Anda di halaman 1dari 19

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com
Diterjemahkan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris - www.onlinedoctranslator.com

Dharmasisya

Volume 1NUMBER 1 MARET 2021 Pasal 40

3-24-2021

KONSEP PRIVATISASI DI INDONESIA

Mohammad Rezza Naufal


naufalrezza30@gmail.com

Ikuti ini dan karya tambahan di:https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya

Bagian dariHukum Administrasi Commons,Bisnis Hukum Organisasi Commons,SipilHukummilik

bersama,KonstitusionalHukum Commons,Hukum Kriminalmilik bersama, danHukum

internasionalmilik bersama

Kutipan yang Direkomendasikan


Naufal, Mohammad Rezza (2021) “KONSEP PRIVATISASI DI INDONESIA,”Dharmasisya: Vol. 1 , Pasal 40.
Tersedia di:https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/iss1/40
Artikel ini dipersembahkan untuk Anda secara gratis dan akses terbuka oleh UI Scholars Hub. Telah diterima
untuk dimasukkan dalam Dharmasisya oleh editor resmi UI Scholars Hub.
KONSEP PRIVATISASI DI INDONESIA

Catatan Kaki Halaman Sampul


Harvard Business Review, Apakah Privatisasi Melayani Kepentingan Umum?, diunduh 18 Maret 2018 dari
https://hbr.org/1991/11/does-privatization-serve-the-public-interest. The Telegraph, Margaret Thatcher: satu kebijakan yang
menyebabkan lebih dari 50 perusahaan dijual atau diprivatisasi, diunduh 18 Maret 2018 dari
https://www.telegraph.co.uk/finance/comment/alistair-osborne/9980292/Margaret -Thatcher -satu-kebijakan-yang-
menyebabkan-lebih-dari-50-perusahaan-menjual-atau-privatisasi.html Harvard Business Review, Apakah Privatisasi...
Badan Pengembangan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Analisis dan Evaluasi Hukum
Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), (Jakarta: BPHN RI, 2005) SF. Marbun, dkk, Dimensi Pemikiran Hukum Tata
Usaha Negara, (Yogyakarta: UII Press, 2001), hlm. 38. Ridwan HR, Hukum Tata Usaha Negara, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), hal. 11. David Osborne dan Peter Plastrik, Banishing Bureaucracy: The Five Strategies for Reinventing
Government, diterjemahkan oleh Abdul Rosyid dan Ramelan, Trimming the Bureaucracy: Five Strategies Towards
Entrepreneurial Governance, (Jakarta: Penerbit PPM, 2000), hlm. 67. Indra Bastian, Privatisasi di Indonesia: Teori dan
Implementasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), hlm. 65. Rian Nugroho Dwidjowijito dan Randy R. Wrihatnolo, Manajemen
Privatisasi BUMN, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2008), hlm. 81. Safri Nugraha, Op.Cit., hal. 14. Ibid. Ibid., hal. 15.
David Osborne dan Ted Gaebler, Reinventing Government: How the Entrepreneurial Spirit is Transforming The Public
Sector, diterjemahkan oleh Abdul Rasyid, Entrepreneurial Bureaucracy: Transforming Entrepreneur Spirit into the Public
Sector, (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1995), hal. 52-53. Ibid., hal. 322-324. David Osborne dan Ted Gaebler, Op.Cit.,
hal. 54-55. Aminuddin Ilmar, Hak Menguasai Negara dan Privatisasi BUMN, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 15-16.
Mohammad Hatta, Pelaksanaan UUD 1945 Pasal 33 dalam penjabaran Pasal 33 UUD 1945, (Jakarta: Mutiara, 1980), hlm. 28.
Aminuddin Ilmar, Op.Cit., hal. 48. Dian Cahya Ningrum, Politik Hukum Peraturan Privatisasi dalam Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, (Skripsi, Pasca Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004),
hlm. 27. Ibid, hal. 28. Aminuddin Ilmar, Op.Cit., hal. 46. Pasal 9 UU BUMN. Pasal 1 angka 4 UU BUMN. Pasal 1 angka 2 UU
BUMN. Penjelasan Umum UU BUMN. Ibid. Ibid. Pasal 1 angka 11 UU BUMN. Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor
33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan Terbatas (PERSERO). Laporan Biro Analisis Anggaran dan
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Sekjen DPR RI Tahun 2014 Pasal 74 UU BUMN. Pasal 75 UU BUMN.
Pasal 78 UU BUMN.

Artikel ini tersedia di Dharmasisya:https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/iss1/40


DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

KONSEP PRIVATISASI DI INDONESIA

Mohammad Rezza Naufal


Fakultas Hukum Universitas Indonesia
naufalrezza30@gmail.com

Abstrak
Fenomena privatisasi di dunia telah lama digagas oleh Amerika Serikat dan Inggris. Privatisasi
merupakan peralihan pengelolaan oleh negara kepada swasta, hal ini sangat wajar karena upaya
ini dinilai mampu menghasilkan perbaikan yang signifikan terkait peningkatan efisiensi
perusahaan negara yang dinilai kurang efisien dibandingkan perusahaan swasta. Privatisasi juga
telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1997 pasca krisis ekonomi dan dengan tujuan yang
sama untuk meningkatkan efisiensi BUMN. Dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)
disebutkan bahwa negara menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menyangkut hajat hidup orang banyak yang dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. orang orang. Tidak semua bidang usaha yang dapat diprivatisasi di
Indonesia karena ada ketentuan konstitusi yang membatasi bidang-bidang yang dapat
diprivatisasi dan bidang-bidang usaha yang hanya dapat dilakukan oleh negara untuk
kesejahteraan rakyat. Tulisan ini akan membahas tentang konsep privatisasi di Indonesia
berdasarkan UUD 1945 dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah yuridis-normatif dengan
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan. Data sekunder ini terdiri dari
bahan hukum primer berupa undang-undang dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan privatisasi dan badan usaha milik negara, bahan hukum sekunder yang terdiri dari buku-
buku hukum dan pendapat ahli terkait privatisasi, dan bahan hukum tersier yang terdiri dari
kamus. hukum,
Kata kunci: BUMN; Efisiensi; Kesejahteraan Rakyat; Privatisasi

Abstrak
Fenomena privatisasi di dunia telah lama digagas dan dipelopori oleh Amerika Serikat dan Inggris. Privatisasi
merupakan peralihan pengelolaan oleh negara kepada swasta, hal ini sangat wajar karena upaya ini dinilai akan
menghasilkan perbaikan yang signifikan terkait peningkatan efisiensi BUMN yang dinilai kurang efisien
dibandingkan dengan perusahaan swasta. Privatisasi juga telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 pasca krisis
ekonomi dan dengan tujuan yang sama untuk meningkatkan efisiensi BUMN. Dalam Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)
UUD 1945 disebutkan bahwa negara menguasai suatu cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menyangkut hajat hidup orang banyak digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. orang orang.
Bidang usaha yang dapat diprivatisasi di Indonesia tidak seluruhnya karena ada ketentuan konstitusi yang
membatasi bidang yang dapat diprivatisasi dan bidang usaha yang hanya dapat dilakukan oleh negara untuk
kemakmuran rakyat. Tulisan ini akan membahas tentang konsep privatisasi di Indonesia berdasarkan UUD 1945 dan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Metode yang digunakan dalam penulisan
ini adalah yuridis-normatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan. Data
sekunder ini terdiri dari bahan hukum primer seperti UUD dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan privatisasi dan badan usaha milik negara, bahan hukum sekunder yang terdiri dari buku-buku hukum dan
pendapat ahli terkait privatisasi, serta bahan hukum tersier yang terdiri dari kamus hukum,
Kata kunci: BUMN;Efisiensi; Kesejahteraan Rakyat; Privatisasi

I. Pendahuluan
Fenomena privatisasi di dunia dimulai pada tahun 1980-an. Di Amerika Serikat,
pemerintahan Reagan mengeluarkan perintah baru: "Jangan hanya berdiri di sana, batalkan
sesuatu"Prinsip utama"kehancuran" adalah privatisasi aset dan layanan pemerintah. 1Di Inggris,

1Harvard Business Review, Apakah Privatisasi Melayani Kepentingan Umum?, diunduh pada
18

310
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

Pemerintah Perdana Menteri Margaret Thatcher menjual lebih dari 50 perusahaan (negara bagian) ke
sektor swasta.2Pergeseran pengelolaan oleh negara ke swasta sangat wajar karena akan menghasilkan
banyak perbaikan yang signifikan, seperti peningkatan efisiensi dan kualitas sisa kinerja pemerintah,
pengurangan pajak, dan pengurangan ukuran pemerintahan. 3

Gelombang Privatisasi di Indonesia Terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


dimulai pada tahun 1997 setelah krisis ekonomi, meskipun sebenarnya privatisasi
BUMN telah dimulai pada awal 1990-an, dalam bentuk penjualan saham perusahaan
milik negara di Bursa Efek.4Kebijakan privatisasi pemerintah Indonesia mendapat
tanggapan beragam dari berbagai kalangan. Ada yang memandang hal ini sebagai
terobosan yang diperlukan untuk meningkatkan pelayanan publik di Indonesia dan
ada pula yang memandang bahwa privatisasi merupakan langkah yang menjadi
perhatian, terutama untuk menjamin kepentingan masyarakat.
Berdasarkan alasan tersebut, maka penting untuk mengkaji masalah
privatisasi terkait dengan konsep privatisasi di Indonesia, khususnya terkait dengan
konsep pemikiran yang diacu dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) bahwa “ Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara”.

II. DISKUSI
1. Konsep Privatisasi
Dewasa ini konsep negara kesejahteraan (welfare state) mendominasi
perkembangan konsep negara hukum. Konsep ini lahir sebagai reaksi atas kegagalan
konsep negara penjaga malam (Nachtwachker). Pengertian negara kesejahteraan Lahir pada
abad ke-20, konsep ini berpandangan bahwa negara memiliki kewajiban dan menjamin
terciptanya kesejahteraan bersama dalam kehidupan masyarakat, baik yang menyangkut
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, hukum, pendidikan, maupun politik. 5Sejak negara
berpartisipasi aktif dalam interaksi sosial, pekerjaan pemerintah menjadi lebih luas dan
banyak.6
Menanggapi pekerjaan pemerintah yang lebih luas, banyak negara di dunia telah
mengambil jalan untuk memberikan sebagian tanggung jawab mereka kepada sektor
swasta dengan melakukan privatisasi. Sebagai contoh, di Inggris, mantan perdana
menteri Margaret Thatcher memprakarsai privatisasi sektor publik pada tahun 1979,
sebagai tanggapan atas pergeseran paradigma dalam manajemen sektor publik sejak
Drucker meramalkan “kebangkrutan pemerintahan birokrasi”. Privatisasi Thatcher
adalah untuk memotong pemerintah untuk efisiensi dalam keuangan negara dan
layanan birokrasi yang lebih baik. Selama pemerintahan Thatcher, pemerintah Inggris
menjual lebih dari 40 BUMN besar termasuk British Petroleum, Britoil, Jaguar, British
Airways, Roll-Royce, dll, yang membantu Thatcher menyeimbangkan empat tahun

