Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL PENELITIAN

“SEJARAH LAPANGAN MERDEKA KOTA


MEDAN DARI TAHUN 1945-2021”

Disusun oleh:
Nugrah Sabam Timothy Sihotang (3193121026)

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021
BAB I
Pendahuluan

1. Latar Belakang
Kota Medan merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Mayoritas Penduduk Kota
Medan adalah suku Batak. Suku ini adalah salah satu suku yang cukup besar di Indonesia.
Bahasa Batak “horas” cukup populer didengar sebagai salam saat mereka saling bertemu atapun
menyapa orang lain.
Kota Medan terletak di bagian utara Pulau Sumatera. Posisi koordinatnya adalah 3°35′LU
dan 98°40′BT. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara dan Kabupaten Deli
Serdang di sebelah barat, timur, dan utara.
Medan menjadi tempat yang strategis sebab berada di jalur pelayaran Selat Malaka.
Dengan demikian, kota ini menjadi pintu gerbang kegiatan ekonomi domestik dan mancanegara
yang melalui Selat Malaka. Selain itu, Medan juga berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
dan juga beberapa daerah kaya sumber daya alam, mempengaruhi kemampuan Medan dalam hal
ekonomi sehingga memiliki hubungan kerjasama yang saling memperkuat dengan daerah
sekitarnya.
Luas Kota Medan adalah sekitar 26.510 hektar atau setara dengan 265,10 km². Dengan
kata lain, Kota Medan memiliki wilayah 3,6% dari keseluruhan Sumatera Utara. Kota Medan
jika diperlihatkan secara topografinya cenderung miring ke utara. Kota ini berada pada 2,5
hingga 3,5 meter di atas permukaan laut.
Beberapa Sungai yang mengaliri Kota Medan adalah Sungai Belawan, Sungai Badera,
Sungai Sikambing, Sungai Putih, Sungai Babura, Sungai Deli, Sungai Sulang-Saling, Sungai
Kera, dan Sungai Tuntungan. Pemerintah juga telah membuat kanal besar dengan nama Medan
Kanal Timur agar dapat mencegah banjir di beberapa wilayah Kota Medan. Menara Air Tirtanadi
adalah sebuah bangunan yang menjadi ikon Kota Medan.
Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Secara administratif, Medan terdiri atas 151
kelurahan dan 21 kecamatan.
Lapangan Merdeka Medan merupakan salah satu lapangan terbuka di Kota Medan.
Lapangan ini sering digunakan untuk kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti pesta rakyat,
penyuluhan, soasialisasi, lomba / kompetisi, olahraga, dan lainnya. Lapangan Merdeka dapat
menjadi salah satu pilihan warga Kota Medan untuk refreshing sekaligus olahraga.

Lapangan Merdeka dahulu disebut sebagai esplanade. Tempat berbagai kegiatan santai
masyarakat kota di lakukan. Pasar malam sering diadakan di tempat ini pada masa lalu.
Lapangan ini merupakan ruang terbuka non hijau kota Medan dan memiliki nilai sejarah
penting bagi kota Medan. Digunakan sebagai lokasi rapat umum rakyat ketika proklamasi dan
sosialisasi sumpah pemuda. Di lapangan ini juga Muhammad Hasan, Mantan Gubernur Sumatera
membacakan proklamasi Kemerdekaan untuk pertama kali pada 16 Oktober 1945.
Terdapat berbagai Pohon Trambesi di sepanjang Lapangan Merdeka. Pohon trembesi
berusia ratusan tahun tersebut konon katanya bibitnya didatangkan dari Eropa.
Di seputaran Lapangan Merdeka banyak bangunan-bangunan tua bernilai sejarah bagi
kota Medan. Sejarah perkembangan kota Medan, sejarah perekonomian kota Medan, sejarah
perkebunan kota Medan, sejarah perkeretaapian kota Medan, sejarah pusat perbelanjaan, dan
berbagai sejarah penting lainnya.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penggunaan Lapangan Merdeka pada masa awal kemerdekaan Indonesia?
2. Bagaimanakah penggunaan Lapangan Merdeka pada masa Orde Lama dan Orde Baru?
3. Bagaimanakan perubahan di dalam Lapangan Merdeka Kota Medan?
4. Bagaimanakah kondisi Lapangan Merdeka pada masa sekarang?

