Anda di halaman 1dari 54

PROPOSAL TESIS

PENGARUH SELF-ESTEEM, SELF-EFFICACY, DAN


LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PEGAWAI
RSUD SURADADI KABUPATEN TEGAL DENGAN
KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Oleh:
ANINDITA
NPM. 7120800023

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
KOTA TEGAL
TAHUN 2022
2

PROPOSAL TESIS

PENGARUH SELF-ESTEEM, SELF-EFFICACY , DAN


LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PEGAWAI
RSUD SURADADI KABUPATEN TEGAL DENGAN
KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi dan memperoleh
gelar Magister Manajemen Program Pascasarjana
Universitas Pancasakti Tegal

Oleh:
ANINDITA
NPM. 7120800023

UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL


PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
KOTA TEGAL
TAHUN 2022
3

PROPOSAL TESIS

PENGARUH SELF-ESTEEM, SELF-EFFICACY, DAN


LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PEGAWAI
RSUD SURADADI KABUPATEN TEGAL DENGAN
KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Oleh:
ANINDITA
NPM. 7120800023

Disetujui untuk Ujian Proposal Tesis


Pada tanggal:

Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2,

Dr. H. Tabrani, M.M. Dr. Roberto Akyuwen


NIDN. 0612126001 NIDN. 0619037001
4

PROPOSAL TESIS

PENGARUH SELF-ESTEEM, SELF-EFFICACY, DAN


LOCUS OF CONTROL TERHADAP KINERJA PEGAWAI
RSUD SURADADI KABUPATEN TEGAL DENGAN
KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MEDIASI

Oleh:

ANINDITA
NPM. 7120800023

Disetujui dan Disahkan


1. Dr. H. Tabrani, M.M. Pembimbing 1 / (…………………….
NIDN. 0612126001 Penguji )

2. Dr. Roberto Akyuwen Pembimbing 2 / (…………………….


NIDN. 0619037001 Penguji )

3. …………………………. Penguji (…………………….


NIDN. )

Mengetahui

Direktur Ketua Program


Pascasarjana Universitas Pancasakti Tegal, Studi Magister Manajemen

Prof. Dr. Sitti Hartinah, D.S., M.M. Dr. Mahben Jalil, S.E., M.M.
NIDN. 06164401 NIDN. 0611037202
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Organisasi didirikan sebagai wadah untuk pencapaian satu atau lebih tujuan, di

mana wadah tersebut harus dikelola dengan baik, karena mengakomodasi berbagai

kegiatan dalam usahanya mencapai tujuan organisasi. Pelaksana dari rangkaian

kegiatan dalam organisasi adalah sejumlah manusia yang memiliki perilaku yang

berbeda satu dengan lainnya. Setiap organisasi membutuhkan orang-orang yang

memiliki kemampuan berpikir, bertindak, dan pandai dalam menghadapi persaingan,

termasuk organisasi bisnis (perusahaan).

Perusahaan perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk

meningkatkan kinerja dan sekaligus berkontribusi bagi pengembangan perusahaan.

Perbaikan kondisi internal juga dapat meningkatkan ketahanan dalam menghadapi

persaingan yang semakin ketat. SDM secara khusus memegang peran yang sangat

penting untuk mencapai efektifitas dan efisiensi di suatu perusahaan. Hal ini

dikarenakan SDM memiliki kemampuan untuk mengontrol semua elemen perusahaan,

sehingga suatu perusahaan membutuhkan SDM dengan kinerja yang tinggi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wibowo, 2017).

Pakar manajemen SDM dan perilaku organisasi menggunakan beberapa istilah

untuk menjelaskan konsep kinerja dari perspektif yang berbeda. Tetapi, makna yang

terkandung di dalamnya pada dasarnya sama, yaitu bahwa kinerja adalah rekaman hasil

dari fungsi suatu pekerjaan atau aktivitas dan waktu. Bernandine dan Russell (2018)

1
2

misalnya, memaparkan bahwa prestasi atau kinerja adalah catatan hasil yang diperoleh

dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama periode waktu tertentu pula.

Kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh kepuasan kerjanya, sedangkan

kepuasan kerja seseorang juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Kepuasan

kerja seseorang secara internal melibatkan komitmennya terhadap pekerjaan, termasuk

komitmen organisasional dan profesional. Adapun secara eksternal, kepuasan kerja

dipengaruhi oleh lingkungan kerja, baik dari atasan, bawahan, maupun rekan kerja.

Karyawan pada dasarnya dapat bekerja dengan nyaman serta melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya sebagai karyawan dengan sebaik-baiknya. Menurut Sinambela

(2019), kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap suatu pekerjaan yang

ditimbulkan oleh usahanya sendiri dan didukung oleh faktor eksternal, kondisi kerja,

hasil kerja, dan pekerjaan itu sendiri.

Kepuasan kerja pada dasarnya adalah masalah pribadi, dan setiap orang

memiliki tingkat kepuasan kerja yang berbeda-beda berdasarkan keinginan mereka

sendiri dan sistem nilai yang dianut. Semakin banyak aspek pekerjaan yang sesuai

dengan keinginan dan sistem nilai seseorang, maka semakin tinggi kepuasannya.

Sebaliknya, semakin banyak aspek pekerjaan yang tidak sesuai dengan keinginan dan

nilai seseorang, maka semakin sedikit kepuasan yang didapat. Kepuasan kerja adalah

keadaan emosional yang membuat karyawan merasa puas dengan pekerjaannya.

Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang tentang pekerjaannya, yang dapat

dilihat dari sikapnya terhadap pekerjaan dan segala sesuatu di lingkungan kerja.

Karyawan yang puas dalam melaksanakan tugasnya diharapkan memiliki kinerja yang

tinggi.
3

Kinerja yang tinggi dari seorang karyawan tidak terlepas dari hal-hal yang

berkaitan dengan sikap, rasa percaya diri, dan perilaku karyawan yang bersangkutan

dalam bekerja atau yang disebut dengan self-esteem. Self-esteem merupakan suatu

keyakinan nilai diri sendiri, sehingga semakin tinggi self-esteem yang dimiliki oleh

seorang karyawan, maka akan meningkatkan kinerjanya. Perasaan dihargai akan

membuat seorang karyawan berusaha bekerja dengan lebih baik, sehingga kinerjanya

akan meningkat. Sebaliknya, jika harga diri (self-esteem) yang dimiliki seorang

karyawan rendah, maka kinerjanya akan semakin menurun, karena ketidakmampuan

untuk memenuhi harapan organisasi dan beradaptasi dengan lingkungan kerja.

Tingginya kinerja yang dicapai seorang karyawan juga didukung oleh faktor

lain, seperti self-efficacy, yaitu keyakinan seseorang tentang kemampuan dirinya

sendiri dan peluang untuk berhasil menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Self-efficacy

mendorong seseorang untuk lebih antusias untuk mencapai hasil terbaik dalam

kinerjanya. Orang dengan efikasi diri yang tinggi akan mengerahkan segala daya dan

upayanya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketika dihadapkan pada situasi

yang sulit, orang dengan efikasi diri yang rendah cenderung malas untuk mencoba dan

tidak menyukai kerjasama (Indrawati, 2018).

Guna menciptakan rasa self-efficacy yang berdampak, diperlukan kondisi

mental dalam diri seorang karyawan yang dimulai dengan proses kognitif, yaitu

kemampuan karyawan untuk menganalisis dan mengekspresikan ide untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Selanjutnya adalah proses motivasi, yaitu keadaan di mana

karyawan mampu menyelesaikan tugas sesuai dengan tindakan yang direncanakan dan

menerima konsekuensi dari melaksanakan rencana tersebut. Kemudian proses


4

emosional, yaitu proses di mana karyawan dapat mengontrol emosi dan ancaman yang

dapat merusak keyakinan bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu.

Proses yang terakhir adalah seleksi, yaitu kemampuan karyawan untuk memilih

perilaku dan lingkungan yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Sebayang

dan Sembiring, 2017).

Kreitner dan Kinicki (2019) memaparkan bahwa titik kendali (locus of control)

seseorang dalam suatu organisasi terdiri atas dua struktur, yaitu internal dan eksternal.

Titik kendali secara internal muncul jika seseorang percaya bahwa hal-hal yang terjadi

selalu di bawah kendalinya, serta selalu berperan dan bertanggung jawab atas setiap

keputusan. Sedangkan seseorang yang meyakini bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi

di dalam hidupnya berada di luar kendalinya, termasuk dalam titik kendali eksternal.

Locus of control mengacu pada keyakinan bahwa seseorang dapat mengendalikan

peristiwa kehidupan dengan kemampuannya sendiri. Dengan kata lain, locus of control

dapat didefinisikan sebagai gagasan seseorang bahwa kekuatan atau kekuatan di luar

kendalinya sendiri sangat berpengaruh dalam situasi positif atau negatif yang terjadi

dalam hidupnya (Sarddogan, 2016).

Locus of control merupakan salah satu faktor penentu kinerja individu selain

variabel kemampuan pribadi lainnya. Organisasi membutuhkan karyawan yang

bersedia untuk bekerja keras demi kepentingan organisasi dan bersedia terlibat secara

penuh dalam upaya mencapai tujuan dan kelangsungan hidup organisasi. Hal ini

merupakan salah satu cara agar karyawan tidak mengalami gangguan dalam

menyelesaikan pekerjaannya, karena setiap individu yang merasa dapat mengontrol


5

dirinya sendiri akan lebih mampu mengendalikan akibat yang terjadi di lingkungannya,

sehingga lebih merasa puas dengan pencapaian yang sudah dilakukan.

Rumah sakit sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang berkualitas dan sesuai kebutuhan masyarakat dengan

melibatkan semua bagian dalam organisasi. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Suradadi Kabupaten Tegal berdiri pada tahun 2010. Pendiriannya dilandasi oleh Surat

Keputusan Bupati Tegal Nomor 445/672/2009 tentang Peningkatan Rawat Inap

Puskesmas Suradadi Menjadi Rumah Sakit Tipe D Suradadi Kabupaten Tegal dan

Surat Keputusan Bupati Tegal Nomor 445/268/2010 tentang Pemberian Izin

Operasional Sementara Rumah Sakit Umum Daerah Suradadi Kabupaten Tegal.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai yang menangani bidang

pengembangan SDM diketahui bahwa terjadi permasalahan rendahnya kinerja pada

beberapa pegawai RSUD Suradadi Kabupaten Tegal. Terdapat beberapa pegawai

rumah sakit yang masuk kerja di atas pukul 08.00 Waktu Indonesia Barat (WIB).

