Koordinator program dari Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) tersebut, Tri Handoko Seto
mengatakan hingga proyek berakhir, sekitar 200 ton garam sudah ditabur.
"Musim hujan diprediksi sudah tidak berpotensi menimbulkan banjir," ujarnya kepada Tempo, Selasa, 26
Februari 2013. "Karena curah hujan diprediksi tak terlalu besar, Badan Penerapan dan Pengkajian
Teknologi hanya menaburkan 4 ton garam saja di Selat Sunda."
Tri mengatakan arah menurutnya sudah kembali normal sejak tengah bulan ini. Pada awal bulan, BPPT
agak kerepotan karena angin berhembus dari arah timur. "Kalau dari barat mudah karena bisa
diturunkan di laut, tak menimbulkan dampak," ujarnya.
Sementara jika angin berhembus dari timur, BPPT mau tak mau harus menurunkan hujan di wilayah
darat. Setelah sejumlah waduk dipastikan penuh, BPPT menurunkan hujan di sejumlah lereng gunung di
wilayah timur Jawa Barat.
"Kami cari yang potensinya paling kecil saja," ujarnya. BPPT mengklaim proyek ini berhasil menekan
curah hujan hingga 30 persen di Jakarta. Proyek ini dimandatkan oleh Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo agar pada puncak musim hujan, Jakarta tak kembali tenggelam.
Proyek ini direstui dan mendapat anggaran dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebesar Rp 13
miliar. Dalam pelaksanaannya, BPPT menggandeng TNI-Angkatan Udara untuk menyiapkan instrumen
terbang, yakni satu buah pesawat Hercules dan tiga buah pesawat Cassa
JAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memastikan, rekayasa cuaca
di akan segera dilakukan untuk mencegah terjadinya banjir di Jakarta. Rekayasa cuaca
dilaksanakan atas kerja sama tiga pihak, yakni Badan Nasional Penanggulangan Bencana, TNI
Angkatan Udara, serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
"Surat permintaannya sudah dibuat tadi pagi sama Pak Lasro (Kepala Biro Organisasi dan Tata
Laksana DKI Jakarta)," kata Jokowi kepada wartawan di Balaikota Jakarta, Senin (13/1/2014)
sore.
Jokowi mengatakan, belum dapat memastikan kapan rekayasa cuaca bisa dilaksanakan. Namun,
ia mengatakan bahwa rekayasa cuaca itu akan dilaksanakan saat musim hujan di Jakarta
mencapai puncak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan puncak hujan di Jakarta terjadi
pada Januari dan Maret 2014. "Makanya, saya minta dari sekarang disiapkan segera," ujarnya.
Rekayasa cuaca adalah teknik memecah awan berisi titik hujan sebelum jatuh di tempat tertentu.
Caranya, yakni dengan mena burkan garam ke awan tersebut sehingga air di awan itu jatuh.
Rekayasan cuaca menelan anggaran hingga mencapai Rp8 miliar.
Secara terpisah, Kepala BNPB Syamsul Ma'arif mengatakan, modifikasi cuaca akan dilakukan
pada Selasa (14/1/2014) besok pukul 10.00 WIB di Lapangan Udara (Lanud) TNI AU Halim
Perdanakusumah, Jakarta Timur. "Besok launching pelaksanaan modifikasi cuaca pengendalian
banjir Jakarta dengan penyebaran distribusi hujan," kata Syamsul dalam konferensi pers di
Kementerian Pekerjaan Umum, Senin (13/1/2014).
Untuk melaksanakan modifikasi cuaca itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta telah
mengalokasikan anggaran sebesar Rp 28 miliar. Sebanyak Rp 20 miliar dari Pemprov DKI
Jakarta dan Rp 8 miliar dari BNPB. Anggaran itu dialokasikan untuk pelaksanaan modifikasi
sepanjang yang dibutuhkan.
