari penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang

ada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Subyek penelitian itu sendiri terdiri atas

populasi dan sampel penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian ini

menurut Nurgiyanto, dkk (2015). Populasi imerupakan sekumpulan elemen

atau unsur yang dijelaskan sebagai obyek. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh manajer keuangan pada Perusahaan Manufaktur tersebut. Sementara

sampel dari penelitian ini adalah manajer keuangan yang bekerja di Perusahaan

Manufaktur Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

B. Teknik Pengambilan Sampel

Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini purposive sampling yaitu

dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan kriteria tertentu (Hartono,

2016). Kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu:

1) Manajer keuangan yang bekerja pada Perusahaan Manufaktur di DKI

Jakarta.

2) Manajer keuangan yang telah bekerja di Perusahaan minimal 3 tahun.

C. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer, dimana peneliti akan langsung

mendapatkan data tersebut tanpa melalui perantara. Instrumen yang digunakan

untuk memperoleh data yaitu dengan menggunakan kuesioner yang terdiri atas

49
beberapa item pertanyaan tentang job rotation, adverse selection, informasi

future benefit, internal locus of control, karakteristik individu, peer pressure,

eskalasi komitmen. Kuesioner yang telah dikembalikan oleh responden

kemudian akan diseleksi terlebih dahulu untuk melihat kelengkapan jawaban

kuesioner sesuai yang dikehendaki peneliti untuk kepentingan analisis.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode survey

yaitu dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada responden

yang bekerja sebagai manajer keuangan yang minimal berpengalaman bekerja

di Perusahaan manufaktur di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta selama 3

tahun. Dalam kuesioner yang dibagikan nanti menggunakan model likert

dimana responden memiliki 2 opsi yaitu menghentikan proyek atau melanjutkan

proyek yang disetiap opsi terdapat 3 tingkat kepastian yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden telah disertai dengan

pengisian identitas. Kuesioner sudah dilengkapi instruksi untuk mengisi dengan

bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sehingga diharapkan responden

mampu mengisi kuesioner dengan sistematis.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

Sugiyono (2014:58) variabel penelitian pada dasarnya ialah sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti yang akan dipelajari sehingga

akan diperoleh informasi tentang hal tersebut, lalu akan ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini terdiri atas dua jenis variabel diantaranya lima variabel

independent, dan satu variabel dependen serta terdapat satu variabel moderasi.

50
Sugiyono (2014:59) variabel independen sering juga disebut sebagai

variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia juga sering

disebut sebagai variabel bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubhana atau timbulnya variabel dependen. Sedangkan

variabel dependen ialah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.

Lalu variabel moderasi ialah variabel yang berperan untuk memperlemah atau

memperkuat hubungan antara kedua variabel tersebut. (Hartono, 2016).

1. Variabel Dependen (Y)

Eskalasi komitmen merupakan perilaku yang dilakukan oleh manajer

untuk mempertahankan suatu proyek yang mengindikasikan kegagalan.

Perilaku ini pada dasarnya dilakukan agar manajer memiliki citra yang baik

bagi masyarakat karena manajer berharap bisa memperbaiki kondisi yang

buruk itu menjadi kondisi yang diharapkan. Definisi mengenai eskalasi

komitmen menurut Suartana (2010:108) adalah komitmen seorang

pengambil keputusan untuk tetap melanjutkan dan memperluas komitmen

awalnya terhadap pelaksanaan suatu investasi proyek atau usaha-usaha

tertentu yang sudah tidak menguntungkan atau memberikan umpan yang

negatif. Variabel ini diukur dengan menggunakan pertanyaan yang

jawabannya melanjutkan atau menghentikan suatu proyek yang diadopsi dari

penelitian Milka dan Maria menggunakan skala likert 1-6. Skalan

pengukuran yang digunakan adalah skala Likert 6 poin, yaitu 1 =

menghentikan tinggi, 2 = menghentikan sedang, 3 = mengehentikan rendah,

4 = melanjutkan tinggi, 5 = melanjutkan sedang, 6 = melanjutkan rendah.

51
Apabila jawaban antara 4-6 makan tingkat eskalasi komitmen semakin

tinggi.

2. Variabel Independen (X)

a) Job rotation (X1)

Chong dan Surwayati (2007) mendefinisikan kebijakan job rotation

sebagai perpindahan tugas secara lateral bagi para karyawan dalam suatu

organisasi dengan berbagai variasi interval waktu, seperti lima tahun atau

lebih yang berlaku untuk semua jenis karyawan sepanjang karir mereka,

dimana tidak termasuk promosi. Chong dan Surwayati (2007)

berpendapat bahwa dengan rotasi auditor, pekerjaan auditor akan lebih

objektif dan independen. Dopuch et al. (2001) secara empiris

membuktikan bahwa kewajiban rotasi dapat meningkatkan independensi

auditor, karena semakin sering auditor itu berotasi maka semakin sulit

juga untuk auditor malekukan tidak kecurangan karena subjek yang

dihadapinya akan berbeda-beda. Pengukuran variabel job rotation yang

digunakan mengadopsi pertanyaan milik Dian (2015) menggunakan skala

likert 1-6. Skalan pengukuran yang digunakan adalah skala Likert 6 poin,

yaitu 1 = menghentikan tinggi, 2 = menghentikan sedang, 3 =

mengehentikan rendah, 4 = melanjutkan tinggi, 5 = melanjutkan sedang,

6 = melanjutkan rendah. Apabila jawaban antara 4-6 maka tingkat job

rotation semakin tinggi.

52
b) Adverse selection (X2)

Adverse selection ialah suatu kondisi dimana ketidaktahuan prinsipal

secara utuh atas informasi akan suatu keputusan yang dilakukan oleh agen

proyek, atau perbedaan mengenai informasi tentang suatu proyek yang

sedang berjalan antara agen dan prinsipal yang membuat sulitnya

prinsipal untuk mengontrol agen. Itu terjadi karena ketidakseimbangan

informasi yang diperoleh antara agen dan prinsipal karena adanya

incentive to shirk. Pengukur variabel adverse selection digunakan

pertanyaan yang diadopsi dari penelitian sebelumnya yang diteliti oleh

Dian (2015) menggunakan skala likert 1-6. Skalan pengukuran yang

digunakan adalah skala Likert 6 poin, yaitu 1 = menghentikan tinggi, 2 =

menghentikan sedang, 3 = mengehentikan rendah, 4 = melanjutkan tinggi,

5 = melanjutkan sedang, 6 = melanjutkan rendah. Apabila jawaban antara

4-6 maka tingkat adverse selection semakin tinggi.

c) Karakteristik individu (X3)

Karakteristik individu adalah perbedaan yang terdapat dalam setiap

individu dengan individu lainnya, karakteristik individu cenderung

berbeda setiap individunya. Orang-orang meberikan kemampuannya

yang ada dalam setiap diri individu tersebut untuk suatu organisasi tetap

berdiri. Kemampuan tersebut lah yang dinamakan karakteristik individu.

Ratih Hurriyati, memberikan pengertian tentang karakteristik individu

sebagai berikut: “Karakteristik individu merupakan proses psikologi yang

mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta

53
menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu

merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakan dan

mempengaruhi individu”. Variabel ini diukur dengan mengadopsi

instrumen dari Ratih Hurriyati (2015) menggunakan skala likert 1-6.

Skalan pengukuran yang digunakan adalah skala Likert 6 poin, yaitu 1 =

menghentikan tinggi, 2 = menghentikan sedang, 3 = mengehentikan

rendah, 4 = melanjutkan tinggi, 5 = melanjutkan sedang, 6 = melanjutkan

rendah. Apabila jawaban antara 4-6 maka tingkat karakteristik individu

semakin tinggi.

d) Informasi future benefit (X4)

informasi future benefit ialah informasi yang berisikan tentang suatu

kegiatan yang terjadi dimasa yang akan datang yang prospeknya akan

mengarah kepada hal yang menguntungkan untuk perusahaan. Menurut

Efriyanti (2005) Reaksi peningkatan komitmen terhadap historical cost

mengindikasikan tidak adanya informasi mengenai keuntungan-

keuntungan yang akan datang dari tambahan aliran kas keluar. Dalam hal

ini tidak hanya informasi yang berhubungan tentang investor yang ingin

menginvestasikan sejumlah dana kesuatu perusahaan, tetapi segala suatu

informasi yang menguntungkan untuk perusahaan dimasa depan bisa

disebut dengan informasi future benefit. Untuk mengukur variabel ini

menggunakan adopsi dari instrument dari Efriyanti (2005).

Instrumen ini menggunakan item pertanyaan melanjutkan atau

menghentikan proyek. menggunakan skala likert 1-6. Skalan pengukuran

54
yang digunakan adalah skala Likert 6 poin, yaitu 1 = menghentikan tinggi,

2 = menghentikan sedang, 3 = mengehentikan rendah, 4 = melanjutkan

tinggi, 5 = melanjutkan sedang, 6 = melanjutkan rendah. Apabila jawaban

antara 4-6 maka tingkat informasi future benefit semakin tinggi.

e) Peer Pressure (X5)

Peer pressure ialah tekanan yang diberikan oleh rekan sebaya,

tekanan itu berupa pengaruh yang diberikan atas fenomena yang terjadi

pada era terbaru yang menggambarkan kemajuan. Menurut Holward.

N.M (2004) “Peer pressure is defined as when people your own age

encourage or urge you to do something or to keep from doing something

else, no matter if you personally want to do it or not”. Anda dituntut untuk

melakukan yang apa rekan anda lakukan karena faktor ekternal menilai

bahwa hal tersebut merupakan standar bagi seseorang tersebut. variabel

ini diukur dengan mengadopsi intrument Ryan (2000).

Instrumen ini menggunakan item pertanyaan melanjutkan atau

menghentikan proyek. menggunakan skala likert 1-6. Skalan pengukuran

yang digunakan adalah skala Likert 6 poin, yaitu 1 = menghentikan tinggi,

2 = menghentikan sedang, 3 = mengehentikan rendah, 4 = melanjutkan

tinggi, 5 = melanjutkan sedang, 6 = melanjutkan rendah. Apabila jawaban

antara 4-6 maka tingkat peer pressure semakin tinggi.

3. Variabel Moderasi (Z)

Variabel moderasi merupakan variabel yang digunakan untuk

memperkuat atau memperlemah hbungan yang terjadi antara variabel

55
independen dengan variabel dependen. Variabel moderating adalah variabel

yang mempunyai pengaruh terhadap sifat atau arah hubungan antar variabel.

Sifat atau arah hubungan antara variabel-variabel independen dengan

variabel-variabel dependen kemungkinan positif atau negatif tergantung

pada variabel moderating, oleh karena itu variabel moderating dinamakan

pula sebagai (contigency variable) (Liana, 2009).