Selain itu, pada jam istirahat, terdapat beberapa pegawai beristirahat lebih awal, dan

kembali bekerja di atas pukul 13.00 WIB. Bahkan, dijumpai pula beberapa pegawai

yang telah pulang kerja sebelum waktunya. Lebih jauh lagi, beberapa pegawai sering

terlambat dalam menyusun laporan, di samping beberapa pekerjaan tidak mencapai

target, karena kurangnya kerjasama yang baik di antara pegawai, sehingga

mengganggu kinerja individu maupun organisasi secara keseluruhan. Berikut ini adalah

data tingkat keterlambatan pegawai RSUD Suradadi Kabupaten Tegal selama tahun

2021.
6

Gambar 1.1.
Data Keterlambatan Masuk Kerja Pegawai RSUD Suradadi Kabupaten Tegal
Tahun 2021

Sumber: RSUD Suradadi Kabupaten Tegal (2022).

Pegawai RSUD Suradadi Kabupaten Tegal menunjukkan tingkat

keterlambatan masuk kerja yang fluktuatif di sepanjang tahun 2021. Padahal,

rumah sakit sebagai instansi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat

mengharapkan semua pegawai memiliki tingkat kinerja yang tinggi.

Keterlambatan karyawan mencerminkan tingkat disiplin yang rendah yang dapat

bermuara pada kinerja yang kurang maksimal.

Menurut hasil wawancara dengan pegawai yang menangani bidang

pengembangan SDM, sering terdapat pegawai yang menukar jadwal shift tanpa

pemberitahuan kepada atasannya. Selain itu, dijumpai pegawai yang kurang berempati

kepada pasien. Terdapat pula pegawai yang tidak disiplin, susah bekerjasama dengan

tim, kurang komunikatif, dan kurang patuh kepada atasan. Beberapa perawat diketahui
7

tidak disiplin dalam mengikuti sistem, baik sebelum maupun sesudah melaksanakan

dinas, dengan alasan beragam, seperti dikarenakan terlambat atau adanya kepentingan

yang mendesak.

Hasil observasi langsung menunjukkan bahwa terdapat pegawai yang memiliki

rasa percaya diri yang rendah. Misalnya seorang perawat yang kurang tenang dalam

memberikan tindakan kepada pasien berupa pemasangan infus, sehingga tindakan

keperawatan tersebut harus diulang kembali. Ditemukan pula beberapa pegawai yang

merasa bahwa dirinya kurang mampu untuk melakukan beberapa pekerjaan yang

kompleks dalam waktu yang bersamaan, sehingga merasa tidak puas terhadap hasil

pekerjaannya.

Penelitian mengenai self-esteem, self-efficacy, dan locus of control telah

dilakukan oleh beberapa peneliti, namun terdapat inkonsistensi dalam kesimpulannya.

Lai dan Chen (2017), Efriany (2017), dan Yeti Indrawati (2017) misalnya, mampu

membuktikan bahwa self-efficacy memiliki efek yang signifikan dan positif

terhadap kinerja. Sedangkan Noviawati (2017), Alvian, Al Musadieq, dan Aulia

(2018) dan Iska Maulina (2017) menghasilkan temuan yang berbeda, yaitu bahwa

self-efficacy tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya, Maulina

(2017) dan Indrawati (2014) menyimpulkan bahwa self-efficacy berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan pegawai. Temuan ini berbeda dengan hasil

penelitian Wiyanto (2017) bahwa self-efficacy tidak berpengaruh terhadap

kepuasan pegawai. Pada penelitian lainnya, Wuryaningsih dan Kuswanti (2017),

Gurendrawati dkk (2017), Appiah dan Addai (2017), Wahyuni dkk (2016), serta

Saputra (2017) dapat membuktikan bahwa locus of control berpengaruh signifikan


8

terhadap kinerja. Sementara itu, hasil penelitian Khushk (2019) dan Al Azhar (2017)

menyimpulkan bahwa locus of control tidak berpengaruh terhadap kinerja.

Berdasarkan fenomena dan permasalahan di atas, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Self-Esteem, Self-Efficacy, dan Locus of

control Terhadap Kinerja Pegawai RSUD Suradadi Kabupaten Tegal Dengan

Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi”.

B. Perumusan Masalah

Masalah pokok yang dihadapi oleh manajemen RSUD Suradadi Kabupaten

Tegal adalah naik turunnya tingkat ketidakhadiran pegawai dalam satu tahunnya yang

berimbas pada pasang surutnya kinerja pegawai. Bertitik tolak dari fakta tersebut,

maka berikut ini adalah beberapa pertanyan yang akan dijawab melalui penelitian ini.

1. Apakah terdapat pengaruh self-esteem terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal?

2. Apakah terdapat pengaruh self-efficacy terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal?

3. Apakah terdapat pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawai RSUD

Suradadi Kabupaten Tegal?

4. Apakah terdapat pengaruh self-esteem terhadap kepuasan kerja RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal?

5. Apakah terdapat pengaruh self-efficacy terhadap kepuasan kerja RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal?
9

6. Apakah terdapat pengaruh locus of control terhadap kepuasan kerja RSUD

Suradadi Kabupaten Tegal?

7. Apakah terdapat pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai RSUD

Suradadi Kabupaten Tegal?

8. Apakah terdapat pengaruh self-esteem terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal dengan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi ?

9. Apakah terdapat pengaruh self-efficacy terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal dengan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi?

10. Apakah terdapat pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawai RSUD

Suradadi Kabupaten Tegal dengan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. mengetahui pengaruh self-esteem terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal;

2. mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal;

3. mengetahui pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal;

4. mengetahui pengaruh self-esteem terhadap kepuasan kerja RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal;

5. mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap kepuasan kerja RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal;
10

6. mengetahui pengaruh locus of control terhadap kepuasan kerja pegawai RSUD

Suradadi Kabupaten Tegal;

7. mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal;

8. mengetahui pengaruh self-esteem terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal dengan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi;

9. mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal dengan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi; dan

10. mengetahui pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal dengan kepuasan kerja sebagai variabel mediasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan empirik bagi pengembangan

ilmu manajemen SDM, khususnya yang terkait dengan pembuktian pengaruh self-

esteem, self-efficacy, dan kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai. Selain itu,

penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang

melakukan penelitian di bidang yang sama.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada manajemen RSUD

Suradadi Kabupaten Tegal untuk memperbaiki faktor-faktor yang diketahui

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kinerja pegawai.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Kinerja Pegawai

Suatu perusahaan yang memiliki tujuan yang telah ditetapkan harus

memiliki SDM yang berperan aktif sebagai anggota perusahaan dalam upaya

mencapai tujuan tersebut. Tujuan dapat tercapai jika anggota perusahaan bekerja

keras melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing

dengan baik serta memberikan kontribusi positif melalui kinerja yang baik,

mengingat kinerja perusahaan tergantung pada kinerja pegawainya. Simamora

(2018) memaparkan bahwa bahwa kinerja karyawan adalah tingkat di mana

karyawan memenuhi persyaratan pekerjaan. Kinerja adalah perbandingan

pekerjaan yang dilakukan oleh seorang pegawai dengan standar yang telah

ditentukan (Guritno dan Waridin, 2017). Sedangkan pengertian kinerja menurut

Handoko (2017) adalah ukuran terakhir keberhasilan karyawan dalam bekerja.

Kinerja adalah hasil dari kualitas dan kuantitas kerja yang dicapai seseorang

dalam melaksanakan suatu tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.

Mangkunegara (2019) dan Gomes (2018) mendefinisikan kinerja atau

performance sebagai catatan yang dihasilkan oleh fungsi pekerjaan atau aktivitas

tertentu selama periode waktu tertentu. Berdasarkan beberapa pengertian kinerja

yang dikemukakan oleh berbagai ahli di atas Dapat disarikan bahwa kinerja yang

diterapkan dalam suatu organisasi merupakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

11
12

serta tata kerja yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Kinerja dianggap

optimal jika suatu organisasi mampu mengembangkan dan melaksanakan rencana

berdasarkan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pekerjaannya, serta mampu

mengatasi hambatan dan faktor yang memengaruhi kinerja.

Hampir semua perusahaan mengambil langkah informal atau formal guna

melakukan evaluasi kinerja karyawan. Penilaian kinerja mengacu pada evaluasi

kinerja yang dilakukan dengan kriteria tertentu. Dessler (2019) berpendapat

bahwa penilaian kinerja adalah suatu cara untuk menilai prestasi kerja dengan

tolok ukur yang obyektif dan berkaitan langsung dengan tanggung jawab

seseorang dan dilakukan secara berkala. Terdapat beberapa manfaat berikut ini

yang dapat dipetik dari penilaian prestasi kerja (Samsudin, 2018).

a. Peningkatan prestasi, yaitu adanya feedback pekerjaan akan memungkinkan

karyawan meningkatkan aktivitas pekerjaan dan kinerja.

b. Penyesuaian gaji, yaitu tinjauan kinerja akan membantu pengambil keputusan

dalam menentukan kenaikan gaji, bonus, dan tunjangan.

c. Keputusan penempatan, promosi, transfer, dan demosi seringkali didasarkan

pada kinerja pekerjaan di masa lalu atau yang diharapkan.

d. Perlunya dilakukan pelatihan dan pengembangan, karena prestasi kerja yang

buruk menunjukkan perlunya pelatihan dan demikian pula kinerja yang baik

dapat mencerminkan potensi yang harus dikembangkan lebih lanjut.

e. Perencanaan dan pengembangan karir, di mana umpan balik kinerja dapat

memengaruhi keputusan karir.


13

f. Penyimpangan proses kepegawaian tercermin dari kualitas prosedur

kepegawaian pada departemen personalia.

g. Informasi yang tidak akurat dan kinerja pekerjaan yang buruk dapat

mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis pekerjaan, perencanaan

SDM, atau komponen lain dari sistem informasi manajemen personalia.

h. Kinerja pekerjaan yang buruk dapat menjadi tanda dari desain pekerjaan yang

buruk dan tinjauan kinerja dapat membantu mendiagnosis kesalahan ini.

i. Kesempatan kerja yang adil, yaitu penilaian kinerja pekerjaan yang akurat akan

memastikan keputusan penempatan internal dibuat atas dasar non-

diskriminatif.

j. Tantangan eksternal, di mana prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di

luar lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, situasi keuangan atau

masalah pribadi, dan melalui tinjauan kinerja dapat diantisipasi kebutuhan

tersebut.

Informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja dapat digunakan oleh penyelia

untuk mengelola kinerja pegawai dan mengetahui penyebab kelemahan maupun

keberhasilan kinerja pegawai, sehingga dapat dipergunakan sebagai pertimbangan

untuk menentukan target maupun langkah perbaikan selanjutnya dalam mencapai

tujuan.

Kinerja pegawai secara obyektif dan akurat dapat dievaluasi melalui tolak

ukur tingkat kinerja. Pengukuran tersebut berarti memberi kesempatan bagi para

pegawai untuk mengetahui tingkat kinerja mereka dan memperbaikinya. Gomes

(2018) memaparkan bahwa pengukuran kinerja dapat dilakukan berdasarkan


14

perilaku yang spesifik (judgement performance evaluation) dan terdapat delapan

dimensi berikut ini yang perlu mendapatkan perhatian.

a. Quality of work (kualitas kerja) yang dicapai berdasarkan syarat-syarat

kesesuaian dan kesiapan.

b. Quantity of work (kuantitas kerja) merupakan jumlah kerja yang dilakukan

dalam suatu periode waktu yang ditentukan.

c. Job knowledge (pengetahuan pekerjaan), yaitu luasnya pengetahuan mengenai

pekerjaan dan ketrampilan.

d. Creativeness (kreatifitas) merupakan keaslian gagasan yang dimunculkan dan

tindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul.

e. Cooperative (kerjasama) merupakan kesadaran untuk bekerjasama dengan

orang lain.

f. Initiative (inisiatif) merupakan keaslian ide yang disampaikan sebagai program

organisasi di masa yang mendatang.

g. Dependerability (ketergantungan) merupakan kesadaran dapat dipercaya dalam

hal kehadiran dan penjelasan kerja.

h. Personal quality (kualitas personal), yaitu menyangkut kepribadian,

kepemimpinan, kemampuan, dan integritas pribadi.

Standar pekerjaan dapat ditentukan dari isi suatu pekerjaan dan dapat

dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja karyawan, sehingga harus dapat diukur

dan dipahami secara jelas. Adapun dimensi dan indikator kinerja menurut Bangun

(2019) adalah berikut ini.

a. Kuantitas Kerja
15

Menunjukkan jumlah pekerjaan yang dihasilkan oleh individu atau kelompok

sebagai persyaratan untuk menjadi standar kerja. Setiap pekerjaan memiliki

persyaratan yang berbeda, sehingga mengharuskan karyawan memenuhi

persyaratan tersebut, termasuk pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan

yang sesuai. Tidak semua pekerjaan dapat dilakukan oleh satu orang, sehingga

kinerja karyawan dapat pula dinilai dari kemampuannya berkolaborasi dengan

rekan kerja lainnya.

b. Kualitas Kerja

Setiap karyawan harus memenuhi persyaratan perusahaan agar menghasilkan

pekerjaan dengan kualitas yang ditentukan perusahaan. Pekerjaan tertentu

mengharuskan karyawan hadir untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan

kerangka waktu yang ditetapkan oleh perusahaan. Karyawan yang efektif akan

berkinerja baik, karena mereka menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan

standar perusahaan.

2. Self-Esteem

Self-esteem adalah keyakinan mengenai harga diri seseorang berdasarkan

evaluasi diri secara keseluruhan. Seseorang dengan harga diri tinggi akan mencari

pekerjaan dengan status lebih tinggi, lebih percaya pada kemampuannya untuk

mencapai tingkat pekerjaan yang lebih tinggi, dan memperoleh kepuasan batin yang

lebih besar atas pencapaian dalam pekerjaan. Self-esteem juga merupakan bagian dari

karakter seseorang dan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Lestari dan

Koentjoro (2018) mendeskripsikan harga diri sebagai hasil evaluasi individu terhadap

dirinya yang tercermin dari sikapnya terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini
16

mengungkapkan sikap penerimaan atau penolakan dan menunjukkan sejauh mana

seorang individu menganggap dirinya mampu, berarti, sukses, dan berharga sesuai

dengan standar dan nilai pribadinya.

Maslow memaknai definisi harga diri yang dikutip oleh Alwisol (2018)

sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi atau dipuaskan manusia untuk mencapai

tingkat yang lebih tinggi. Kebutuhan harga diri menurut Maslow dapat dibagi

menjadi dua kategori, yaitu harga diri dan penghargaan dari orang lain. Sementara

itu, Hami (2017) mendefinisikan harga diri sebagai evaluasi seseorang terhadap

obyek tertentu, diri sendiri, baik secara positif maupun negatif. Harga diri adalah

sikap individu untuk memahami dirinya sendiri, termasuk kepuasannya, sehingga ia

dapat menerima dan menghargai dirinya sendiri. Berdasarkan beberapa definisi

menurut para ahli di atas, maka dapat dikemukakan bahwa Self-esteem adalah suatu

penilaian dan evaluasi yang dilakukan oleh individu terhadap suatu obyek khusus,

yaitu dirinya sendiri, baik secara positif maupun negatif. Self-esteem dapat pula

dimaknai sebagai cara individu menghargai dirinya dan berperilaku.

Harga diri merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia

serta merupakan evaluasi dan pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Menurut

Felker (2019), terdapat tiga komponen harga diri pada individu.

a. Perasaan diterima (felling of belonging).

Individu merasa dirinya menjadi bagian dari suatu kelompok dan diterima oleh

anggota kelompoknya. Kelompok dapat berupa keluarga, kelompok sebaya, atau

kelompok apa pun.

b. Perasaan mampu (felling of competence).


17

Perasaan dan keyakinan individu tentang kemampuannya untuk mencapai hasil

yang diinginkan, seperti perasaan seseorang ketika mengalami kesuksesan atau

kegagalan.

c. Perasaan berharga (felling of worth).

Rasa kelayakan individu yang sebagian besar dipengaruhi oleh pengalaman masa

lalu. Perasaan yang dimiliki oleh seorang individu biasanya berasal dari

pernyataan-pernyataan yang bersifat pribadi, seperti pintar, sopan, dan baik hati.

Aspek-aspek harga diri merupakan evaluasi yang dilakukan oleh individu

mengenai bagaimana individu memandang, menerima, dan menghormati dirinya

sendiri. Aspek-aspek yang dimaksud berkaitan dengan sikap individu terhadap

dirinya sendiri sebagai orang yang mempunyai kemampuan, penampilan yang

menarik, dan lain-lain. Menurut Rosenberg (2017), terdapat tiga aspek berikut ini

yang menjadi indikator self-esteem individu.

a. Physical self-esteem.

Berhubungan dengan kondisi fisik yang dimiliki oleh individu. Kemampuan

individu untuk menerima keadaan fisiknya atau terdapat beberapa bagian yang

ingin diubah oleh individu tersebut.

b. Social self-esteem.

Berhubungan dengan kemampuan individu dalam bersosialisasi dengan

lingkungannya. Termasuk di dalamnya adalah pergaulan individu, baik berupa

pembatasan pergaulan yang dilakukan oleh individu (memilih-milih teman) atau

menerima berbagai macam orang sebagai teman. Selain itu, aspek ini juga dapat
18

digunakan untuk melihat kemampuan individu dalam berkomunikasi dengan

orang lain di dalam lingkungannya.

c. Performance self-esteem

Berhubungan dengan kemampuan dan prestasi individu, yaitu tentang puas atau

tidaknya individu dan juga perasaan percaya diri individu dengan kemampuan

yang dimilikinya.

Coopersmith memiliki pendapat yang berbeda mengenai self-esteem yang

menurutnya terdiri dari empat aspek berikut ini (Lestari dan Koentjoro, 2018).

a. Keberhasilan diri.

Keberhasilan mempunyai arti berbeda untuk masing‐masing individu. Bagi

beberapa orang, keberhasilan diwakili oleh penghargaan yang berupa materi dan

popularitas. Terdapat tiga area keberhasilan self-esteem dalam konteks ini, yaitu

kekuasaan, keberartian, dan kebajikan.

b. Nilai dan aspirasi.

Penilaian atau evaluasi diri individu ditentukan oleh keyakinannya mengenai cara

orang lain mengevaluasi dan memberikan penilaian atas dirinya. Penilaian

terhadap kesuksesan dan keagagalan dalam melakukan sesuatu merupakan bagian

dari identitas diri dan dapat membuat individu merasa berharga, baik secara

pribadi maupun sosial.

c. Pertahanan.

Pertahanan diwakili oleh kemampuan individu untuk berusaha melawan perasaan

ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu. Individu dengan self-esteem yang

tinggi akan mempertahankan kemampuannya dalam bersaing. Pertahanan yang


19

dimaksud tidak hanya berguna untuk mengatasi kecemasan, tetapi untuk

memimpin orang lain secara aktif dan asertif.

Individu dengan self-esteem yang berbeda hidup dalam dunia yang berbeda. Individu

yang memiliki penilaian yang rendah terhadap dirinya akan terhambat oleh tingkat

kecemasan, kemampuan yang rendah dalam mengungkapkan perasaan, serta lebih

sering menderita gangguan psikosomatis dan perasaan depresi.

3. Self-Efficacy

Self-efficacy berasal dari kata “self” yang diartikan sebagai suatu unsur

struktur kepribadian, dan “efficacy” yang menyatakan penilaian diri sendiri,

kemungkinan untuk mengambil tindakan yang baik atau buruk, benar atau salah,

dan tindakan yang dapat dilakukan (Gufron, 2019). Efikasi diri merupakan salah

satu aspek pengetahuan diri atau self-knowledge yang berpengaruh dalam

kehidupan manusia. karena Self-efficacy memengaruhi tindakan yang diputuskan

oleh individu untuk dilakukan untuk mencapai tujuannya, termasuk perkiraan

tentang berbagai peristiwa yang akan dihadapi (Yusuf, 2018).

