Anda di halaman 1dari 12

1

METODOLOGI PENELITIAN
STUDI KEPUSTAKAAN DAN TEKNIK PERCOBAAN

DOSEN PENGAMPU : Dr. Ir R. Rr SRI ENDANG A. RAHAYUNINGSIH, MP

SANDRO JHONWIKS SIBUEA


CAA 117 084

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2019
2

I. STUDI KEPUSTAKAAN

1.1. Pengertian Studi Kepustakaan


Studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk
menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau
sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis
baik tercetakmaupunelektroniklain (Fernades, 1984).
Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan
diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain itu seorang
peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau
yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat
memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan
penelitiannya (Fernades, 1984).
Untuk melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatu tempat
yang tepat guna memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk
dikumpulkan, dibaca dan dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang
peneliti hendaknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan
perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan
dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya
kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk,
laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan surat kabar.
Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber yang tepat
dalam waktu yang singkat (Fernades, 1984).
Masalah penulisan dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari
pengalaman sendiri, dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dan dari
bahan¬bahan pustaka. Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti
perlu melakukan suatu kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan
tertulis yang merupakan sumber acuan untuk penelitiannya. Kegiatan ini, yang
juga disebut studi kepustakaan, merupakan suatu kegiatan penting yang harus
3

dilakukan oleh seorang peneliti baik sebelum maupun selama penelitian


berlangsung. Dalam tulisan ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan studi
kepustakaan, tujuan, sumber-sumber, hambatan, dan bagaimana melakukan
studi kepustakaan (Fernades, 1984).
Setelah menemukan masalah yang akan diteliti seorang peneliti akan
melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penelitiannya. Salah satu
diantaranya adalah melakukan studi kepustakaan, yang mungkin sudah
dirintisnya ketika masih ada dalam tahap mencari masalah
penelitian. Penggunaan pustaka untuk ditinjau secara singkat pada dasarnya
bermanfaat menunjukkan aspek ilmiah dalam penelitian yang akan
disusun. Pustaka yang digunakan idealnya adalah pustaka inti yang berkaitan
dengan topik penelitian. Pustaka juga menjadi rujukan konsep yang akan diteliti
(Scriven,1967).
Hampir semua penelitian memerlukan studi pustaka. Walaupun orang sering
membedakan antara riset kepustakaan dan riset lapangan, keduanya tetap
memerlukan penelusuran pustaka. Perbedaan utamanya hanyalah terletak pada
fungsi, tujuan  dan atau kedudukan studi pustaka dalam masing-masing riset
tersebut. Dalam riset pustaka, penelusuran pustaka lebih daripada sekedar
melayani fungsi- fungsi  persiapan kerangka penelitian, mempertajam
metodelogi  atau memperdalam kajian teoretis. Riset pustaka dapat sekaligus
memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya
tanpa melakukan riset lapangan (Fernades, 1984).
Studi kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bertujuan
untuk:    
1. Menemukan suatu masalah untuk diteliti.
2. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
3. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti. 
4. Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan
pemecahan masalah dan pemikiran untuk perumusan hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian. 
5. Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang
akan diteliti.Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya
dengan penelitian yang akan dilakukan.
4