Syamsul mengatakan, ada dua pola dalam pelaksanaan modifikasi cuaca, yakni dengan
menyemai awan dan menghambat pembentukan awan hujan. Ia meyakini, modifikasi cuaca ini
dapat mengendalikan turunnya hujan di Ibu Kota. Teknologi serupa juga pernah dilaksanakan
pada tahun lalu. "Jadi, kita memindahkan hujan ke tempat lain, didistribusikan ke laut," kata
Syamsul.
Ia mengatakan, persiapan modifikasi cuaca ini telah dipersiapkan sejak 21 November 2013.
Adapun beberapa perlengkapan yang disiagakan meliputi partikel generator, pos teknologi di
beberapa lokasi di Jakarta, peralatan pesawat Hercules, dan sebagainya. Jika melihat kondisi
cuaca di Jakarta saat ini, Syamsul mengatakan, maka Jakarta belum memasuki puncak musim
penghujan. Oleh karena itu, modifikasi akan terus dilaksanakan hingga musim penghujan selesai
pada Februari maupun Maret.
Jakarta - Hingga saat ini sudah 108,6 ton bahan semai berupa NaCl (garam dapur yang diolah menjadi
tepung) disebarkan ke dalam awan untuk operasi modifikasi cuaca. Operasi yang dilakukan Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
dengan dukungan BMKG dan TNI dilakukan sejak 26 Januari lalu.
"Total sudah 36 sorti penerbangan untuk menaburkan bahan semai ke dalam awan, yaitu 24 sorti
dengan pesawat Hercules C-130 dan 12 sorti dengan pesawat Casa 212-200," ujar Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis, Minggu (10/2/2013).
Berdasarkan evaluasi sementara, upaya modifikasi cuaca diklaim berhasil mendistribusikan hujan. Curah
hujan yang terjadi selama pelaksanaan modifikasi cuaca lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata hujan
historis di wilayah Jakarta.
"Target awal adalah hujan berkurang 30 persen daripada hujan normalnya," imbuh Sutopo.
Evaluasi menyeluruh kata dia, akan dilakukan untuk menentukan kelanjutan operasi ataupun
pemindahan lokasi operasi ke daerah lain yang rawan banjir. Sesuai rencana awal, operasi ini dilakukan
hingga 25 Maret 2013 dengan disesuaikan kebutuhan di lapangan.
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) akan melakukan rekayasa
cuaca pada Desember hingga Maret 2014 untuk mengantisipasi banjir di Jakarta.
“Rekayasa cuaca dengan membuat hujan buatan ini untuk mengantisipasi banjir. Ini langkah antisipasif
dari atas, sementara yang dari bawah dilakukan dengan cara pengerukan sungai, normalisasi dan
sebagainya,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho,
kepada Okezone, Rabu (20/11/2013).
Dia menambahkan, untuk rekayasa cuaca tersebut membutuhkan anggaran yang cukup besar yakni
Rp28 miliar. Anggaran bersebut berasal dari APBD DKI Jakarta sebesar Rp20 miliar dan Rp8 miliar dari
BNPB.
“Anggaran dibutuhkan memang cukup besar tapi bila dibandingkan dengan dampak kerugian banjir itu
jauh lebih kecil. Dulu banjir selama dua pekan total kerugian dan kerusakan yang ditimbulkan mencapai
Rp5 triliun,” tandasnya.
Menurutnya, rekayasa cuaca itu dilakukan dengan cara menaburkan garam dapur (NaCl) menggunakan
pesawat Hercules dan pesawat Cassa. Teknologi tersebut dinilai ramah lingkungan dan tidak
menimbulkan dampak pencemaran.
“Pesawat Hercules nanti akan mengangkut delapan ton garam dan ditaburkan. Jumlah itu sangat sedikit
dibanding jumlah air hujan yang mencapai berjuta-juta kubik,” sebutnya.
Dia menambahkan, untuk langkah antisipasi menghadapi puncak musim hujan pada Desember,
Gubernur DKI Jakarta akan mengeluarkan surat pernyataan siaga darurat banjir. Selain untuk
mencairkan dana darurat bencana, surat tersebut juga sebagai dasar persiapan sumber daya manusia,
logistik, dan peralatan.
