Anda di halaman 1dari 3

Kerangka artikel: (Narasumber: Bu Linda)

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) merupakan lembaga pemberi


informasi cuaca dan iklim di Indonesia. Lembaga ini mendirikan stasiun meteorologi di
berbagai tempat untuk mengamati kondisi lingkungan yang ada di sekitar stasiun BMKG
Malang. Parameter yang diambil adalah suhu dan kelembaban, kecepatan angin, arah angin,
dan curah hujan. Akan tetapi pemantauan yang dilakukan BMKG Malang memiliki cakupan
yang luas sehingga keakuratan di beberapa lingkungan sempit tidak sesuai dari apa yang
diprediksi oleh BMKG Malang. Kebutuhan informasi akan keadaan cuaca di suatu
lingkungan sempit sangat diperlukan oleh masyarakat yang akan merencanakan kegiatan ke
depannya, dengan mengetahui informasi keadaan di suatu lingkungan, masyarakat dapat
mempersiapkan hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mengantisipasi kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi. Dalam mempelajari karakteristik cuaca di stasiun cuaca
diperlukan pencatatan yang aktif dalam waktu yang lama dari berbagai parameter yang
diperlukan. Oleh karena hal tersebut kami mewawancarai BMKG Malang untuk mengetahui
lebih dalam mengenai BMKG Malang baik secara proses, cara kerja dan penjelasan
mengenai fenomena serta cuaca yang ada.
1. Mengapa dapat terjadinya fenomena hujan es di Kota Malang kemarin?
Pada normalnya, hujan yang turun berupa air. Namun beberapa waktu yang lalu
terdapat peristiwa yang terjadi di salah satu wilayah di Malang, dimana hujan dengan
serpihan es turun disertai angin kencang. Hujan es jarang ditemukan di Indonesia,
sehingga terjadinya peristiwa seperti ini cukup menarik perhatian warga. Menurut
narasumber kami (Bu Linda) hujan es biasa terjadi pada awal musim penghujan di
wilayah tropis. Rata-rata butiran es yang jatuh ke bumi berdiameter antara 3-5
sentimeter. Awalnya, butiran es itu berwujud bongkahan besar, yang kemudian
berangsur mencair setelah turun ke bumi. Menurut penjelasan beliau, hujan normal
yang turunnya berupa air terjadi dikarenakan suhu lingkungan berada di suhu normal
atau panas, sehingga kristal es meleleh menjadi air.

Tetapi, dikarenakan suhu lingkungan Malang yang dingin pada saat itu, kristal es
tidak mencair sehingga hujan yang diturunkan adalah berupa kristal es. Selain itu,
hujan es tak bisa diperkirakan datang kapan dan pada musim apa. Karena fenomena
ini terjadi di atmosfer bumi, dan terbentuk karena angin bertekanan rendah. Ditanya
wilayah yang memungkinkan diguyur hujan es, Ibu Linda menjelaskan, wilayah
dengan letak topografi lebih kuat memungkinkan diguyur hujan es. Misalnya pada
dataran yang lebih tinggi. Sehingga tidak semua wilayah di Malang dapat mengalami
peristiwa ini. Menurutnya, terjadinya cuaca ekstrem pada masa pergantian musim
yang merpakan penyebab peristiwa hujan es terjadi merupakan hal yang wajar. Cuaca
ekstrem sendiri merupakan suatu kondisi cuaca atau iklim yang terjadi pada waktu
dan tempat tertentu yang tidak biasa dan juga sangat jarang terjadi, khususnya
fenomena cuaca atau iklim yang mempunyai potensi menimbulkan bencana,
menghancurkan tatanan kehidupan sosial, atau bahkan menimbukan korban jiwa
manusia. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan selalu
memantau perkembangan informasi fenomena cuaca ekstrem, termasuk dampak yang
ditimbulkan pada laman-laman resmi milik BMKG.
2. Bagaimana kondisi perubahan curah hujan di Malang selama beberapa tahun
belakangan ini?
 Bulan dengan curah hujan terbanyak di Malang adalah Januari, dengan rata-
rata curah hujan 274 milimeter. Bulan dengan curah hujan paling sedikit
di Malang adalah Agustus, dengan curah hujan rata-rata 11 milimeter. Sejak tahun
1989 hingga 2020, Kota Malang telah mengalami tren peningkatan curah hujan dari
tahun ke tahun. Jadi, kondisi perubahan curah hujan di Malang selama beberapa tahun
belakangan ini mengalami kenaikan curah hujan setiap tahunnya sebesar 9,6
mm/tahun. Sedangkan, berdasarkan hasil pengolahan tren hari hujan di Indonesia
secara umum hari hujan Indonesia memiliki tren yang bernilai positif walaupun di
beberapa wilayah bernilai negatif dengan besaran yang bervariasi.