Dalam penelitian ini internal locus of control digunakan sebagai variabel

moderatingnya. Locus of control merupakan kondisi dimana individu

mempercayai bahwa segala sesuai yang berhubungan dengan kesuksesan

ialah berkat kinerja dirinya sendiri tanpa melibatkan seseorang. Locus of

control dibagi menjadi dua yaitu internal locus of control dan eksternal locus

of control. Dalam penelitian ini lebih mengarah kepada internal locus of

control.

Variabel locus of control dalam penelitian ini menggunakan 15 intrumen

pertanyaan yang diadopsi dari penelitian Dian (2015) Skala pengukuran yang

digunakan adalah skala Likert 5 poin, yaitu 1 = sangat tidak setuju (STS), 2

= tidak setuju (TS), 3 = netral (N), 4 = setuju (S), dan 5 = sangat setuju (SS).

Jika skala yang dipilih semakin rendah (1) maka locus of control semakin

rendah, sedangkan skala yang dipilih semakin tinggi (5) maka locus of

control semakin tinggi.

56
F. Uji Kualitas Intrumen Data

1. Analisis Deskriptif

Nazaruddin dan Basuki (2015) menjelaskan bahwa statistik deskriptif

menunjukkan kondisi setiap variabel dalam penelitian. Pada penelitian ini

menggunakan tiga parameter dalam mendeskripsikan variabel, diantaranya

ukuran data (maksimum dan minimum) dan rata-rata (mean) untuk kisaran

teoritis dan kisaran aktual serta standar deviasi.

2. Evaluasi Model

Pengolahan data dan analisis hubungan antar konstruk pada penelitian

ini menggunakan program aplikasi SmartPLSversi 3.0. Ghozali dan Latan

(2015) menjelaskan bahwa Partial Least Square (PLS) adalah soft

modelling analysis untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antara

variabel laten dan untuk mengkonfirmasi teori. PLS merupakan model

persamaan Structural Equation Modelling (SEM) yang berbasis komponen

atau varian. Structural Equation Modelling (SEM) sendiri merupakan

metode yang digunakan untuk menutup kelemahan yang ada pada metode

regresi, hal ini dinyatakan oleh Ghozali dan Latan (2015).

SEM adalah kombinasi teknik multivariat yang menganalisis hubungan

variabel dependen dan variabel independen secara simultan atau secara

bersama-sama dengan memberikan informasi secara lengkap mengenai

hubungan antara konstruk dan indikatornya. Pada umumnya terdapat dua

jenis SEM, yaitu covariance-based structural equation modelling (CB-

57
SEM) dan partial least squares path modelling (PLS-SEM), hal ini

dinyatakan oleh Bookstein (1982).

Model PLS yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model reflektif,

yaitu arah hubungan kausalitas dari konstruk laten ke indikator. Konstruk

laten adalah variabel yang tidak dapat diukur secara langsung, sedangkan

indikator atau yang lebih sering disebut konstruk manifest adalah variabel

yang dapat diukur dan diketahui secara langsung, konsep ini dijelaskan

dalam penelitian Ghozali dan Laten (2015).

Analisis PLS merupakan pengembangan dari analisis jalur (path

analysis) dan regresi berganda. Model analisis jalur akan menjelaskan

semua variabel laten melalui dua sub model dalam PLS-SEM, yaitu model

pengukuran atau outer model dan model struktural atau inner model.

a. Model Pengukuran atau Outer Model

Outer model menunjukan bagaimana variabel manifest atau

indikator mampu merepresentasikan variabel laten untuk diukur. Model

pengukuran atau outer model digunakan untuk melihat dan menilai

validitas dan reliabilitas model. Validitas dan reliabilitas model adalah

uji kualitas untuk model pengukuran penelitian. Validitas konstruk

dievaluasi menggunakan convergent validity dan discriminant validity

dari indikator-indikator pembentukan konstruk laten, sedangkan

reliabilitas konstruk dievaluasi menggunakan composite reliability dan

cronbach alpha untuk blok indikatornya.

58
1) Convergent Validity

Indikator uji validitas convergent adalah nilai loading factor

untuk tiap indikator konstruk, Nilai loading factor menunjukan

korelasi antara skor indikator dengan skor konstruk. Nilai loading

factor yang biasa digunakan untuk menilai validitas convergent,

yaitu diatas 0,7 untuk penelitian confirmatory dan 0,6 – 0,7 untuk

penelitian explanatory. Namun, menurut Chin (1998) dalam

penelitian Ghozali dan Latan (2015), menyatakan bahwa nilai

loading factor 0,5 -0,6 dianggap sudah cukup untuk penelitian tahap

awal. Selain itu, sebuah indikator dianggap valid ketika indikator

tersebut memiliki nilai AVE (average variance extranced) diatas

0,5. Nilai AVE merupakan rata-rata presentase skor varian yang

diekstaksi dari seperangkat variabel laten yang diestimasi melalui

loading standarized, hal ini dinyatakan oleh Jogiyanto dan Abdillah

(2009). Indikator validitas konvergen dapat dilihat dalam PLS

Argoritm report, hal ini dinyatakan oleh Ghozali dan Latan (2015).

2) Discriminant Validity

Validitas diskriminan menunjukkan bahwa korelasi

pengukur-pengukur atau variabel manifest konstruk yang berbeda

sebaiknya lebih rendah atau tidak memiliki korelasi yang tinggi.

Indikator uji validitas diskriminan adalah nilai cross loading.

Berdasarkan penelitian Chin pada tahun 1995 dalam modul praktik

PLS yang ditulis oleh Sofyani menunjukan Rule of Thumb dari cross

59
loading harus menunjukkan angka > 0,70 untuk setiap variabel. Cara

lain dalam melihat uji validitas diskriminan, yaitu dengan

membandingkan akar kuadrat dari AVE (√𝐴𝑉𝐸) untuk setiap

konstruk dengan nilai korelasi antara konstruk yang terdapat dalam

model. Nilai perbandingan ini dapat dilihat melalui tabel Fornell-

Larcker dalam output uji kualitas model pengukuran. Validitas

diskriminan dikaitkan baik apabila akar kuadrat AVE untuk setiap

konstruk lebih besar dari korelasi antar konstruk dalam model, hal

ini dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ghozali dan

Latan (2015).

3) Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability

Cronbach’s alpha dan composite reliability merupakan

kriteria penilaian tingkat reliabilitas suatu konstruk. Uji reliabilitas

digunakan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, serta ketepatan

instrumen dalam mengukur suatu konstruk. Nilai cronbach’s alpha

digunakan untuk mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu

konstruk, sedangkan composite reliability untuk mengukur nilai

sesungguhnya pada reliabilitas suatu konstruk. Meskipun demikian,

composite reliability dinilai lebih baik dalam mengestimasi

konsistensi internal suatu konstruk. Suatu konstruk atau variabel

dikatakan reliabel jika menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha > 0,7

dan Composite Reliability > 0,7, hal ini dinyatakan oleh Jogiyanto

dan Abdillah (2009) dan Ghozali dan Latan (2015).

60
b. Model Struktural atau Inner Model

Inner model menunjukkan hubungan atau kekuatan estimasi antara

konstruk atau variabel laten. Hubungan antara variabel laten

didasarkan pada subtantive theory. Fokus analisis dengan

menggunakan teknik analisis SEM adalah prediksi hubungan antara

variabel laten yaitu eksogen dan endogen yang didasarkan pada teori

yang dibangun. Model struktural atau inner model dievaluasi dengan

menggunakan Coefficient of Determination atau R-Square (R2) dan

Path Coefficient (β).

1) Coefficient of Determination (R-Square)

Evaluasi atau penelitian model struktural dilakukan dengan

melihat nilai R-square pada setiap variabel endogen sebagai

kekuatan prediksi dari model struktural. Nilai R-square

menunjukkan seberapa seberapa mampu variabel eksogen

menjelaskan variabel endogen. Berikut adalah indikator nilai R-

Squares dan interpretasinya:

a) Nilai Nilai R-squares 0,75 memiliki intepretasi bahwa model

yang dibangun adalah kuat atau variabel eksogen mampu

menjelaskan variabel endogen tinggi;

b) Nilai R-squares 0,50 memiliki intepretasi bahwa model yang

dibangun adalah moderat atau variabel eksogen mampu

menjelaskan variabel endogen sebesar 50% dan sisanya

dijelaskan oleh faktor lain; dan

61
c) Nilai R-squares 0,25 memiliki intepretasi bahwa model yang

dibangun adalah lemah atau variabel eksogen mampu

menjelaskan variabel endogen secara lemah.

Apabila model penelitian menunjukkan variabel eksogen

yang lebih dari satu variabel, maka indikator yang diperhatikan

adalah adjusted R-Square.

2) Path Coefficient (β)

Setelah melihat nilai R-square, evaluasi model struktural

dilanjutkan dengan melihat nilai signifikansi yang terdapat

dalam tabel path coefficient atau koefisien jalur sehingga peneliti

dapat mengetahui pengaruh antar konstruk. Ghozali dan Latan

(2015) menjelaskan bahwa untuk menganalisis pengujian

hipotesis dan melihat nilai signifikansi dilakukan melalui

prosedur resampling dengan teknik bootstrapping. Output dari

bootstrapping akan menunjukan hasil pengujian hipotesis.

c. Pengujian Hipotesis

Indikator pengujian hipotesis dapat dilihat melalui perbandingan

antara nilai t-tabel dan t-statistic. Apabila nilai t-tabel menunjukkan

nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai t-statistic, maka

hipotesis yang dibangun terdukung. Dalam penelitian ini, ukuran tingkat

keyakinan sebesar 95% (alpha 95 persen). Dengan demikian, nilai t-

tabel untuk hipotesis yang dibangun (one tailed) adalah sebesar

1,66008, sedangkan nilai signifikansi (two-tailed) yang digunakan

62
adalah sebesar 1,96 dengan significance level sebesar 5%, hal ini

dinyatakan oleh Jogiyanto dan Abdillah (2009).

Jogiyanto dan Abdillah (2009) juga menjelaskan bahwa suatu

hipotesis dikatakan terdukung apabila memenuhi kriteria berikut ini:

1) Jika arah hubungan variabel sejalan dengan arah hipotesis yang

dibangun. Hal ini dilihat dari nilai Original Sample pada output

koefesien jalur.