Self-efficacy adalah istilah dalam psikologi yang merupakan penilaian

individu terhadap kemampuannya individu untuk mengatur dan melakukan banyak

perilaku yang konsisten dengan kinerja (Bandura, 2016). Menurut Woolfolk (2018),

self-efficacy adalah penilaian seseorang terhadap diri sendiri atau tingkat

kepercayaan seberapa baik seseorang dapat menyelesaikan tugas untuk mencapai

hasil tertentu. Self-efficacy berkaitan dengan pengendalian diri, ketahanan dalam

menghadapi kegagalan, kinerja pemecahan masalah, dan upaya tugas (Chrian dan

Jolly, 2019).
20

Beberapa definisi tersebut dapat mengerucut pada efikasi diri sebagai

keyakinan individu terhadap kemampuan sendiri untuk melakukan suatu tugas atau

tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Orang-orang dengan efikasi

diri yang tinggi meyakini bahwa mereka dapat melakukan sesuatu untuk mengubah

hal-hal di sekitar mereka. Sementara orang-orang dengan efikasi diri yang rendah

akan berpikir pesimis bahwa mereka tidak dapat melakukan segala sesuatu di

sekitar mereka. Dalam situasi sulit, orang dengan efikasi diri yang rendah akan

mudah menyerah, sedangkan orang dengan efikasi diri yang tinggi akan bekerja lebih

keras untuk mengatasi tantangan.

Persepsi mengenai self-efficacy yang terjadi di dalam diri individu berfungsi

untuk menentukan perilaku, pola pikir, dan respons emosional dari individu. Individu

akan bertindak berdasarkan efikasi diri mereka sendiri. Jika efikasi diri tinggi, maka

seorang individu akan terus meningkatkan upaya untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya. Berikut ini adalah fungsi self-efficacy menurut Bandura (2016).

a. Penentu pilihan perilaku.

Individu cenderung melakukan tugas-tugas tertentu yang dinilai mampu untuk

dilakukannya. Jika seseorang memiliki kepercayaan diri yang tinggi pada

kemampuannya untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, maka ia akan lebih

memilih untuk menyelesaikan tugas tersebut daripada tugas lainnya.

b. Usaha dan keyakinan yang besar.

Individu yang meragukan kemampuannya akan mengurangi usahanya atau bahkan

menyerah. Sedangkan individu yang memiliki keyakinan yang kuat akan bekerja

lebih keras untuk mengatasi tantangan.


21

c. Pola pikir dan respon emosional.

Individu dengan efikasi diri yang rendah akan selalu merasa tidak mampu untuk

mengatasi situasi yang dihadapinya.

d. Prediktor perilaku selanjutnya.

Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan memiliki minat dan keterlibatan

yang tinggi dalam lingkungannya, serta tidak akan mudah putus asa dan menyerah

dalam mengatasi kesulitan.

Perbedaan self-efficacy pada setiap individu terletak pada tiga komponen,

yaitu magnitude, strength, dan generality. Zimmerman (2016) menyatakan bahwa

masing-masing komponen mempunyai implikasi penting di dalam pencapaian

kinerja individu.

a. Magnitude (tingkat kesulitan tugas).

Penilaian kemampuan individu terhadap tugas yang sedang diembannya.

Dimensi ini mengacu pada tingkat kesulitan suatu masalah yang dapat

dipersepsikan berbeda oleh masing-masing individu.

b. Generality (luas bidang perilaku).

Generality mengacu pada penilaian efficacy individu berdasarkan keseluruhan

tugas yang pernah dijalaninya. Jadi generality berkaitan dengan tingkah laku di

mana individu merasa yakin terhadap kemampuannya. Individu dapat merasa

yakin terhadap kemampuan dirinya tergantung pada pemahaman kemampuan

dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada

serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.


22

c. Strength (derajat keyakinan atau pengharapan).

Strength mengacu pada ketahanan dan keuletan individu dalam menyelesaikan

masalah. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuannya

untuk menyelesaikan masalah akan terus bertahan, meskipun banyak kesulitan

dan tantangan.

4. Locus of Control

Locus of control merujuk kepada suatu kepercayaan bahwa seseorang dapat

mengontrol suatu peristiwa kehidupan dengan kemampuannya sendiri. Dengan kata

lain, locus of control dapat didefinisikan sebagai salah satu dari pemikiran

seseorang bahwa kekuasaan atau kekuatan di luar kendalinya sendiri sangat

berpengaruh dalam situasi positif atau negatif yang terjadi selama hidupnya

(Sardogan, 2016). Locus of control didefinisikan pula sebagai persepsi seseorang

tentang sumber nasibnya (Robbins, 2018). Kreitner dan Kinicki (2018)

mengemukakan bahwa locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian

yang didefinisikan sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol

nasib sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas Dapat ditarik benang merah

bahwa locus of control merupakan suatu konsep yang menunjukkan keyakinan

individu mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Hal ini

termasuk pada keyakinan bahwa keberhasilan ataupun kegagalan dalam melakukan

berbagai kegiatan di dalam hidupnya yang disebabkan oleh kendali dirinya atau

kendali di luar dirinya.


23

Menurut Rotter (TAHUN?), terdapat dua tipe locus of control, yaitu locus

of control internal dan locus of control eksternal. Pendapat yang sama juga

dikemukakan oleh Kreitner dan Kinichi (2018) dengan dua penjelasan berikut ini.

a. Locus of control internal merupakan keyakinan bahwa seseorang mampu

mengendalikan peristiwa dan konsekuensi yang memengaruhi hidupnya.

Seseorang yang memiliki locus of control internal memiliki kecenderungan

untuk melakukan usaya dan kemampuan yang lebih dominan, sehingga apabila

mengalami kegagalan, maka akan menyalahkan dirinya sendiri karena

kurangnya usaha yang dilakukan. Selain itu Sebaliknya, apabila mengalami

keberhasilan, maka seseorang dengan locus of control internal akan merasa

bangga atas pencapaian tersebut dan lebih menghargai prestasi yang telah diraih.

b. Locus of control eksternal cenderung menyerahkan hasil-hasil yang penting

dalam hidup pada sebab-sebab yang berkaitan dengan lingkungan, seperti

keberuntungan atau nasib, dan cenderung menyalahkan lingkungan sekitar

apabila mereka mengalami kegagalan, karena mereka percaya bahwa kesuksesan

dan kegagalan disebabkan oleh faktor di luar diri.

5. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja adalah persepsi karyawan terhadap pekerjaan, penghargaan

atau gaji, rekan kerja, sikap superior, dan lingkungan kerja. Kepuasan kerja juga

merupakan perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dimiliki

karyawan ketika melihat pekerjaannya. Definisi kepuasan kerja menurut Uhl-Bien

(2018) adalah sikap yang mencerminkan perasaan positif dan negatif seseorang

tentang pekerjaan, rekan kerja, dan lingkungan kerja. Sutrisno (2019) menyajikan
24

perspektif lain tentang kepuasan kerja dengan menyatakan bahwa kepuasan kerja

adalah masalah yang cukup menarik dan penting, karena telah terbukti bermanfaat

bagi individu, industri, dan masyarakat. Bagi individu, penelitian tentang penyebab

dan sumber kepuasan kerja dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka

dalam hidup. Untuk industri, studi kepuasan kerja bertujuan untuk meningkatkan

output dan memengaruhi biaya dengan meningkatkan sikap dan perilaku karyawan.

Selain itu, masyarakat pasti akan menikmati keuntungan dari produktivitas

maksimum di industri serta peningkatan nilai manusia di lingkungan kerja.

Menurut Hasibuan (2018), kepuasan kerja merupakan kunci pendorong

semangat kerja, disiplin, dan prestasi kerja karyawan yang mendukung tercapainya

tujuan perusahaan. Sedangkan Rivai (2019) mengemukakan bahwa kepuasan kerja

adalah evaluasi yang menggambarkan sikap seseorang terhadap pekerjaan,

kebahagiaan atau ketidakbahagiaan, dan kepuasan atau ketidakpuasan. Robbins dan

Judge (2018) menunjukkan bahwa orang umumnya lebih puas dengan pekerjaan

mereka secara keseluruhan, dengan pekerjaan itu sendiri, serta dengan rekan kerja

dan atasan mereka daripada dengan gaji dan peluang karir.

Jika kepuasan kerja karyawan tinggi, maka karyawan akan menunjukkan

sikap yang positif. Sebaliknya, jika kepuasan kerja karyawan rendah, maka karyawan

akan menunjukkan sikap negatif terhadap pekerjaan. Sikap ini akan terlihat tidak

hanya dalam menghadapi pekerjaannya sendiri, tetapi juga dalam segala hal yang

dihadapinya di lingkungan kerja, seperti tidak peduli dan tidak mau terlibat dalam

masalah perusahaan. Kepuasan kerja yang dirasakan karyawan akan meningkatkan

rasa percaya diri dan membuat karyawan sangat termotivasi untuk melakukan yang
25

terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan berikutnya, sehingga memungkinkan setiap

karyawan untuk mencapai tujuan pekerjaannya, dan meningkatkan kinerja organisasi.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan karyawan dalam bekerja.

Faktor-faktor itu sendiri dalam perannya memberikan kepuasan kepada karyawan

bergantung pada pribadi masing-masing karyawan. Sutrisno (2018) mengemukakan

faktor-faktor berikut ini yang menurutnya akan memberikan kepuasan kepada

karyawan.

a. Faktor Individu, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan.

b. Faktor Sosial, meliputi hubungan kekeluaran, pandangan pekerja, kebebasan

berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan.

c. Faktor Utama dalam Pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja,

kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju.

Menurut Luthans (2018), terdapat beberapa dimensi yang dapat dipergunakan

untuk mengukur kepuasan kerja.

a. The work it self (pekerjaan itu sendiri), yaitu sejauhmana pekerjaan menyediakan

tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima

tanggung jawab kepada individu.

b. Pay (gaji), yaitu jumlah remunerasi keuangan dan sejauhmana ini dipandang adil

atau setimpal oleh seorang individu jika dibandingkan dengan remunerasi yang

diterima oleh individu lainnya di dalam organisasi.

c. Promotions (promosi), yaitu kesempatan untuk maju dalam organisasi.

d. Supervision (atasan), yaitu kemampuan atasan untuk memberikan bantuan teknis

dan dukungan.
26

e. Work group (kelompok kerja) yang berfungsi sebagai sumber dukungan,

kenyamanan, saran, dan bantuan untuk individu yang menjadi anggota kelompok.

f. Working conditions (kondisi kerja), yaitu situasi dan kondisi tempat individu

bekerja.