3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui penggunaan Lapangan Merdeka pada masa awal Kemerdekaan Indonesia
2. Mengetahui penggunaan Lapangan Merdeka pada masa Orde Lama dan Orde Baru
3. Mengetahui perubahan Lapangan Merdeka Kota Medan
4. Mengetahui kondisi Lapangan Merdeka pada masa sekarang
BAB 2
Tinjauan Pustaka

1. Tata Ruang Kota

1.1 Wilayah dan Perwilayahan


Intisari bahasan dalam wilayah dan perwilayahan selalu saja berkaitan dengan
karakteristik pembangunan berkelanjutan dari dua unsur arti berbeda. Meskipun demikian tujuan
dan fungsi yang dimiliki kedua objek studi ini memiliki kesamaan dalam menstimulasikan
bagimana proses pembangunan yang berhasil.
Kelainan yang menjadi identik menjelaskan perbedaan kedua istilah ini, yaitu jika
wilayah merupakan objek dan pewilayahan merupakan proses yang dipergunakan sebagai
tahapan-tahapan mencapai tujuan dari prosesi kebijakan atas pembangunan yang direncnakan.

1.1.1 Pengertian Wilayah


Wilayah adalah bagian dan permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu dan
setiap wilayah memiliki ciri yang berbeda. Secara subjektif wilayah adalah hasil serangkaian
buah pikiran manusia. Secara objektif wilayah bersifat nyata dan tertangkap mata tanpa
mengolah pikiran.
Wilayah dalam kajian ilmu geografi terbagi menjadi wilayah formal dan fungsional.
Wilayah formal selalu diirikan dengan adanya sesuatu yang melekat pada manusia dan alam
secara umum, misalnya kebangsaan, budaya, tipo iklim, atau bentuk lahan. Wilayah
fungsional lebih dinamis daripada wilayah formal. Wilayah fungsional lebih menekankan Pada
aspek penggunaan atau perkembangan suatu wilayah. Wilayah fungsional didasarkan atas
konsep heterogenitas. Wilayah fungsional ini sendiri dicirikan dengan adanya inter dependensi
dan interaksi gejala-gejala di wilayah yang bersangkutan.

1.1.2 Pengertian Pewilayahan


Pengertian perwilayahan merupakan proses penentuan suatu wilayah berdasarkan
kriteria, baik kualitas maupun kuantitas melalui penggabungan atau penggolongan beberapa
wilayah menjadi satu pewilayahan baru. Seperti wilayah, pewilayahan juga terdiri atas pewilayah
formal dan fungsional.
Perwilayahan formal sejatinya dapat ditentukan dari proses penentuan batas di
permukaan bumi dengan tujuan tertentu berdasarkan beberapa kriteria soporti administrasi, fisik,
sosial, dan ekonomi. Tujuan dan pewilayahan formal yakni mengelompokkan unit-unit lokal
yang memiliki ciri atau karakteristik tertentu yang seragam.
Perwilayahan fungsional adalah proses penentuan berdasarkan hubungan titik-titik pusat
pertumbuhan pada unit wilayah dengan pusat pertumbuhan. Dengan demikian, pewilayahan
fungsional lebih menitikberatkan adanya arus hubungan dengan titik pusat.

1.2 Konsep Kutub Pertumbuhan


Perroux berpendapat bahwa fakta dasar dari perkembangan spasial, sebagaimana halnya
dengan perkembangan industri adalah bahwa “pertumbuhan tidak terjadi di 58 sembarang tempat
dan juga tidak terjadi secara serentak; pertumbuhan itu terjadi pada titik-titik atau kutub-kutub
perkembangan, dengan intensitas yang berubah-ubah; perkembangan ini menyebar sepanjang
saluran-saluran yang beraneka ragam dan dengan efek yang beraneka-ragam terhadap
keseluruhan perekonomian”. (Glasson – Sitohang, 1977). Perroux juga mengindikasikan bahwa
pembangunan harus disebabkan/ditimbulkan oleh suatu konsentrasi (aglomerasi) tertentu bagi
kegiatan ekonomi dalam suatu ruang yang abstrak. (Miyoshi, 1997). Boudeville mendefinisikan
kutub pertumbuhan (growth pole) sebagai “sekelompok industri yang mengalami ekspansi yang
berlokasi di suatu daerah perkotaan dan mendorong perkembangan kegiatan ekonomi lebih lanjut
ke seluruh daerah pengaruhnya”. (Glasson – Sitohang, 1977). Ia juga membangun konsep growth
pole sebagai suatu model perencanaan yang bersifat operasional, yang menerangkan suatu
kondisi dimana pertumbuhan akan tercipta pada wilayah yang menimbulkan adanya kutub
(polarized region). Menurut Glasson (Glasson – Sitohang, 1977) konsep-konsep ekonomi dasar
dan perkembangan geografik berkaitan dengan teori growth pole, didefinisikan sebagai berikut:
a. Konsep “leading industries dan perusahaan-perusahaan propulsip menyatakan pada pusat
kutub pertumbuhan terdapat perusahaan-perusahaan propilsip yang besar, yang termasuk dalam
“leading industries” yang mendominasi unit-unit ekonomi lainnya. b. Konsep polarisasi,
menyatakan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leading industries mendorong polarisasi dan
unit-unit ekonomi lainnya ke dalam kutub pertumbuhan. c. Konsep “spread effect” atau “
trickling down effect” menyatakan bahwa pada waktunya, industri propulsip dinamik dari kutub
pertumbuhan akan memencar keluar dan memasuki ruang di sekitarnya.

