DISUSUN OLEH:
NIM : 4202421027
KATAPENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR ................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan CBR ..............................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan CBR ........................................................................................... 1
BAB II IDENTITAS JURNAL ........................................................................................ 2
2.1 Informasi Identitas Jurnal Pertama ............................................................................2
2.2 Informasi Identitas Jurnal Kedua ...............................................................................2
BAB III RINGKASAN JURNAL .....................................................................................3
3.1 Abstrak Jurnal Pertama ..............................................................................................3
3.2.Abstrak Jurnal Kedua .................................................................................................3
3.3 Review Jurnal.............................................................................................................4
3.3.1 Jurnal Pertama .....................................................................................................4
3.3.2 Jurnal Kedua .......................................................................................................6
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................8
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 8
3.2 Saran ........................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga Tugas CJR
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis berharap semoga tugas CJR
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca yang ingin
mendalami materi yang terdapat dalam tugas ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas
ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kelemahan yang terdapat dalam makalah
ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca untuk Tugas CJR ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Download https://journal.ipb.ac.id/index.php/jgizipangan/article/view/9089
Tahun 2014
Download https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/download/19889/14466
Volume dan Volume 7,Nomor 1,Halaman 15-21
Halaman
P-ISSN : 1858-4942
ISSN
E-ISSN : 2338-3119
Tahun 2018
RNGKASAN JURNAL
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa jurnal pertama dan jurnal kedua dapat dijadikan acuan
untuk dimengerti dan dipahami oleh kita semua yang memberikan informasi tentang
Kesehatan dan Resikonya, kedua jurnal ini saling melengkapi. Jurnal pertama sangat
banyak menjelaskan tentang pangan yang sehat, pemilihan pangan yang sehat serta
kebiasaan makan yang baik sedangkan jurnal kedua tidak hanya menjelaskan tentang
pola makan tetapi juga lebih memfokuskan pada indikator lemak serta resikonya.
4.2 Saran
Dari segi keseluruhan isi jurnal, kedua jurnal ini memiliki aspek-aspek penting yang
terkait langsung dengan kondisi lapangan yang sering terjadi dalam ruang lingkup
kesehatan dan resikonya.
Saran untuk diri sendiri dan para pembaca yang berkeinginan menjadi seorang
pendidik maka hendaknya kita memahami Kesehatan dan Resikonya secara luas dan
dalam, karena materi dari Kesehatan dan Resikonya ini sangat penting untuk dipahami
dan dimengerti tidak hanya untuk pembaca tetapi juga dapat diketahui oleh kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Reykan, dkk. 2014. Persepsi Tentang Pangan Sehat, Alasan Pemilihan Pangan dan Kebiasaan
Makan Sehat Pada Mahasiswa. Jurnal Gizi Pangan. Vol.9 (no.4), hal 211-218
Adhila, dkk. 2018. Pola makan dan indikator lemak tubuh pada remaja. Jurnal Gizi Indonesia.
Vol. 7 (no.1), hal 15-21.
ISSN 1978-1059
J. Gizi Pangan, November 2014, 9(3):211-218
ABSTRACT
The study aimed to determine perception of healthy food, motives of food choices and healthy eating
in undergraduate students. The design of this study was a cross sectional study with the total subjects
were 120 freshman undergraduate students in nutrition sciences batch 2013/2014 in Bogor Agricultural
University, consisted of 103 females and 17 males. The motives food choice was assessed by Food
Choice Questionnaire (FCQ) and the healthy eating was assessed by Adolescent Food Habits Checklist
(AFHC). The results showed that nutritional status of subjects was categorized as normal (81.7%),
overweight (13.3%) and underweight (5.0%). The most category in the food perception of healthy food
was neutral (77.5%), and this perception was at the level doubt to agree on criteria for healthy food.
The main reasons of the subjects in choosing foods were on the aspects of natural content, health
and price. Most of subjects were categorized in a good healthy eating (54.2%), they concerned about
consumption of fruits and vegetables, as`well as intake of fat and sugar. The perception about healthy
food was correlated with the reason in choosing foods (health, mood, natural content, price, familiarity,
and ethics concern) (p<0.05). There was a correlation between the reason in choosing foods (health,
mood, natural content, weight control, ethics concern) with the score of healthy eating (p<0.05). The
overweight and obese adolescent has a healthier perception of food and eating compared than the
normal subjects.
