Anda di halaman 1dari 4

‫بسم اهلل الرمحن الرحيم‬ akan laporkan (kamu) kepada Rasulullah

shallallahu 'alaihi wa sallam.”


Bahaya Melecehkan Agama
‘Auf pun pergi menghadap Rasulullah
Ibnu Umar, Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin shallallahu 'alaihi wa sallam untuk melaporkan
Aslam dan Qataadah meriwayatkan hadits – hal itu, namun ternyata Al Qur’an telah turun
hadits-hadits mereka dirangkum- sebagai lebih dulu memberitahukan hal tersebut.
berikut: Orang itu kemudian datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wa sallam, sedangkan Beliau
،‫ مَا َرَأْيَنا ِمْثَل ُقَّرِائَنا َهُؤَالِء‬:‫ال َرُجٌل ِفي َغْزَوِة َتُبْوَك‬ َ ‫َأَّنُه َق‬ sudah beranjak dari tempatnya dan
‫ َوَال َأْجَبُن ِعْندَ اللَِّقاءِ ـ‬،ً‫سنا‬ ُ ‫ب َأْل‬
ُ ‫ َوَال َأْكَذ‬،ً‫َأْرَغبُ ُبُطْونا‬ menunggangi untanya. Orang itu berkata,
“Wahai Rasulullah! Kami hanya
‫حَابُه ْالُقَّرَاء ـ‬ َ‫ص‬ ْ ‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم َوَأ‬ ِ ‫َيعِْني َرُسْوَل‬ bersendagurau dan berbincang-bincang saja
sebagaimana berbincangnya sebuah kafilah
،‫ك مَُنِافٌق‬ َ ‫ َوَلكَِّن‬،‫ت‬ َ ‫ كَذَْب‬:‫ك‬ ٍ ‫ف ْبُن مَِال‬ ُ ‫ال َلُه َعْو‬ َ َ‫َفق‬ untuk melupakan kelelahan dalam
ٌ ‫ فََذَهبَ َعْو‬.‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
‫ف‬ ِ ‫َلأُْخِبُرَّن َرُسْوَل‬ perjalanan.”
Ibnu Umar berkata, “Sepertinya aku melihat
َ ‫خِبَرُه َفَوَجدَ ْالقُْر‬
‫آن‬ ْ ‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم ِلُي‬ ِ ‫ىل َرسُْوِل‬ َ ‫ِإ‬ orang itu berpegangan dengan tali pelana unta
‫اهلل صلى اهلل‬ ِ ‫ىل َرُسْوِل‬ َ ‫ك الرَُّجُل ِإ‬ َ ‫جَاء َذِل‬ َ َ‫ ف‬.‫َقدْ سََبَقُه‬ Rasulullah, dan kedua kakinya tersandung
bebatuan hingga terluka, sambil berkata,
‫ يَا َرسُْوَل‬:‫ال‬ َ َ‫ َفق‬،‫حَل َوَرِكبَ َناقََتُه‬ َ ‫عليه وسلم َوَقِد ْارَت‬ “Sesungguhnya kami hanya bersendagurau
dan bermain-main saja”, Maka Rasulullah
‫ َنْقَطُع‬،‫ب‬ ِ ‫ث َحِدْيثَ الرَّْك‬ ُ ‫حَّد‬ َ ‫ض َوَنَت‬ُ ‫خْو‬ ُ ‫اهلل! إَِّنَما ُكَّنا َن‬
ِ shallallahu 'alaihi wa sallam berkata
ً‫ كََأِّني َأْنُظُر ِإَلْيِه ُمَتعَِّلقا‬:‫ فََقالَ ْابُن ُعمَُر‬.‫الطِرْيِق‬ َّ َ‫ِبِه َعَناء‬ kepadanya:

‫ َوِإَّن‬،‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬ ِ ‫سـعَِة َناقَِة َرسُـ ْـوِل‬ َ ‫ِبَن‬ "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan
Rasul-Nya kamu berolok-olok?"
ُ ‫خْو‬
‫ض‬ ُ ‫ إَِّنَما ُكَّنا َن‬:‫ب ِرْجَلْيِه – َوُهَو َيُقْوُل‬ ُ ِ‫ارَة َتْنك‬ َ‫ج‬ َ‫ح‬ِ ‫ْال‬ Beliau tidak menoleh kepadanya dan tidak
:‫اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬ ِ ‫ب – َفَيقُْوُل َلُه َرُسْوُل‬ ُ َ‫َوَنْلع‬ berkata lebih dari itu.” (Hadits Hasan,
diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir,
‫(َأبِالل ِّه َوآيَاتِِه َو َر ُسولِ ِه ُكنتُ ْم تَ ْسَت ْه ِزُؤ َن) مَا َيلْتَِفتُ ِإَلْيِه‬ Ibnu Mardawaih dan Abusy Syaikh)
‫َوَما َيِزْيدُُه َعلَْيِه‬. Kata-kata “Kami hanya bersendagurau dan
berbincang-bincang saja” maksudnya kami
Bahwa dalam perang Tabuk ada seorang yang benar-benar tidak bermaksud menghina, yang
berkata, “Kami tidak pernah melihat orang- kami ucapkan hanyalah sendagurau dan main-
orang seperti halnya para pembaca Al Qur’an main saja sebagaimana berbincangnya sebuah
ini, di mana mereka adalah orang yang paling kafilah untuk melupakan kelelahan dalam
besar perutnya (rakus), paling dusta lisannya perjalanan.
dan paling pengecut ketika bertemu musuh
Ketika itu turunlah surat At Taubah ayat 65-66
(yang dimaksud adalah Rasulullah shallallahu
yang berbunyi:
'alaihi wa sallam dan para sahabatnya).”
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka
Maka ‘Auf bin Malik mengatakan, “Kamu
(tentang apa yang mereka lakukan itu),
dusta! Kamu adalah munafik. Sungguh saya
tentulah mereka akan manjawab,