6. Menelaah basil penelitian sebelumnya diarahkan pada sebagian atau


seluruh dari unsur-unsur penelitian yaitu: tujuan penelitian, metode,
analisis, hasil utama dan kesimpulan. Mendapat informasi tentang aspek-
aspek mana dari suatu masalah yang sudah pernah diteliti untuk
menghindari agar tidak meneliti hal yang sama (Scriven,1967).
Banyak yang menganggap bahwa riset perpustakaan identik dengan buku-
buku. Anggapan ini tidak salah namun selain buku-buku ada juga data yang
berupa dokumen, naskah kuno dan bahan non cetak lainnya. Jadi, perpustakaan
juga menyimpan karya non cetak seperti kaset,video, microfilm, mikrofis, disket,
pita magnetik, kelongsong elektronik dan lainnya. (Scriven,1967).
Langkah Langkah Melakukan Riset Kepustakaan :
Dalam melakukan riset kepustakaan, ada empat langkah yang biasa
dilakukan.
1. Langkah pertama adalah menyiapkan alat perlengkapan berupa
pensil, pulpen dan kertas catatan.
2. Langkah kedua adalah menyusun bibliografi kerja.
3. Langkah ketiga yang perlu dilakukan adalah mengatur waktu
penelitian.
4. Langkah keempat itu yang perlu dilakukan adalah membaca dan
membuat catatan penelitian. (Scriven,1967).
Yang perlu diingat, sebuah catatan bibliografis harus memuat nama
pengarang dan identitas buku lainnya.
Langkah pertama dalam studi kepustakan memberikan definisi dari setiap
variabel yang diteliti, jika terdapat 3 variabel maka ketiga variabel tersebut
didefinisikan dari minimal tiga sumber, sehingga muncul sembilan definisi lalu
dibuat suatu kesimpulan melalui definisi-definisi yang dikutip.
Langkah kedua Kerangka Teori, Teori-teori yang mendasari masalah dan
bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan.
Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-
penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi
kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-
pemikiran yang relevan dengan penelitiannya Informasi itu dapat diperoleh dari
buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan
5

disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia,


dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain(Fernades,
1984).
Seorang peneliti hendaknya mengenal atau tidak merasa asing dilingkungan
perpustakaan sebab dengan mengenal situasi perpustakaan, peneliti akan
dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber informasi tersebut, misalnya
kartu katalog, referensi umum dan khusus, buku-buku pedoman, buku petunjuk,
laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal, ensiklopedi, dan bahan-bahan
khusus lain. Dengan demikian peneliti akan memperoleh informasi dan sumber
yang tepat dalam waktu yang singkat (Fernades, 1984).
Istilah studi kepustakaan digunakan dalam ragam istilah oleh para ahli,
diantaranya yang dikenal adalah: kajian pustaka, tinjauan pustaka, kajian teoritis,
dan tinjuan teoritis. Penggunaan istilah-istilah tersebut, pada dasarnya merujuk
pada upaya umum yang harus dilalui untuk mendapatkan teori-teori yang relevan
dengan topik penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan,
maka segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian.
Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti:
mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis
dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian
Worthen, B.R. & Sanders, J.R. (1973).
6

II. TEKNIK EKSPERIMEN

1.2.TEKNIK/ METODE EKSPERIMEN


Metode penelitian eksperimen pada umumnya digunakan dalam penelitian
yang bersifat laboratoris. Namun, bukan berarti bahwa pendekatan ini tidak dapat
digunakan dalam penelitian sosial, termasuk penelitian pendidikan. Jadi,
penelitian eksperimen yang mendasarkan pada paradigma positivistik pada
awalnya memang banyak diterapkan pada penelitian ilmu-ilmu keras (hard-
science), seperti biologi dan Fisika, yang kemudian diadopsi untuk diterapkan
pada bidang-bidang lain, termasuk bidang sosial dan pendidikan.
(Fernades,1984).
Pada dasarnya, pada semua penelitian dengan menggunakan paradigma
positivistik, akan menghadapi dua pertanyaan besar, yaitu: (1) apakah hasil
penelitian ini benar atau dapat dipercaya?; dan (2) apakah kita dapat
menggeneralisasikan hasil penelitian ini kepada sejumlah subyek yang
kondisinya dianggap sama dengan subyek yang kita teliti ? Permasalahan nomor
(1) adalah berkaitan dengan validitas internal suatu hasil penelitian, sedangkan
permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan nomor (2) menyangkut
validitas eksternal suatu hasil penelitian. Penelitian eksperimen pada umumnya
lebih menekankan pada pemenuhan validitas internal, yaitu dengan cara
mengontrol/mengendalikan/mengeliminir pengaruh faktor-faktor di luar yang
dieksperimenkan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen (Fernades,1984).