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah mengkaji persepsi tentang pangan sehat, alasan pemilihan pangan dan kebiasaan
makan sehat pada mahasiswa. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan subjek mahasiswa
Program Studi Sarjana Ilmu Gizi tahun ajaran 2013/2014 Institut Pertanian Bogor yang berjumlah
120 orang, yang terdiri atas 103 perempuan dan 17 laki-laki. Alasan pemilihan pangan dinilai dengan
Food Choice Questionnaire (FCQ) dan kebiasaan makan sehat dinilai dengan Adolescent Food Habits
Checklist (AFHC). Hasil studi menunjukkan bahwa status gizi subjek normal (81,7%), lebih (13,3%),
dan kurang (5,0%). Persepsi tentang pangan sehat subjek sebagian besar berada pada kategori netral
(77,5%), yaitu sikap yang berada pada tingkatan ragu-ragu sampai setuju pada kriteria pangan sehat.
Alasan dalam pemilihan pangan subjek yang utama adalah kandungan alami dalam pangan, kesehatan,
dan harga. Sebagian besar kebiasaan makan sehat subjek baik (57,5%), yaitu memperhatikan konsumsi
buah dan sayur serta asupan lemak dan gula. Persepsi tentang pangan sehat berhubungan dengan alasan
kesehatan, suasana hati, kandungan alami dalam pangan, harga, familiaritas, dan masalah etika dalam
pemilihan pangan (p<0,05). Terdapat hubungan antara alasan kesehatan, suasana hati, kandungan alami
dalam pangan, pengendalian berat badan, dan masalah etika dalam pemilihan pangan, dengan skor
kebiasaan makan sehat (p<0,05). Mahasiswa dengan status gizi lebih memiliki persepsi dan kebiasaan
makan yang lebih sehat dibandingkan dengan yang berstatus gizi normal.
*
Korespondensi: Telp: +6285693224511, Surel: nadewireikyan@gmail.com
Pilihan jawaban pernyataan berupa tujuh skala sis lebih lanjut digunakan pengkategorian status
Likert yaitu sangat tidak penting (STP), tidak gizi berdasarkan gabungan antara IMT/U dan
penting (TP), agak tidak penting (ATP), ragu- IMT, yaitu klasifikasi untuk kurus (IMT<18,5
ragu (RR), agak penting (AP), penting (P), dan kg/m2 atau Z<-2SD), normal (IMT 18,5-22,9
sangat penting (SP) untuk menilai subjek dalam kg/m2 atau -2SD≤Z<+1SD), kegemukan (IMT
pengambilan keputusan yang berhubungan de- 23,0-24,9 kg/m2 atau +1SD≤ Z<+2SD), dan obes
ngan pemilihan pangan. (IMT≥25,0 kg/m2 atau Z≥+2 SD).
Data kebiasaan makan subjek diolah se- Skoring data persepsi tentang pangan se-
suai kuesioner AFHC (Adolescent Food Habits hat berupa pernyataan yang terbagi menjadi dua
Checklist) yang dikembangkan oleh Johnson et pilihan yaitu skor untuk pernyataan favorable:
al. (2002). Terdiri atas 23 pernyataan yang diran- sangat setuju=5, setuju=4, ragu-ragu=3, tidak
cang untuk mengukur kebiasaan makan sehat setuju=2, atau sangat tidak setuju=1; dan skor
pada remaja, dengan pilihan jawaban ‘ya’ atau untuk pernyataan unfavorable yang sebaliknya.