2) Jika nilai t-statistik > 1,66 untuk hipotesis one tailed (hipotesis
berarah) atau t-statistik > 1,96 untuk hipotesis two tailed (hipotesis

tidak berarah) dan probability value (p-value) < 0,05 atau 5%.

d. Model Analisis Persamaan Struktural

Gambar 3. 1 Model Analisis Persamaan Struktural

63
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi DKI Jakarta. Responden pada penelitian

ini adalah manajer keuangan yang ada pada perusahaan manufaktur daerah

Jakarta, peneliti mengambil 20 sampel setiap wilahyah DKI Jakarta, yang terdiri

dari 5 wilayah yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat,

Jakarta Utara. Langkah awal sebelum melakukan penelitian ini, peneliti

mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada tata usaha Fakultas

Ekonomi dan Bisnis yang ditujukan untuk seluruh sampel perusahaan yang

telah di bagi setiap region-nya yang ada di Jakarta. Kuesioner yang disebarkan

berjumlah 100 kuesioner yang dibagikan untuk manajer keuangan. Kuesioner

tidak berbentuk lembaran kertas, tetapi berbentuk kuesioner online, sebelum

menyebar kepada pihak perusahaan peneliti telah meminta izin terlebih dahulu

dengan menghubungi pihak informasi tentang perusahaan tersebut dengan

melampirkan surat izin yang diberikan oleh Fakultas. Penyebaran kuesioner

dilakukan mulai tanggal 23 September 2020 sampai dengan 11 november 2020.

B. Gambaran Umum Responden

1. Data Demografi Responden

Sampel penelitian yang diambil peneliti untuk mewujudkan

penelitian ini adalah manajer keuangan pada perusahaan manufkatur yang

ada di daerah Jakarta dengan sistem mengambil 20 perusahaan setiap

64
wilayah kota pada Provinsi Jakarta, sehingga total berjumlah 100 sampel.

Pendistribusian kuesioner bisa dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Pendistribusian Kuesioner

Kota Responden Kuesioner Kuesioner


di bagian terjawab
Jakarta Selatan Manajer Keuangan 20 20
Jakarta Barat Manajer Keuangan 20 18
Jakarta Timur Manajer Keuangan 20 16
Jakarta Utara Manajer Keuangan 20 13
Jakarta Pusat Manajer Keuangan 20 15
Jumlah 100 82
Sumber : Data Primer

Jumlah kuesioner yang disebarkan pada penelitian ini adalah 100

kuesioner. Mengenai data sampel dapat dilihal pada tabel 4.2 sebagai

berikut:

Tabel 4. 2 Data Sampel

Keterangan Jumlah Presentase

Kuesioner yang disebar 100 100%


Kusioner yang tidak kembali 18 18%
Kuesioner yang kembali 82 82%
Kuesioner yang tidak dapat diolah 0 0%
Kuesioner yang dapat dioleh 82 100%
Sumber : Data Primer

Karakteristik dari responden menjelaskan identitas responden seperti nama

responden, jenis kelamin, usia responden, jenjang pendidikan dan lama

bekerja. Tabel yang menjelaskan tentang karakteristik responden

ditunjukkan pada tabel 4.3 yaitu :

65
Tabel 4. 3 Karakteristik Responden

Keterangan Deskripsi Jumlah Presentase


Jabatan Jumlah Responden : 82 100%
- Manajer Keuangan 82 100%
Jenis Kelamin Jumlah Responden : 82 100%
- Laki-laki 46 56,1%
- Perempuan 36 43,9%
Usia Responden Jumlah Responden : 82 100%
- 20 – 24 Tahun 15 18,3%
- 25 – 29 Tahun 30 36,6%
- 30 – 34 Tahun 17 20,7%
- 35 Tahun keatas 20 24,4%
Pendidikan Jumlah Responden : 82 100%
Terakhir - S1 31 37,8%
- S2 29 59,8%
- S3 2 2,4%
Lama Bekerja Jumlah Responden : 82 100%
- 3 – 5 Tahun 51 62,2%
- 6 Tahun keatas 31 37,8%
Sumber : Data Primer

Berdasarkan dari tabel .. jumlah responden berjumlah 82 responden dengan

pembagian perketerangan seperti yang telah dijelaskan dalam gambar

diatas.

2. Uji Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Konstruk-konstruk yang ada pada penelitian ini di deskripsikan pada

tabel dibawah ini. Data yang ditunjukkan pada tabel .. didapatkan dari hasil

pengolahan data menggunakan aplikasi SPSS v.22. Tabel dibawah ini akan

menjelaskan informasi mengenai jumlah sampel (N), nilai rata-rata (mean),

nilai minimum, nilai maksimum, dan standar deviasi.

Hasil dari melakukan uji statistik deskriptif dari variabel-variabel

penelitian dapat dilihat di tabel 4.4 yaitu :

66
Tabel 4. 4 Uji Statistik Deskriptif

N Kisaran Teoritis Kisaran Aktual Std.


Min Max Mean Min Max Mean Deviation
AS 82 1 6 3,5 1 6 4,30 1,204
JR 82 1 6 3,5 1 6 4,01 1,232
IFB 82 5 10 7,5 2 10 6,63 1,934
KI 82 1 6 3,5 1 6 4,22 1,078
PP 82 1 6 3,5 1 6 3,54 1,517
EK 82 1 6 3,5 1 6 4,24 1,161
LOC 82 15 75 45 37 66 53,43 5,971
Valid N
82
(listwise)
Sumber : Output SPSS v.22

Diliat dari tabel .. hasil uji statistik deskriptif tersebut, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Locus of Control

Hasil dari melakukan uji statistik deskriptif pada tabel ..

menampilkan jumlah data yang diolah pada variabel locus of control

berjumlah 82 data. Secara teoritis batas nilai minimal dan maksimalnya

adalah 15-75 dan untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar 45. Secara

aktual batas nilai minimal dan maksimalnya adalah 37-66 dan untuk

nilai rata-ratanya (mean) sebesar 53,43 untuk standar deviasinya sebesar

5,971. Nilai rata-rata aktual > nilai rata-rata teoritis, ialah 53,43 > 45

maka dari itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengaruh locus of

control di perusahaan manufkatur di provinsi DKI Jakarta adalah tinggi.

b. Eskalasi Komitmen

Hasil dari melakukan uji statistik deskriptif pada tabel ..

menampilkan jumlah data yang diolah pada variabel eskalasi komitmen

berjumlah 82 data. Secara teoritis batas nilai minimal dan maksimalnya

67
adalah 1-6 dan untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar 3,5. Secara aktual

batas nilai minimal dan maksimalnya adalah 1-6 dan untuk nilai rata-

ratanya (mean) sebesar 4,24 untuk standar deviasinya sebesar 1,161.

Nilai rata-rata aktual > nilai rata-rata teoritis, ialah 4,24 > 3,5 maka dari

itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengaruh eskalasi komitmen di

perusahaan manufkatur di provinsi DKI Jakarta adalah tinggi.

c. Adverse Selection

Hasil dari melakukan uji statistik deskriptif pada tabel ..

menampilkan jumlah data yang diolah pada variabel adverse selection

berjumlah 82 data. Secara teoritis batas nilai minimal dan maksimalnya

adalah 1-6 dan untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar 3,5. Secara aktual

batas nilai minimal dan maksimalnya adalah 1-6 dan untuk nilai rata-

ratanya (mean) sebesar 4,30 untuk standar deviasinya sebesar 1,204.

Nilai rata-rata aktual > nilai rata-rata teoritis, ialah 4,30 > 3,5 maka dari

itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengaruh adverse selection di

perusahaan manufkatur di provinsi DKI Jakarta adalah tinggi.

d. Job Rotation

Hasil dari melakukan uji statistik deskriptif pada tabel ..

menampilkan jumlah data yang diolah pada variabel job rotation

berjumlah 82 data. Secara teoritis batas nilai minimal dan maksimalnya

adalah 1-6 dan untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar 3,5. Secara aktual

68
batas nilai minimal dan maksimalnya adalah 1-6 dan untuk nilai rata-

ratanya (mean) sebesar 4,01 untuk standar deviasinya sebesar 1,232.

Nilai rata-rata aktual > nilai rata-rata teoritis, ialah 4,01 > 3,5 maka dari

itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengaruh job rotation di

perusahaan manufkatur di provinsi DKI Jakarta adalah tinggi.

e. Informasi Future Benefit

Hasil dari melakukan uji statistik deskriptif pada tabel ..

menampilkan jumlah data yang diolah pada variabel informasi future

benefit berjumlah 82 data. Secara teoritis batas nilai minimal dan

maksimalnya adalah 5-10 dan untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar

7,5. Secara aktual batas nilai minimal dan maksimalnya adalah 2-10 dan

untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar 6,63 untuk standar deviasinya

sebesar 1,650. Nilai rata-rata aktual < nilai rata-rata teoritis, ialah 6,63

< 7,5 maka dari itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengaruh

informasi future benefit di perusahaan manufkatur di provinsi DKI

Jakarta adalah rendah.

f. Peer Pressure

Hasil dari melakukan uji statistik deskriptif pada tabel .. menampilkan

jumlah data yang diolah pada variabel peer pressure berjumlah 82 data.

Secara teoritis batas nilai minimal dan maksimalnya adalah 1-6 dan

69
untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar 3,5. Secara aktual batas nilai

minimal dan maksimalnya adalah 1-6 dan untuk nilai rata-ratanya

(mean) sebesar 3,54 untuk standar deviasinya sebesar 1,517. Nilai rata-

rata aktual > nilai rata-rata teoritis, ialah 3,54 > 3,5 maka dari itu

mengindikasikan bahwa rata-rata pengaruh peer pressure di perusahaan

manufkatur di provinsi DKI Jakarta adalah tinggi.

g. Karakteristik Individu

Hasil dari melakukan uji statistik deskriptif pada tabel ..

menampilkan jumlah data yang diolah pada variabel karakteristik

individu berjumlah 82 data. Secara teoritis batas nilai minimal dan

5maksimalnya adalah 1-6 dan untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar

3,. Secara aktual batas nilai minimal dan maksimalnya adalah 1-6 dan

untuk nilai rata-ratanya (mean) sebesar 4,22 untuk standar deviasinya

sebesar 1,078. Nilai rata-rata aktual > nilai rata-rata teoritis, ialah 4,22

> 3,5 maka dari itu mengindikasikan bahwa rata-rata pengaruh

karakteristik individu di perusahaan manufkatur di provinsi DKI Jakarta

adalah tinggi.

