mendesak adalah peningkatan efektifi tas pembangunan daerah antara lain melalui
kebijakan yang koheren serta penerapan prinsip-prinsip tata-pemerintahan yang baik (good
di daerah dalam penggunaan dana pembangunan secara efisien, efektif dan akuntabel
berdasarkan standar yang jelas. Konsisten dengan kondisi dan tantangan tersebut,
Pemerintah pada periode 2010-2014 telah meletakkan titik berat pada pembangunan
Untuk itu, pada masa mendatang perlu terus diupayakan agar penggunaan dana
daerah serta PP No.55/2005 tentang dana perimbangan agar lebih sesuai dengan
pendanaan pembangunan yang berasal dari DAK (Dana Alokasi Khusus), meskipun
proporsinya terhadap keseluruhan dana perimbangan relatif kecil (sekitar 7%, APBN 2010),
tidak dapat dipungkiri bahwa bagi daerah tertentu, terutama daerah-daerah yang
kemampuan fiskalnya rendah yang sebagian besar DAU-nya terpakai untuk gaji pegawai
dan belanja tidak langsung lainnya, pendanaan melalui DAK menjadi salah satu tumpuan
harapan mereka.
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah salah satu instrumen desentralisasi fiskal
bersama-sama dengan Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH) dan jenis dana
desentralisasi lain yang tergabung dalam kelompok Dana Perimbangan. Secara teori, DAK
mempunyai tujuan untuk memberikan insentif bagi pemerintah pada level sub-nasional
tingkat nasional
Pemerintah Propinsi khususnya Gubernur sebagai wakil Pemerintah, tidak jelas peranannya
dalam pengelolaan DAK. Dengan kata lain, perencanaan DAK kurang terintegrasi kedalam
siklus dan mekanisme perencanaan pembangunan nasional dan daerah (tidak melalui
Guna agar Dana Alokasi Khusus (DAK) implementasinya semakin efektif dan efisien
dana DAK ini guna mendanai kegiatan/proyek yang menurut pemerintah daerah sangat
dibutuhkan tetapi saat dana DAK turun ternyata kegiatan yang dibutuhkan suatu daerah
tidak ditemukan dan sebaliknya, sehingga pemerintah daerah yang bergantung anggaran
2. Juklak dan juknis kementerian terkait tidak terlambat keluarnya. Sering pemerintah
daerah harus menunggu petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) baik
untuk melakukan pengajuan maupun pada saat pelaksanaan kegiatan yang keluarnya
tidak seiring dengan keluarnya dana DAK, sehingga pemerintah daerah kesulitan
3. Optimalisasi peran Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. DPD sebagai perwakilan dari
daerah maka para anggota DPD berkepentingan agar pembangunan baik fisik maupun
non fisik di daerah yang diwakili mengalami pertumbuhan kearah yang lebih baik. Sisi
yang lain anggota DPD seyogyanya paham apa yang dibutuhkan daerah. Dan tidak
jarang pemerintah daerah minta tolong kepada anggota DPD agar pemerintah pusat
Untuk itu sebaiknya anggota DPD dilibatkan dalam perencanaan dan ikut melakukan
oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Salah satu kewenangan yang diberikan
rekomendasi atas usulan DAK kabupaten/kota di wilayah provinsi. Peran dalam fungsi
capaian program dan kegiatan yang bersumber dari DAK baik fisik maupun Non fisik.
punishment berupa penundaan atau penghentian DAK dapat dilakukan jika ternyata
daerah tidak mampu memenuhi semua pelaksanaan kegiatan DAK yang direncanakan
dan tidak dapat mencapai output/outcome yang sudah ditetapkan. Sedangkan bagi