‘tidak’. Terdapat sembilan buah pernyataan yang Skor total persepsi dikategorikan menjadi negatif
memiliki pilihan jawaban tambahan ‘tidak ber- (<60), netral (60-80) dan positif (>80).
laku pada saya’. Subjek akan menerima satu poin Pengolahan FCQ untuk mengidentifikasi
jika dianggap memiliki respon kebiasaan makan alasan pemilihan pangan dengan menjumlahkan
yang sehat. Skor akhir harus disesuaikan dengan nilai pada masing-masing pernyataan menurut
respon yang menyatakan ‘tidak berlaku pada kategori dalam aspek alasan pemilihan pangan
saya’ dan pernyataan yang tidak diisi dengan yaitu kesehatan, suasana hati, kenyamanan, sen-
menggunakan rumus: sorik, kandungan alami dalam pangan, harga,
pengendalian berat badan, familiaritas, dan
Skor AFHC = Jumlah respon kebiasaan makan yang
masalah etika. Hasil skor untuk masing-masing
dianggap sehat x (23/jumlah item yang dapat disele-
alasan akan diurutkan dari yang tertinggi sampai
saikan)
terendah, tiga alasan pemilihan pangan dengan
Pengolahan dan analisis data skor tertinggilah yang menjadi alasan penting
Data uang saku per bulan dibedakan men- bagi subjek dalam melakukan pemilihan pangan.
jadi tiga kategori, yaitu <Rp 600.000, Rp 600.000- Penilaian AFHC berdasarkan skor yang dikatego-
999.999, dan ≥ Rp 1.000.000. Data alokasi uang rikan menjadi kebiasaan makan sehat yang baik
saku disajikan dalam bentuk persentase penge- (skor≥mean) dan kurang baik (skor<mean).
luaran untuk pangan (makanan, minuman, suple- Analisis yang digunakan berupa uji beda
men) dan non pangan terhadap jumlah uang saku proporsi Kruskal Wallis untuk variabel persepsi
per bulan. Data besar keluarga dikelompokkan tentang pangan sehat dan alasan pemilihan pa-
menjadi tiga yaitu, keluarga kecil (≤4 orang), ke- ngan; serta uji beda One Way ANOVA pada varia-
luarga sedang (5–6 orang) dan keluarga besar (≥7 bel kebiasaan makan sehat. Uji beda dilakukan
orang). Data pendidikan orangtua untuk ayah dan untuk melihat perbedaan variabel pada kategori
ibu masing-masing dikategorikan menjadi dela- status gizi kurang, normal dan lebih. Uji kore-
pan kelompok yaitu tidak sekolah, tidak tamat lasi Spearman dilakukan pada variabel persepsi
SD, tamat SD, tidak tamat SMP, tamat SMP, tentang pangan sehat dengan alasan pemilihan
tidak tamat SMA, tamat SMA, dan perguruan pangan; dan alasan pemilihan pangan dengan ke-
tinggi (Diploma, S1, dan S2/S3). biasaan makan sehat.
Subjek dengan usia ≤19 tahun diukur status
gizinya menggunakan indeks massa tubuh ber- HASIL DAN PEMBAHASAN
dasarkan umur (IMT/U) dan remaja dengan usia
lebih dari 19 tahun menggunakan indeks massa Karakteristik subjek
tubuh (IMT). Pengkategorian status gizi berdasar- Sebagian besar subjek berjenis kelamin
kan IMT/U menurut menurut WHO (2000), yaitu perempuan (85,8%) dan sisanya berjenis kelamin
sangat kurus (<-3SD); kurus (-3SD≤Z≤-2SD); laki-laki (14,2%). Sebagian besar subjek memi-
normal (-2SD≤Z≤+1SD); kelebihan berat badan liki status gizi normal (81,7%), baik pada subjek
(+1SD≤Z≤+2SD); gemuk (+2SD≤Z≤+3SD); dan laki-laki (76,5%) maupun perempuan (82,5%).
sangat gemuk (>+3SD). Subjek laki-laki lebih banyak yang memiliki sta-
Pengkategorian status gizi berdasarkan tus gizi kurus dan obesitas dibandingkan dengan
IMT menurut Kepmenkes RI (2010), yaitu kurus perempuan. Hal tersebut sejalan dengan hasil pe-
(<18,5 kg/m2); normal (18,5-22,99 kg/m2); kege- nelitian Johnson et al. (2002), bahwa sebanyak
mukan (23,00-24,99 kg/m2); obes I (25,00-29,99 15,4% remaja memiliki status gizi kurus, 9,8%
kg/m2); dan obes II (≥ 30,00 kg/m2). Untuk anali- kegemukan dan 2,4% obes dengan status gizi
yang lebih sehat pada laki-laki daripada perem- tingkat perguruan tinggi (45,0%), tamat SMA
puan. (32,5%), tamat SMP (11,7%), tamat SD (10,0%),
Uang saku adalah jumlah uang yang di- dan tidak tamat SD (0,8%). Tingkat pendidikan
terima dalam sebulan oleh subjek kecuali biaya orangtua tergolong tinggi karena sebagian besar
kuliah dan asrama, yang diperoleh dari orangtua, lulus pada jenjang perguruan tinggi atau SMA.