70
3. Evaluasi Model

a. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)

Gambar 4. 1 Evaluasi Model Pengukur

Evaluasi pada model pengukuran bertujuan untuk menguji

bagaimana kualitas pada model pengukuran yaitu dari validitas dan

reliabilitas data konstruk. Pengujian pada validitas dilaksanakan dua

kali yaitu validitas konvergen dan uji validitas diskriminan. Dibawah ini

adalah hasil dari pengujian outer model dengan menggunakan aplikasi

SmartPLS v3.0 :

1) Validitas Konvergen

Indikator pada pengujian validitas konvergen bisa dilihat pada dua

tabel, yaitu outer loading dengan nilai Average Variance Extracted

71
(AVE). Rule of Thumb dari outer loading yaitu nilai yang

ditunjukkan pada setiap konstruk lebih dari 0,7 namun ada

penjelasan dari Ghozali and Latan (2015) mengatakan 0,5 – 0,6

mengatakan sudah cukup untuk dinyatakan valid, sedangkan Rule

of Thumb dari AVE yaitu nilai yang lebih besar dari 0,5 pada setiap

variabel laten. Dibawah ini hasil dari perhitungan algoritma PLS.

a) Outer Loading

Tabel 4. 5 Outer Loading

AS EK IFB ILoC JR KI PP Mod Mod

AS PP

AS 1,000

EK 1,000

IFB 0,395

IFB1 0,877

IFB2 0,606

IFB3 0,913

IFB4 0,221

LOC1 0,014

LOC10 0,207

LOC11 0,563

LOC12 0,545

LOC13 0,287

LOC14 0,251

LOC15 0,400

72
LOC2 -

0,209

LOC3 0,533

LOC4 0,177

LOC5 0,619

LOC6 0,286

LOC7 0,057

LOC8 -

0,061

LOC9 -

0,112

JR 1,000

KI 1,000

PP 1,000

AS * 1,126

LOC

PP * 0,895

LOC

Sumber : Output SmartPLS v.3

Konstruk bisa dikatakan valid jika konstruk menunjukkan nilai

lebih dari 0,7 namun ada peneliti yang lain yaitu Chin (1998)

dalam penelitian Ghozali and Latan (2015) menunjukkan

indikator nilai konstruk dari 0,5 atau 0,6 sudah cukup untuk

dikatakan valid. Berdasarkan output pada tabel 4.5

menunjukkan belum semua indikator lebih dari 0,7 sehingga

dinyatakan belum valid dan harus dihapus agar memenuhi rule

73
of thumb yang ditetapkan, yaitu > 0,70. Tabel 4.6 menunjukkan

outer loading dengan model yang telah dimodifikasi.

Tabel 4. 6 Outer Loading Modifikasi

AS EK IFB ILoC JR KI PP Mod Mod

AS PP

AS 1,000

EK 1,000

IFB1 0,964

IFB3 0,965

LOC11 0,890

LOC12 0,733

LOC15 0,461

LOC3 0,855

JR 1,000

KI 1,000

PP 1,000

AS * 0,894

LOC

PP * 0,898

LOC

Sumber: Output SmartPLS v.3

Berdasarkan tabel .. seluruh indikator setiap variabel

menunjukkan angka > 0,70. Dengan demikian, seluruh indikator

dapat dinyatakan valid. Selain dari tabel .. nilai outer loading

juga dapat dilihat pada gambar ..

74
Gambar 4. 2 Outer Loading Modifikasi

b) Average Variance Extracted (AVE)

Tabel 4. 7 Average Variance Extracted

Average Variance
Extracted (AVE)
Adverse Selection 1,000
Eskalasi Komitmen 1,000
Informasi Future Benefit 0,931
Internal Locus of Control 0,568
Job Rotation 1,000
Karakteristik Individu 1,000
Memoderasi Adverse Selection 1,000
Memoderasi Peer Pressure 1,000
Peer Pressure 1,000
Sumber : Output SmartPLS v.3

75
Berdasarkan pada tabel .. menunjukkan nilai Average

Variance Extracted (AVE) lebih dari 0,5 pada setiap variabel,

sehingga semua variabel pada penelitian ini dapat dikatakan

valid.

2) Validitas Diskriminan

Indikator pada pengujian validitas diskriminan adalah akar AVE

yang dapat dilihat pada tabel Fornell Larcker di Algoritma PLS

Report. Nilai yang dinyatakan pada setiap variabel harus lebih besar

dari nilai hubungan antar setiap variabel. Melakukan pengujian

validitas diskriminan juga dapat dilihat pada tabel cross loading.

Cross loading menyatakan nilai diantara konstruk dan indikatornya.

Nilai diantara konstruk dan indikatornya seharusnya lebih besar

daripada nilai konstruk tersebut dengan indikator dari konstruk

lainnya sehingga konstruk tersebut dapat memperkirakan

indikatornya lebih baik daripada ondokatpr dari konstruk yang lain.

a) Akar AVE

Tabel 4. 8 Validitas Diskriminan (Akar AVE)

AS EK IFB ILoC JR KI Mod Mod PP


AS PP
AS 1,000
EK 0,326 1,000
IFB 0,018 0,248 0,965
IloC -0,034 0,141 -0,022 0,754
JR 0,305 0,257 0,081 0,139 1,000
KI 0,252 0,075 0,196 -0,039 0,137 1,000
Mod 0,122 -0,137 -0,091 0,144 -0,030 -0,001 1,000
AS
Mod 0,078 -0,055 0,202 -0,188 -0,220 -0,055 -0,063 1,000
PP
PP 0,207 0,310 0,147 -0,007 0,162 0,327 0,078 0,218 1,000
Sumber : Output SmartPLS v.3

76
Dapat dilihat pada tabel .. menampilkan bahwa nilai dari akar

AVE untuk seluruh variabel pada penelitian ini menampilkan

nilai yang lebih besar jika membandingkan dengan nilai dari

hubungan antar variabel. Maka dari itu, dapat dinyatakan semua

variabel dikatakan valid.

b) Cross Loading

Tabel 4. 9 Cross Loading

AS EK IFB ILoC JR KI Mod Mod PP


AS PP
AS 1,000 0,326 0,018 -0,034 0,305 0,252 0,122 0,078 0,207
AS* 0,122 -0,137 -0,091 0,144 -0,030 -0,001 1,000 -0,063 0,078
ILoC
Ek 0,326 1,000 0,248 0,141 0,257 0,075 -0,137 -0,055 0,310
IFB1 0,015 0,237 0,964 -0,006 0,056 0,185 -0,122 0,220 0,127
IFB3 0,019 0,241 0,965 -0,036 0,100 0,194 -0,054 0,171 0,157
JR 0,350 0,257 0,081 0,139 1,000 0,137 -0,030 -0,220 0,162
KI 0,252 0,075 0,196 -0,039 0,137 1,000 -0,001 -0,055 0,327
LoC11 -0,052 0,113 -0,022 0,890 0,127 -0,050 0,163 -0,177 -0,012
LoC12 -0,138 0,077 0,074 0,733 0,027 -0,096 0,194 -0,061 -0,065
LoC15 0,111 0,106 -0,144 0,461 0,072 0,073 -0,098 -0,022 0,055
LoC3 -0,051 0,111 0,050 0,855 0,158 -0,058 0,183 -0,266 -0,014
PP 0,207 0,310 0,147 -0,007 0,162 0,327 0,078 0,218 1,000
PP* 0,078 -0,055 0,202 -0,188 -0,220 -0,055 -0,063 1,000 0,218
ILoC
Sumber : Output SmartPLS V.3
Dapat dilihat pada tabel .. di atas menunjukkan bahwa nilai

indikator setiap konstruk untuk seluruh variabel menunjukkan

nilai > 0,7. Artinya, setiap indikator pernyataan yang digunakan

untuk setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid.

3) Reliabilitas

Uji reliabilitas di penelitian ini menggunakan Cronbach

Alpha dan Composite Reliability. Pada penjelasan dari Jogiyanto

77
and Abdillah (2009) dan Ghozali and Latan (2015) suatu konstruk

atau variabel dapat dinyatakan reliabel disaat menampilkan nilai

dari cronbach’s alpha > 0,7 dan composite reliability > 0,7.

Tabel 4. 10 Uji Reliabilitas

Cronbach’s Composite
Alpha Reliability
AS 1,000 1,000
EK 1,000 1,000
IFB 0,926 0,964
ILoC 0,718 0,833
JR 1,000 1,000
KI 1,000 1,000
Mod AS 1,000 1,000
Mod PP 1,000 1,000
PP 1,000 1,000
Sumber : Output SmartPLS v.3

Berdasarkan pada tabel .. di atas menampilkan bahwa nilai

Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability untuk semua konstruk

yang ada di penelitian ini lebih dari 0,7. Maka dari itu, semua

konstruk yang ada pada penelitian ini reliabel.

b. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)

Berdasarkan dari Jogiyanto (2014), untuk menghitung bagamana

evaluasi model struktural bisa dilakukan dengan R-Square yang

diperuntukkan untuk konstruk yang dipengaruhi serta Path Coefficients

untuk mengetahui dan melakukan uji signifikasi hubungan setiap

konstruk. Dibawah ini adalah hasil pengujian:

78
1) R Square

Tabel 4. 11 R Square

R Square R Square Adjusted


Eskalasi Komitmen 0,324 0,250
Sumber : Output SmartPLS v.3

Pada pengukuran model struktural Nilai Adjusted R2 yang

digunakan untuk mengukur tingkat dari variasi pada perubahan

variabel independen ke variabel dependen. Semakin besar nilai

Adjusted R2 yang diartikan bahwa semakin baik model prediksi dari

model penelitian. Pada tabel 4.11 menampilkan bahwa Eskalasi

Komitmen dipengaruhi sebesar 25% oleh variabel independennya

serta sisanya dipengaruhi dari faktor-faktor lain diluar dari

penelitian ini.

2) Uji Hipotesis

Dalam melakukan uji hipotesis, ada beberapa indikator yang

harus diperhatikan untuk pengujian hipotesis, yang pertama

original sample, kedua t-statistic, ketiga p-values. Pada original

sample digunakan untuk menunjukkan bagaimana arah hipotesis

(arah positif dan arah negatif). Pada t-statistic serta p-values

digunakan untuk menyimpulkan signifikansi. Apabila nilai t-

statistic > 1,66 serta p-values < 0,005 maka bisa dinyatakan

signifikan. Nilai original sample, t-statistic, serta p-values

ditampilkan pada tabel 4.12

79
Tabel 4. 12 Path Coeficient
Symbol Original T Statistics P Keterangan
Sample (|O/STDEV|) Values
(O)
Job Rotation H1 0,041 0,286 0,387 Tidak
-> Eskalasi diterima
Komitmen
Adverse H2 0,333 2,392 0,009 Diterima
Selection ->
Eskalasi
Komitmen
Karakteristik H3 -0,170 1,426 0,077 Tidak
Individu -> diterima
Eskalasi
Komitmen
Informasi H4 0,248 2,053 0,020 Diterima
Future
Benefit ->
Eskalasi
Komitmen
Peer H5 0,312 3,082 0,001 Diterima
Pressure ->
Eskalasi
Komitmen
Mod H6 -0,236 1,152 0,125 Tidak
Adverse diterima
Selection ->
Eskalasi
Komitmen
Mod Peer H7 -0,207 1,713 0,044 Diterima
Pressure ->
Eskalasi
Komitmen
Internal 0,143 1,150 0,125 Tidak
Locus of diterima
Control ->
Eskalasi
Komitmen
Sumber : Output SmartPLS v.3

Berdasarkan dari hasil bootstrapping pada tabel .. di atas,

dengan demikian dapat disimpulkan, yaitu :

a) Pengaruh Job Rotation terhadap Eskalasi Komitmen

80
Berdasarkan pada hasil dari melakukan pengujian pada tabel

.. menampilkan nilai original sample yaitu positif sebesar 0,041

maka dari itu, arah pengujian tidak selaras dengan hipotesis yang

diajukan. Pada nilai t-statistic yaitu 0,286 < 1,66 serta untuk nilai

p-values 0,387 > 0,05. Dengan demikian, kriteria signifikansi

pada pengujian hipotesis tidak terpenuhi atau H1 ditolak.

