Anda di halaman 1dari 5

OBSERVASI BIODIVERSITAS SPESIES

A. Keanekaragaman Spesies Tanaman

Keanekaragaman spesies dapat diukur dengan banyak cara. Salah satu cara yang
banyak dilakukan yaitu dengan menentukan jumlah spesies di suatu daerah yang disebut
kekayaan spesies dan kemerataan spesies. Kemerataan spesies ini ditunjukkan oleh jumlah
individu setiap spesies. Semakin banyak jumlah spesies, dan jumlah setiap spesies semakin
merata, maka keanekaragaman spesiesnya semakin tinggi.
1. Keanekaragaman spesies dapat dipertelakan dari dua hal, yaitu kekayaan jenis (species
richness) dan kelimpahan relatif (relative abundance) dari setiap spesies.
Keanekaragaman spesies lebih besar apabila ekuitabilitas (equitability) cukup besar, yaitu
jika spesies itu jumlah individu sama dalam kelimpahannya.
2. Metoda pengukuran Keanekaragaman spesies telah digunakan secara umum, dengan
menggabungkan kekayaan spesies dan kepentingan relatif, adalah Indeks Shanon-Wiener
(H).
3. Dalam pengukuran keanekaragaman spesies secara kuantitatif, perlu dilakukan teknik
sampling komunitas biotik.
4. Teknik sampling tumbuhan atau hewan sessil, dapat dilakukan dengan metoda plot
(berpetak)., yang penerapannya ada dua cara yaitu metoda petak tunggal, dan metoda
petak ganda.
5. Pada metoda petak tunggal, yang dipelajari hanya satu petak sampling yang mewakili
suatu area. Ukuran minimum petak ditetapkan dengan kurva spesies-area (Gambar 1).
Biasanya luas minimum ini ditetapkan dengan dasar penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5% atau 10%.
6. Pada metoda petak ganda , pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
banyak petak yang letaknya tersebar merata, sebaiknya secara sistematis. Banyaknya
petak yang diperlukan dapat ditentukan dengan kurva spesies area. Ukuran petak berbeda-
beda, tergantung kelompok tumbuhan yang akan dianalisis. Perbandingan lebar dan
panjang petak 1:2 merupakan alternatif yang terbaik daripada bentuk lainnya.
a. Untuk tumbuhan herba atau semai, petak berukuran 1 m x 1 m
b. Pohon muda yang tingginya 3-4 m, petak berukuran 2 m x 4 m
c. Pohon yang tingginya >3-4 m, petak berukuran 7 m x 14 m
d. Mikroinvertebrata tanah atau benthos, petak berukuran 3,16 cm x 3,16 cm
7. Pengumpulan/ Tabulasi Data

Keanekaragaman spesies tumbuhan di …..


Tanggal Pengamatan: …………………….
Kelompok/ Rombel : …………………….

No Nama/ Foto Spesies Jumlah Indeks Keanekaragaman


individu (ni) Shanon (H)= ni/N ln ni/N
1.
2.
3.
4.
5.
dst N= ………. H= -∑ {(ni/N) ln (ni/N)}

B. Keanekaragaman Spesies Fauna Tanah

1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah luxmeter, soil tester, termohygrometer,
lup, gelas plastik, kantong plastik, kayu, alat tulis, tally sheet, kamera, gunting, pisau,
cetok,tali rafia dan botol sampel. Bahan yang digunakan adalah deterjen, alkohol 70%, dan
air.

2. Metode Pengambilan Sampel


a. Pengambilan Sampel Fauna Tanah
Pengambilan sampel menggunakan pitfall trap (PFT) yang diletakkan minimal di 2 tempat
dengan kondisi yang berbeda. Pemasangan alat ini adalah dengan dimasukkan gelas plastik
ke dalam tanah dengan permukaan atas rata dengan permukaan tanah. Gelas bisa diisi dengan
air 1/3 bagian dengan setitik detergen untuk mengurangi tegangan permukaan air. PFT
dipasang pukul 06-18 (untuk menjebak fauna yang aktif pada siang hari (Diurnal/ D), hasil
jebakan diambil dan dimasukkan botol sampel 1 yang berisi alkohol 70%. Kemudian PFT
dipasang lagi jam 18-06 (untuk menjebak fauna yang aktif pada malam hari (Nokturnal/ N).
Hasil jebakan diambil dan dimasukkan botol sampel 2. Jika 2 lokasi berarti ada 4 botol
sampel, beri tanda agar tidak keliru. Jika musim hujan, diberi tutup berupa plastik yang
disangga dengan ranting agar tidak menutupi mulut perangkap.