beasiswa ataupun dari sumber lainnya. Maha-
siswa dengan status gizi kurang, normal atau le- Persepsi tentang pangan sehat
bih sebagian besar memiliki uang saku pada ren- Persepsi merupakan bagian dari sikap dan
tang Rp 600.000-1.000.000 dengan persentase proses akhir dari pengamatan. Pangan yang sehat
secara berurutan 70,0%, 71,4%, dan 81,3%. Me- adalah makanan dan minuman yang seimbang
dian uang saku subjek dengan status gizi normal kandungan zat gizinya serta memperhatikan fak-
(Rp 1.000.000) lebih besar dibandingkan dengan tor kesehatan. Berdasarkan Tabel 1, tidak terda-
kelompok status gizi kurang (Rp 850.000) dan pat subjek yang memiliki persepsi negatif ten-
lebih (Rp 750.000). tang pangan sehat yaitu sikap yang cenderung ke
Alokasi uang saku subjek untuk pangan dan arah ketidaksetujuan pada kategori pangan sehat
suplemen menurut kategori status gizi, dari yang yang harus beragam, aman, terdapat kandungan
paling besar secara berurutan adalah kategori sta- zat gizi dalam pangan, dan memperhatikan kon-
tus gizi lebih (82,9%), kurang (75,0%), dan nor- sumsi cairan serta suplemen. Hal tersebut dapat
mal (73,7%). Rata-rata (74,8%) uang saku subjek disebabkan karena latar pendidikan subjek yang
digunakan untuk kebutuhan pangan dan suple- seluruhnya merupakan mahasiswa Program Studi
men, dan sisanya (25,2%) digunakan untuk ke- Sarjana Ilmu Gizi, sehingga pencarian ataupun
butuhan non pangan. Rata-rata alokasi uang saku penerimaan informasi mengenai pangan sehat
subjek untuk makanan (Rp 539.133±148.587), lebih banyak.
minuman (Rp 125.375±83.390), suplemen (Rp Pangan yang segar atau belum diolah
16.542±42.777), dan non pangan (Rp 269.950± dan kandungan lemaknya menjadi karakter-
252.459). istik penting dalam mengevaluasi pangan se-
Besar keluarga adalah banyaknya anggota hat pada subjek di Amerika Serikat (Oakes &
keluarga yaitu ibu, ayah, dan anak-anaknya serta Slotterback 2002). Sementara itu kandungan so-
orang lain yang tinggal bersama maupun terpi- dium, protein, vitamin atau mineral bukan men-
sah dan biasanya hidupnya menjadi tanggungan jadi hal yang penting. Hasil penelitian Lake et
kepala keluarga. Pada kategori status gizi lebih al. (2007) menunjukkan bahwa 54,0% individu
sebagian besar subjek memiliki besar keluarga memiliki persepsi tentang makanan sehat berupa
dalam kategori kecil (56,3%). Jumlah anggota makanan yang mengandung komponen pangan
keluarga yang semakin banyak memungkinkan yang seimbang. Makanan sehat didefinisikan
pengaturan untuk pangan sehari-hari akan lebih sebagai makanan seimbang dengan jumlah ma-
sulit dan menyebabkan kualitas dan kuanti- kanan berlemak dan produk olahan susu pada
tas konsumsi pangan anggotanya tidak dapat tingkat sedang dan jumlah buah dan sayur yang
memenuhi kebutuhan. Sebagian besar subjek banyak.