Artinya, job rotation tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap eskalasi komitmen.

b) Pengaruh Adverse Selection terhadap Eskalasi Komitmen

Berdasarkan pada hasil dari melakukan pengujian pada tabel

.. menampilkan nilai original sample yaitu positif sebesar 0,333

sehingga arah pengujian sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Pada nilai t-statistic yaitu 2,392 > 1,66 serta untuk nilai p-values

0,009 < 0,05. Dengan demikian, seluruh kriteria pengujian

hipotesis telah terpenuhi atau H2 diterima. Artinya, adverse

selection berpengaruh positif signifikan terhadap eskalasi

komitmen.

c) Pengaruh Karakteristik Individu terhadap Eskalasi

Komitmen

Berdasarkan pada hasil dari melakukan pengujian pada tabel

.. menampilkan nilai original sample yaitu positif sebesar -0,170

maka dari itu, arah pengujian tidak selaras dengan hipotesis yang

diajukan. Pada nilai t-statistic yaitu 1,426 < 1,66 serta untuk nilai

81
p-values 0,077 > 0,05. Dengan demikian, kriteria signifikansi

pada pengujian hipotesis tidak terpenuhi atau H3 ditolak.

Artinya, karakteristik individu tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap eskalasi komitmen.

d) Pengaruh Informasi Future Benefit terhadap Eskalasi

Komitmen

Berdasarkan pada hasil dari melakukan pengujian pada tabel

.. menampilkan nilai original sample yaitu positif sebesar 0,248

sehingga arah pengujian sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Pada nilai t-statistic yaitu 2,053 > 1,66 serta untuk nilai p-values

0,020 < 0,05. Dengan demikian, seluruh kriteria pengujian

hipotesis telah terpenuhi atau H4 diterima. Artinya, informasi

future benefit berpengaruh positif signifikan terhadap eskalasi

komitmen.

e) Pengaruh Peer Pressure terhadap Eskalasi Komitmen

Berdasarkan pada hasil dari melakukan pengujian pada tabel

.. menampilkan nilai original sample yaitu positif sebesar 0,312

sehingga arah pengujian sesuai dengan hipotesis yang diajukan.

Pada nilai t-statistic yaitu 3,082 > 1,66 serta untuk nilai p-values

0,001 < 0,05. Dengan demikian, seluruh kriteria pengujian

hipotesis telah terpenuhi atau H5 diterima. Artinya, peer

pressure berpengaruh positif signifikan terhadap eskalasi

komitmen.

82
f) Internal Locus of Control, Adverse Selection, dan Eskalasi

Komitmen

Berdasarkan pada hasil dari melakukan pengujian pada tabel

.. menampilkan nilai original sample yaitu positif sebesar -0,236

maka dari itu, arah pengujian tidak selaras dengan hipotesis yang

diajukan. Pada nilai t-statistic yaitu 1,152 < 1,66 serta untuk nilai

p-values 0,125 > 0,05. Dengan demikian, kriteria signifikansi

pada pengujian hipotesis tidak terpenuhi atau H6 ditolak.

Artinya, internal locus of control tidak mampu memperkuat

pengaruh positif adverse selection terhadap eskalasi komitmen.

g) Internal Locus of Control, Peer Pressure, dan Eskalasi

Komitmen

Berdasarkan pada hasil dari melakukan pengujian pada tabel

.. menampilkan nilai original sample yaitu positif sebesar -0,207

maka dari itu, arah pengujian tidak selaras dengan hipotesis yang

diajukan. Pada nilai t-statistic yaitu 1,713 > 1,66 serta untuk nilai

p-values 0,044 < 0,05. Dengan demikian, kriteria signifikansi

pada pengujian hipotesis terpenuhi atau H7 diterima. Artinya,

internal locus of control mampu memperlemah pengaruh positif

peer pressure terhadap eskalasi komitmen.

83
C. Pembahasan

1. Job Rotation terhadap Eskalasi Komitmen dalam Pengambilan

Keputusan

Hasil pengujian hipotesis untuk variabel job rotation menunjukkan

bahwa job rotation tidak berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam

pengambilan keputusan. Artinya, eskalasi komitmen yang terjadi pada

perusahaan terjadi bukan karena adanya job rotation yang dilakukan oleh

perusahaan tersebut. Pengambilan keputusan merupakan tindakan krusial

yang akan menentukan suatu hasil untuk memcahkan suatu masalah dengan

memilih salah satu alternatif cara terbaik untuk menentukan nasib suatu

perusahaan dimasa depannya yang dijelaskan oleh Scarves (2017), secara

singkat pengambilan suatu keputusan diefinisikan sebagai suatu proses

untuk memilih yang ditujukan untuk memecahkan suatu masalah yang

dijelaskan oleh Stoner (1996) sehingga job rotation disini diartikan bukan

sebagai pemecah masalah atau bukan sebagai salah satu alternatif yang

mendukung untuk suatu perusahaan akan melakukan eskalasi komitmen.

Job rotation disini memiliki arti sebagai perpindahan tugas secara lateral

bagi para karyawan dalam suatu organisasi dengan berbagai variasi interval

waktu, seperti lima tahun atau lebih yang berlaku untuk semua jenis

karyawan sepanjang karir mereka, dimana tidak termasuk promosi yang

dijelasakan oleh Chong dan Surwayati (2007)

84
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Soma dan Restuti (2017). Mereka menyatakan bahwa tidak diterapkannya

kebijakan job rotation tidak mempengaruhi tindakan manajer untuk

melakukan eskalasi komitmen. Jika dihubungan dengan teori besar

penelitian ini, job rotation tidak ada hubungannya secara konseptual

dengan teori keagenan / agency theory yang mana pada kasus eskalasi

komitmen yaitu adanya perbedaan kepentingan yang ada pada pemilik dan

manajer yang dijelaskan oleh Endrianto (2010). Job rotation merupakan

perpindahan yang tidak mempengaruhi apakah manajer akan melakukan

eskalasi komitmen atau tidaknya, sehingga hasil pada penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Soma dan Restuti (2017) yang

menyatakan bahwa job rotation tidak berpengaruh terhadap eskalasi

komitmen.

2. Adverse Selection terhadap Eskalasi Komitmen dalam Pengambilan

Keputusan

Hasil pengujian hipotesis untuk variabel adverse selection

menunjukkan bahwa adverse selection berpengaruh positif signifikan

terhadap eskalasi komitmen. Pada hasil pengujian ini dapat menjelaskan

bahwa, seorang manajer yang memiliki informasi privat yang tidak

diketahui orang lain dalam perusahaan ditambah dengan terdapat

kesempatan untuk melalaikan tugas (incentive to risk) bagi manajer (kondisi

Adverse Selection), maka keputusan yang dibuat manajer cenderung

melanjutkan proyek, investasi yang tidak menguntungkan. Hasil penelitian

85
ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan Maria dan Milka (2012)

yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari Adverse

selection terhadap Eskalasi Komitmen dalam suatu kasus pengambilan

keputusan investasi proyek yang tidak menguntungkan.

Hasil penelitian ini juga terdukung dengan penelitian yang pernah

dilakukan oleh Muhammad Sandi Arimawan (2014) yang menyatakan

bahwa, terdapat pengaruh Adverse Selection terhadap Eskalasi komitmen.

Dalam teori keagenan yang berhubungan dengan masalah Eskalasi

Komitmen pada pilihan tindakan yang gagal yang dijelaskan oleh

Muhammad Sandi Arimawan (2014). Manajer yang tidak memiliki

keberanian untuk mengambil risiko serta segala tindakannya tidak

termonitori akan melaporkan berita bagus, dan manajer tersebut baru akan

melaporkan berita buruk apabila berita tersebut diperlukan, karena berita

buruk akan membuat karirnya terancam. Maka dari itu jika informasi yang

disampaikan lengkap, tidak ada kekurangannya dalam kondisi incentive to

shirk, manajer akan cenderung memilih untuk tidak melanjutkan proyek

yang tidak menguntungkan atau merugikan karena hal ini akan segera

diketahui oleh pemilik perusahaan. sedangkan, jika manajer memiliki

informasi privat, pemilik perusahaan tidak bisa mengawasi incentive to

shirk akan cenderung untuk melanjutkan proyek yang tidak menguntungkan

atau mengindikasikan kegagalan.

Adverse selection yaitu kondisi dimana seorang manajer memiliki

informasi yang hanya dia yang tahu dalam lingkup perusahaan tanpa

86
sepengetahuan pemilik, serta terdapat kesempatan untuk melalaikan tugas

bagi menejer tersebut. Pada penjelasan tersebut sejalan dengan penelitian

ini, manajer yang mendapat adverse selection maka cenderung melanjutkan

proyek investasi yang tidak menguntungkan guna menguntungkan dirinya

sendiri, sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Maria dan

Milka (2012), Muhammad Sandi Arimawan (2014).

3. Karakteristik Individu terhadap Eskalasi Komitmen dalam

Pengambilan Keputusan

Hasil pengujian hipotesis untuk variabel karakteristik individu

menunjukkan bahwa karakteristik individu tidak berpengaruh terhadap

eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan. Artinya, eskalasi

komitmen yang dilakukan oleh manajer keuangan terjadi bukan karena

karakteristik individu. Karakteristik individu merupakan proses psikologi

yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengonsumsi serta

menerima barang dan jasa serta pengalaman yang dijelaskan oleh Ratih

Hurriyati (2014). Karakteristik individu mencakup usia, jenis kelamin

tingkat pendidikan, status perkawinan di masa kerja dalam organisasi yang

dijelaskan oleh Ribhan (2012). Sementara menurut Thoha (2013)

karakteristik individu dapat dilihat dari keahlian, pendidikan, pengalaman.

Pada hipotesis awal penelitian ini karakteristik individu berpengaruh positif

terhadap eskalasi komitmen, tetapi dalam hasil pada penelitian ini tidak

valid yang artinya karakteristik individu tidak berpengaruh terhadap

eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

87
Kondisi pada lapangan memungkinkan bahwa karakteristik individu

manajer keuangan yang beerja pada perusahaan manufaktur tidak

berdampak pada manajer tersebut dalam pengambilan keputusan eskalasi

komitmen, ini menunjukkan bahwa karakteristik bukan menjadi faktor

seorang manajer dalam pengambilan keputusan eskalasi komitmen yang

dijelaskan menurut penelitian ini. Definisi eskalasi komitmen menurut

Suartana (2010) yaitu seorang pengambil keputusan untuk tetap

melanjutkan dan memperluas komitmen awalnya terhadap pelaksanaan

suatu proyek investasi proyek atau usaha-usaha tertentu yang sidah tidak

menguntungkan atau memberikan umpan negatif. Jika dihubungan dengan

teori prospek, variabel karakteristik individu yang dihadapi dengan suatu

hal yang merugikan makan setiap individu akan cenderung menolak atau

menghindari kegagalan tersebut seperti pada penjelasan Kahneman dan

Tversky (2015).