Maret 2018 dari https://hbr.org/1991/11/does-privatization-serve-the-public-interest.


2The Telegraph,Margaret Thatcher: satu kebijakan yang menyebabkan lebih dari 50 perusahaan
dijual atau
pada diprivatisasi, diunduh 18 Maret 2018 darihttps://www.telegraph.co.uk/finance/comment/alistair-
osborne/9980292/Margaret-Thatcher-one-policy-that-led-to-more-than-50-companies-being-sold-
orprivatised.html
3Tinjauan Bisnis Harvard, Apakah Privatisasi...

4Badan Pengembangan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Analisis dan Evaluasi Hukum
tentang Privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), (Jakarta: BPHN RI, 2005)
5SF. Marbun, dkk, Dimensi Pemikiran Hukum Tata Usaha Negara, (Yogyakarta: UII Press, 2001),
Hal. 38.
6Ridwan HR,Hukum Tata Usaha Negara, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 11.
311
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

anggaran akhir.7Keberhasilan privatisasi di Inggris telah menginspirasi sejumlah


negara untuk mempertimbangkan privatisasi aset negara. 8Ikenberry memberikan
alasan teknis pemerintah melakukan privatisasi yang dipelopori oleh Inggris dan
Amerika Serikat adalah karena respon terhadap krisis fiskal, peningkatan efisiensi,
revitalisasi instrumen pemerintah, membangun koalisi, dan depolitisasi ekonomi dan
sosial.9
ES Savas melihat privatisasi dari perspektif politik-filosofis dan memaknainya
sebagai "tindakan mengurangi peran pemerintah, atau meningkatkan peran sektor swasta,
dalam aktivitas atau kepemilikan aset."10Privatisasi juga dapat didefinisikan dalam
pengertian ideologis murni sebagai “preferensi untuk kepemilikan pribadi daripada
kepemilikan publik. Istilah ini menyiratkan bahwa orang percaya bahwa perusahaan swasta,
yang didasarkan pada mekanisme pasar lebih baik daripada badan publik, yang didasarkan
pada peraturan administratif. , dalam hal memberikan pelayanan kepada masyarakat umum.
Secara ideologis, privatisasi juga dapat didefinisikan sebagai bagian dari strategi umum
untuk mengubah batas-batas antara sektor publik dan swasta dalam rangka mendukung
pelayanan yang lebih baik bagi masyarakat yang pada akhirnya mengarah pada sentimen
anti-negara.11Sementara itu, para ekonom mencoba menentukan keunggulan alokasi sumber
daya berdasarkan mekanisme pasar daripada birokrasi fiat administratif. Para ekonom
mengklaim bahwa efisiensi adalah ide utama di balik privatisasi karena mereka percaya
bahwa perusahaan swasta selalu lebih efisien daripada perusahaan publik. 12

David Osborne dan Ted Gaebler dalam karyanya "Reinventing


Government: How the Entrepreneurial Spirit Is Transforming the Public Sector"
menyatakan bahwa, Privatisasi hanyalah titik awal yang salah untuk diskusi
tentang peran pemerintah. Layanan dapat dikontrakkan atau dialihkan ke
sektor swasta, tetapi pemerintah (governance) tidak. Kita dapat memprivatisasi
fungsi-fungsi direktif yang terpisah, tetapi tidak seluruh proses pemerintahan.
Jika kita melakukannya, kita tidak akan memiliki mekanisme untuk
pengambilan keputusan kolektif, tidak ada cara untuk menetapkan aturan
pasar, tidak ada sarana untuk menegakkan aturan perilaku Kita akan
kehilangan semua rasa keadilan dan pikiran lain ... Bisnis melakukan beberapa
hal lebih baik daripada pemerintah, tetapi pemerintah melakukan beberapa hal
lebih baik daripada bisnis ... Demikian juga, pasar swasta menangani banyak
tugas lebih baik daripada administrasi pemerintah tapi tidak semua
tugas.Pasar swasta untuk pendidikan tinggi berjalan sangat baik, tetapi tanpa
universitas negeri, lembaga pendidikan tinggi negeri,13

Menciptakan kembali Tata Kelolaadalah gagasan reorganisasi


pemerintahan dan dapat diartikan sebagai penemuan kembali birokrasi
berdasarkan sistem kewirausahaan, yaitu menciptakan organisasi dan sistem
publik yang memperbaharui

7David Osborne dan Peter Plastic, Mengusir Birokrasi: Lima Strategi untuk Menciptakan Kembali Pemerintahan,

diterjemahkan oleh Abdul Rosyid dan Ramelan, Pemangkasan Birokrasi: Lima Strategi Menuju Tata Kelola Wirausaha,
(Jakarta: Penerbit PPM, 2000), hlm. 67.
8Indra Bastian,Privatisasi di Indonesia: Teori dan Implementasi, (Jakarta: Salemba Empat, 2002), hlm. 65.
Rian Nugroho Dwidjowijito dan Randy R. Wrihatnolo, Manajemen Privatisasi BUMN, (Jakarta: PT Elex
9

Media Komputindo, 2008), hal. 81.


