Anda di halaman 1dari 3

Kyai Muhammad Nawawi:

Teladan Pemuda Untuk Berperan Bukan Baperan


Oleh: Mohammad Khizam Sukrillah (PMII)

“Wahai Anak Muda, terkhusus di Mojokerto.


Marilah berperan sesuai kadar kemampuan,
bukan baperan yang kau dahulukan…”

Sejarah mencatat, semenjak Kolonial Belanda dan Jepang menginjakkan kaki di


Indonesia. Kesengsaraan dan penderitaan kaum pribumi tiada henti. Seolah pribumi
menjadi budak di tanah sendiri. Seiring dengan itu, kesadaran akan
mempertahankan kedaulatan kemerdekaan tumbuh di hati semua elemen anak
bangsa. Tak ayal, peran penting anak-anak muda dengan jiwa semangat yang
membara menjadi buah keberhasilan mengusir para penjajah dari Indonesia.

Peran Penting Kyai Muhammad Nawawi

Dalam mempertahankan kemerdekaan di Mojokerto. Sosok yang mempunyai andil


besar yaitu Kyai Muhammad Nawawi. Beliau lahir di Dusun Lespadangan, Desa
Terusan, Kecamatan Gedeg, Mojokerto pada tahun 1886. Perjalanan perjuangan
beliau dari Pra-kemerdekaan hingga Indonesia memploklamirkan diri merdeka
sangatlah berat. Terlahir dari keluarga yang sederhana dan cinta ulama. Beliau
tumbuh dengan bekal ilmu agama yang cukup. Dengan kecapakan ilmu dan gelojak
batin melihat kondisi saat itu, beliau hadir sebagai pemimpin yang gigih dan
pemberani yang berupaya mempertahankan setiap jengkal tanah tumpah darahnya
dari jajahan bangsa asing. Semangat yang membara itu, menggugah jiwa para
pemuda, para santri, dan masyarakat kala itu untuk bersama-sama berjuang
mempertahankan kedaulatan dan mengusir penjajah.

Figur yang merupakan sosok kyai, tak hanya fokus tentang mengajarkan pendidikan
agama. Lebih dari itu, kecerdasaan, keberanian dan keyakinan yang kuat atas
pertolongan Tuhan tak diragukan lagi. Kecerdasaan beliau dalam mengambil
kesempatan terlihat setelah Laskar Hizbullah didirikan pada bulan Oktober 1944
yaitu menggembleng para santri dan pemuda tentang pentingnya bela negara dan
agama. Sehingga berdampak semakin membaranya semangat juang untuk
menghadapi penjajah. Keberanian beliau juga diakui semua kalangan dengan peran
beliau menjadi komandan Laskar Sabilillah dan Hizbullah yang menguasai wilayah
Mojokerto, Kedamean, Gresik, Sepanjang, Sukodono dan Sidoarjo. Tak hanya itu,
keyakinan dan keimanan yang kokoh atas dasar jihad membela agama dan negara.
Beliau tunjukkan dengan gagahnya berada di garda depan dalam medan
pertempuran sengit melawan Belanda di Desa Plumbungan, Kecamatan Sukodono,
Sidoarjo. Sehingga pada tanggal 22 Agustus 1946 beliau gugur sebagai syuhada
dan pahlawan kemerdekaan.

Siapa Pemuda ?

Menurut Undang-Undang tentang kepemudaan nomor 40 tahun 2009, pemuda


adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan
perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Dalam proses usia inilah
perkembangan kognitif, emosional dan kepribadian terbentuk. Pemuda sebagai
agent of change atau agen perubahan, memiliki peran penting dan menjadi tumpuan
dalam kemajuan bangsa.

Mengapa Pemuda Harus Berperan ?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata berperan adalah bermain
sebagai (dalam sandiwara, film). Berperan berasal dari kata dasar peran. Memiliki
arti dalam kata kerja sehingga berperan dapat menyatakan suatu tindakan,
keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.

Figur kyai Muhammad Nawawi sangat besar jasanya hingga dikenang dan
dihormati seluruh elemen masyarakat khususnya Mojokerto, itu tak lepas dari peran
perjuangannya yang begitu berat. Teladan yang beliau tampilkan seyogyanya
menjadi cambuk semangat dan tekad anak-anak muda agar berusaha
mendharmabaktikan dirinya agar berperan sesuai kemampuannya.

Jadi bilamana ada pertanyaan tentang mengapa pemuda harus ambil bagian, harus
berkonstribusi ?
Tentu jawabannya karena di pundak para pemudalah kemajuan dan masa depan
suatu bangsa. Pemuda sebagai pemegang tongkat estafet perjuangan para
penduhulu tentunya harus sadar akan tugas berat yang dipikulnya. Untuk itu,
dibutuhkan persiapan yang matang, kecakapan intelektual, kritis berfikir, pandai
mengontrol emosi akan mempermudah dalam berkontribusi.

Jangan Jadi Pemuda Baperan!

Kata “Baper” seringkali terkesan aneh di dalam percakapan sehari-hari. Tapi, tidak
untuk kalangan anak muda. Kata gaul yang diciptakan anak muda itu merupakan
kependekan dari “bawa perasaan”. Pemahaman sebagian orang terkait kata itu
memang identik dengan soal perasaan cinta atau asmara. Seiring berjalannya waktu,
pemahaman tantang kata itu semakin luas dan kompleks, tidak hanya sebatas soal
cinta. Akan tetapi juga bisa digunakan pada seseorang yang memiliki sifat sensitif
dan sering menggunakan emosinya untuk menanggapi peristiwa yang terjadi. Di
akui atau tidak, dalam diri pemuda terkadang masih belum bisa mengontrol emosi
dan perasaannya saat dibenturkan masalah. Sehingga ketidakseimbangan dalam
memutuskan solusi dan jalan keluar terkadang buntu. Dampak yang ditimbulkan
adalah emosi yang tak terkontrol dan rasa enggan menyelesaikan masalah.

Berperan dan baperan memang seperti beda tipis dalam pelafalannya, akan tetapi
dalam makna sangat beda jauh. Pemuda yang baperan identik dengan belum
pandainya mengontrol emosi perasaannya dan belum dewasa cara fikirnya.
Sehingga pemuda yang memiliki sifat tersebut akan kesulitan menemukan relasi
dan berkonstribusi di lingkungannya. Maka, ingatlah selalu pesan ini “Wahai Anak
Muda, terkhusus di Mojokerto. Marilah berperan sesuai kadar kemampuan, bukan
baperan yang kau dahulukan”. Semoga kita para pemuda diberi oleh sang Maha
segala Maha yaitu Allah Swt. hati yang lapang, mental yang kokoh, tekad yang
kuat. Sehingga dalam menatap masa depan menemukan cahya terang benderang
bak purnama di pekat malam. Amiin.

Anda mungkin juga menyukai