Adapun faktor-faktor yang dapat mengancam validitas internal suatu hasil


penelitian eksperimen antara lain:
1. History, yaitu kejadian-kejadian tertentu yang terjadi antara pengukuran
pertama (pretest) dan kedua (post-test), selain variabel-variabel yang
dieksperimenkan (treatment).
2. Maturation (kematangan), yaitu: proses perubahan (kematangan) di dalam
diri subyek yang terjadi selama berlangsungnya eksperimen (misal: makin
trampil, makin lelah/jenuh dsb). Untuk mengatasi hal ini adalah dengan
mendisain eksperimen yang tidak terlalu lama.
7

3. Efek Testing, yaitu efek yang ditimbulkan hasil pengukuran pertama (pretest)
terhadap hasil pengukuran kedua (post-test). Cara mengatasinya adalah
dengan tidak memberikan pre-test.
4. Instrumentation, yaitu efek yang ditimbulkan akibat perubahan cara
pengukuran, perubahan pengamat, yang dapat membuat perubahan hasil
pengukuran.
5. Selection, yaitu adanya bias di dalam menentukan/memilih
responden/subyek untuk kelompok eksperimen (atau kelompok yang
diberikan perlakuan) dan kelompok control/pembanding.
6. Statistical regression, yaitu bahwa kelompok yang dipilih berdasarkan skor
yang ekstrim cenderung akan meregres ke rerata populasi.
7. Mortality, yaitu kehilangan subyek, baik pada kelompok eksperimen maupun
kelompok pembading, yaitu adanya pengurangan subyek ketika dilakukan
pengukuran terhadap dampak eksperimen/perlakuan (Fernades,1984).
Borg & Gall (1983), menyatakan bahwa penelitian eksperimen merupakan
penelitian yang paling dapat diandalkan keilmiahannya (paling valid), karena
dilakukan dengan pengontrolan secara ketat terhadap variabel-variabel
pengganggu di luar yang dieksperimenkan (Borg, 1983).
Menurut Emmory, penelitian eksperimen merupakan bentuk khusus
investigasi yang digunakan untuk menentukan variabel-variabel apa saja dan
bagaimana bentuk hubungan antara satu dengan yang lainnya. Menurut konsep
klasik, eksperimen merupakan penelitian untuk menentukan pengaruh variabel
perlakuan (independent variable) terhadap variabel dampak (dependent variable)
(Emmory, 1973).
Definisi lain menyatakan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian
yang dilakukan terhadap variabel yang data-datanya belum ada sehingga perlu
dilakukan proses manipulasi melalui pemberian treatment/perlakuan tertentu
terhadap subjek penelitian yang kemudian diamati/diukur dampaknya (data yang
akan dating) (Nisbet, 1981).
Penelitian eksperimen juga merupakan penelitian yang dilakukan secara
sengaja oleh peneliti dengan cara memberikan treatment/perlakuan tertentu
terhadap subjek penelitian guna membangkitkan sesuatu kejadian/keadaan yang
akan diteliti bagaimana akibatnya (Nisbet, 1981).
8

