Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

Nama Mahasiswa : Ananda Josua Triagus Pahala Butar Butar (406202121)


Dokter Pembimbing : dr. Zuriah Hidajati, Sp.A, M.Si.Med
Periode : 15 Agustus 2022 – 09 Oktober 2022

1. Klasifikasi Epilepsi
ILAE (1989) membagi menurut etiologi epilepsi dapat dibagi menjadi:
• Epilepsi atau sindrom epilepsi idiopatik
Epilepsi tanpa adanya kelainan struktur otak dan tidak ditemukan defisit
neurologi. Faktor genetik diduga berperan pada tipe ini dan biasanya khas
mengenai usia tertentu.
• Epilepsi atau sindrom epilepsi simtomatik
Epilepsi yang disebabkan satu atau lebih kelainan anatomi dan ditemukan
defisit neurologi.
• Epilepsi atau sindrom epilepsi kriptogenik
Epilepsi atau sindrom epilepsi yang diasumsikan simtomatik tetapi etiologi
masih belum diketahui. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan (pemeriksaan
pencitraan, genetik, metabolik) klasifikasi kriptogenik banyak yang dapat
digolongkan sebagai epilepsi simtomatik.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak


Periode 15 Agustus – 9 Oktober 2022
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG 1
Epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi, yaitu :
1. Kejang parsial/fokal : Berasal dari sebagian kecil dari otak atau satu
hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan
kesadaran penderita umumnya masih baik.
a) Kejang parsial sederhana : Gejala yang timbul berupa kejang
motorik fokal, femnomena halusinatorik, psikoilusi, atau emosional
kompleks. Pada kejang parsial sederhana, kesadaran penderita masih baik.
b) Kejang parsial kompleks : Gejala bervariasi dan hampir sama
dengan kejang parsial sederhana, tetapi yang paling khas terjadi adalah
penurunan kesadaran dan otomatisme
2. Kejang umum : Berasal dari sebagian besar dari otak atau kedua hemisfer
serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran penderita
umumnya menurun.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak


Periode 15 Agustus – 9 Oktober 2022
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG 2
a. Kejang Absans : Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan
mendadak disertai amnesia. Serangan tersebut tanpa disertai peringatan
seperti aura atau halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi.
b. Kejang Atonik : Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total
pada otot anggota badan, leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat singkat
atau lebih lama.
c. Kejang Mioklonik : Ditandai dengan kontraksi otot bilateral
simetris yang cepat dan singkat. Kejang yang terjadi dapat tunggal atau
berulang.
d. Kejang Tonik-Klonik : Sering disebut dengan kejang grand mal.
Kesadaran hilang dengan cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif
di seluruh otot. Mata mengalami deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 -
20 detik dan diikuti oleh fase klonik yang berlangsung sekitar 30 detik.
Selama fase tonik, tampak jelas fenomena otonom yang terjadi seperti dilatasi
pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut jantung.
e. Kejang Klonik : Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang
mioklonik, tetapi kejang yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya
sampai 2 menit.
f. Kejang Tonik : Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita
sering mengalami jatuh akibat hilangnya keseimbangan.

2. Sindrom Landau-Kleffner (acquired epileptic aphasia)


Salah satu kelainan langka yang ditandai dengan afasia reseptif dan ekspresif
yang didapat serta adanya serangan epilepsi. Ini juga dikenal sebagai 'sindrom
afasia didapat dengan gangguan kejang,' atau 'afasia didapat pada masa
kanak-kanak dengan epilepsi.
LKS biasanya dimulai pada anak-anak antara 2 dan 8 tahun. Usia onset yang
paling umum adalah usia 5 hingga 7 tahun. Ini mempengaruhi kedua jenis
kelamin. Hilangnya kemampuan berbicara secara perlahan atau tiba-tiba
untuk memahami ucapan atau suara yang familiar biasanya terlihat pada anak
yang telah berkembang dengan tepat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak


Periode 15 Agustus – 9 Oktober 2022
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG 3
 Jenis kejang yang paling umum terlihat pada LKS adalah kejang
motorik fokal.
 Kejang fokal dapat menjadi kejang tonik-klonik yang melibatkan
seluruh tubuh.
 Kejang biasanya terjadi saat tidur atau electrical status epilepticus
during sleep.
 Gambaran EEG didapatkan gelombang paku dan gelombang tajam
sentotemporal bilateral yang menyebar menjadi umum.
 Meskipun biasanya paling memengaruhi pemahaman anak tentang
bahasa lisan, hal itu dapat memengaruhi pemahaman bicara dan
kemampuan berbicara. Ini juga dapat memengaruhi kemampuan
mengenali suara secara umum. Anak-anak mungkin tampak tuli
karena ketidakmampuan untuk memahami bahasa lisan, tetapi tes
pendengaran yang terperinci adalah normal.
 Masalah defisit perhatian – dengan atau tanpa hiperaktif, kecemasan,
dan agresi – dapat ditemukan pada hampir 8 dari 10 anak.

3. Obat Anti Epilepsi


Sebelum memulai pemberian OAE, diagnosis epilepsi atau sindrom epilepsi
harus pasti. Respons individu terhadap OAE tergantung dari tipe kejang,
klasifikasi dan sindrom epilepsi, serta harus dievaluasi setiap kali kunjungan.
Pemberian OAE harus mempertimbangkan risiko dan manfaat.
1. Kapan memulai obat antiepilepsi
Mayoritas anak dengan first unprovoked seizures tidak akan mengalami
kekambuhan. Anak dengan hasil pemeriksaan EEG normal dan kejang awitan
dini pada saat terjaga, mempunyai angka kekambuhan dalam 5 tahun sebesar
21%. Faktor risiko kekambuhan adalah etiologi simtomatik, hasil
pemeriksaan EEG abnormal, riwayat kejang demam, dan usia kurang dari 3
tahun.
Suatu studi jangka panjang menunjukkan hampir separuh anak yang
mengalami kejang tonik-klonik umum akan mengalami remisi spontan tanpa
terapi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak


Periode 15 Agustus – 9 Oktober 2022
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG 4
Suatu studi klinis acak tersamar dengan jumlah sampel besar menunjukkan
bahwa pada anak dengan kejang tonik-klonik umum tanpa pencetus pertama
kali (first unprovoked generalize tonic-clonic seizure), pemberian terapi OAE
segera setelah kejang pertama dibandingkan dengan menunggu sampai kejang
berulang (kedua) tidak mengubah prognosis jangka panjang dalam hal relaps,
serta memiliki angka remisi yang sama.
Manfaat pemberian OAE setelah first unprovoked seizures tampaknya
hanya mengurangi kejang dalam waktu singkat, tetapi tidak mempengaruhi
angka kekambuhan jangka panjang.
2. Pilihan obat antiepilepsi
Pada epilepsi yang baru terdiagnosis, semua kelompok usia, dan semua jenis
kejang, beberapa uji klinik acak menunjukkan bahwa karbamazepin, asam
valproat, klobazam, fenitoin, dan fenobarbital efektif sebagai OAE, namun
penelitian tersebut tidak dapat membuktikan perbedaan yang bermakna antara
obat-obat tersebut dalam hal efikasi obat-obat tersebut. Selain efikasi, efek
samping OAE pun harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum memilih
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah cost-effectiveness. World Health
Organization merekomendasikan fenobarbital sebagai terapi pilihan kejang
fokal dan tonik-klonik umum pada negara dengan sumber daya terbatas OAE.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak


Periode 15 Agustus – 9 Oktober 2022
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG 5
Reaksi idiosinkrasi OAE biasanya timbul pada awal terapi, tetapi dapat
juga timbul kapanpun dan cukup serius. Rash/ruam adalah efek samping yang
sering terjadi pada anak dan berkaitan dengan karbamazepin, fenitoin dan
lamotrigin. Sindrom hipersensitivitas berat yang mengancam jiwa dapat
terjadi, meskipun jarang.
a. Peningkatan berat badan
Valproat berkaitan dengan penambahan berat badan pada anak dan remaja.
Kelebihan berat badan pada awal terapi merupakan prediktor yang bermakna
untuk peningkatan berat badan selanjutnya selama pemakaian obat tersebut.
b. Gangguan kognitif
Orangtua kerap melaporkan perubahan fungsi kognitif akibat efek samping
OAE, namun beberapa studi berkualitas tinggi menunjukkan bahwa tidak
terdapat gangguan kognitif pada pemberian klobazam, valproat,
karbamazepin, atau fenitoin. Fenobarbital dapat menyebabkan gangguan
kognitif pada anak.
c. Hipertorfi gusi
Hipertrofi atau pembesaran gusi sering berkaitan dengan fenitoin, namun
jarang terjadi pada natrium valproat dan vigabatrin. Hal tersebut dapat
dicegah dengan higiene oral yang baik, yang pada beberapa anak cukup sulit,
terutama pada anak dengan kesulitan fisik dan belajar.
d. Gangguan fungsi hati
Asam valproat berhubungan dengan peningkatan enzim transaminase hati
dan kadar amonia darah namun biasanya asimtomatik. Peningkatan enzim
transaminase kurang dari tiga kali nilai normal dan asimtomatik tidak
memerlukan penghentian OAE. Bila kadar enzim transaminase meningkat
lebih dari tiga kali, maka kadarnya perlu diulang beberapa minggu kemudian
dan OAE dihentikan bila kadarnya meningkat secara cepat dan simtomatik.
Hepatotoksisitas akibat asam valproat biasanya terjadi pada anak berusia
kurang dari 3 tahun dan terjadi dalam 6 bulan pertama pemberian. Namun
seringkali anak-anak tersebut tidak hanya mendapat asam valproat, tetapi
mendapat politerapi, serta diduga terdapat kelainan metabolik yang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak


Periode 15 Agustus – 9 Oktober 2022
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG 6
mendasari, misalnya defek siklus urea, asiduria organik, storage disease, atau
kelainan metabolik bawaan lainnya.
e. Leukopenia dan agranulositosis
Penggunaan karbamazepin berhubungan dengan leukopenia yang terjadi
dalam 2-3 bulan pertama terapi. Anemia dan agranulositosis dilaporkan dapat
terjadi namun sangat jarang, dengan perkiraan insidens 2 dari 575.000
paparan. Pada keadaan leukopenia dan agranulositosis, jumlah leukosit dan
hitung jenis diulang setiap 3-4 minggu mencapai nilai normal. Jika nilai
absolute neutrophil count (ANC) kurang dari 1000, maka pemberian
karbamazepin harus dihentikan.
f. Asidosis metabolik
Topiramat dapat mencetuskan asidosis metabolik kronik ringan sampai
sedang pada dua pertiga anak serta dapat mencetuskan nefrolitiasis. Risiko
asidosis metabolik meningkat bila terdapat kondisi yang merupakan
predisposisi asidosis metabolik, misalnya kelainan ginjal dan penggunaan diet
ketogenik. Topiramat dikurangi dosisnya atau dihentikan pemberiannya bila
terjadi asidosis metabolik berat.
Pemilihan As. Valproat pada kasus pasien ini karena memiliki ESO kronik
minimal dibandingkan obat lain yaitu karbamazepine, fenitoin dan
fenobarbital. As. Valproat memiliki ES minimal seperti tidak mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif, tidak mengakibatkan hipertrofi gusi, tidak
mengakibatkan gangguan hematologi serta tidak megakibatkan asidosis
metabolik. Keuntungan Asam Valproat dapat meningkatkan napsu makan
sehingga berguna untuk meningkatkan berat badan pasien serta lebih murah
(low cost).

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Anak


Periode 15 Agustus – 9 Oktober 2022
RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG 7

Anda mungkin juga menyukai