Kepuasan kerja dalam suatu organisasi akan menghasilkan kinerja yang baik,

karena meningkatkan produktivitas karyawan. Orang yang merasa puas dengan

pekerjaannya akan terdorong untuk meningkatkan kinerjanya. Selain meningkatkan

produktivitas, kepuasan kerja dapat mengurangi ketidakhadiran.

B. Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah adalah beberapa penelitian terdahulu yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi.

Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu

No Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Peneliti
1. Zulkarnaen Effect of Self-Esteem and Self-  Self-esteem dan self-efficacy
(2020) Efficacy on Work Satisfaction berpengaruh terhadap kepuasan
and Its Implication on Teacher kerja.
Performance  Kepuasan kerja berpengaruh
terhadap kinerja.
2. Budiyanto Pengaruh Self-Esteem, Self- Self-esteem, self-efficacy,
(2021) Efficacy, Kepuasan Kerja, dan kepuasan kerja, dan
Pengembangan Karier terhadap pengembangan karier
Kinerja Karyawan berpengaruh terhadap kinerja
karyawan.
3. Saprudin Pengaruh Harga Diri dan Harga diri dan efikasi diri
(2021) Efikasi Diri terhadap Kepuasan berpengaruh terhadap kepuasan
Kerja serta Implikasinya kerja dan kinerja.
terhadap Kinerja Guru
4. Fadilah The Effect of Self-Efficacy and Self-efficacy dan self-esteem
27

No Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Peneliti
(2018) Self-Esteem towards the PT berpengaruh terhadap kepuasan
Garuda Food Indonesia kerja.
Employee’s Job Satisfaction
5. Masruroh Pengaruh Self-Efficacy  Self-efficacy berpengaruh
(2021) terhadap Kinerja Karyawan terhadap kepuasan dan kinerja
melalui karyawan.
Kepuasan Kerja sebagai  Kepuasan kerja berpengaruh
Variabel Mediasi positif terhadap kinerja
karyawan dengan kepuasan
kerja sebagai variabel mediasi.
6. Fauzan Ali Pengaruh Self-Efficacy  Efikasi diri tidak berpengaruh
(2021) terhadap Kinerja Karyawan terhadap kinerja.
dengan Kepuasan Kerja  Efikasi diri berpengaruh
sebagai Variabel Intervening terhadap kepuasan.
(Studi pada PT Ultrajaya Milk  Efikasi diri berpengaruh
Industry, Tbk Surabaya Bagian terhadap kinerja melalui
Marketing) kepuasan.
7. Murti (2021) Pengaruh Motivasi Kerja, Self-  Motivasi kerja berpengaruh
Efficacy, dan Internal Locus of positif terhadap kinerja
Control terhadap Kinerja karyawan.
Karyawan Badan Kredit Desa  Self-efficacy dan internal locus
(BKD) of control tidak berpengaruh
terhadap kinerja karyawan.
8. Setiawan Pengaruh Self-Efficacy dan Self-efficacy dan motivasi
(2020) Motivasi terhadap Kinerja berpengaruh signifikan dan
Karyawan pada PT Adi Sarana positif terhadap kinerja.
Armada Tbk Badung
9. Rafiditya Pengaruh Self-Esteem dan Self- Self-esteem dan self-efficacy
(2020) Efficacy terhadap Kinerja berpengaruh signifikan terhadap
Karyawan PT Dana Tabungan kinerja karyawan.
dan Asuransi Pegawai Negeri
Kantor Cabang Utama
Bandung
10. Feriana Pengaruh Self-Esteem, Self-  Self-esteem berpengaruh
(2021) Efficacy, dan Disiplin Kerja terhadap kinerja karyawan.
terhadap Kinerja Karyawan  Self- efficacy tidak
pada PT Han Putra Jaya berpengaruh terhadap kinerja.
 Disiplin kerja berpengaruh
terhadap kinerja.
11. Hasan (2020) Pengaruh Self-Efficacy dan  Self-efficacy tidak
Self-Esteem terhadap Kinerja berpengaruh terhadap kinerja.
Pegawai pada Badan  Self-esteem berpengaruh
Penanggulangan Bencana terhadap kinerja.
Daerah (BPBD) Kota Palopo
12. Sembiring Pengaruh Insentif Keuangan,  Insentif keuangan berpengaruh
28

No Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Peneliti
(2021) Komitmen Karyawan, Self- signifikan terhadap kinerja.
Efficacy, dan Self-Esteem  Self-efficacy dan self-esteem
terhadap Kinerja dalam tidak berpengaruh terhadap
Kondisi Fairness kinerja.
13. Sebayang Pengaruh Self-Esteem dan Self- Self-esteem dan self-efficacy
dan Efficacy terhadap Kinerja secara parsial berpengaruh
Sembiring Karyawan – Studi Kasus di PT signifikan terhadap implementasi
(2017) Finnet Indonesia kinerja karyawan.
14. Darmilisani Pengaruh Locus of Control Locus of control berpengaruh
(2021) Internal dan Locus of Control terhadap kepuasan kerja.
Eksternal terhadap Kepuasan
Kerja pada Kantor Direksi PT
Socfin Indonesia Medan
15. Indriyani Pengaruh Self-Esteem dan Self- Self-esteem dan self-efficacy
(2020) Efficacy terhadap Kepuasan berpengaruh signifikan dan
Kerja Karyawan (Studi Kasus positif terhadap kepuasan kerja.
pada Pegawai RSUD Ciamis)
16. Wardhana Peran Locus of Control  Locus of control berpengaruh
(2021) terhadap Kinerja Karyawan terhadap kinerja karyawan.
melalui Kepuasan Kerja pada  Locus of control berpengaruh
Karyawan PT Ilham Hasil negatif terhadap kepuasan
Mandiri Kabupaten Sidoarjo kerja karyawan.
 Kepuasan kerja berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
kinerja karyawan.
 Locus of control berpengaruh
signifikan dan positif terhadap
kinerja karyawan melalui
kepuasan kerja.
17. Kurniawati Kepuasan Kerja sebagai  Locus of control dan kepuasan
(2021) Mediasi Efek Locus of Control kerja berpengaruh terhadap
terhadap disiplin karyawan.
Kedisiplinan Karyawan  Locus of control berpengaruh
terhadap kepuasan kerja
karyawan.
18. Sari (2018) Pengaruh Locus of Control, Locus of control, motivasi, dan
Motivasi, dan Kepuasan Kerja kepuasan kerja berpengaruh pada
terhadap Kinerja Karyawan kinerja karyawan.
Bank Nagari Cabang Simpang
Empat Pasaman Barat
19. Hamzah Pengaruh Locus of Control dan Locus of control berpengaruh
(2021) Budaya Organisasi terhadap signifikan dan positif terhadap
Kepuasan dan Kinerja Guru kepuasan dan kinerja guru.
20. Pulungan Pengaruh Locus of Control dan Locus of control dan efikasi diri
(2021) Efikasi Diri terhadap Kinerja berpengaruh terhadap kinerja
29

No Nama
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Peneliti
Karyawan dengan Keterikatan karyawan.
Karyawan sebagai Variabel
Intervening pada PT Semen
Padang

C. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh self-esteem terhadap kinerja pegawai.

Peran sumber daya manusia SDM bagi perusahaan tidak hanya dilihat dari

produktivitas kerja, tetapi juga kualitas kerja. Oleh karenanya, kinerja karyawan

merupakan hal yang patut mendapat perhatian penting dari perusahaan. SDM yang ada

perlu dikelola dan dibina agar mereka merasa puas dalam melaksanakan pekerjaannya,

sehingga mampu berkontribusi untuk kinerja dan kemajuan perusahaan. Kinerja yang

diaktualisasi oleh karyawan juga didukung oleh self-esteem.

Self-esteem adalah suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan evaluasi diri

secara keseluruhan. Perasaan self-esteem pada kenyataannya terbentuk oleh keadaan

seseorang dan bagaimana orang lain memperlakukannya. Seseorang dengan self-

esteem yang tinggi akan melihat dirinya berharga, karena mampu dan dapat diterima.

Sebaliknya, orang dengan self-esteem yang rendah tidak merasa baik dengan dirinya.

Self-esteem yang dimiliki oleh seseorang akan menumbuhkan suatu kekuatan untuk

melakukan kinerja yang terbaik dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

H1: Self-esteem berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai.


30

2. Pengaruh self-efficacy terhadap kinerja pegawai.

Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian atas pelaksanaan

suatu kegiatan dalam mewujudkan tujuan organisasi yang dituangkan melalui

perencanaan strategis. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau

sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan sebagai

tolok ukur yang ditetapkan oleh organisasi. Self-efficacy akan mendorong seseorang

untuk lebih bersemangat dalam mencapai kinerja yang optimal. Self-efficacy dapat

dikatakan sebagai faktor personal yang membedakan setiap individu. Perubahan self-

efficacy dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku terutama pada saat

menyelesaikan tugas. Orang dengan tingkat self-efficacy yang tinggi lebih mampu

mengatasi situasi sulit dibandingkan individu dengan self-efficacy yang rendah.

H2: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai.

3. Pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawai.

Pengelolaan kinerja dalam perusahaan modern saat ini perlu mendapatkan

perhatian yang serius. Apabila kinerja karyawan di dalam suatu perusahaan tidak ditata

dengan baik, maka dapat menjadi salah satu penghambat bagi perusahaan dalam

mencapai tujuannya. Untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik, karyawan

seharusnya memiliki locus of control yang baik pula. Locus of control adalah

keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengendalikan diri.

Kinerja dipengaruhi oleh tipe personalitas individu. Individu dengan internal

locus of control lebih banyak berorientasi pada tugas yang dihadapinya, sehingga akan

meningkatkan kinerjanya. Individu ini akan menunjukkan motivasi yang lebih besar,

menyukai hal-hal yang bersifat kompetitif, suka bekerja keras, merasa dikejar waktu,
31

dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik daripada kondisi sebelumnya, sehingga

mengarah pada pencapaian prestasi yang lebih tinggi.

H3: Locus of control berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai.

4. Pengaruh self-esteem terhadap kepuasan kerja.

Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan

sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan yang

dirasakan sesuai dengan keinginan individu, maka makin tinggi pula kepuasannya

terhadap kegiatan tersebut. Tinggi rendahnya kepuasan kerja dapat memberikan

dampak yang tidak sama. Karyawan yang menilai diri mereka sebagai orang yang

penting, efektif, berharga, dan berarti, akan menyatukan organisasi dalam

kehidupannya dan menjadikan tujuan dan sistem nilai organisasi sebagai bagian dari

kehidupannya.