10Safri Nugraha, Op. Cit., Benda. 14.
11Ibid.

12Ibid.,Hal. 15.
13 David Osborne dan Ted Gaebler, Reinventing Government: Bagaimana Semangat Wirausaha Berubah
Sektor Publik, diterjemahkan oleh Abdul Rashid,Birokrasi Kewirausahaan: Transformasi Jiwa Wirausaha menjadi
sektor publik, (Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo, 1995), hlm. 52-53.

312
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

secara berkelanjutan, meningkatkan kualitasnya, melakukan reformasi yang bertujuan


membuat pemerintah siap menghadapi tantangan yang belum dapat diantisipasi dan
menciptakan organisasi yang mampu meningkatkan efektivitasnya di masa depan
ketika lingkungannya berubah.
David Osborne dan Ted Gaebler memaparkan peran pemerintah dalam 10 prinsip
yang harus dilaksanakan dan menjadi satu kesatuan dalam sistem pemerintahan, agar
pelayanan publik dapat berjalan lebih optimal. 10 prinsip tersebut antara lain: 14
a.Tata kelola katalis: mengarahkan daripada mengayuh
b.Pemerintah milik rakyat: memberi wewenang daripada melayani
c. Tata kelola yang kompetitif: menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian
layanan.
d.Tata kelola yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang digerakkan
oleh aturan.

e. Tata kelola yang berorientasi pada hasil: membiayai hasil, bukan input.
f. Tata kelola berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan
birokrasi.
g.Entrepreneurial government: menghasilkan daripada membelanjakan.
h. Tata kelola antisipatif: mencegah daripada mengobati.
i. Tata kelola yang terdesentralisasi: dari hierarki ke partisipasi dan kerja tim.
j. Tata kelola berorientasi pasar: mendorong perubahan melalui pasar.

Privatisasi ini tidak semuanya sesuai dengan konsep yang telah


dikemukakan. Alasan yang sering dimunculkan adalah kekhawatiran bahwa
pelayanan yang semula ditujukan untuk optimal bagi masyarakat menjadi tidak
terjangkau oleh mereka karena prinsip komersialisasi oleh pihak swasta yang
menyediakannya. Terhadap asumsi ini, mereka yang setuju dengan privatisasi,
seperti David Osborne dan Ted Gaebler, menyatakan bahwa, Kita tidak boleh
disalahartikan sebagai ideologi besar untuk memprivatisasi pemerintah. Ketika
pemerintah membuat kontrak dengan bisnis swasta, kaum konservatif dan liberal
sama-sama sering berbicara seolah-olah pemerintah mengalihkan tanggung jawab
negara yang mendasar ke sektor swasta. Ini omong kosong: mereka menggeser
kinerja pemberian layanan, bukan tanggung jawab atas layanan. Seperti yang
pernah dikatakan Ted Kolderie, “Fakta bahwa jalan dibangun oleh kontraktor
swasta tidak menjadikannya jalan pribadi.” Ketika pemerintah mengontrakkan
beberapa kegiatan ke sektor swasta, mereka masih membuat keputusan kebijakan
dan menyediakan pembiayaan. Dan untuk dapat melakukannya dengan baik,
mereka harus menjadi pemerintah yang berkualitas.15

2. Tinjauan Privatisasi di Indonesia


Tujuan bernegara tercantum dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang
salah satunya adalah “...untuk memajukan kesejahteraan umum, …”. Konsekuensi logis
dari tujuan negara tersebut adalah bahwa negara dituntut untuk berperan serta dalam
segala aspek kehidupan masyarakatnya, semata-mata untuk menjamin terwujudnya
kesejahteraan bagi mereka. RUU Kesejahteraan Sebenarnya negara telah berkembang
melalui banyak varian, namun menurut Utrect konsep negara kesejahteraan
menempatkan kepentingan seluruh rakyat secara kokoh dan fungsi menyelenggarakan
kepentingan umum, seperti kesehatan masyarakat, pengajaran, perumahan, pembagian
tanah, dan seterusnya.16Sebagai

14Ibid.,Hal. 322-324.
15 David Osborne dan Ted Gaebler,Op. Cit., Benda. 54-55.
16Aminuddin Ilmar,Hak Menguasai Negara dan Privatisasi BUMN,(Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 15-16.