Penelitian yang menggunakan variabel karakteristik individu dalam

mengukur eskalasi komitmen sangat jarang diteliti karena variabel

karakteristik individu cenderung kepada penelitian pada bindang

pendidikan psikologi, tetapi disini karakteristik bisa dihubungkan dengan

akuntansi dengan bidang akuntasni keprilakuan. Dengan demikian hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hurriyati

(2014). Yang menyatakan bahwa karakteristik individu berpengaruh positif

terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

88
4. Informasi Future Benefit terhadap Eskalasi Komitmen dalam

Pengambilan Keputusan

Hasil pengujian hipotesis untuk variabel informasi future benefit

menunjukkan bahwa informasi future benefit berpengaruh positif signifikan

terhadap eskalasi komitmen. Informasi future benefit adalah suatu bentuk

informasi yang berisikan keriteria, atau prospek yang akan terjadi dimasa

depan yang biasanya menguntungkan jika dilakukan, seperti informasi

investasi pada masa 5 tahun kedepan sudah ada pada tahun sekarang dengan

cara mendapatkan informasi future benefit yg bisa diperoleh melihat

proyeksi perkiraan laporan keuangan yang akan dituju. Selain itu, menurut

Staw (1976) memperlihatkan bahwa pengambilan keputusan yang tidak

diinformasikan mengenai keuntungan potensial atas tambahan investasi

dimasa mendatang, cenderung mengadopsi suatu pola yang salah dari

kelanjutan investasi. Artinya jika manajer dihadapkan pada kondisi suatu

perusahaan yang mengindikasikan kegagalan tetapi terdapa suatu informasi

rahasia yang disebut sebagai informasi future benefit maka manajer akan

cenderung melakukan eskalasi komitmen karena beracuan dapat

membalikan keadaan yang menunjukkan kegagalan dengan adanya inforasi

future benefit tersebut.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Efriyanti (2005) bahwa

informasi future benefit berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen.

Jika dihubungkan dengan teori prospek, maka akan masuk akal jika

informasi future benefit berpengaruh positif terhadap eskalasi komitmen,

89
karena jika individu dihadapkan pada prospek keuntungan maka individu

tersebut cenderung untuk mengambil keuntungan tersebut walau pada

kondisi yang sama dihadapkan pada kondisi kegagalan. Manajer cenderung

akan memikirkan keuntunganya dari pada kegagalan yang akan terjadi,

terlebih jika manajer memiliki incentive to shirk. Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Efriyanti (2015)

5. Peer Pressure terhadap Eskalasi Komitmen terhadap Pengambilan

Keputusan

Hasil pengujian hipotesis untuk variabel peer pressure menunjukkan

bahwa peer pressure berpengaruh positif signifikan terhadap eskalasi

komitmen dalam pengambilan keputusan. Peer pressure adalah pengaruh

yang diberikan oleh teman, kolega, partner yang berstatus sama dengan kita

atau horizontal dengan selisih perbedaan usia yang tidak jauh, pengaruh

yang diberikan bisa berdampak besar atau tidak, tergantung bagaimana cara

seseorang menyikapinya, menurut Fatima (2012) pengaruh peer pressure

yang kuat yang dilakukan oleh manajer akan berpengaruh manajer tersebut

untuk melakukan eskalasi komitmen. Manajer akan merasa tertekan dengan

pressure kolega manajer lainya dalam eskalasi komitmen karena

berhubungan dengan nama baik perusahaan dan individu manajer tersbut.

Holward. N.M (2004) menjelaskan bahwa seseorang kolega seuasia

anda akan mendorong atau mendesak anda untuk melakukan sesuatu atau

untuk mempertahankan sesuatu yang lain, maksud dari penjelasan diatas

yaitu, jika manajer dihadapkan pada suatu masalah yaitu prospek proyek

90
yang mengindikasikan kegagalan, maka temannya akan mendesak untuk

melakukan sesuatu atau mempertahankan sesuatu yang dimaksud yaitu

jabatan manajer tersebut, karena manajer lain akan membandingkan

manajer tersebut jika manajer gagal dan menilai bahwa manajer yang

mengalami kegagalan akan dipandang sebelah mata bagi pesaingnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis yang dibuat dan dengan

peelitian terdahulu yang diteliti oleh Fatima (2012) yang menjelaskan

bahwa peer pressure berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam

pengambilan keputusan, penelitian yang menggunakan variabel peer

pressure dengan menghubungkan dengan variabel dependen eskalasi

komitmen sangat jarang detiliti karena penelitian tentang peer pressure

dominan kearah ilmu psikologi yang bisa dihubungkan kedalam akuntansi

keprilakuan.

6. Internal Locus of Control memoderasi pengaruh positif Adverse

Selection terhadap Eskalasi Komitmen dalam Pengambilan Keputusan

Hasil pengujian hipotesis efek moderasi menunjukkan bahwa

internal locus of control tidak berpengaruh terhadap adverse selection

terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan. Pada penelitian

ini hasil dari pengelolahan data menunjukan internal locus of control

memoderasi pengaruh positif adverse selection terhadap eskalasi komitmen,

tetapi nilai sig lebih dari 0,05 sehingga hasil dari penelitian ini tidak bisa

dikatakan valid artinya internal locus of control pada penelitian ini tidak

berpengaruh terhadap adverse selection. Artinya penelitian ini tidak sejalan

91
dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Maria dan Milka (2015),

Wirakusuma (2016), Soma dan Restuti (2017) yang menunjukan bahwa

adverse selection bisa diperkuat oleh variabel internal locus of control.

Pada penelitian ini kemungkinan penelitian ini tidak valid yaitu

karena internal locus of control yaitu segala sesuatu yang didapatkan

individu berupa kesuksesan, kekayaan, keberhasilan, kejayaan merupakan

hasil dari kerja keras individu tersebut, mereka beranggapan bahwa tidak

ada campur tangan dari pihak lain. Sementara menurut Tsui dan Gul (1996)

locus of control didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang merasa

hubungan kontijensi antara tindakan dan hasil yang mereka peroleh. Jika

dihubungakan dengan teori agensi bahwa manajer yang mengisi kuesioner

ini kemungkinan memiliki atitude yang baik tanpa berfikiran incentive to

shirk. Pada penelitian ini hasilnya sejalan dengan penelitian yang pernah

dilakukan oleh Kreitner dan Kinicki (2015) bahwa internal locus of control

cenderung memperlemah atau tidak berpengaruh terhadap adverse selection

dalam eskalasi komitmen.

7. Internal Locus of Control memoderasi pengaruh negatif Peer Pressure

terhadap Eskalas Komitmen dalam pengambilan Keputusan

Hasil pengujian hipotesis untuk efek moderasi menunjukkan bahwa

internal locus of control memperlemah pengaruh positif peer pressure

terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan. Internal locus

of control yaitu kondisi dimana seseorang individu percaya bahwa mereka

memiliki kemampuan untuk mengendalikan takdir mereka, dalam hal ini

92
individu akan mempercayai bahwasannya pengendalian itu terletak dalam

diri mereka itu sendiri, sedangkan menurut Kreitner dan Kinicki (2005)

menyebutkan bahwa individu yang percaya bahwa hasil yang mereka

dapatkan ditentukan murni dari dirisendiri, tidak ada hubungannya dengan

pihak eksternal.

Sedangkan dari penjelasan yang sudah dipaparkan pada hipotesis

kelima, bahwa peer pressure merupaka pengaruh peer atau kolega yang

seusia sehingga bertentangan dengan penjelasan internal locus of control.

Orang yang memiliki internal locus of control maka tidak akan terpengaruh

oleh variabel apapun, sehingga internal locus of control memperlemah

pengaruh positif peer pressure terhadap eskalasi komitmen. Sejalan dengan

penelitian yang diteliti oleh Tsui dan Gul (1996) bahwa intrenal locus of

control tidak bisa dipengaruhi oleh variabel yang berhubungan dengan

pihak eksternal. Dalam hal ini peer pressure merupakan variabel yang

disebabkan pihak eksternal.

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN

A. SIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengji dan menganalisis faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap eskalasi komitmen dalam pengambilan keputusan.

Faktor-faktor tersebut diambil dan dipilih dari penelitian terdahulu diantaranya

job rotation, adverse selection, karakteristik individu, informasi future benefit

93
dan peer pressure serta ditambahkan variabel internal locus of control sebagai

variabel moderasi. Penelitian ini dilaksanakan di Perusahaan Manufaktur yang

ada di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Job Rotation tidak berpengaruh terhadap Eskalasi Komitmen dalam

pengambilan keputusan;

2. Adverse Selection berpengaruh positif signifikan terhadap Eskalasi

Komitmen dalam pengambilan keputusan;

3. Karakteristik Individu tidak berpengaruh terhadap Eskalasi Komitmen

dalam pengambilan keputusan;

4. Informasi Future Benefit berpengaruh positif signifikan terhadap Eskalasi

Komitmen dalam pengambilan keputusan;

5. Peer pressure berpengaruh positif signifikan terhadap Eskalasi Komitmen

dalam pengambilan keputusan;

6. Internal Locus of Control tidak berpengaruh dalam memperkuat adverse

selection terhadap Eskalasi Komitmen dalam pengambilan keputusan;

7. Internal Locus of Control memperlemah pengaruh positif Peer Pressure

terhadap Eskalasi Komitmen dalam pengambilan keputusan.

B. IMPLIKASI

1. Implikasi Teoritis

a. Kecurangan yang terjadi pada saat manajer mengambil keputusan untuk

lanjut tidaknya dalam menjalankan suatu proyek, yaitu eskalasi

94
komitmen yang dipengaruhi karena adverse selection, informasi future

benefit, dan peer pressure sehingga hasil ini akan menjadi bahan untuk

penjelasan dimensi yang lebih luas mengenai teori faktor yang

mempengaruhi seorang manajer melakukan eskalasi komitmen.

b. Walaupun tidak terdapat hubungan antara job rotation dan karakteristik

individu dengan terjadinya eskalasi komitmen, diharapkan jajaran

direktur perusahaan selalu mengikuti pelatihan secara intensif dalam

rangka meningkatkan kemampuan seluruh manajer keuangan. Di

samping itu, masyarakat, pemerintah serta pimpinan perusahaan harus

bekerja sama dalam rangka membangun perusahaan yang sehat

memasukan hal-hal mengenai spiritual agar tidak terjadi

penyalahgunaan wewenang.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi seluruh pihak

yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

pimpinan, bisa dalam sektor pemerintahanan, perusahaan amupun

lingkungan warga untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang sudah

diberikan kepada individu yang sudah terpilih menjadi pimpinan, serta

semua pihak harus membenahi diri dengan meningkatkan religiusitas dari

pribadi untuk menghindari perbuatan kecurangan yang dampaknya

merugikan banyak pihak.