H4: Self-esteem berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai.

5. Pengaruh self-efficacy terhadap kepuasan kerja.

Salah satu penentu kesanggupan pegawai dalam melaksanakan tugas atau

tindakan tertentu, dan terus berusaha apabila menemui hambatan, adalah efikasi diri.

Efikasi diri melibatkan suatu proses yang didalamnya terdapat kecakapan kognitif dan

berperilaku yang diolah untuk menghasilkan serangkaian tindakan yang menyatu untuk

memenuhi berbagai tujuan. Dampak positif terhadap komitmen akan memengaruhi

sikap individu terhadap dirinya dan dapat memotivasi perilakunya dalam organisasi,

selain memengaruhi tindakan, ambisi, serta pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Apabila seorang karyawan merasa mampu dalam mengerjakan suatu pekerjaan, maka
32

kepuasan kerja akan muncul, sehingga berdampak terhadap semangat kerja karyawan

tersebut.

H5: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai.

6. Pengaruh locus of control terhadap kepuasan kerja.

Tidak menutup kemungkinan karyawan mendapatkan permasalahan dan

kesulitan dalam bertugas. Ketika karyawan tidak merasakan kepuasan dalam bekerja,

maka hal ini akan berdampak terhadap kinerjanya, sehingga produktivitas perusahaan

akan menurun. Peningkatan kinerja pegawai dalam pekerjaan pada dasarnya akan

dipengaruhi oleh kondisi tertentu, yaitu kondisi yang berasal dari luar individu yang

disebut dengan faktor situasional yang meliputi kepemimpinan, prestasi kerja,

hubungan sosial, lingkungan kerja, serta budaya organisasi. Sedangkan kondisi yang

berasal dari dalam yang disebut dengan faktor individual yang meliputi jenis kelamin,

kesehatan, pengalaman, dan karakteristik psikologis yang terdiri dari atas motivasi,

kepribadian, dan locus of control.

Locus of control menggambarkan tingkat keyakinan individu bahwa mereka

adalah penentu nasib mereka sendiri. Tujuan dari pengawasan adalah untuk

memberikan pengarahan secara teknis dan dukungan perilaku, sehingga locus of

control dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Peningkatan kepuasan kerja

karyawan juga dapat dilakukan dengan cara memberikan tugas yang menarik dan

memberikan kesempatan untuk mendapatkan posisi, status, serta keahlian yang lebih

baik dalam perusahaan.

H6: Locus of control berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja pegawai.


33

7. Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja pegawai.

Tingkat kepuasan kerja karyawan secara umum berhubungan dengan

keefektifan pada organisasi. Karyawan yang merasa terpuaskan terhadap pekerjaan,

biasanya bekerja lebih keras dan lebih baik dibandingkan karyawan yang mengalami

stres dan tidak puas terhadap pekerjaannya. Karyawan yang merasa nyaman, dihargai,

dan memiliki kesempatan mengembangkan diri, secara otomatis akan memusatkan

perhatian dan menunjukkan performa kerja yang baik terhadap pekerjaan yang

dilakukan. Kepuasan dan sikap karyawan merupakan hal yang penting dalam

menentukan perilaku dan respon terhadap pekerjaannya, dan melalui perilaku ini,

organisasi yang efektif dapat tercapai. Kinerja karyawan didasarkan pada kemampuan

dan motivasi yang dimiliki oleh karyawan dalam melaksanakan pekerjaan.

H7: Kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai.

8. Pengaruh self-esteem terhadap kinerja pegawai dengan kepuasan kerja

sebagai variabel mediasi.

Self-esteem merupakan faktor yang mendukung terwujudnya kepuasan

kerja pegawai, karena merupakan suatu keyakinan nilai diri sendiri berdasarkan

evaluasi diri secara keseluruhan (Zulkarnaen, 2020). Self-esteem yang tinggi akan

membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri,

dan rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dalam dunia ini. Individu dengan self-

esteem yang rendah cenderung tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam

hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik,

menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, tidak mampu berkomunikasi

dengan orang lain, dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.


34

Seseorang yang memiliki harga diri (self-esteem) yang tinggi terhadap

organisasinya akan merasakan kepuasan dalam dirinya, karena memiliki keyakinan

nilai diri sendiri, sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kinerjanya karena

memiliki rasa percaya diri yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan. Kuatnya

kebanggaan diri karyawan karena ia merupakan bagian dari sebuah organisasi akan

menyebabkan adanya kinerja yang tinggi pula. Karyawan yang sadar akan nilai dirinya

dalam organisasi cenderung memiliki kesadaran yang penuh akan tugas dan tanggung

jawabnya, sehingga akan berusaha melakukan semua pekerjaannya dengan baik.

H8: Self-esteem berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja

sebagai variabel mediasi.

9. Pengaruh self-efficacy terhadap kinerja pegawai dengan kepuasan kerja

sebagai variabel mediasi.

Self-efficacy dapat mendorong karyawan untuk menjelaskan tentang kegagalan

ataupun keberhasilan yang dialami. Self-efficacy juga dapat berpengaruh bagi individu

dalam bertindak dan membuat keputusan untuk mencapai tujuannya (Ary dan Sriathi,

2019). Perilaku yang berasal dari dalam diri merupakan perilaku yang diyakini berada

di bawah kendali pribadi seseorang. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri dan

keyakinan terhadap keberhasilan yang dicapai akan membuatnya memiliki kepuasan

kerja dan akan berusaha giat dalam bekerja untuk mencapai hasil terbaik. Oleh karena

itu, self-efficacy yang tinggi dapat memberikan kepuasan tersendiri pada karyawan

untuk meningkatkan kinerja (Sebayang dan Sembiring, 2017).

H9: Self-efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja

sebagai variabel mediasi.


35

10. Pengaruh locus of control terhadap kinerja pegawai dengan kepuasan kerja

sebagai variabel mediasi.

Kinerja merupakan tolak ukur karyawan dalam melaksanakan tugas yang

ditargetkan untuk diselesaikan. Upaya untuk melakukan penilaian kinerja menjadi

penting dengan diketahuinya pengukuran kinerja yang tepat. Locus of control

merupakan sebuah variabel yang seringkali dikaitkan dengan kinerja (Wardhana,

2021). Locus of control menjadi penting, karena kotrol kinerja seseorang bisa

diukur dari kemampuan seseorang dalam menguasai peristiwa yang terjadi pada

dirinya. Mantis dan Roesleer (2017) menyatakan bahwa internal locus of control

merupakan cara pandang bahwa hasil yang baik atau buruk dapat diperoleh dari

tindakan sesuai kapasitas diri (dapat dikontrol) atau faktor dari dalam diri sendiri.

Sedangkan external locus of control adalah cara pandang bahwa keberhasilan atau

kegagalan disebabkan oleh faktor di luar diri sendiri atau di luar kontrol dirinya,

seperti keberuntungan, kesempatan, peluang, takdir, dan lain sebagainya. Adanya

locus of control yang terkelola dengan baik akan membuat kinerja individu dapat

menjadi lebih baik pula.

H10: Locus of control berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan

kerja sebagai variabel mediasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran

konseptual dalam penelitian ini.


36

Self-Esteem H1

H4 H7

H5
Self-Efficacy Kepuasan Kinerja
Kerja Pegawai

H6

Locus of H3
Control

H2

Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Konseptual
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai suatu penelitian asosiatif kausal.

Menurut Sugiyono (2016:55), penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan

penelitian ini, maka akan dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk

menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.

2. Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Suradadi Kabupaten Tegal yang

beralamat di Jl. Raya Tegal-Pemalang KM 12, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa

Tengah.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai RSUD Suradadi

Kabupaten Tegal yang berjumlah 279 orang. Dari jumlah tersebut, akan diambil

sejumlah sampel yang representatif untuk menjadi responden penelitian. Ukuran

sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin berikut ini.

di mana:

N = ukuran populasi;

n = ukuran sampel; dan


37
38

e = presentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih

dapat diterima, yaitu sekitar 5 persen.

Jumlah responden yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah:

= 164,35 yang dibulatkan menjadi 165 orang.

4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan

sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari

sumber pertama atau tempat obyek penelitian dilakukan (Siregar, 2019). Data

primer yang ada dalam penelitian ini adalah hasil pengisian kuesioner oleh

para pegawai RSUD Suradadi Kabupaten Tegal yang menjadi responden

penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi

yang bukan pengolahannya (Siregar, 2019). Dalam penelitian ini, yang

menjadi sumber data sekunder adalah buku-buku, literatur, artikel, jurnal,

serta situs di internet yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

5. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data yang berkaitan


39

dengan penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian

ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2018). Pada penelitian ini, peneliti

memberikan kuesioner yang bersifat tertutup kepada para responden. Pilihan

jawaban yang disediakan mengikuti Skala Likert dengan skor 1-5.

Tabel 3.2.
Skala Likert pada PertanyaanTertutup

Pilihan Jawaban Skor


Sangat tidak setuju 1
Tidak setuju 2
Netral 3
Setuju 4
Sangat setuju 5

B. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga

memudahkan peneliti dalam mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. Berikut ini

adalah definisi konseptual yang digunakan pada penelitian ini.

a. Kinerja pegawai adalah perbandingan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang

pegawai dengan standar yang telah ditentukan (Guritno dan Waridin, 2017).

b. Self-esteem adalah hasil evaluasi individu terhadap dirinya yang tercermin dari

sikapnya terhadap dirinya sendiri (Mruk, 2018).


40

c. Self-efficacy adalah penilaian seseorang terhadap diri sendiri atau tingkat

kepercayaan seberapa baik seseorang dapat menyelesaikan tugas untuk mencapai

hasil tertentu (Woolfolk, 2018).

d. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian yang didefinisikan

sebagai keyakinan individu terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib sendiri

(Kreitner dan Kinicki, 2018).

e. Kepuasan kerja adalah sikap yang mencerminkan perasaan positif dan negatif

seseorang tentang pekerjaan, rekan kerja, dan lingkungan kerja (Uhl-Bien, 2018).

2. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat

atau nilai dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang telah

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Tabel

3.1 menyajikan definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan di dalam

penelitian ini.