313
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

Sebagai langkah konkrit dalam melaksanakan kepentingan umum, Indonesia


dalam konstitusinya menyatakan bahwa segala sesuatu yang menyangkut hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara, sebagaimana tercantum dalam Pasal
33 ayat (2) dan (3) UUD 1945. Kehidupan rakyat dikuasai oleh negara, bumi dan
air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dalam Penjelasan UUD 1945 (sebelum perubahan) pasal 33 dimaknai bahwaekonomi
berdasarkan demokrasi ekonomi, kemakmuran untuk semua. Oleh karena itu, cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh
negara. Jika tidak, kendali produksi jatuh ke tangan mereka yang berkuasa dan orang-orang yang
sangat mereka aniaya. Hanya perusahaan yang tidak mengendalikan kehidupan banyak orang
yang bisa berada di tangan individu. Bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalam
bumi merupakan tumpuan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, harus dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Mohammad Hatta menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan "dikuasai oleh negara"
bukan berarti negara itu sendiri adalah pengusaha, pengusaha, atau "undernemer". Kekuasaan
negara terletak pada pembuatan peraturan demi kelancaran perekonomian, peraturan yang juga
melarang “eksploitasi” kaum lemah oleh orang-orang yang bermodal. 17Pandangan ini berangkat
dari ketentuan alinea pertama Pasal 33 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Asas kekeluargaan menolak
kekuasaan negara secara mutlak dan sewenang-wenang berupa pemilikan barang-barang
produksi. Prinsip dasar nilai ekonomi yang dianut adalah prinsip harmonisasi. 18
Pendapat lain terkait pengertian “dikuasai oleh negara” juga dikemukakan oleh
Ace Patederedja yang menyatakan bahwa, ...berarti iklim atau kebijakan ekonomi yang
memungkinkan Negara, cq pemerintah, untuk ikut serta mengusahakan atau
menentukan dalam proses produksi. Ikut menentukan tidak selalu harus sendiri...
yang paling ketat adalah bentuk usaha yang dimiliki, dikelola, dan diatur sepenuhnya
oleh negara. Sedangkan yang paling longgar adalah bentuk usaha yang dimiliki oleh
swasta tetapi negara memiliki kewenangan untuk mempengaruhi jalannya produksi.
Contoh pertama adalah perkeretaapian, sedangkan contoh terakhir adalah tekstil. 19
Emil Salim menjelaskan pengertian dikuasai oleh negara sebagai
berikut. Negara menguasai bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di
dalam bumi dan yang menjadi dasar bagi kemakmuran rakyat dalam
melaksanakan hak “penguasaan” ini, agar sistem yang berkembang tidak
mengarah pada etatisme. Oleh karena itu, hak “penguasaan” oleh negara
harus dilihat dalam konteks pelaksanaan hak dan kewajiban negara sebagai (1)
pemilik, (2) regulator, (3) perencana, (4) pelaksana, dan (5) pengawas. Unsur-
unsur dari kelima butir tersebut dengan bobot yang berbeda dapat
menempatkan negara pada posisinya untuk menguasai lingkungan alam
sehingga hak menguasai dapat dilaksanakan (1) dengan memiliki sumber daya
alam, (2) tanpa memiliki sumber daya, tetapi mewujudkan haknya.
mengendalikannya melalui pengaturan, perencanaan,20

17Mohammad Hatta, Pelaksanaan UUD 1945 Pasal 33 dalam penjabaran Pasal 33 UUD 1945 Konstitusi, (Jakarta:
Mutiara, 1980), hlm. 28.
18Aminuddin Ilmar,Op.Cit., Hal. 48.
Dian Cahya Ningrum, Politik Hukum Peraturan Privatisasi dalam Undang-Undang Nomor
19

19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,(Skripsi, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2004), hlm. 27.
20Ibid,Hal. 28.

314
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

Dapat disimpulkan bahwa adanya ketentuan-ketentuan dalam konstitusi yang


memberikan dasar bagi beroperasinya cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara, bukan berarti
memberikan sinyal yang jelas bahwa sistem ekonomi hanya mengakui kontrol oleh negara,
tetapi juga mengakui kontrol oleh koperasi maupun oleh perusahaan swasta berdasarkan
demokrasi ekonomi.21
Untuk memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, negara merasa perlu meningkatkan penguasaan seluruh kekuatan ekonomi

nasional, baik melalui regulasi sektoral maupun melalui kepemilikan negara atas unit-unit usaha tertentu dengan tujuan memberikan manfaat

sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Penguasaan unit-unit tertentu oleh negara dilakukan dengan mendirikan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN). Selain menjalankan fungsi sosial yaitu memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, BUMN juga

memposisikan diri sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional bersama-sama dengan dunia usaha swasta dan

koperasi. Dwifungsi BUMN dapat dilihat dari maksud dan tujuan pendirian BUMN sebagaimana tertuang dalam rumusan Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (UU BUMN) yang pada intinya memberikan kontribusi bagi pembangunan.

ekonomi nasional, mengejar keuntungan, melakukan manfaat. umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan

memadai untuk memenuhi kebutuhan banyak orang; menjadi pelopor kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi;

berpartisipasi aktif dalam memberikan pembinaan dan pendampingan kepada pengusaha dari golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat banyak; menjadi pelopor kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi;

berpartisipasi aktif dalam memberikan pembinaan dan pendampingan kepada pengusaha dari golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat banyak; menjadi pelopor kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi;

berpartisipasi aktif dalam memberikan pembinaan dan pendampingan kepada pengusaha dari golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat banyak; menjadi pelopor kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi;

berpartisipasi aktif dalam memberikan pembinaan dan pendampingan kepada pengusaha dari golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat. menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat banyak; menjadi pelopor kegiatan usaha yang tidak dapat dilakukan oleh swasta dan koperasi;

berpartisipasi aktif dalam memberikan pembinaan dan pendampingan kepada pengusaha dari golongan ekonomi lemah, koperasi, dan

masyarakat.