(50,8%) memiliki besar keluarga dalam kategori Penelitian Lake et al. (2007) menunjukkan
sedang, dengan persentase besar keluarga kate- bahwa subjek memiliki penekanan jika makanan
gori besar paling tinggi pada kategori status gizi yang sehat adalah makanan yang dibuat sendiri
kurang (33,3%). dan bebas dari bahan pengawet. Individu meng-
Persentase tertinggi pendidikan ayah sub- gambarkan bahwa jenis lemak yang tidak baik
jek adalah tingkat perguruan tinggi (51,7%), dalam makanan adalah asam lemak jenuh dan ko-
tamat SMA (34,2%), tamat SMP (8,3%), dan lesterol. Individu memiliki persepsi bahwa ma-
tamat SD (5,8%). Persentase pendidikan ibu kanan yang sehat adalah makanan yang rendah
dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah lemak, segar, dan diolah sendiri, serta memasuk-
Tabel 1. Sebaran subjek berdasarkan persepsi tentang pangan sehat dan status gizi
Kategori status gizi
Total
Persepsi tentang pangan sehat Kurang Normal Lebih p
n % n % n % n %
Negatif 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0
Netral 5 83,3 79 80,6 9 56,2 93 77,5 0,467
Positif 1 16,7 19 19,4 7 43,8 27 22,5
an buah dan sayuran ke dalam menu makannya. yang dilakukan subjek adalah kandungan alami
Secara keseluruhan persepsi tentang makanan se- dalam pangan (skor 6,25±0,69), kesehatan (skor
hat dikatakan telah sejalan dengan rekomendasi 6,15±0,68), dan harga (skor 5,79±1,03) (Tabel
yang dianjurkan saat ini. Makanan yang sehat 2). Hasil tersebut sedikit berbeda dengan peneli-
dipersepsikan harus dikurangi kandungan garam- tian Sun (2008) bahwa aspek alasan utama dalam
nya, pangan olahannya, pangan cepat saji, dan pemilihan pangan dengan rata-rata usia 21 tahun
pangan tinggi lemaknya. adalah harga (skor 5,62±1,08), sensorik (skor
Pada studi ini persepsi tentang pangan se- 5,59±0,88), dan suasana hati (skor 5,47±0,88).
hat yang netral memiliki persentase tertinggi un- Alasan kesehatan memiliki skor 5,45±0,94 dan
tuk masing-masing kategori status gizi. Persepsi alasan kandungan alami dalam pangan memi-
yang netral adalah sikap yang berada pada ting- liki skor sebesar 5,15±0,99, dengan skor te-
katan ragu-ragu sampai setuju pada kriteria pa- rendah berupa alasan pengendalian berat badan
ngan sehat itu sendiri. Contohnya sebagian besar (5,09±1,23).
subjek cenderung ragu-ragu sampai setuju bahwa Pada kategori status gizi normal alasan
baik bagi kesehatan jika dalam sehari mengon- utama dalam pemilihan pangannya adalah kan-
sumsi makanan pokok 3-4 porsi; buah 2-3 porsi; dungan alami dalam pangan, kesehatan, dan
sayur 3-4 porsi; 2-4 porsi pangan hewani dan/ harga. Pada kategori status gizi lebih dan kurang
atau pangan nabati; serta pembatasan minyak, alasan utama dalam pemilihan pangannya adalah
gula dan garam. kesehatan, kandungan alami dalam pangan, dan
Persepsi yang positif paling tinggi persenta- sensorik. Terlihat bahwa pada subjek dengan ka-
senya pada kategori status gizi lebih (43,8%), di- tegori status gizi lebih dan kurang, alasan sensorik
lanjutkan dengan kelompok kategori status gizi atau tampilan dari pangan merupakan hal yang
kurang (25,0%), dan normal (17,9%). Persepsi penting dalam pemilihan pangan. Penelitian Ree
yang positif menunjukkan bahwa respon subjek et al. (2008) menunjukkan bahwa sekitar 70%
cenderung sangat setuju pada kriteria pangan se- remaja tidak memperhatikan masalah kesehatan
hat itu sendiri. Contohnya subjek sangat setuju dalam pemilihan pangan, dengan alasan pengen-
bahwa setelah makan sebaiknya minum air putih, dalian berat badan sebagai perhatian utama.