Tabel 3.1.
Definisi Operasional Variabel

Skala
Variabel Indikator Sumber
Pengukuran
Kinerja Quality of work
Quantity of work
Job knowledge
Creativeness Gomes
Skala Likert
Cooperative (2018)
Initiative
Dependerability
Personal quality
Self-esteem Physical self-esteem
Rosenberg
Social self-esteem Skala Likert
(2017)
Performance self esteem
41

Skala
Variabel Indikator Sumber
Pengukuran
Self-efficacy Tingkat kesulitan tugas
Luas bidang perilaku Zimmerman
Skala Likert
Derajat keyakinan atau (2016)
pengharapan
Locus of control Locus of control internal Kreitner dan
Locus of control eksternal Skala Likert Kinichi
(2019)
Kepuasan kerja The work itself
Pay
Promotions Luthans
Skala Likert
Supervision (2018)
Work group
Working conditions

C. Cara Analisis Data

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kegiatan penelitian mempunyai tujuan untuk memperoleh kebenaran.

Dalam hal ini persoalan validitas merupakan aspek yang sangat penting

mengingat kebenaran hanya diperoleh dengan instrumen yang valid. Uji validitas

di dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik uji korelasi pearson

product moment. Apabila diperoleh nilai rhitung > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa

butir pertanyaan/pernyataan pada kuesioner termasuk dalam katagori valid, dan

demikian pula sebaliknya.

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena

instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius

yang mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Pengujian

realibilitas dengan konsistensi internal dilakukan dengan cara mencobakan instrumen

sekali saja. Pengujian realibilitas di dalam penelitian ini didasarkan pada nilai
42

Cronbach’s Alfa (koefisien alfa). Suatu item pengukuran dapat dikatakan reliabel

apabila memiliki nilai koefisien alfa lebih besar dari 0,7.

2. Statistik Deskriptif

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran deskriftif mengenai

jawaban responden terhadap variabel-variabel yang digunakan. Hasil analisis statistika

deskriptif dapat disajikan dalam bentuk mean, median, standar deviasi, range, dan lain

sebagainya.

3. Analisis SEM

Structural Equation Modeling (SEM) dari paket software statistik AMOS 4.0

digunakan untuk menganalisis data dan menguji hipotesis pada penelitian ini. SEM

adalah sekumpulan teknik statistikal yang memungkinkan pengujian sebuah

rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan (Ferdinand, 2018).

Keunggulan SEM dalam penelitian manajemen adalah karena kemampuannya

untuk mengkonfirmasi dimensi-dimensi dari sebuah konsep atau faktor yang

sangat lazim digunakan dalam manajemen serta kemampuannya untuk mengukur

pengaruh hubungan-hubungan yang secara teoritis ada (Ferdinand, 2018).

Langkah-langkah yang ditemopuh dalam SEM adalah berikut ini.

a. Confirmatry factor analysis.

Penelitian ini akan menguji validitas konstruk dengan melihat mengacu pada

validitas konvergen. Validitas konvergen dapat diketahui dengan melihat nilai

factor loading atau disebut juga parameter lambda (λ). Santoso (2019)

mengatakan bahwa untuk mengetahui apakah indikator menjelaskan variabel

laten atau tidak, dapat dilihat dari nilai factor loading (λ). yang lebih besar dari
43

0,5. Jika nilai  > 0,5, maka suatu indikator memenuhi syarat convergent validity

dan indikator bisa menjadi penjelas variabel laten. Sedangkan jika nilai  < 0,5,

maka suatu indikator tidak memenuhi syarat convergent validity sehingga dan

harus dikeluarkan dari model penelitian.

b. Evaluasi normalitas data.

Perilaku data perlu diuji normalitasnya sebelum dapat dilakukan analisis lebih

lanjut. Sebaran data dikatakan normal ketika tidak menceng ke kiri atau ke

kanan, serta memiliki keruncingan yang ideal. Nilai cut-off yang umumnya

dipakai untuk menilai normalitas menurut Schumaker dan Lomax dalam Latan

(2018) adalah nilai kemencengan (skewness) dan keruncingan (kurtosis) yang

berkisar antara 1,0 hingga 1,5, atau nilai critical ratio (c.r) harus memenuhi

syarat -2,58 < c.r < 2,58.

c. Multicollinearity.

Multicollinearty berguna untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antarvariabel

independen. Multicollinearty terjadi ketika nilai korelasi antarindikator > lebih besar

dari 0,9 (Ghozali, 2018).

d. Evaluasi fit model.

Pengujian kesesuaian model dilakukan dengan melihat nilai goodness-of-fit

index (GFI). Nilai GFI yang berkisar antara 0 sampai 1. Nilai GFI yang

semakin mendekati 1 berarti model semakin baik. Jika nilai GFI > 0,9, adalah

maka model dalam kondisi good fit. Sedangkan jika 0,08 < GFI < 0,90, maka

model termasuk maginal fit.

e. Analisis relasi antarvariabel laten (uji hipotesis).


44

Analisis data hipotesis Hubungan antarvariabel yang digunakan dalam

penelitian dapat dilihat dari nilai standardized regression weight yang

menunjukkan koefisien pengaruh antarvariabel. Sedangkan pengujian hipotesis

dilakukan dengan melihat nilai critical ratio (c.r) maupun nilai probabilitas (p-

value). Hipotesis dikatakan memiliki pengaruh dapat diterima ketika nilai

critical ratio (c.r) yang dihasilkan lebih besar dari 1,96; Kemudian untuk dan

nilai p-value dikatakan memiliki pengaruh ketika nilai ρ yang dihasilkan ≤

0,05.

f. Uji mediasi (Sobel Test).

Pengujian mediasi dilakukan untuk mengetahui efek mediasi. Uji sobel

dilakukan dengan cara menguji kekuatan pengaruh tidak langsung dari variabel

independen (X) ke terhadap variabel dependen (Y) melalui variabel intervening

(M). Pengaruh tidak langsung X ke Y melalui M dihitung dengan cara

mengalikan jalur X→M (a) dengan jalur M→Y (b) atau ab. Jadi koefisien ab =

(c – c’), di mana c adalah pengaruh X terhadap Y tanpa mengontrol M,

sedangkan c’ adalah koefisien pengaruh X terhadap Y setelah mengontrol M.

Standard error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan Sb, sedangkan besarnya

standard error pengaruh tidak langsung (indirect effect). Sab dihitung dengan

rumus dibawah ini.

sab =

di mana :

Sa = standard error koefisien a;

Sb = standard error koefisien b;


45

b = koefisien variabel mediasi; dan

a = koefisien variabel bebas.

Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka perlu dihitung

nilai t dari koefisien ab dengan rumus t = . Nilai t hitung kemudian

dibandingkan dengan t tabel. Jika nilai thitung > dari ttabel, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat pengaruh mediasi, dan demikian pula sebaliknya.


DAFTAR PUSTAKA

Al Azhar. 2017. Pengaruh Konflik Peran, Ketidakjelasan Peran, Kesan


Ketidakpastian Lingkungan, Locus Of Control Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di
Pekanbaru, Padang Dan Batam). Jurnal Ekonomi, Vol. 21, (4): No. 4, Hal.
1-15.
Ali, Fauzan. 2021. Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Kinerja Karyawan Dengan
Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening (Studi PT. Ultrajaya Milk
Industry, Tbk Surabaya Bagian Marketing). Jurnal Ilmu Manajemen,
Vol.ume 9, No.mor 1, –Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Surabaya, Hal. 367-379.
Alwisol. 2018. Psikologi Kepribadian. Malang: Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang.
Appiah, F. and H. Addai. 2017. An Investigation Into the Causal Relationship
Between Employees Locus of Control and Contextual Performance.
Journal Of Business and Behavioral Sciences, Vol. 26, (2): No. 2, Hal. 94-
118.
Ary, Iwan Restu dan Anak Agung Ayu Sriathi. 2019. Pengaruh Self-Efficacy dan
Locus of Control terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada (Ramayana Mal
Bali). E-Jurnal Manajemem Unud, ISSN: 2302-8912. Vol. 8, No. 1.
Bambang Guritno dan Waridin. 2017. Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai
Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja.
JRBI, Vol. 1, No 1, Hal. 63-74.
Bandura, A. 2016. Article of Guide for Contructing Self-Efficacy Scales. by
Information Age Publishing.
Bangun, Wilson. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Erlangga.
Bernardin & dan Russel, 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Diterjemahkan oleh Bambang Sukoco. Bandung: Armico.
Budiyanto, Albert. 2021. Pengaruh Self-Esteem, Self-Efficacy, Kepuasan Kerja
dan Pengembangan Karier terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Neotekno
Nusantara. ESENSI: Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 24, No. 3, / 2021. Hal.
297-315.
Cherian, Jacob dan Jolly Jacob., 2019. Impact of Self Efficacy on Motivation and
Performance of Employees. International Journal of Business and
Management, Vol. 8, (8) No. 14, pp: Hal. 80-88.
Darmilisani. 2021. Pengaruh Locus of Control Internal dan Locus of Control
Eksternal terhadap Kepuasan Kerja pada Kantor Direksi PT. Socfin
Indonesia Medan. Jurnal Manajemen Tools, Vol. 13, No. 1, Juni 2021.
Hal. 1-14.
Dessler Garry. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia. Dialihbahasakan oleh
Benyamin Molan, New York: McGraw Hill, Inc.
Dl, Wuryaningsih dan Rini Kuswanti. 2017. Analisis Pengaruh Locus of Control
pada Kinerja Karyawan. https://publikasiilmiah.ums.ac.id.