3. Mengapa sering terjadi banjir bandang di Malang?


Narasumber membantah pertanyaan ini dengan mengatakan banjir sendiri cukup
jarang terjadi di Batu. Namun pada beberapa kasus penyebab utamanya adalah karena
alih fungsi lahan menjadi bangunan, gedung, dan sebagainya. Alih fungsi lahan ini
menyebabkan air yang seharusnya dapat diserap oleh pepohonan besar menjadi tidak
diserap dengan baik saat mengalir dari hulu ke hilir dan meluap. Hal ini dikarenakan
pepohonan yang tertanam pada lahan telah ditebangi dan dialih fungsikan. Saat ini,
hulu tersebut diganti dengan tanaman ladang atau perkebunan, sehingga daerah
resapannya berkurang dan daya resapnya tidak sebanyak lahan yang ditanam
pepohonan.
Ada beberapa faktor lain yang menyebabkan banjir melanda sebagian wilayah di
Kota Malang. Selain karena faktor akibat alih fungsi lahan, banjir juga disebabkan
karena banyaknya penyempitan saluran air. Hal itu diperburuk dengan kebiasaan
buruk warga yang membuang sampah sembarangan sehingga diketahui banyak
penyumbatan-penyumbatan saluran air di sana. Faktor lainnya adalah buruknya sistem
drainase, yaitu sebuah saluran air yang dibangun sebagai upaya untuk menyalurkan
massa air berlebih yang juga menjadi pemicu banjir di Kota Malang.

4. Apakah BMKG dapat memprediksi cuaca di Malang dalam setahun kedepan?


Cuaca tidak dapat diprediksi, karena dari definisinya sendiri yaitu cuaca
merupakan keadaan udara di atmosfer pada waktu dan tempat tertentu yang sifatnya
tidak menentu dan berubah-ubah. Dapat dilihat bahwa cuaca hanya berlangsung
dalam jangka waktu pendek dan terbatas. Biasanya cuaca dapat diperbarui setiap 3 – 7
hari kedepan. Berbeda halnya dengan iklim yang jangkauannya lebih luas. Definisi
dari iklim sendiri adalah kondisi cuaca di wilayah tertentu dalam periode waktu yang
lama. Kurun waktu yang menjadi acuan penentuan iklim rata-rata berdurasi 30 tahun.
Oleh karena itu iklim dapat diprediksi hingga jangka waktu yang panjang.
Berdasarkan iklim wilayah tertentu inilah nantinya dapat digunakan untuk
memprediksi kondisi musim yang terjadi di suatu wilayah. Terjadi pembaharuan
setiap enam bulan sekali pada iklim, seperti pada musim kemarau.

5. Bagaimana cara memprediksi tsunami sehingga warga berkemungkinan untuk


mempersiapkan diri lebih cepat?
Berdasarkan jawaban narasumber, tsunami sendiri tidak dapat diprediksi layaknya
gempa, namun dapat diprediksi apakah berpotensi atau tidak. Kondisi dan letak
Indonesia terutama terjadinya tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu yang cukup
memakan korban jiwa memang menimbulkan adanya kekhawatiran mengenai hal ini,
tetapi BMKG sendiri tidak dapat memprediksi secara pasti, kapan dan bagaimana
tsunami akan terjadi. Sehingga, untuk menanggulangi hal ini pihak BMKG Malang
telah memasang alat pendeteksi gempa dan tsunami di beberapa wilayah pesisir. Alat
tersebut akan membunyikan sirene saat ada gerakan gelombang gempa yang
terdeteksi. Tak hanya itu, alat tersebut juga dapat menganalisis kedalaman dan
prediksi tsunami yang akan datang setelahnya. Hal ini diharapakan agar pada saat
sirine berbunyi para warga yang berada di wilayah sekitar pesisir dapat menginfokan,
mempersiapkan dan mengevakuasi diri mereka lebih cepat.

6. Apakah hujan es yang terjadi pada akhir tahun lalu berkemungkinan untuk
terjadi lagi dalam waktu dekat?
Berdasarkan analisis, kemungkinan hujan es untuk terjadi lagi dalam waktu dekat
sangatlah kecil. Hal ini dikarenakan apabila suhu kristal es tidak sama dengan suhu
lingkungan maka akan terjadi hujan pada umumnya. Faktor utama penyebab hujan es
turun sendiri karena kondisi cuaca suatu wilayah atau lingkungannya. Jika kondisi
lingkungan tersebut suhunya mirip dengan kristal es atau tergolong dingin, maka
hujan es akan turun. Oleh karena itu kemungkinan hujan es turun tidaklah tinggi.

Kesimpulan

Indonesia memiliki tren curah hujan yang bernilai positif meskipun di beberapa
wilayah bernilai negatif dengan besaran yang bervariasi. Hal tersebut mengakibatkan
adanya cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa daerah seperti hujan es di Kota
Malang. Hal tersebut terjadi dikarenakan suhu lingkungan Malang yang dingin pada
saat itu, kristal es tidak mencair sehingga hujan yang diturunkan adalah berupa kristal
es. Untungnya kemungkinan hujan es untuk terjadi lagi dalam waktu dekat sangatlah
kecil. Hal ini dikarenakan apabila suhu kristal es tidak sama dengan suhu lingkungan
maka akan terjadi hujan pada umumnya.
Tidak hanya hujan es, Kota Malang juga memperkirakaan potensi terjadinya banjir
dan tsunami. Untuk menanggapi hal itu, mereka melakukan antisipasi terhadap kedua
bencana tersebut. Antisipasi terhadap banjir mereka lakukan dengan mengurangi alih
fungsi lahan dan mulai melakukan reboisasi ke beberapa titik terntentu. Sedangkan,
untuk antisipasi tsunami mereka memasang alat pendeteksi gempa dan tsunami di
beberapa wilayah pesisir. Alat tersebut akan membunyikan sirene saat ada gerakan
gelombang gempa yang terdeteksi. Sehingga warga dapat mengevakuasi diri mereka
dengan cepat.

Anda mungkin juga menyukai