Penelitian eksperimen merupakan penelitian kausal (sebab akibat) yang


pem-buktiannya diperoleh melalui komparasi/perbandingan antara :
a. Kelompok eksperimen (yang diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (yang
tidak diberikan perlakuan); atau
b. Kondisi subjek sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberi perlakuan.
Penggunaan metode penelitian eksperimen pada penelitian sosial dan
pendidikan akan dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut subyek
penelitian. Dalam hal ini, penggunaan metode eksperimen ini akan menjadi
sangat rumit mengingat obyek yang diteliti menyangkut interaksi manusia dengan
lingkungan, atau interaksi antar manusia itu sendiri. Selain itu, tidak mudah untuk
mencari orang yang bersedia dengan sukarela menjadi subyek dari penelitian
eksperimen ("kelinci percobaan") (Nisbet, 1981).
Di lain pihak, penelitian eksperimen yang dilakukan di dalam kelas oleh guru
terhadap siswanya atau sebagai penelitian kelas, juga akan menghadapi
persoalan validitas hasil penelitian. Dalam hal ini, guru sebagai peneliti akan
dihadapkan pada persoalan apakah dia bisa bersikap obyektif, mengingat
sebagai peneliti dia juga sebagai manusia yang berinteraksi dengan subyek yang
diteliti, yaitu siswanya sendiri (Nisbet, 1981).
Karakteristik Penelitian Eksperimen: Berikut ini disajikan beberapa
karakteristik penelitian eksperimen, yang membedakan dengan penelitian
positivistik lainnya, yaitu:
1 .Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode penelitian yang
dianggap paling dapat menguji hipotesis hubungan sebab-akibat, atau paling
dapat memenuhi validitas internal.
2. Metode eksperimen merupakan rancangan penelitian yang memberikan
pengujian hipotesis yang paling ketat dibanding jenis penelitian yang lain.
3. Metode eksperimen merupakan penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap dampaknya dalam kondisi yang ter-
kendalikan.
4. Ciri khas yg membedakan penelitian eksperimen dg penelitian yg lain:
a. Satu atau lebih variabel bebas dimanipulasi (kondisinya dibuat berbeda,
misal: treatment dan non-treatment
b. Semua variabel lainnya, kecuali variabel perlakuan (variabel bebas),
dikendalikan (dipertahankan tetap).
9

c. Pengaruh manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan) terhadap


variabel terikat diamati, dengan asumsi karena diberi perlakuan yang
berbeda maka akan berdampak yang berbeda pula.
(Scriven, 1967).
Ruang Lingkup Penelitian Eksperimen:
1. Sebagian besar eksperimen dalam bidang pendidikan pada umumnya
dilakukan dalam rangka melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu, biasanya berkaitan dengan usaha untuk
menguji pengaruh materi, media, metode, atau praktik pendidikan yang baru
terhadap hasil belajar siswa.
2. Rancangan penelitian eksperimen pada umumnya, menggunakan variabel
tunggal:
a satu variabel perlakuan dimanipulasikan (dibuat kondisinya berbeda),
selanjutnya diamati akibat/danpak dari perlakuan tersebut terhadap 1 atau
lebih variabel tergantung.
b. Variabel yang dimanipulasikan disebut: variabel perlakuan, variabel
treatment, variabel eksperimen, atau variabel independen.
c Variabel yang merupakan akibat/dampak disebut: variabel tergantung,
variabel dependen, atau variabel dampak.
d. Masalah pokok: menentukan kelompok kontrol (pembanding) yang
sebanding (komparabel); dan membuat konstan (mengontrol/
mengendalikan) variabel-variabel non-eksperimental yang dapat
mempengaruhi variabel dampak.
Pengertian Variabel, Variabel, adalah gejala atau fakta (data) yang harganya
berubah-berubah atau bervariasi. Berikut ini dijelaskan jenis-jenis variabel yang
termasuk dalam penelitian eksperimen, yaitu:
1. Variabel Bebas/independen (variabel perlakuan/eksperimen) merupakan
variabel yang akan dilihat pengaruhnya terhadap variabel terikat/dependen,
atau variabel dampak.
2. Variabel Terikat/dependen (variabel dampak) merupakan variabel
hasil/dampak/akibat dari variabel bebas/perlakuan.
Variabel terikat umumnya menjadi tujuan penelitian, sumber masalah, yang
ingin ditingkatkan kualitasnya.
10

3. Variabel Kontrol (Pengendali) variabel yang berpengaruh terhadap variabel


terikat, tetapi pengaruhnya ditiadakan/dikendalikan dengan cara dikontrol
(diisolasi) pengaruhnya. Pengontrolan dapat dilakukan melalui
pengembangan disain penelitiannya (kondisinya dibuat sama) atau secara
statistik tertentu.
4. Variabel Moderator variabel yang mempengaruhi tingkat hubungan
(pengaruh) variabel bebas terhadap variabel terikat. Atau
hubungan/pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat memiliki nilai
yang berbeda pada level yang berbeda.Prosedur Penelitian Eksperimen
(Scriven, 1967).