95
C. KETERBATASAN

Pertanyaan dalam kuesioner ini bersifat soal kasus yang terkadang dapat

membuat malas responden untuk mengisi, sehingga responden bisa melakukan

pengisian kuesioner ini dengan secara asal tanpa membaca terlebih dahulu.

Serta kuesioner yang disebarkan karena terjadinya pandemi penyakit Corona

Virus Deases19 menyebabkan peneliti menyebar kuesioner penelitian secara

online dengan mengirimkan kuesioner kepada pihak email perusahaan sehingga

peneliti tidak bisa memastikan apakah kuesioner benar-benar diisikan oleh

responden yang diinginkan oleh peneliti.

D. SARAN

Dengan adanya keterbatasan penelitian maka saran yang diberikan untuk

memperbaiki penelitian selanjutnya, yaitu sebagai berikut:

1. Metode survey sebaiknya dilengkapi dengan teknik wawancara sehingga

pengisian kuesioner menjadi tepad dan lebih akurat.

2. Memperbanyak responden sehingga hasil penelitian lebih mampu

mewakilkan manajer keuangan.

3. Menambah faktor-faktor lain sebagai pemicu terjadinya eskalasi komitmen.

96
DAFTAR PUSTAKA

Arimawan, M. S., & Sukirno. (2014). Pengaruh Negative Framing Dan Adverse
Selection Terhadap Eskalasi Komitmen. Jurnal Nominal Volume Iii Nomor
1.

Bandura, A., 1997. Self-efficacy The Exercise of Control. New York: W. H. Freeman
and Company

Chong, & Syarifuddin. (2010). "Escalation Of Comitment To Unprofitable Projects


: An Experimental Investigation Of The Effect Of Conformity Pressure And
Self-Esteem". Accounting, Accountability & Performance, Vol. 16, No. 1&2.

Chong, V. K., & Suryawati, R. F. (2010). De-Escalation Strategy : The Impact Of


Monitoring Control On Manager’s Project Evaluation. Jamar, Vol. 8, No.
2. Halaman 39-50.

Destriana, N. (2011). Masalah Dan Biaya Keagenan. Jurnal Media Bisnis, 8 -16.

Dewanti, R. (2010). Pengaruh Negative Framing Dan Job Rotation Pada Kondisi
Adverse Selection Terhadap Pengambilan Keputusan Eskalasi Komitmen.
Jurnal Akuntansi Universitas Diponegoro. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Diponegoro, 6 (1), 80-112.

Dewi, H. R., & Supriyadi. (2012). Keefektifan Monitoring Control Dan Penalaran
Moral Individu Dalam De-Eskalasi Komitmen. Simposium Nasional
Akuntansi Banjarmasin, No. 15.

Edfa, A. R., & Dwita, S. (2019) Pengaruh Informasi Investasi Dan Overconfidence
Terhadap Eskalasi Komitmen. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, Vol. 1, No. 4.
Halaman 1-30.

Engko, Cecilia dan Gudono. (2017) Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Locus of
Control terhadap Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan
Kerja. JAAI, Vol. 11, No. 2. Halaman 105-124.

Ferawati, T. (2016). Pengaruh Monitoring Control Dan Informasi Future Benefit


Investasi Alternatif Terhadap De-Eskalasi Komitmen. Jurnal Riset
Manajemen Juli 2016. Vol 3 No 2.

97
Helmayunita, N. (2015). Pengaruh Adverse Selection, Kontrol Monitoring, Dan
Penalaran Moral Individu Terhadap Perilaku Eskalasi Komitmen. Jurnal
Wra, Vol 3, No 1, 513-528.

Irfan, A. (2010) Pengaruh Locus Of Control Terhadap Hubungan Antara Justice


Dan Tingkat Eskalasi Komitmen Dalam Penganggaran Modal.
Undergraduate thesis, Universitas Gajah Mada.

Lestari, D. (2015). Pengaruh Negative Framing Dan Adverse Selection Terhadap


Eskalasi Komitmen Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Dengan
Locus Of Control Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Vol. 2, No.2.p.1-12.

Liana, L. (2009). Penggunaan MRA dengan Spss untuk Menguji Pengaruh Variabel
Moderating terhadap Hubungan antar Variabel Independen dan Variabel
Dependen. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, Vol. XIV, NO. 8.

Nazaruddin, I., & Basuki, A. T. (2019). Analisis Statistik dengan SPSS. Danisa
Media, Yogyakarta.

Puspa Sari, N. A., & Wirakusuma, M. G. (2016). Pengaruh Adverse Selection Dan
Negative Framing Pada Kecenderungan Eskalasi Komitmen. E-Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana Vol. 5, No. 3, 573-600

Puspa Sari, N. A., & Wirakusuma, M. G. (2017). The Influence Of Adverse


Selection And Negative Framing To The Escalation Of Commitment
Tendency. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, Vol. 12, No. 1.

Sehfudin, A. (2011) Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi Organisasi Dan


Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Subroto, B., Suwarni, E., & Irianto, G. (2011), “Eskalasi Dan De-Eskalasi
Komitmen Pada Individu Yang Berkarakter Internal Locus Of Control
Dalam Kasus Investasi Bertahap”. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi.
Vol. 14.

Suwarni, E. (2012). Eskalasi Komitmen Individu Berdasarkan Locus Of Control


Dalam Kasus Investasi. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan : Vol. III No. 2,
p.430-450.

Wardani, E. K., & Sukirno. (2015). Pengaruh Framing Effect Terhadap


Pengambilan Keputusan Investasi Dengan Locus Of Control Sebagai Variabel
Pemoderasi. Jurnal Nominal / Volume Iii Nomor 1, 53-60.

Wildan, M. C. (2014). Hubungan Gaya Kepemimpinan Dan Informasi Future


Benefit Terhadap Eskalasi Komitmen Dalam Pengambilan Keputusan
Investasi (Studi Kasus Pada Mahasiswa Akuntansi Dan Manajemen Angkatan

98
2011 Universitas Negeri Yogyakarta). Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.

Wildan, M. C. (2017). Hubungan Gaya Kepemimpinan Dan Informasi Future


Benefit Terhadap Eskalasi Komitmen Dalam Pengambilan Keputusan
Investasi. Jurnal Profita Edisi 1.

Yusra, M., & Atika, S. (2017). Pengaruh Negative Framing Dan Adverse Selection
Terhadap Pengambilan Keputusan Eskalasi Komitmen (Studi Empiris Pada
Mahasiswa Akuntansi Universitas Malikussaleh). Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan Volume5, 2.

LAMPIRAN

A. Identitas Responden

Nama Responden :

Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan

Usia Responden : ( ) 20-24, ( ) 25-29, ( ) 30-34, ( ) 35 keatas

Jenjang Pendidikan : ( ) S1 ( ) S2 ( ) S3

Jabatan :

Lama Bekerja : ( ) 3-5 Tahun ( ) > 6 Tahun

B. Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i

untuk menjawab seluruh pertanyaan dalam kuesioner ini

2. Berikan tanda tick mark(√)pernyataan berikutyang sesuai dengan

keadaan yang sesungguhnya pada kolom yang tersedia.

3. Ada 5 (lima) pilihan jawaban yang tersedia untuk masing-

masing pertanyaan, yaitu:

1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

99
2 = Tidak Setuju (TS)

3 = Netral (N)

4 = Setuju (S)

5 = Sangat Setuju (SS)

C. Kuesioner

Locus of Control

No. Pertanyaan STS TS N S SS

1 Sesuatu yang sedang saya lakukan disebut


pekerjaan
2 Untuk beberapa pekerjaan, seseorang
dapat menyelesaikannya jika ia mau
mengerjakan
3 Jika saya tahu akan mendapatkan imbalan
dari suatu pekerjaan, saya akan mencari
pekerjaan tersebut
4 Jika karyawan tidak puas dengan
keputusan yang dibuat oleh atasannya,
mereka harus melakukan sesuatu sebagai
respon atas keputusan tersebut
5 Mendapatkan pekerjaan yang diinginkan,
sebagaian besar adalah keberuntungan

100
6 Memperoleh uang pada dasarnya adalah
sebuah keberuntungan
7 Kebanyakan orang mampu melakukan
pekerjaan mereka dengan baik jika mereka
berusaha
8 Untuk mendapatkan pekerjaan yang baik,
saya harus mempunyai kerabat dengan
posisi yang baik
9 Promosi biasanya adalah masalah
keberuntungan
10 Pada saat mendapatkan pekerjaan yang
benar-benar baik, yang saya kenal lebih
penting dari pada yang saya bisa
11 Karyawan yang melakukan pekerjaan
dengan baik akan diberikan promosi
12 Jika saya ingin mendapatkan uang yang
banyak, saya harus tahu orang-orang yang
dapat membantu saya
13 Untuk menjadi karyawan yang terbaik
dalam setiap pekerjaan, dibutuhkan banyak
keberuntungan
14 Hanya orang-orang yang melakukan
pekerjaannya dengan baiklah yang akan
dihargai atas usahanya
15 Kebanyakan karyawan dipengaruhi oleh
supervisor mereka daripada apa yang
mereka pikirkan

Eskalasi Komitmen

101
Anda manajer senior sebuah perusahaan fashion mode “RnN” sedang menangani
proyek baru berusia 5 tahun. Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana
4 milyar (1/4 anggaran RnD yang disediakan perusahaan).
Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih unggul.
Akibatnya prospek ekonomi proyek anda mulai menunjukkan kegagalan.
Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar.

PILIHAN
A. Menghentikan proyek
Jika anda menghentikan proyek, anda akan menghemat 2 milyar
B. Melanjutkan proyek
Jika anda melakukan proyek, ada kemungkinan sebesar 35% untuk
memulihkan investasi sebesar 6 milyar dan ada kemungkinan 65% bahwa
tidak sepeserpun yang dapat dipulihkan

KEPUTUSAN

Berikan tanda silang ( X ) pada salah satu angka yang paling sesuai dengan
keputusan yang anda ambil pada kolom dibawah ini untuk menunjukan preferensi
anda untuk pilihan A (Menghentikan) atau pilihan B (Melanjutkan) ! (pilihan A
diwakili angka 1,2,3 sedangkan pilihan B diwakili angka 4,5,6).