1
"Sesungguhnya Kami hanyalah bersendagurau Hal ini menunjukkan bahwa di antara
dan bermain-main saja." Katakanlah: permintaan maaf, ada yang tidak pantas
"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan diterima maafnya, yakni jika dimaafkan bukan
Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"--- malah memperbaiki dirinya, tetapi malah
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu semakin jauh dari kebaikan. Meskipun hukum
kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan asalnya, jika ada yang meminta maaf harus
segolongan kamu (lantaran mereka taubat), dikasihani dan dimaafkan, namun orang yang
niscaya Kami akan mengazab golongan (yang seperti ini tidak layak dimaafkan.
lain) disebabkan mereka adalah orang-orang
Ayat di atas juga menunjukkan bahwa sikap
yang selalu berbuat dosa. (terjemah At
tegas perlu dilakukan pada saatnya. Oleh
Taubah: 65-66)
karena itu, hendaknya seseorang bersikap
Abu Bakr bin Al ‘Arabiy mengatakan, “Kata- tegas pada saat dibutuhkan ketegasan dan
kata mereka tidak lepas dari keseriusan atau bersikap lunak pada saat dibutuhkan sikap
hanya main-main, namun bagaimana pun juga lunak. Akan tetapi hukum asal dalam
itu adalah kekufuran, karena bermain-main bermuamalah dengan musuh-musuh Allah
dengan melakukan kekufuran adalah sebuah adalah bersikap tegas atau keras. Sebagaimana
kekufuran tanpa ada perselisihan lagi di firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam
kalangan ummat.” menyifati Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam dan para sahabatnya:
Ayat “Katakanlah: "Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu “Muhammad itu adalah utusan Allah dan
berolok-olok?” adalah pertanyaan untuk orang-orang yang bersamanya bersikap keras
mengingatkan dan menampakkan keanehan; terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
yakni apa pantas mereka mengolok-olok sayang sesama mereka.” (terjemah Al Fat-h:
perkara yang sangat agung ini dan bagaimana 29)
bisa kebenaran dijadikan bahan olok-olokan.
Namun, menggunakan kelembutan untuk
Ayat "Apakah dengan Allah” yakni dengan mendakwahkan dan mengajak mereka kepada
Dzat-Nya, nama-nama-Nya dan sifat-Nya. Islam bisa saja menjadi baik.
Dan dengan “Ayat-ayat-Nya” Misalnya Sedangkan ayat “Karena kamu kafir sesudah
mengolok-olok Al Qur’an, mengolok-olok beriman” Syaikh As Sa’diy berkata, "Hal itu
pahala atau siksa yang disebutkan dalam Al karena sesungguhnya mengolok-olok Allah
Qur’an, atau mengolok-olok salah satu ajaran dan Rasul-Nya adalah kekufuran yang
Islam seperti shalat, zakat, puasa dan hajji. mengeluarkan dari Islam, juga karena pokok
agama itu didasari atas pengagungan kepada
Termasuk ke dalamnya mengolok-olok ayat-
Allah, juga memuliakan agama-Nya dan
ayat Allah yang kauniyyah seperti mengolok-
Rasul-Nya. Mengolok-olok salah satunya
olok ketetapan Allah, misalnya mengatakan,
menafikan hal itu dan sangat bertentangan
“Mengapa Allah menciptakan barang yang
sekali.”
membahayakan ini?” dengan nada mengolok-
olok. Al Fakhrur Raaziy dalam Tafsir Al Kabir
mengatakan, “Sesungguhnya mengolok-olok
Ayat “Tidak usah kamu minta maaf, karena
agama bagaimana pun juga adalah kekufuran
kamu kafir sesudah beriman” yakni karena
kepada Allah. Hal itu, karena mengolok-olok
kata-kata yang diucapkannya itu.
adalah merendahkan, sedangkan tolok ukur
utama dalam keimanan adalah rasa
2
pengagungan kepada Allah semampu Nya atau Al Qur’an kita tertawa-tawa dan
mungkin, dan mustahil keduanya bersatu.” bercanda atau bahkan sampai menjadikannya
sebagai bahan olok-olokan –wal ‘iyadz billah-.
Ayat “Jika Kami memaafkan segolongan
Hal ini adalah haram dan salah satu sifat orang
kamu, niscaya Kami akan mengazab golongan
munafik; sifat orang-orang yang tidak
(yang lain)” Yakni tidak bisa dima’afkan
mengagungkan Allah dan tidak memuliakan
semuanya dan segolongan di antara kamu
syi’ar-syi’ar agama-Nya.
perlu dihukum. Meskipun kalau mereka
bertobat, maka tobatnya diterima. Bagi yang hadir di majlis seperti ini, wajib
pergi meninggalkan sebagai bentuk
Syaikh As Sa’diy berkata, “Dan bahwa barang
pengingkaran. Allah Azza wa Jalla berfirman:
siapa yang mengolok-olok salah satu bagian
dari kitab Allah atau sunnah Rasul-Nya yang “Dan sungguh Allah telah menurunkan
sah atau merendahkannya, mencacatkannya ketentuan kepada kamu di dalam Al Quran
atau ia mengolok-olok Rasul atau bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat
merendahkannya, maka ia telah kafir kepada Allah diingkari dan diperolok-olokkan, Maka
Allah Yang Maha Agung, dan bahwa tobat janganlah kamu duduk beserta mereka,
diterima dari setiap dosa meskipun besar.” sehingga mereka memasuki pembicaraan yang
lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu
Perlu diketahui, bahwa kekufuran yang
berbuat demikian), tentulah kamu serupa
mengeluarkan dari Islam ini adalah jika olok-
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan
olok atau penghinaan itu ditujukan kepada
mengumpulkan semua orang-orang munafik
agama Islam (seperti ditujukan kepada Allah,
dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.”
Rasul-Nya dan Al Qur’an). Namun jika yang
(terj. An Nisaa’: 16)
ditujukan adalah keadaan beragama seseorang,
maka ia tidak kafir, hanyasaja ia perlu Perkataan para ulama tentang kufurnya
diberitahu bahwa ini termasuk ajaran Islam. mengolok-olok (menghina) Allah, Rasul-
Nya dan Al Qur’an
Contohnya adalah ketika seorang muslim yang
berjanggut lewat karena mengamalkan ajaran Ibnu Qudamah dalam Al Mughniy (10/103)
Islam. Lalu ada seorang yang mengolok- mengatakan, “Dan barangsiapa yang memaki
oloknya karena tidak mengetahui bahwa Allah Ta’ala, maka ia kafir baik bercanda
‘membiarkan janggut tumbuh’ adalah bagian atau serius. Demikian juga orang yang
dari ajaran Islam, maka orang ini tidak kafir. mengolok-olok Allah Ta’ala, ayat-ayat-Nya,
rasul-rasul-Nya atau kitab-kitab-Nya.”
Namun jika ia sudah mengetahui bahwa itu
termasuk ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi Syaikh Sulaiman bin Abdullah Alusy Syaikh
wa sallam, ia pun mengakuinya dan mengatakan, “Maka barangsiapa yang
mengetahui bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa mengolok-olok Allah, kitab-Nya, rasul-Nya
sallam melakukan demikian, lalu ia mengolok- atau agama-Nya, maka ia kafir meskipun
oloknya atau mengolok-olok orang yang hanya main-main tidak bermaksud serius
mengamalkan ajaran Islam itu padahal ia tahu, menurut ijma’ (kesepakatan).”
maka sama saja ia mengolok-olok Rasulullah
Syaikh Sa’id bin Hijiy Al Hanbaliy
shallallahu 'alaihi wa sallam.
mengatakan, “Adapun pembatal
Demikian juga, kita harus berhati-hati dalam Laailaahaillallah maka sulit dijumlahkan,
berbicara; jangan sampai ketika berkata-kata ….siapa saja yang menyekutukan Allah dan
yang di sana disebutkan nama Allah, Rasul- menolak rubiyyah-Nya…, juga siapa saja yang

