Anda di halaman 1dari 2

Ciri Penelitian Kepustakaan

Setidaknya ada empat ciri utama penelitian kepustakaan yang perlu diperhatikan
oleh mahasiswa atau calon peneliti dan keempat ciri itu akan mempengaruhi
sifat dan cara kerja penelitian.

1. Peneliti berhadapan langsung dengan teks (nash) atau data angka dan
bukan dengan pengetahuan langsung dari lapangan atau saksi mata
(eyewitness) yang berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya. Teks
memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan pendekatan tersendiri
pula. Kritik teks merupakan metode yang biasa dikembangkan dalam
studi filologi, sedang ilmu sejarah mengenal ‘metode kritik sumber’
sebagai metode dasarnya. Demikian pula studi ilmu hadis juga memiliki
semacam metode kritik teks yang khas sebagaimana yang biasa dipelajari
dalam telaah mustalah hadis. Jadi perpustakaan adalah laboratorium
peneliti kepustakaan dan karena itu teknik membaca teks (buku atau
artikel dan dokumen) menjadi bagian yang fundamental dalam penelitian
kepustakaan.
2. Data pustaka bersifat ‘siap pakai’ (ready made). Ini artinya yaitu peneliti
tidak pergi kemana mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan
bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan. Ibarat belajar
bersepeda, orang tak perlu membaca buku atau artikel tentang bagaimana
teori naik sepeda, begitu pula halnya dengan riset pustaka. Untuk
melakukan riset pustaka, orang tak perlu menguasai imu perpustakaan.
Satu-satunya cara untuk belajar menggunakan perpustakaan dengan tepat
ialah langsung saja menggunakannya. Meskipun demikian, calon peneliti
yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih perlu mengenal
seluk-beluk studi kepustakaan untuk kepentingan penelitian atau untuk
kepentingan membuat makalah.
3. Data pustaka umumnya berupa sumber sekunder, dalam arti bahwa
peneliti mendapatkan bahan dari tangan kedua dan bukan data orisinil
dari tangan pertama di lapangan. Sumber pustaka sedikit banyak
mengandung bias (prasangka) atau titik pandangan orang yang
membuatnya. Misalnya, ketika seorang peneliti berharap menemukan
data tertentu dalam sebuah monograf nagari di sebuah perpustakaan ia
mungkin dapat menemukan monografnya, tapi tak selalu dapat
menemukan informasi yang diperlukan karena informasi yang tersedia
dibuat sesuai dengan kepentingan penyusunnya. Dengan begitu, peneliti
hampir tidak selalu memiliki kontrol terhadap bagaimana data itu
dikumpulkan dan dikelompokkan menurut keperluan semula. Namun
demikian, data pustaka, sampai tingkat tertentu, terutama dari sudut
metode sejarah, juga bisa berarti sumber primer, sejauh ia ditulis oleh
tangan pertama atau oleh pelaku sejarah itu sendiri.
4. Kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti
berhadapan dengan informasi statik, tetap. Artinya kapan pun ia datang
dan pergi, data tersebut tidak akan pernah berubah karena ia sudah
merupakan data “mati” yang tersimpan dalam rekaman tertulis (teks,
angka, gambar, rekaman tape atau film). Karena alasan itu pula, maka
peneliti yang menggunakan bahan kepustakaan memerlukan pengetahuan
terknis yangg memadai tentang sistem informasi dan teknik-teknik
penelusuran data pustaka secukupnya.

Daftar pustaka

Metode Penelitian Kepustakan, Mestika Zed, 2008

Anda mungkin juga menyukai