1.3 Pusat Pertumbuhan


Dalam sebuah kawasan yang luas, tentu terdapat sebuah wilayah yang menjadi pusat
pembangunan. Keberadaan wilayah tersebut dapat memengaruhi pembangunan wilayah lain
yang ada disekitarnya. Wilayah tersebut dikenal sebagai pusat pertumbuhan. Dilansir dari buku
Pengembangan Wilayah: Teori dan Aplikasi (2016) karya Ali Kabul Mahi, dijelaskan bahwa
pusat pertumbuhan memiliki dua definisi, yaitu: Fungsional Secara fungsional, pusat
pertumbuhan merupakan suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang
sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu mendorong kehidupan
ekonomi, baik ke dalam maupun ke luar.
Secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan suatu lokasi yang banyak memiliki
fasilitas dan kemudahan. Sehingga lokasi tersebut menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan
berbagai kalangan tertarik untuk membuka usaha.
Selain itu, masyarakat akan banyak yang datang untuk memanfaatkan fasilitas yang ada
di daerah tersebut.
Teori tempat sentral dikembangkan oleh Christaller dan disempurnakan oleh August
Losch. Teori ini menjelaskan bagaimana pola-pola lahan dari industri yang berbeda-beda terpadu
membentuk sebuah sistem regional kota-kota. Dilansir dari artikel jurnal Model Gravitasi
sebagai Alat Pengukur Hinterland dari Central Palace (2000) karya Prasetyo Soepono, model
tempat sentral merupakan model dengan perusahaan-perusahaan yang berorientasi pada pasar.
Maksudnya adalah perusahaan-perusahaan yang mendasarkan keputusan lokasinya semata-mata
pada akses konsumen. Tidak ada alasan bagi perusahaan untuk tidak memilih lokasi dekat pasar.
Sebab semua bahan terdapat di semua lokasi. Dari teori inilah muncul istilah tempat sentral.
Menurut teori ini, sebuah pusat aktivitas yang melayani berbagai kebutuhan penduduk harus
terletak pada lokasi yang sentral. Lokasi sentral maksudnya adalah suatu wilayah yang
memungkinkan partisipasi penduduk dalam jumlah yang maksimum
Teori kutub pertumbuhan dikembangkan oleh Perroux. Teori kutub pertumbuhan disebut
juga sebagai teori pusat-pusat pertumbuhan. Proses pembangunan merupakan fokus utama dari
teori ini. Menurut teori ini, proses pembangunan bukanlah proses yang terjadi secara serentak.
Melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda-
beda. Tempat yang menjadi pusat pembangunan disebut sebagai kutub pertumbuhan. Melalui
tempat ini, proses pembangunan akan menyebar ke tempat-tempat lain di sekitarnya. Bisa
diartikan bahwa kutub pertumbuhan dapat memberikan dampak bagi tempat-tempat disekitarnya.
BAB 3
METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian deskriptif. Menurut
Sugiyono, penelitian deskriptif adalah penelitian dengan metode untuk menggambarkan suatu
hasil penelitian. Sesuai dengan namanya, jenis penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk
memberikan deskripsi, penjelasan, juga validasi mengenai fenomena yang tengah diteliti.

2. Populasi dan Sampel


Populasi merupakan keseluruhan subjek atau objek yang memenuhi karakteristik tertentu.
Populasi yang digunakan disini meliputi seluruh masyarakat Kota Medan. Sampel merupakan
bagian dari populasi yang mengalami proses penelitian. Sampel disini merupakan masyarakat
yang mengalami dan terkait langsung dengan sejarah Lapangan Merdeka.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian berada di Lapangan Merdeka Kota Medan. Untuk waktu penelitian
berlangsung dari tanggal 1 November 2021 sampai tanggal 1 Desember 2021.

4. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan teknik peneliti dalam mengumpulkan data. Peneliti
mengambil teknik pengumpulan data berupa studi pustaka. Ini berarti peneliti meneliti melalui
berbagai buku yang diperolah.

Anda mungkin juga menyukai