bukan minum minuman berkalori atau bersoda. Jika dilihat dari semua kelompok usia,
Hal tersebut dapat terjadi karena subjek dengan maka 45% laki-laki dan 65% perempuan melaku-
status gizi normal memiliki sikap bahwa semua kan pemilihan pangan karena alasan kesehatan.
pangan sehat tidak harus memenuhi kriteria sehat Berdasarkan penelitian Steptoe dan Pollard
yang sebenarnya karena subjek telah berada pada (1995) alasan sensorik, harga dan kesehatan
bentuk tubuh dan status gizi yang normal atau di- menjadi alasan utama dalam pemilihan pangan
anggap sehat. pada usia 17-89 tahun. Terdapat perbedaan alasan
pengendalian berat badan dan suasana hati dalam
Alasan pemilihan pangan pemilihan pangan antar kategori status gizi ber-
Mengidentifikasi aspek alasan dibalik beda berdasarkan hasil uji beda Kruskal Wallis
pemilihan pangan dapat dilakukan dengan me- (p<0,05).
lihat motif dalam pemilihan pangan mengguna- Perbedaan signifikan alasan pengendalian
kan FCQ. Alasan utama dalam pemilihan pangan berat badan dan suasana hati dalam pemilihan
Tabel 2. Rata-rata skor alasan dalam pemilihan pangan dan status gizi
Kategori status gizi
Total
Alasan pemilihan pangan Kurang Normal Lebih p
mean±SD mean±SD mean±SD mean±SD
Kesehatan 6,11±0,63 6,12±0,71 6,43±0,47 6,15±0,68 0,254
Suasana hati 4,56±1,17 5,33±0,89 5,85±0,80 5,36±0,93 0,019
Kenyamanan 5,23±0,86 5,20±0,93 5,33±0,99 5,22±0,93 0,934
Sensorik 5,83±0,56 5,58±0,71 6,00±0,97 5,65±0,76 0,055
Kandungan alami dalam pangan 6,28±0,65 6,24±0,66 6,25±0,90 6,25±0,69 0,851
Harga 5,11±1,09 5,82±0,92 5,90±1,56 5,79±1,03 0,070
Pengendalian berat badan 3,94±1,29 5,03±1,20 5,71±1,18 5,06±1,24 0,011
Familiaritas 4,89±0,72 4,85±0,95 4,83±1,29 4,85±0,99 0,998
Masalah etika 5,33±1,07 4,96±1,21 5,33±1,26 5,03±1,21 0,603
pangan antara subjek dengan status gizi lebih, Sebesar 42,5% subjek memiliki kebi-
normal dan kurang menunjukkan bahwa terda- asaan makan yang kurang baik, artinya subjek
pat perbedaan tingkat kepentingan kedua alasan cenderung tidak terbiasa mengonsumsi buah
tersebut bagi subjek dengan status gizi berbeda. dan sayur, memiliki kebiasaan konsumsi pangan
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa aspek sumber lemak tinggi, dan makanan atau minum-
alasan pengendalian berat badan dan suasana hati an dengan kadar gula tinggi.
menjadi aspek yang sangat penting dalam pemi- Hasil uji beda (One Way ANOVA) menun-
lihan pangan dibandingkan dengan yang bersta- jukkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor
tus gizi normal, dan cenderung kurang penting kebiasaan makan sehat pada kelompok status
bagi subjek dengan status gizi kurang. gizi kurang, normal ataupun lebih (p>0,05). Se-
bagian besar subjek pada kelompok status gizi
Kebiasaan makan lebih (62,5%) memiliki kebiasaan makan baik,
Kebiasaan makan adalah pola perilaku yaitu memperhatikan konsumsi buah dan sayur
konsumsi pangan yang terjadi secara berulang. serta asupan lemak dan gulanya. Kebiasaan ma-
Salah satu metode pengukuran kebiasaan makan kan yang kurang baik sebagian besar dimiliki
khusus pada usia remaja adalah dengan menggu- oleh subjek dengan kelompok status gizi kurang
nakan kuesioner AFHC. Hasil pengukuran kebi- (50,0%) dan normal (42,9%).