# anda hanya diperbolehkan menyilang satu angka saja sesuai keputusan yang
anda buat !!!

1 2 3 4 5 6
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Pasti Menghentikan (Pilihan A) Pasti Melanjutkan (Pilihan B)

Adverse Selection

102
Anda manajer senior sebuah perusahaan fashion mode “RnN” sedang menangani
proyek baru berusia 5 tahun. Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana
4 milyar (1/4 anggaran RnD yang disediakan perusahaan).
Sayangnya Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih
unggul. Akibatnya prospek ekonomi proyek anda mulai menunjukkan kegagalan.
Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar.
Jika seandainya Anda memilih untuk melanjutkan proyek, informasi tentang
kegagalan maupun keberhasilan proyek ini tidak akan diketahui orang lain
dalam perusahaam anda sampai dengan proyek tersebut selesai dikerjakan (3
tahun mendatang). Reputasi Anda sebagai manajer senior berbakat akan
tetap terjaga.

PILIHAN
A. Menghentikan proyek
Jika anda menghentikan proyek, anda akan menghemat 2 milyar
B. Melanjutkan proyek
Jika anda melakukan proyek, ada kemungkinan sebesar 35% untuk
memulihkan investasi sebesar 6 milyar dan ada kemungkinan 65% bahwa
tidak sepeserpun yang dapat dipulihkan

KEPUTUSAN

Berikan tanda silang ( X ) pada salah satu angka yang paling sesuai dengan
keputusan yang anda ambil pada kolom dibawah ini untuk menunjukan preferensi
anda untuk pilihan A (Menghentikan) atau pilihan B (Melanjutkan) ! (pilihan A
diwakili angka 1,2,3 sedangkan pilihan B diwakili angka 4,5,6).

# anda hanya diperbolehkan menyilang satu angka saja sesuai keputusan yang
anda buat !!!

1 2 3 4 5 6
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah

103
Pasti Menghentikan (Pilihan A) Pasti Melanjutkan (Pilihan B)

Job Rotation

Ada manajer senior sebuah perusahaan fashion mode “RnN” sedang menangani
proyek baru berusia 5 tahun. Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana
4 milyar (1/4 anggaran RnD yang disediakan perusahaan).
Sayangnya Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih
unggul. Akibatnya prospek ekonomi proyek anda mulai menunjukkan kegagalan.
Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar.
Sebagai tambahan informasi, perusahaan “RnN” tempat Anda bekerja
terdapat kebijakan job rotation, yakni setiap 4 tahun sekali akan ada transfer
pegawai. Posisi Anda akan digantikan oleh manajer baru dari divisi lain
dalam perusahaan awal tahun depan. Hal ini membuat Anda harus dekat
dengan manajer pengganti Anda selama masa transisi. Anda harus
menyediakan Laporan kemajuan yang komprehensif berkaitan dengan
proyek yang anda tangani.

PILIHAN

A. Menghentikan proyek
B. Melanjutkan proyek

KEPUTUSAN

Berikan tanda silang ( X ) pada salah satu angka yang paling sesuai dengan
keputusan yang anda ambil pada kolom dibawah ini untuk menunjukan preferensi

104
anda untuk pilihan A (Menghentikan) atau pilihan B (Melanjutkan) ! (pilihan A
diwakili angka 1,2,3 sedangkan pilihan B diwakili angka 4,5,6).

# anda hanya diperbolehkan menyilang satu angka saja sesuai keputusan yang
anda buat !!!

1 2 3 4 5 6
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Pasti Menghentikan (Pilihan A) Pasti Melanjutkan (Pilihan B)

Informasi Future Benefit

anda adalah seorang manajer senior pada “RnD” perusahaan yang bergerak pada
bidang fashion mode. Anda memiliki pimpinan yang bernama Bpk, Novan.
Pimpinan selalu memberikan pujian terhadap kinerja baik yang anda
lakukan. Selain itu, pimpinan juga melakukan koordinasi bila terjadi
kesalahan pada pekerjaan yang anda lakukan.

Saat ini perusahaan memutuskan untuk melakukan ekspansi dengan membuka


cabang baru yang berlokasi didekat bandara Halim Perdanakusuma, pada ekspansi
tersent anda diangkat menjadi manajer proyek yang bertanggung jawab penuh atas
keberhasilan maupun kegagalan proyek ini. Perusahaan menginvestasikan sebesar
5 miliar untuk membuka cabang baru tersebut. kinerja anda akan dinilai
berdasarkan kemampuan anda mencapai terget laba minimum sebesar 3 miliar
selama dua tahun pertama. Pimpinan menghindari campur tangan kecuali anda
gagal mencapai sasaran atau tujuan. Pimpinan mempercayakan kepada anda
atas segala keputusan yang anda pilih.

Pada saat cabang baru telah menghasilkan laba sebesar 2 miliar selama dua tahun
terakhir dan hal ini cukup mengecewakan. Jika keadaan ini terus berlanjut, sulit
bagi anda untuk mencapai laba minimum yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Selain itu terdapat pesaing baru di areal tersebut. pimpinan akan memberikan
hukuman apabila kinerja anda buruk dan merugikan perusahaan.

105
Perusahaan juga melakukan analisis untuk memperoleh informasi investasi
alternatif yang lebih menguntungkan di masa yang akan datang pada bidang usaha
baru (souvenir). Hasilnya adalah dengan perusahaan menginvestasikan sebesar Rp
5 miliar pada usaha baru maka laba perusahaan diperkirakan mencapai 4 miliar pada
dua tahun pertama. Hal ini dapat mencapai target minimum yang telah ditetapkan
oleh perusahaan.

Berdasarkan informasi diatas, anda memiliki dua pilihan mengenai proyek


pembukaan cabang baru “RnD”:

A. Menghentikan pembukaan cabang baru “Jogja Food” & memilih investasi


alternative bidang usaha baru (souvenir).
B. Melanjutkan proyek pembukaan cabang baru “Jogja Food” & membuang
kesempatan investasi alternative (souvenir).

KEPUTUSAN

Berikan tanda silang ( X ) pada salah satu angka yang paling sesuai dengan
keputusan yang anda ambil pada kolom dibawah ini untuk menunjukan preferensi
anda untuk pilihan A (Menghentikan) atau pilihan B (Melanjutkan) ! (pilihan A
diwakili angka 1,2,3 sedangkan pilihan B diwakili angka 4,5,6).

# anda hanya diperbolehkan menyilang satu angka saja sesuai keputusan yang
anda buat !!!

1 2 3 4 5 6
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Pasti Menghentikan (Pilihan A) Pasti Melanjutkan (Pilihan B)

Setelah Anda menjawab kasus dengan memilih pilihan keputusan yang telah
disediakan diatas, maka anda juga diwajibkan menjawab pertanyaan berikut
ini dengan cara beri tanda silang ( X ) pada jawaban (B/S) yang anda pilih. (B
: BENAR dan S : SALAH)

106
# pertanyaan-pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan kasus yang telah anda
kerjakan sebelumnya!

1. Anda diangkat sebagai manager proyek dengan investasi awal sebesar Rp 5


miliar, anda bertanggung jawab penuh atas keberhasilan maupun kegagalan proyek
ini (B / S)

2. Perusahaan mensyaratkan kepada anda mencapai target laba minimum sebesar 3


miliar selama dua tahun pertama. (B / S)

3. Dalam kasus ini Bpk. Novan memotivasi anda agar melakukan lebih dari apa
yang anda pikirkan untuk mampu meningkatkan laba perusahaan (B / S)

4. Dalam kasus ini Bpk. Novan menghindari campur tangan kecuali anda gagal
mencapai sasaran atau tujuan (B / S)

Peer Pressure

Anda manajer senior sebuah perusahaan fashion mode “RnN” sedang menangani
proyek baru berusia 5 tahun. Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana
4 milyar (1/4 anggaran RnD yang disediakan perusahaan).
Sayangnya Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih
unggul. Akibatnya prospek ekonomi proyek anda mulai menunjukkan kegagalan.
Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar.
Dalam kasus ini anda memiliki teman manajer yang memiliki jabatan yang
sama dengan anda, serta perusahaan yang ditangani bergerak dibidang yang
sama pula. Fashion mode yang ditangani manajer tersebut mengalami
peningkatan pendapatan sebesar 80% setelah manajer tersebut membayar
designer ternama sebesar 3 miliar untuk berkolaborasi dengannya.

PILIHAN :

A. Menghentikan proyek
Jika anda menghentikan proyek dan memilih untuk norkolaborasi dengan
designer, anda akan menghemat 2 miliar tetapi akan mengeluarkan 3 miliar
untuk kolaborasi. Dan merugi sebesar modal yang dikeluarkan diawal.

107
B. Melanjutkan proyek
Jika anda melanjutkan proyek dan tidak berkolaborasi ada kemungkinan sebesar
35% untuk memulihkan investasi sebesar 6 miliar dan ada kemungkinan 65%
bahwa tidak sepeser pun yang dapat dipulihkan

KEPUTUSAN

Berikan tanda silang ( X ) pada salah satu angka yang paling sesuai dengan
keputusan yang anda ambil pada kolom dibawah ini untuk menunjukan preferensi
anda untuk pilihan A (Menghentikan) atau pilihan B (Melanjutkan) ! (pilihan A
diwakili angka 1,2,3 sedangkan pilihan B diwakili angka 4,5,6).

# anda hanya diperbolehkan menyilang satu angka saja sesuai keputusan yang
anda buat !!!

1 2 3 4 5 6
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Pasti Menghentikan (Pilihan A) Pasti Melanjutkan (Pilihan B)

Karakteristik individu

Anda manajer senior sebuah perusahaan fashion mode “RnN” sedang menangani
proyek baru berusia 5 tahun. Proyek telah berjalan 2 tahun dan menghabiskan dana
4 milyar (1/4 anggaran RnD yang disediakan perusahaan).
Sayangnya Belakangan ini muncul masalah dari pesaing yang produknya lebih
unggul. Akibatnya prospek ekonomi proyek anda mulai menunjukkan kegagalan.
Ada peluang menyelamatkan proyek dengan menambah anggaran 2 milyar.
Anda diberi kesempatan oleh pemilik perusahaan untuk memperbaiki kondisi
tersebut bagaimanapun caranya 100% ada ditangan anda. Anda dapat
meminta dana tambahan untuk memperbaiki kondisi tersebut dengan
membuat proposal strategi anda untuk memperbaiki kondisi perusahaan
tersebut.
PILIHAN :

108
A. Menghentikan proyek
B. Melanjutkan proyek

KEPUTUSAN

Berikan tanda silang ( X ) pada salah satu angka yang paling sesuai dengan
keputusan yang anda ambil pada kolom dibawah ini untuk menunjukan preferensi
anda untuk pilihan A (Menghentikan) atau pilihan B (Melanjutkan) ! (pilihan A
diwakili angka 1,2,3 sedangkan pilihan B diwakili angka 4,5,6).

# anda hanya diperbolehkan menyilang satu angka saja sesuai keputusan yang
anda buat !!!

1 2 3 4 5 6
Tinggi Sedang Rendah Tinggi Sedang Rendah
Pasti Menghentikan (Pilihan A) Pasti Melanjutkan (Pilihan B)

109
110
111

Anda mungkin juga menyukai