Anda di halaman 1dari 3

Hujan Asam Rusak Patung Tembaga di

Bandung
Bandung - Kondisi geografis Bandung yang berada di daerah cekungan perparah tingkat
polusi. Celakanya hal tersebut memicu potensi terjadinya hujan asam. Parahnya hujan
asam, bisa dilihat dari rusaknya patung-patung tembaga di Bandung.

Demikian dikatakan oleh Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Dr Thomas
Djamaluddin di ruang kerjanya, lantai 2 kantor Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN), Jalan Djunjunan No 133, Rabu (22/4/2009) siang.

"Berbeda dengan Jakarta yang sama-sama memiliki tingkat polusi tinggi, geografis Bandung
yang berada di daerah cekungan memperparah iklim di Bandung. Cekungan membuat
udara tidak mengalir ke luar dan ini membuat potensi hujan asam meningkat," paparnya.

Menurut Thomas, indikator yang bisa dilihat dari terjadinya hujan asam di Kota Bandung
adalah bercak-bercak berwarna kehijauan di patung-patung yang terbuat
dari tembaga yang banyak tersebar di Kota Bandung. Salah satunya adalah patung pemain
bola di pertigaaan Jalan Tamblong dan Jalan Sumatera.

"Kita bisa melihat di patung-patung tersebut terdapat bercak berwarna kehijauan. Hal itu
dikarenakan adanya reaksi kimia yang diakibatkan oleh zat asam,"
terangnya.

Menurutnya sejak 1997, Bandung sudah mengalami hujan asam. Namun derajat
keasamannya masih rendah. Tapi pihaknya pernah mencatat pada tahun 2000, terjadi
hujan asam dengan tingkat PH 4, padahal ambang batasnya adalah 5,6.

"Dikatakan asam jika PH nya kurang dari 5,6. Sejak 1997, PH-nya sudah di bawah ambang
batas 5,6. Bahkan puncaknya pada tahun 2000, PH nya hanya 4. Ini masih
yang paling asam," ungkap pria berkacamata ini.

Thomas juga menegaskan bahwa hujan asam yang tinggi dapat merusak lingkungan
dengan cepat. Walaupun belum ada penelitian terhadap dampaknya kepada manusia,
namun Thomas meyakini jika kondisi tersebut dibiarkan maka dampak negatif terhadap
manusia akan terasa.

"Memang belum ada penelitian tentang dampaknya terhadap manusia secara langsung.
Karena kalau kehujanan, kita (manusia - red) langsung mandi, mengguyur tubuhnya dengan
air. Ini langsung melunturkan air hujan asam. Sedangkan kalau ke pohon atau bangunan
langsung terlihat dampaknya karena langsung terpapar air hujan dan tidak langsung disiram.
Jadi kalau ke lingkungan sudah dapat terlihat dampaknya," tuturnya.

Disinggung mengenai langkah yang harus dilakukan untuk meminimalisir terjadinya hujan
asam, Thomas berpesan agar lingkungan lebih diperhatikan dan dijaga lagi. "Tak ada cara
lain selain merawat lingkungan," tegasnya.
(afz/ern)
Hujan Es Terjadi di Sebagian Wilayah Kota
Mataram, Begini Penjelasan BMKG

MATARAM, KOMPAS.com -Hujan es terjadi di Kelurahan Ampenan Tengah, Kecamatan Ampenan, Kota
Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (10/12/2022) sekitar pukul 14.00 Wita. Hujan es itu
menghebohkan warga di Kelurahan Ampenan Tengah. Bahkan, fenomena hujan es tersebut viral di media
sosial Instagram.

Warga menunjukkan proses jatuhnya hujan di halaman rumah. Baca juga: Hujan Es hingga Angin Puting
Beliung Berpotensi Terjadi di Sumenep, BMKG Imbau Warga Waspada Forecaster atau prakirawan cuaca
pada BMKG Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid Praya, Lombok Tengah, Alfiansyah
menjelaskan, fenomena hujan es merupakan gejala alam yang jarang terjadi. "Fenomena hujan es atau
dalam meteorologi dikenal dengan hail, yang merupakan fenomena cuaca yang jarang terjadi khususnya di
Indonesia. Namun, fenomena ini umumnya wajar terjadi pada masa transisi atau masa peralihan musim
atau ketika musim hujan," kata Alfi dalam keterangan tertulis.

Alfi menerangkan, penyebab utama dari hujan es ini adalah awan cumulounimbus atau dikenal juga
dengan awan Cb yang dihasilkan dari pemanasan yang kuat di permukaan dan labilnya udara di wilayah
tertentu. "Hujan es dapat dihasilkan awan Cb ketika awan tersebut mengalami proses updraft yang kuat
dan mendorong partikel es tersebut jatuh ke permukaan dan umumnya diikuti oleh hujan lebat petir serta
angin kencang sebagai hembusan kuat dari awan Cb tersebut," kata Alfi. Ketika terjadi fenomana tersebut,
masyarakat diharapkan segera berlindung di tempat yang aman dan sebaiknya tidak beraktivitas di luar
ruangan. Sebab, awan Cb juga berpotensi menimbulkan cuaca ekstrem, seperti hujan lebat disertai petir
dan angin kencang.

"Masyarakat diimbau lebih waspada terkait peningkatan curah hujan yang akan terjadi sampai puncak
musim hujan yang diprakirakan akan terjadi pada bulan Januari," kata Alfi. Diterangkan Alfi, pada bulan
Desember ini, hujan lebat di sertai petir dan angin kencang masih akan berpeluang terus terjadi sehingga
harus waspada atas dampak yang ditimbulkan. "Masyarakat diimbau lebih mewaspadai dampak yang
ditimbulkan seperti banjir, genangan air, longsor, pohon tumbang, puting beliung, angin kencang hingga
hujan es. Untuk itu masyarakat jangan lupa selalu update dan selalu pantau informasi cuaca BMKG NTB,"
kata Alfi.
China atasi kekeringan dengan
teknologi hujan buatan
Beijing (ANTARA) - China menggunakan teknologi hujan buatan sejak Agustus
untuk membantu berbagai wilayah mengatasi kekeringan, kata Administrasi
Meteorologi China (China Meteorological Administration/CMA) pada Selasa (6/9).

Dari 1 hingga 31 Agustus, pesawat melakukan 75 penerbangan dengan total waktu


211 jam untuk menginduksi hujan buatan di wilayah yang dilanda kekeringan,
termasuk Hubei, Chongqing, Henan, dan Shaanxi, kata pejabat CMA Zhao Zhiqiang
dalam sebuah konferensi pers.

Zhao mengatakan rekayasa hujan buatan ini diperkirakan telah mencakup wilayah
seluas 1,45 juta km persegi, memainkan peran penting dalam mengurangi kekeringan
dan suhu tinggi, meningkatkan cadangan air, dan menstabilkan produksi pertanian.

Operasi ini juga didukung oleh teknologi mutakhir seperti satelit meteorologi, radar
cuaca, dan pesawat nirawak, menurut pejabat itu.

Zhao menambahkan bahwa hujan buatan juga telah membantu mengatasi kebakaran
hutan yang disebabkan oleh cuaca panas di Chongqing dan Sichuan.

China mencatat musim panas paling menyengat sejak 1961 ketika mulai menyimpan
catatan meteorologi lengkap.

Suhu rata-rata di China dari 1 Juni hingga 31 Agustus berada di angka 22,3 derajat
Celsius, 1,1 derajat Celsius lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun-tahun
reguler dan menjadi yang tertinggi sejak 1961, menurut Pusat Iklim Nasional.

Anda mungkin juga menyukai