46
47

Efriany. 2017. Pengaruh Self-Efficacy, Self-Esteem, Lingkungan Kerja, dan


Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Dampaknya pada Kinerja
Karyawan. JAM, Vol. 28, No. 1, April 2017: Hal. 39-48.
Fadilah, Mega Fianita. 2018. The Effect of Self-Efficacy and Self-Esteem towards
the PT Garuda Food Indonesia Employee’s Job Satisfaction. The First
International Research Conference on Economics and Business, KnE
Social Sciences, pages Hal. 79–90. DOI 10.18502/kss.v3i3.1875.
Felker. 2019. The Development of Self-Esteem. New York: William Morrow &
Company.
Ferdinand, Augusty. 2018. Metode Penelitian Manajemen Pedoman Penelitian untuk
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen. Semarang: BP
UNDIP.
Feriana, Putri. 2021. Pengaruh Self-Esteem, Self-Efficacy dan Disiplin Kerja
terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Han Putra Jaya. Universitas Pelita
Bangsa. http://repository.pelitabangsa.ac.id/xmlui/handle/123456789/
2645.
Ghozali, Imam dan Hengky Latan. 2018. Konsep, Teknik, Aplikasi Menggunakan
SmartPLS 3.0 untuk Penelitian Empiris. Semarang: UNDIP.
Ghozali, Imam. 2018. Model Persamaan Struktural: Konsep dan Aplikasi dengan
Program AMOS 24 Update Bayesian SEM. Semarang: BP UNDIP.
Gomes. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset.
Gurendrawati, Etty. Yunika Murdayanti, and Anindya Gita Putri. 2017. The
Impact of Information Technology, Management Accounting System
Characteristics, and Locus of Control to the Managerial Performance in
the Telecommunication Service Companies. Integrative Business &
Economics Research. Vol. 4, (01): No. 01, Hal. 357-366.
Hami, Azhar El (2017) Studi Komparasi Self-Esteem Pengguna Iphone dan
Bukan Pengguna Iphone pada Remaja. PSYMPATHIC: Jurnal Ilmiah
Psikologi, Vol.ume 4, No.mor 2, 2017: Hal. 183-192.
Hamzah. 2021. Locus of Control dan Budaya Organisasi terhadap Kepuasan dan
Kinerja Guru. ALIGNMENT: Journal of Administration and Educational
Management, Vol.ume 4, No.mor 1, Juni 2021. Hal. 43-55.
Handoko, Hani. 2017. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: BPFE.
Hasan, Dwi Utami. 2020. Pengaruh Self-Efficacy dan Self-Esteem terhadap
Kinerja Pegawai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kota Palopo. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 6, No. 2, (2020) Hal.
145-155.
Hasibuan, Malayu SP. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara.
Indrawati, Yeti. 2018. Pengaruh Self-Esteem, Self-Efficacy, dan Kepuasan Kerja
terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Perawat RS Siloam Manado).
Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen, Vol. 2, No. 4.
Indriyani, Jeniy. 2020. Pengaruh Self-Esteem dan Self-Efficacy terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan (Studi Kasus pada pegawai RSUD Ciamis).
48

Business Management And Entrepreneurship Journal, Vol.ume 2, No.mor


4, Desember 2020, Hal. 53-62.
Khushk, Amir Ali. 2019. Impact of Locus of Control (LOC) and Organizational
Commitment on Employee Performance – Study of Service Sector,
Pakistan. International Journal of Law and Peace Works, Vol. 6, Issue 05,
PP. Hal. 01-06. May 2019.
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2019. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Kurniawati, Eka. 2021. Kepuasan Kerja Sebagai Mediasi Efek Locus of Control
Terhadap Kedisiplinan Karyawan. Jurnal Ekonomi Modernisasi, Vol. 17,
(3) No. 3, 2021, Hal. 287-295.
Luthans, Fred. 2018. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Yogyakarta: Andi.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2019. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia.
Bandung: Refika Aditama.
Masruroh, Zumrotul. 2021. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kinerja Karyawan
melalui Kepuasan Kerja sebagai Variabel Mediasi. Jurnal Syntax
Transformation, Vol. 2, No. 4, April 2021, Hal. 565-571.
Maulina, Iska. (2017) 2017. Pengaruh Komunikasi, Self-Esteem, dan Self
Efficacy terhadap Kepuasan Kerja serta Dampaknya terhadap Kinerja
Perawat Rumah Sakit Tgk. Fakinah Banda Aceh. Jurnal Manajemen
Inovasi, Juni 2017. Vol. 8, No. 2. (2017).
Ming-Cheng Lai and Yen-Chun Chen. 2017. Self-Efficacy, Effort, Job
Performance, Job Satisfaction, and Turnover Intention: The Effect of
Personal Characteristics on Organization Performance. International
Journal of Innovation, Management and Technology, Vol. 3, No. 4, Hal.
387-391.
Mruk, Christopher J. 2018. Self-Esteem Research, Theory, and Practice Toward a
Positive Psychology of Self-Esteem. New York: Springer Publising
Company.
Murti, Citra Dhistia. 2021. Pengaruh Motivasi Kerja, Self-Efficacy dan Internal
Locus of Control terhadap Kinerja Karyawan Badan Kredit Desa (BKD).
Reviu Akuntansi dan Bisnis Indonesia, Vol. 5, No. 2, Hlm Hal. 197-207.
Desember 2021.
Noviawati, Dian Rizki. 2017. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kinerja Karyawan
dengan Motivasi sebagai Variabel Intervening (Studi pada Karyawan
Divisi Finance dan Divisi Human Resource PT Coca-Cola Distribution
Indonesia, Surabaya). Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), Vol. 4, No. 3.
Pulungan, Putri Intan Suci. 2021. Pengaruh Locus of Control dan Efikasi Diri
terhadap Kinerja Karyawan dengan Keterikatan Karyawan sebagai
Variabel Intervening pada PT Semenpadang. Menara Ekonomi, Vol.ume
VII, No. 1, – April 2021, Hal. 54-65.
Rafiditya, Afif. 2020. Pengaruh Self-Esteem dan Self-Efficacy terhadap Kinerja
Karyawan PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Kantor
Cabang Utama Bandung. e-Proceeding of Management, Vol. 7, No. 2,
Agustus 2020, Page Hal. 4143-4150.
49

Rivai, Veithzal. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan:


Dari Teori ke Praktek. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. 2018. Perilaku Organisasi. Jakarta:
Salemba Empat.
Robbins, Stephen. 2018. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat.
Rosenberg, M. 2017. Rosenberg Self-Esteem Scale. Mindfulness, Vol. 6, (6), No.
6, Hal. 1366–1378. https://doi.org/10.1007/s12671-015-0407-6
Samsudin, Sadili. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Pustaka
Jaya.
Santoso, Singgih. 2019. Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Saprudin. 2021. Pengaruh Harga Diri dan Efikasi Diri terhadap Kepuasan Kerja
Serta Implikasinya Terhadap Kinerja Guru. JIMF (Jurnal Ilmiah
Manajemen Forkamma), Vol.4, No.2, Maret 2021. Hal: 192-204.
Saputra, Komang Adi Kurniawan. 2017. Pengaruh Locus of Control terhadap
Kinerja dan Kepuasan Kerja Internal Auditor dengan Kultur Lokal Tri Hita
Karana sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
Vol. 3, No. 1.
Sardogan E. M., Kaygusuz, C. ve Karahan, T. F. 2016. A Human Relations Skills
Training Program, University Students’ Locus of Control Levels. Mersin
University Journal of the Faculty of Education, Vol. 2, (2), No. 2, Hal.
184-194.
Sari, Desi Permata. 2018. Pengaruh Locus of Control, Motivasi dan Kepuasan
Kerja terhadap Kinerja Karyawan Bank Nagari Cabang Simpang Empat
Pasaman Barat. Jurnal EKOBISTEK Fakultas Ekonomi, Vol. 7, No. 1,
April 2018, Hal 9-18.
Sebayang, Stevani dan Jafar Sembiring. 2017. Pengaruh Self-Esteem dan Self-
Efficacy terhadap Kinerja Karyawan Studi Kasus di PT. Finnet Indonesia.
Jurnal Manajemen, Vol. 4, No. 1, hlm. Hal. 335. diakses 20 Juli 2018.
Sembiring, Etti Ernita. 2021. Pengaruh Insentif Keuangan, Komitmen Karyawan,
Self-Efficacy, dan Self-Esteem terhadap Kinerja dalam Kondisi Fairness.
Jurnal KRISNA: Kumpulan Riset Akuntansi, Vol. 13, No. 1, Juli 2021, pp.
Hal. 96-104.
Setiawan, Anak Agung Ketut Agung. 2020. Pengaruh Self-Efficacy dan Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan pada PT Adi Sarana Armada Tbk Badung.
VALUES, Vol.ume 1, No.mer 2, April 2020, Hal. 31-40.
Setyabudi, Mochammad Alvian, Mochammad Al Musadieq dan Aulia Luqman
Aziz. 2018. Pengaruh Pengembangan Karier dan Self-Efficacy terhadap
Kinerja Pegawai (Studi pada Perawat Rumah Sakit Dr. Mohamad Saleh
Probolinggo). Jurnal Administrasi Bisnis, Vol. 63, No. 1.
Simamora, Henry. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia.
Sinambela, Lijan Poltak. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Siregar, Syofian. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenadamedia
Group.
50

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabeta
Sutrisno, Edy. 2019. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Keenam.
Jakarta: Pranada Media Group.
Uhl-Bien, Mary. (2018) 2018. Organizational Behavior. United States of
America: John Wiley & Sons, Inc.
Wahyuni, Endang, S. Taufeni Taufik, dan Vincen Ratnawati. 2016. Pengaruh
Budaya Organisasi, dan Locus of Control, Stres Kerja terhadap Kinerja
Aparat Pemerintah Daerah dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel
Intervening (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten Bengkalis). Jurnal
Manajemen,Vol. 20, (02): No. 02, Hal. 189-206.
Wardhana, Prayoga Putra. 2021. Peran Locus of control Terhadap Kinerja
Karyawan Melalui Kepuasan Kerja Pada Karyawan PT. Ilham Hasil
Mandiri Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.ume 9, No.mor
1, – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya.
Hal. 82-90.
Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Edisi kelima. Depok: PT Rajagrafindo
Persada.
Wiyanto, Tri. (2017) Pengaruh Kurikulum Tersembunyi dan Pembentukan
Karakter Terhadap Motivasi Diri Mahasiswa Ormawa Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Malang. Laporan Penelitian PNBP
Universitas Negeri Malang
Woolfolk, Anita. 2018. Educational Psychology Active Learning Edition
Diterjemahkan oleh: Helly Prajitno Soetjipto. Boston: Pearson Education,
Inc., Publishing.
Zimmerman, B. J., 2016. Investigating Self-Regulation and Motivation: Historical
Background, Methodological, Developments, and Future Prospects.
American Educational research Journal, Vol. 45, (1), No. 1, Hal. 166-183.
Zulkarnaen, Wandy. 2020. Effect of Self-esteem and Self-efficacy on Work
Satisfaction and Its Implication on Teacher Performance (Study at SDN 1
Legokpego, Desa Drawati, Kecamatan Paseh, Bandung District). Advances
in Social Science, Education and Humanities Research, volume Vol. 535,
Hal. 85-89.

Anda mungkin juga menyukai