BUMN dibagi lagi menjadi dua kelompok, yaitu Perusahaan Umum (Perum) dan
Perseroan Terbatas (Persero).22Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh
negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kepentingan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan
berdasarkan prinsip perseroan pengelolaan.23Sedangkan Persero adalah BUMN yang
berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi atas saham-saham yang seluruh atau
paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara yang tujuan utamanya mengejar
keuntungan.24
Berdasarkan data Kementerian BUMN, hingga tahun 2016 total ada 118 BUMN yang
beroperasi di hampir semua sektor perekonomian. Namun, BUMN belum mampu
sepenuhnya menyediakan barang dan/atau jasa yang berkualitas tinggi kepada masyarakat
dengan harga terjangkau, dan belum mampu bersaing secara global, serta fungsi BUMN
sebagai pionir/pelopor dan sebagai penyeimbang kekuatan. sektor swasta besar belum
sepenuhnya dilaksanakan. Di sisi lain, perkembangan ekonomi dunia sangat dinamis,
terutama terkait dengan liberalisasi dan globalisasi perdagangan yang telah disepakati
oleh dunia internasional seperti kesepakatan World Trade Organization (WTO), ASEAN
Free Trade Area (AFTA) ,Perjanjian Kerangka Kerja ASEAN tentang Layanan, dan
Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).25
BUMN perlu menumbuhkan budaya perusahaan dan profesionalisme guna
mengoptimalkan peran dan mempertahankan eksistensinya dalam perkembangan ekonomi
dunia yang semakin terbuka dan kompetitif dengan meningkatkan pengelolaan dan
pengawasannya. Pengelolaan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-
prinsip tata kelola yang baik
21Aminuddin Ilmar,Op.Cit., Hal. 46.
22Pasal 9 UU BUMN.
23Pasal 1 angka 4 UU BUMN.
24Pasal 1 angka 2 UU BUMN.
25 Penjelasan Umum UU BUMN.

315
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). 26Pentingnya


pengelolaan yang berkelanjutan atas pelaksanaan peran BUMN dalam sistem
perekonomian nasional juga telah diamanatkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR) melalui Ketetapan Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara
1999-2004. yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum perlu terus diatur dan
direstrukturisasi melalui restrukturisasi dan bagi BUMN yang usahanya tidak berkaitan
dengan kepentingan umum dan berada pada sektor yang kompetitif didorong untuk
diprivatisasi.27
Restrukturisasi menurut hal ini merupakan upaya yang dilakukan dalam rangka
restrukturisasi BUMN yang merupakan salah satu langkah strategis untuk memperbaiki
kondisi internal perusahaan guna meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan. 28Tujuan dari
restrukturisasi adalah untuk: meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan; memberikan
manfaat berupa dividen dan pajak kepada negara; menghasilkan produk dan jasa dengan
harga yang kompetitif kepada konsumen; dan memfasilitasi pelaksanaan privatisasi.
Restrukturisasi tersebut terbagi menjadi dua jenis, yaitu restrukturisasi sektoral yang
dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga tercapai efisiensi dan
pelayanan yang optimal serta restrukturisasi perusahaan yang meliputi restrukturisasi
bentuk badan usaha, kegiatan usaha, organisasi, manajemen, dan keuangan. 29
Langkah selanjutnya adalah privatisasi yang dalam ketentuan Pasal 1 angka
12 UU BUMN dinyatakan sebagai penjualan saham Persero, baik sebagian maupun
seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan, meningkatkan keuntungan bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Privatisasi dianggap sebagai
langkah penting untuk menumbuhkan budaya perusahaan dan profesionalisme
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Meski kinerja BUMN
telah menunjukkan peningkatan, namun harus diakui peningkatan tersebut masih
belum optimal karena disebabkan oleh lemahnya koordinasi kebijakan antara
langkah pembenahan internal perusahaan dengan kebijakan industri dan pasar
tempat BUMN beroperasi. pemerintahan).30

Penting untuk dipahami bahwa privatisasi bukan hanya sekedar penjualan


perusahaan, tetapi merupakan alat dan sarana untuk meningkatkan BUMN untuk
mencapai beberapa tujuan sekaligus, antara lain meningkatkan kinerja dan nilai
tambah perusahaan, memperbaiki struktur keuangan dan manajemen, menciptakan
lingkungan yang sehat dan struktur industri yang kompetitif, pemberdayaan BUMN
yang mampu bersaing dan berorientasi global, penyebaran kepemilikan oleh publik
dan pengembangan pasar modal dalam negeri. Privatisasi dilakukan dengan tujuan
untuk memperluas kepemilikan publik atas Persero; meningkatkan efisiensi dan
produktivitas perusahaan, menciptakan struktur keuangan dan pengelolaan
keuangan yang baik/kuat; menciptakan struktur industri yang sehat dan kompetitif;
mewujudkan Persero yang berdaya saing dan berorientasi global; dan membina
iklim usaha, ekonomi makro,

26Ibid.

27Ibid.

28Pasal 1 angka 11 UU BUMN.


29Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perseroan
Terbatas (PERSERO).
30Laporan Biro Analisis Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Sekjen DPR RI Tahun 2014

316
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

Persero.31
Privatisasi di Indonesia dilakukan dengan memperhatikan prinsip transparansi,
independensi, akuntabilitas, tanggung jawab, dan kewajaran. 32Secara tegas diatur
mengenai kriteria perusahaan yang dapat dan tidak dapat diprivatisasi sebagaimana
tercantum dalam Pasal 76 dan 77 UU BUMN. Persero yang dapat diprivatisasi harus
memenuhi kriteria industri/sektor usaha yang berdaya saing; atau yang elemen
teknologinya berubah dengan cepat. Beberapa aset/kegiatan Persero yang melaksanakan
kewajiban pelayanan publik dan/atau yang berdasarkan Undang-undang kegiatan usahanya
dilakukan oleh BUMN, dapat dipisahkan untuk digunakan sebagai penyertaan dalam
pendirian perusahaan dan dapat diprivatisasi. jika diperlukan.
Persero yang tidak dapat diprivatisasi adalah Persero yang bidang usahanya
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat dikelola oleh
BUMN, Persero yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara; Persero yang
bergerak di bidang tertentu yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat, Persero
yang bergerak di bidang sumber daya alam yang secara tegas dilarang untuk
diprivatisasi. Dalam amanat UU BUMN disebutkan bahwa privatisasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara, seperti: i) penjualan saham berdasarkan ketentuan pasar modal,
ii) penjualan saham secara langsung kepada investor; dan iii) penjualan saham kepada
pimpinan dan/atau pegawai yang bersangkutan.33
Tata cara privatisasi BUMN menurut Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi
Perseroan Terbatas adalah sebagai berikut.

1) Privatisasi harus didahului dengan tindakan seleksi pada perusahaan dan


berdasarkan kriteria yang ditetapkan, antara lain mengenai:
a. BUMN yang memenuhi syarat untuk diikutsertakan dalam program Privatisasi;
b. Program tahunan privatisasi kepada komite Privatisasi
c. Konsultasi dengan DPR dan Kementerian/Lembaga terkait;
d. Pelaksanaan Privatisasi.
2) Bagi perusahaan yang telah terpilih dan memenuhi kriteria yang telah ditentukan, setelah
mendapat rekomendasi dari Menteri Keuangan, selanjutnya disosialisasikan kepada
masyarakat dan dikonsultasikan dengan DPR.Konsultasi dengan DPR untuk mengurangi
resistensi dari masyarakat Indonesia dan diharapkan pelaksanaan privatisasi dapat berjalan
dengan lancar.
3) Dana hasil privatisasi BUMN dialokasikan ke berbagai bagian yang diatur dalam
UU BUMN. Hasil privatisasi dengan cara menjual saham milik negara disetorkan langsung ke Kas Negara.
Dana hasil Privatisasi tersebut merupakan hasil divestasi saham milik negara. Sedangkan untuk
penjualan saham baru, dananya disetorkan ke kas perseroan. Bagi hasil dari privatisasi anak perusahaan
BUMN, hasil privatisasi tersebut dapat ditetapkan sebagai dividen interim. Hasil privatisasi harus
merupakan hasil bersih setelah dikurangi pelaksanaan privatisasi. Biaya pelaksanaan privatisasi harus
memperhatikan prinsip keadilan, transparansi, dan akuntabilitas.

AKU AKU AKU. KESIMPULAN


Berdasarkan uraian tentang konsep kebijakan privatisasi di Indonesia seperti yang telah diuraikan di
atas,
di atas, dapat disimpulkan beberapa hal penting sebagai berikut, pertama Privatisasi dapat
dilihat dari berbagai perspektif, seperti: politik-filosofis yang berarti “tindakan mengurangi
peran pemerintah, atau meningkatkan peran sektor swasta, dalam kegiatan atau dalam

31Pasal 74 UU BUMN.
32Pasal 75 UU BUMN.
33Pasal 78 UU BUMN.

317
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

kepemilikan aset.", dalam pengertian ideologis privatisasi "sebuah preferensi untuk kepemilikan
pribadi daripada kepemilikan publik. Para ekonom mengklaim bahwa efisiensi adalah ide utama
privatisasi karena perusahaan swasta selalu lebih efisien daripada perusahaan publik.
Menciptakan kembali Tata Kelolaadalah gagasan penataan kembali
pemerintahan, dengan reinventing birokrasi berdasarkan sistem kewirausahaan, yaitu
menciptakan organisasi dan sistem publik yang update terus menerus, meningkatkan
kualitas, melakukan reformasi yang bertujuan untuk membuat pemerintah siap
menghadapi tantangan dan menciptakan organisasi yang mampu meningkatkan
efektivitas mereka di masa depan. ..KeduaUUD 1945 memberikan dasar bahwa
penyelenggaraan cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara dengan mendirikan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Selain menjalankan fungsi sosial yaitu
memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, BUMN juga
memposisikan diri sebagai salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian
nasional bersama-sama dengan dunia usaha swasta dan koperasi.

Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan


eksistensinya dalam perkembangan perekonomian dunia yang semakin terbuka
dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya perusahaan dan
profesionalisme, antara lain melalui peningkatan pengelolaan dan pengawasannya.
Pengelolaan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip
tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance), yang salah satu
upayanya adalah dengan melakukan privatisasi. Sesuai dengan ketentuan UU
BUMN, privatisasi adalah penjualan saham Persero, baik sebagian maupun
seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan, meningkatkan manfaat bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. .
Berdasarkan kesimpulan tersebut penulis memberikan saran terlebih
dahulu Mengenai kebijakan privatisasi di Indonesia, penting untuk melihat
kebijakan privatisasi BUMN yang telah diambil pemerintah secara komprehensif,
mulai dari sistem ekonomi nasional berdasarkan Pancasila dan konstitusi
hingga perlunya privatisasi sebagai upaya untuk mengoptimalkan kualitas
pelayanan dan meningkatkan keuntungan dari produk atau jasa yang
ditawarkan. dihasilkan oleh BUMN. Hal ini berlaku baik bagi pengambil
keputusan pemerintah, perusahaan swasta sebagai mitra dalam kegiatan
privatisasi BUMN, maupun masyarakat sebagai warga negara yang berhak atas
kualitas pelayanan yang baik.

Bibliografi

Artikel
Maro'ah, Siti. (2008). Kebijakan Privatisasi dan Pengaruhnya Terhadap Makroekonomi
Indonesia,
Jurnal Neraca Ekonomi, Bisnis, Manajemen dan Akuntansi Volume 5 Nomor 9 2008,
Fakultas Ekonomi Muhammadiyah Surabaya.
Ningrum, Dian Cahya. (2004). Politik Hukum Peraturan Privatisasi dalam Undang-
Undang Nomor
19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Skripsi, Pasca Sarjana, Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
318
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)
DHARMASISYA
Jurnal Program Magister Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia
Volume 1 Nomor 1 (Maret 2020) 310-319
e-ISSN: xxxx-xxxx; p-ISSN: xxxx-xxxx

Nugraha, Safri. (2004).Privatisasi BUMN di Abad 20: Sebuah Langkah Maju atau
Ke belakang?. Jakarta: Lembaga Studi Hukum dan Ekonomi Fakultas
Hukum Universitas Indonesia.
Shirley, Mary M. Apa, Mengapa, dan Bagaimana Privatisasi: Perspektif Bank Dunia, Fordham
Tinjauan Hukum, Vol. 60 1992.
Tjager, I Nyoman,Dampak Privatisasi BUMN, Newsletter PPH, UU dan
Pembangunan, No. 70, September 2007.

Buku
Bastian, Indra. (2002). Privatisasi di Indonesia: Teori dan Implementasi, Jakarta: Salemba Empat HR, Ridwan.
(2011).Hukum Tata Usaha Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada Ilmar, Aminuddin. 2012. Hak Menguasai Negara
dan Privatisasi BUMN.Jakarta: Laporan Kencana Biro Analisis Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Sekjen DPR RI Tahun 2014
Mangkusbroto, Kuntoro. (2011).Privatisasi Sebagai Tren di Lingkungan Bisnis
BUMN.Jurnal Manajemen Teknologi, Volume 10, Nomor 2.
Marbun, SF. Dll (2001). Dimensi Pemikiran Hukum Tata Usaha Negara. Yogyakarta:
Pers UII
Plastik, Peter dan David Osborne. (2000). Mengusir Birokrasi: Lima Strategi untuk Menemukan Kembali
Pemerintah, diterjemahkan oleh Abdul Rosyid dan Ramelan, Pemangkasan Birokrasi:
Lima
Strategi Menuju Tata Kelola Kewirausahaan, Jakarta: Penerbit PPM.
PT. Danreksa. (1994). Pengalaman dan Tantangan Pasar Modal Indonesia, Jakarta: Institusi
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rasyid, Abdul. (1995). Birokrasi Kewirausahaan: Transformasi Jiwa Wirausaha menjadi
Sektor publik, Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.
Sibuea, Hotma P. (2010). Asas Rule of Law, Policy Regulation, dan Asas Umum Good
Governance, Jakarta: Erlangga Publisher.
Surya, Indra, dan Irsan Nasarudin. (2004). Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta:
tanggal.
Wrihatnolo, Randy R Randy R Rian Nugroho Dwidjowijito. (2008).Privatisasi Manajemen
BUMN. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Internet
Harvard Bisnis ulasan, melakukan Privatisasi Melayani Itu
publik Minat?,

https://hbr.org/1991/11/does-privatization-serve-the-public- diunduh bunga pada


tanggal 18 Maret 2018
Thatcher,Margaret, The Telegraph,: satu kebijakan yang menyebabkan lebih dari 50 perusahaan
dijual
atau
diprivatisasi,https://www.telegraph.co.uk/finance/comment/alisairosborne/
9980292/Margaret-Thatcher-satu-kebijakan-yang-menyebabkan-lebih-dari-50-
perusahaan-dijual-atau-diunduh pada 18 Maret 2018

Peraturan
Indonesia, UUD 1945
Indonesia, Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik
Negara, Asing Nomor 7 Tahun 2003, TLN 4297
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2005 tentang Tata Cara Privatisasi Perusahaan
Perusahaan (Persero), LN Nomor 79 Tahun 2005, TLN 4528
319
DHARMASISYA Vol. saya N0. 1 (Maret 2020)

Anda mungkin juga menyukai