Langkah-langkah penelitian eksperimen pada dasarnya sama dengan jenis


penelitian positivistik yang lain, yaitu:
1. Memilih dan merumuskan masalah, termasuk akan menguji-cobakan
perlakuan apa, dampak dampak apa yang ingin dilihat
2. Memilih subyek yang akan dikenai perlakuan dan subyek yang tidak dikenai
perlakuan.
3. Memilih disain penelitian eksperimen.
4. Mengembangkan instrumen pengukuran (instrumen untuk mengumpulkan
data)
5. Melaksanakan prosedur penelitian dan pengumpulan data.
6. Menganalisis data
7. Perumusan kesimpulan (Worthen, 1973).

Langkah Operasional Penelitian :


Sebelum peneliti mulai “on action” maka peneliti perlu melakukan:
1. Membentuk atau memilih kelompok-kelompok (kelompok yang dikenai
perlakuan dan kelompok pembanding/kelompok kontrol).
2. Memperkirakan apa yang akan terjadi pada setiap kelompok.
3. Mencoba mengontrol semua faktor lain di luar perubahan yang
direncanakan.
4. Mengamati atau mengukur efek pada kelompok-kelompok setelah perlakuan
berakhir.
11

5. Penelitian eksperimen adalah penelitian untuk menguji hipotesis. Setidak-


tidaknya dengan 1 hipotesis hubungan sebab-akibat dari 2 variabel, yaitu
variabel perlakuan dan variabel dampak.
6. Penelitian eksperimen yang paling sederhana biasanya melibatkan 2
kelompok, yaitu: (1) Kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang dikenai
perlakuan tertentu, dan (2) Kelompok kontrol atau kelompok pembanding,
yaitu kelompok yang tidak dikenai perlakuan.
7. Kelompok eksperimen menerima treatmen yang baru, suatu treatmen yang
sedang diselidiki, sedangkan Kelompok kontrol menerima treatmen yang
berbeda atau diberi treatmen seperti biasa.
8. Dua kelompok yang akan dibandingkan, yaitu kelompok yang menerima
treatmen dan kelompok yang tidak dikenai treatmen harus disetarakan
terlebih dahulu, agar dapat dipastikan bahwa adanya perbedaan pada
variabel terikat semata-mata karena pengaruh perlakuan yang diberikan
bukan karena memang sejak awalnya sudah berbeda (Worthen, 1973).
12

DAFTAR PUSTAKA

Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational research: An introduction. Fourth
Edition.New York: Longman.
Cook, T.D. & Campbell, D.T. (1979). Quasi-Experimentation: Design and analysis
issues for field settings. Chicago: Rand Mcnally College Publishing
Company.
Fernades, H.J.X. (1984). Evaluation of educational programs. Jakarta: National
Education Planning, Evaluation and Cultural Development.
Nisbet, J. (1981). The impact of research on policy and practice in education.
International Review Education, 2 (2), pp. 101 – 104.
Scriven, M. (1967). The methodology of evaluation. Chicago: Rand Mc.Nally.

Stufflebeam, D.L. (1971). Evaluation as enlightment for decisión making.


Columbus, Ohio: Ohio State University.
Tuckman, B.W. (1978). Conducting educational research. Second Edition. New
York: Harcourt Brace Javanovich, Inc.
Emorry, B.R. & Sanders, J.R. (1973). Educational evaluation: theory and
practice. California: Wadsworth Publishing Company, Inc.

Anda mungkin juga menyukai