CEDERA OLAHRAGA
Oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena memberikan kami
kesempatan untuk melaksanakan tugas kuliah kami yaitu Critical Journal Review (CJR), yang
berjudul “CEDERA KRAM PADA ATLET SEPAK BOLA” dengan tepat waktu.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu ibu Dr. Novita,
S.Pd., M.Pd yang sudah membimbing saya dalam proses pembelajaran tentang Cedera
Olahraga. Saya menyadari bahwa CJR yang saya kerjakan masih memiliki banyak
kekurangan, baik dari materi ataupun teknik pengkajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran
dari pembaca sangat dibutuhkan oleh penulis. Kami sangat berharap bahwa CJR yang kami
kerjakan dapat menambah wawasan kita tentang cedera olaraga pada atlet sepak bola.
Semoga CJR ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya dan sekiranya CJR
ini dapat berguna bagi diri saya sendiri maupun orang yang membutuhkannya. Akhir kata
saya ucapkan terima kasih atas perhatian pembaca dan mohon maaf jika ada kata-kata yang
kurang dimengerti, saya berharap pembaca dapat memakluminya. Terima kasih.
Penyebab cedera olahraga biasanya akibat dari trauma/benturan langsung ataupun latihan
yang berulang-ulang dalam waktu lama. Penyebab ini dapat dibedakan menjadi: 1) Faktor
dari luar, yaitu: (a) sepakbola, tinju, karate. (b) Alat olahraga: stick hokey, raket, bola. (c)
Kondisi lapangan: licin, tidak rata, becek. 2) Faktor dari dalam, yaitu: (a) Faktor anatomi.
Panjang tungkai yang tidak sama, arcus kaki rata, kaki cinjit, sehingga pada waktu lari akan
mengganggu gerakan. (b) Latihan gerakan /pukulan yang keliru misalnya: pukulan backhand.
(c) Adanya kelemahan otot. d) Tingkat kebugaran rendah 3) Penggunaan yang
berlebihan/overuse. Gerakan atau latihan yang berlebihan dan berulang-ulang dalam waktu
relative lama/mikro trauma dapat menyebabkan cedera. Lokasi cedera olahraga terjadi di
beberapa bagian tubuh, antara lain: Bahu, Siku, Pergelangan tangan, Tulang Belakang,
Panggul, Lutut, Pergelangan kaki dan Kepala.
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibu kota (DKI) Jakarta melalui Komite Olahraga
Nasional Indonesia (KONI) Provinsi DKI Jakarta secara konsisten terus berupaya
meningkatkan prestasi atlet Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan atlet yang masuk Pelatda
berdasarkan tiga kriteria utama, yaitu : 1). Atlet senior yang mendapat medali di PON
Kalimantan Timur tahun 2008 atau atlet yang mendapat medali di Kejuaraan Nasional tahun
2008/2009, 2). Atlet junior potensial, dan 3). Sehat fisik dan rohani. Meskipun sudah dibuat
kriteria tersebut, dalam pelaksanaannya banyak mendapat hambatan terutama pada kriteria
sehat fisik dan rohani, karena banyak atlet yang mengalami cedera. Cedera tersebut bisa
disebabkan oleh benturan pada saat latihan atau pertandingan, kelema-han otot, overuse atau
sarana dan pra sarana yang kurang baik. Sedangkan jenis cedera yang biasa terjadi mulai dari
luka, strain, sprain, sampai fracture. Berdasarkan kasus cedera yang dlihat dari sifat cedera
terdapat cedera akut yang sebanyak 64,4% dan cedera kronis yang sebanyak 35,6%.
Berdasarkan tempat penanganan kasus cedera, yang terbanyak dilakukan di KONI DKI
Jakarta sebanyak 35,2% dan yang paling sedikit penanganan cedera dilakukan di Rumah
Sakit sebanyak 8,5%. Dengan demikian dapat disarankan Bagi tenaga kesehatan, pelatih, dan
atlet dalam menghadapi PON XIX/ 2016 agar lebih waspada bahwa dengan meningkatnya
jumlah sub cabor dan meningkatnya intensitas latihan akan berdampak meningkatnya cedera.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor penyebab tingginya
prevalensi cedera pada atlet Pelatda KONI Provinsi DKI Jakarta.
BAB III
KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN JURNAL
Dari segi kelengkapan materi jurnal sudah sangat lengkap dan tersutruktur
Dasar teori yang cukup mudah dimengerti
Mudah dimengerti juga dari segi tujuan penelitian dan manfaatnya dan juga dari hasil
penelitian yang berdasarkan bukti-bukti.
Terletak pada dasar teorinya yang sangat sedikit dicantumkan sehingga pembaca
jurnal ini cukup sulit menafsirkan tujuan dari penelitian ini.
Tidak disertai dengan gambar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus cedera yang dlihat dari sifat cedera terdapat cedera akut yang sebanyak
64,4% dan cedera kronis yang sebanyak 35,6%. Berdasarkan tempat penanganan kasus
cedera, yang terbanyak dilakukan di KONI DKI Jakarta sebanyak 35,2% dan yang paling
sedikit penanganan cedera dilakukan di Rumah Sakit sebanyak 8,5%. Dengan demikian dapat
disarankan Bagi tenaga kesehatan, pelatih, dan atlet dalam menghadapi PON XIX/ 2016 agar
lebih waspada bahwa dengan meningkatnya jumlah sub cabor dan meningkatnya intensitas
latihan akan berdampak meningkatnya cedera. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui faktor penyebab tingginya prevalensi cedera pada atlet Pelatda KONI Provinsi
DKI Jakarta.
4.2 Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam review ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya
pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
review yang saya susun tersebut.
Saya selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran
yang tentunya membangun kepada saya, demi mencapainya kesempurnaan dalam review ini.
Semoga review jurnal ini dapat berguna bagi saya dan pada khususnya seluruh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
P. Brukner. , Khan K, et al, “Clnical Sport Medicine”, 3 rd ed. McGraw Hill , Australia,
2007