3
mengaku nabi, membenarkan orang yang Bercanda boleh-boleh saja, namun dengan
mengakuinya atau mengingkari hari syarat:
kebangkitan, atau memaki Allah dan Rasul-
1. Tidak bercanda yang mengandung nama
Nya, atau pun mengolok-olok Allah, kitab-
Allah, ayat-ayat-Nya, Sunnah Rasul-Nya
kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya maka ia kafir.”
atau syi’ar-syi’ar Islam dan perkara-
Syaikh Ibnu ‘Utsamin mengatakan, perkara yang termasuk bagian Islam.
“Mengolok-olok agama Allah, memaki agama
2. Bercanda tersebut isinya benar, tidak
Allah, atau memaki Allah dan Rasul-Nya atau
dusta. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
bahkan mengolok-olok keduanya adalah
sallam bersabda:
kekufuran yang mengeluarkan dari Islam.”
ْ َ‫ب ; لِي‬
‫ك بِـ ـ ـ ِـه‬ ِ ِِ
Beliau juga mengatakan, “Perbuatan ini, yakni َ ‫ضـ ـ ـ َح‬ ُ ‫َويْـ ـ ـ ٌـل للَّذي حُيَـ ـ ــد‬
ُ ‫ َفيَ ْـكـ ــذ‬,‫ِّث‬
mengolok-olok Allah, Rasul-Nya, kitab-Nya
atau agama-Nya meskipun bercanda atau ُ‫ مُثَّ َويْ ٌل لَه‬,ُ‫ َويْ ٌل لَه‬,‫اَلْ َق ْو ُم‬
dengan maksud agar orang-orang tertawa “Celakalah orang yang berbicara dengan
adalah sebuah kekufuran dan kemunafikan.” berdusta, hanya sekedar untuk membuat
Contoh Istihzaa’ (mengolok-olok) orang-orang tertawa, celakalah dia,
kemudian celakalah dia,” (HR. Tiga orang
Istihzaa’ atau mengolok-olok terbagi menjadi ahli hadits, dihasankan oleh Syaikh Al
dua bagian: AlBani dalam Shahih At Tirmidzi 2315)
1. Istihzaa’ yang sharih (tegas). 3. Tidak menyakiti perasaan orang lain.
Contoh istihza’ yang sharih adalah pada
kata-kata orang munafik dalam hadits di Abu Yahya Marwan
atas, “Kami tidak pernah melihat orang-
Maraaji’: Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir (oleh jama’ah para
orang yang seperti para pembaca Al ulama), Syarh Kitab At Tauhid (Syaikh Shalih Abd. Aziz),
Qur’an ini, di mana mereka adalah orang Taisirul Kariimir Rahman (Syaikh As Sa’diy), AL Qaulul
yang paling besar perutnya (rakus), paling Mufiid (Syaikh Ibnu ‘Utsaimin), Nawaaqidhul Iman (Dr.
Abdul ‘Aziz ‘Ali Al ‘Abdul Lathiif), Tafsir Al Qurthubiy,
dusta lisannya dan paling pengecut ketika At Tibyaan Syarh Nawaaqidhil Iman (Syaikh Sulaiman Al
bertemu musuh (yang dimaksud adalah ‘Ulwaan), As Saiful Battar (Mamduh bin ‘Ali), Etika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seorang muslim (terb. Darul Haq), ‘Aqidatut Tauhid (Dr.
dan para sahabat)” atau pada kata-kata Shalih Al Fauzan) dll.
sebagian orang terhadap agama Islam
“Agama kalian adalah agama yang sudah
kuno”, dsb –wal ‘iyadz billah-.
2. Istihzaa’ yang tidak sharih.
Contoh istihza’ yang tidak sharih adalah
berisyarat dengan mata atau dengan mulut
atau lisan sebagai penghinaan atau ejekan.
Misalnya mencemooh Al Qur’an sebagai
penghinaan.
Tentang bercanda

Anda mungkin juga menyukai