Diberitakan sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengungkapkan
Pemprov DKI akan mengirim surat kepada BNPB serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT) untuk melakukan rekayasa cuaca. Hal itu mengingat mendekati Desember hujan akan semakin
lebat.
"Kita tulis surat. Tulis surat dari Gubernur kepada BNPB, agar mereka segera membuat rekayasa cuaca,
karena dari ramalan cuaca yang ada makin Desember hujan makin lebat," kata Ahok di Gedung BPPT,
Jakarta, Selasa 19 November.
Ahok menjelaskan, rekayasa cuaca dibuat menggunakan anggaran dari pusat. Ahok ingin rekayasa
cuaca cepat dibuat agar dampak hujan lebat di Ibu Kota bisa dikurangi.
Pembentukan suatu larutan tidak mempengaruhi sifat-sifat kimia komponen penyusun larutan
tersebut. Namun demikian, sifat fisis zat seringkali berubah ketika zat tersebut menjadi
komponen larutan. Perubahan fisis tersebut terjadi karena adanya interaksi antara zat terlarut
dengan pelarutnya.
Salah satu sifat yang disebabkan oleh adanya interaksi antar zat terlarut dengan pelarutnya
adalah sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis yang hanya ditentukan oleh
jumlah partikel zat terlarut dan tidak bergantung pada jenis zat terlarut.
Sifat koligatif larutan meliputi :
Mengapa Memasak Air di Gunung Lebih Cepat Mendidih . Di kalangan guru yang bukan
guru bidang studi IPA/Fisika, pertanyaan semacam ini sering muncul. Kini, di zaman serba
canggih dan serba internet ini, apa pun tidak ada yang tidak dapat dijawab, semuanya ada di
internet asalkan mau googling. Dan apabila Anda sedang mencari jawaban dari pertanyaan yang
sama, maka berikut ini jawabannya.
Akan tetapi tahukah anda bahwa selain bahan pengawet yang terdapat
dalam kandungan Mie Instant, ada ancaman lain dalam Mie Instant yang
bisa membahayakan tubuh manusia?
Hal ini ada hubungannya dengan cara memasak Mie Instant. Coba anda perhatikan
semua kemasan Mie Instant! Kebanyakan prosedur memasaknya adalah masak mie
terlebih dahulu baru setelah matang bumbu dimasukkan. Mengapa dalam prosedur
memasak Mie Instant tidak ada yang menganjurkan bumbu dimasak bersamaan
dengan mienya? Mau tahu alasannya, berikut penjelasannya:
Bumbu Mie Instant mengandung bahan MSG (Monosodium Glutamate) adalah zat
penambah rasa pada makanan yang dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan tetes
dari gula tebu atau gula beet. MSG atau sering dikenal dengan sebutan vetsin atau
michin ini memiliki fungsi sebagai bahan penyedap rasa, jadi tak heran jika rasa Mie
Instant memang bisa memanjakan lidah. Tapi sebagai peringatan, kita dilarang
memasak Mie Instant bebarengan dengan bumbunya karena Monosodium
Glutamate bila dipanaskan hingga mencapai suhu 120 derajat celcius lebih, akan
berpotensi menjadi Karsinogen.
Kita sama-sama tahu bahwa karsinogen sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh
manusia, disebabkan karena karsinogen merupakan zat yang dapat menyebabkan
penyakit kanker. Zat-zat karsinogen menyebabkan kanker dengan mengubah asam
deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel tubuh, dan hal ini mengganggu proses-proses
biologis.
Karena sekarang kita sama-sama telah mengetahui bahayanya memasak Mie Instant
bersamaan dengan bumbunya, maka sebaiknya kita hindari hal tersebut. Demikianlah
sekilas informasi ini, semoga posting kali ini bermanfaat. Terima Kasih.