Gambar 2. Perangkap Pit Fall Trap (PFT)

b. Identifikasi dan Perhitungan


Sampel fauna tanah yang telah diperoleh diidentifikasi berdasarkan ciri
morfologi dan dicocokkan dengan kunci identifikasi Borror et al. (1992),
bugguide.net dan Suin (1997).

Jika belum bisa, deskripsikan mis. Semut besar hitam, belalang hijau dst.

Analisis Data

Jumlah individu per spesies tanaman atau fauna dihitung, dan dimasukkan ke dalam
tabel sebaga berikut:

Tabel hasil pengamatan keanekaragaman tanaman/ fauna tanah di ....


Tanggal pengamatan : ....
Kondisi cuaca: ..... (panas, mendung, hujan dll)

Jumlah Individu per spesies


(ni)
H’= - ∑(ni/N) log (ni/N)
No Nama/ foto/deskripsi
lokasi A Lokasi B

D N D N D N D N
1
2
3
dst
Total individu (N)/H ..... .... ..... ..... .... .... .... .....
3. Metode Analisis Data
1. Indeks Keanekaragaman (H’) Shannon-Wiener
Keanekaragaman jenis menunjukkan jumlah keberadaan jenis organisme pada
suatu lokasi. Komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis tinggi jika
tersususn oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau hampir
sama.jika komunitas dihuni oleh sedikit jenis dan terdapat beberapa jenis yang
mendominasi maka tingkat keanekaragamannnya dapat dikatakan rendah. Nilai
indeks keanekaragaman dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Soegiyanto,
1994):
H’ = - ∑(ni/N) log (ni/N)
Keterangan:
H’ : indeks keanekaragaman Shannon-wiener
ni : jumlah individu jenis i
N : jumlah total individu dari seluruh jenis

Besar nilai H’ dikategorikan sebagai berikut:


H’ < 1 : Keanekragaman rendah
1 < H’< 3 : Keanekaragaman sedang
H’ > 3 : Keanekaragaman tinggi

2. Indeks Dominansi (C) Simpson


Dominansi komunitas yang tinggi menunjukkan keanekaragaman yang
rendah. Nilai dominansi yang mendekati 1 menunjukkan bahwa komunitas
didominasi oleh jenis tertentu dan jika nilai indeks dominansi mendekati nol (0) maka
tidak ada dominasi dari jenis tertentu. Dominansi jenis dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Odum, 1996) :
¿
C=∑ N ( )
2

Keterangan:
C : dominansi
ni : jumlah individu jenis i
N : jumlah total individu dari seluruh jenis
3. Indeks Kemerataan Jenis (J)
Indeks kemerataan jenis dapat dinyatakan dengan rumus (Wibowo dan Syamsudin,
2017):
H'
J’=
lnS
Keterangan:
J’ = indeks kemerataan Pielou
H’ = indeks keanekaragaman jenis
S = jumlah jenis

4. Nilai Kesamaan komposisi spesies dalam Komunitas (Similarity Index)


Nilai kesamaan komunitas (Similarity Index) antara 2 lokasi (A dan B) atau 2
waktu aktif (D dan N) diketahui dengan Indeks Sorenson (IS) rumus sebagai berikut
IS = 2 C/ A+B x 100%
Keterangan :
IS= Indeks kesamaan Sorenson
C = jumlah spesies yang ditemukan pada lokasi A dan B
A = jumlah spesies yang ditemukan pada lokasi A
B = jumlah spesies yang ditemukan pada lokasi B

Komposisi spesies sama jika IS lebih besar dari 50 %

5. Video kegiatan eksplorasi ini, sebagai bukti kegiatan yang telah dilakukan.
6. Susun laporan secara lengkap, unggah ke ELENA.

Anda mungkin juga menyukai