asaan makan dengan metode AFHC menghasilkan Hasil penelitian Sabiston dan Crocker
skor seperti pada Tabel 3. Sebagian besar subjek (2008) mengungkapkan bahwa kelompok remaja
memiliki kebiasaan makan yang baik (57,5%), dengan IMT normal atau kurang cenderung tidak
yaitu subjek memperhatikan konsumsi buah dan mengikuti kebiasaan makan yang sehat karena
sayur serta asupan lemak dan gulanya. Hal terse- merasa bentuk atau ukuran tubuh mereka tidak
but sejalan dengan hasil penelitian Thamrin et al. perlu diubah. Hal tersebut membuat asumsi bah-
(2008) yang menunjukkan bahwa 63,3% remaja wa mengonsumsi makanan kurang bergizi dapat
memiliki kebiasaan makan yang baik. meningkatkan atau mempertahankan ukuran tu-
Kebiasaan makan remaja SMA (Sekolah buh. Hasil penelitian Suryaputra dan Nadhiroh
Menengah Atas) usia 14-17 tahun yang dinilai (2012) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
dari skor gabungan frekuensi makan, komposisi yang bermakna pada kebiasaan makan remaja
makan, frekuensi komposisi makan sehat, peng- Sekolah Menengah Atas (SMA) usia 15-17 ta-
gunaan produk pelangsing, dan makanan pan- hun dilihat dari frekuensi makan, pola konsumsi
tangan menunjukkan 63,3% subjek memiliki ke- makanan cepat saji, pola konsumsi kudapan atau
biasaan makan yang baik (Thamrin et al. 2008). makanan ringan, serta tingkat konsumsi energi
Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa subjek dan zat gizi antara kelompok obes dan kelompok
dengan kategori status gizi lebih memiliki ke- non obes.
biasaan makan yang lebih sehat dibandingkan Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan
dengan kelompok status gizi normal ataupun bahwa terdapat hubungan antara persepsi tentang
kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata pangan sehat dengan alasan kesehatan, suasana
skor kebiasaan makan pada masing-masing ke- hati, kandungan alami dalam pangan, harga, fa-
lompok. miliaritas, dan masalah etika dalam pemilihan
Hasil penelitian ini sesuai dengan peneli- pangan (p<0,05). Semakin positif persepsi ten-
tian Sabiston dan Crocker (2008) yang menun- tang pangan sehatnya maka semakin penting
jukkan bahwa remaja dengan IMT yang lebih keenam aspek alasan tersebut dalam melakukan
besar memiliki kebiasaan makan yang lebih se- pemilihan pangan. Hal tersebut sesuai dengan
hat dibandingkan dengan kelompok IMT normal penelitian Sun (2008) yang menunjukkan bahwa
atau kurang. Upaya mencapai bentuk tubuh ideal sikap berhubungan dengan aspek alasan kesehat-
atau mengubah ukuran tubuh dilakukan dalam an, pengendalian berat badan, kandungan alami
bentuk respon berupa kebiasaan makan yang dalam pangan, dan masalah etika dalam pemilih-
lebih sehat. an pangan.
Tabel 3. Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan makan sehat dan status gizi
Kategori status gizi
Total
Kebiasaan makan Kurang Normal Lebih p
n % n % n % n %
Baik 3 50,0 56 57,1 10 62,5 69 57,5
Kurang baik 3 50,0 42 42,9 6 37,5 51 42,5 0,680
Skor AFHC (mean±SD) 11,9±4,6 12,0±3,6 13,0±3,8 12,2±3,7
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan [Kemenkes RI] Kementrian Kesehatan Republik
bahwa terdapat hubungan antara alasan kesehat- Indonesia. 2014. Pedoman Gizi Seimbang.
an, suasana hati, kandungan alami dalam pangan, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
pengendalian berat badan, dan masalah etika da- Kesehatan Ibu dan Anak.
lam pemilihan pangan dengan kebiasaan makan [Kepmenkes RI] Keputusan Menteri Kesehatan
sehat (p<0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa Republik Indonesia. 2010. Standar
semakin pentingnya kelima alasan tersebut dalam Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.
pemilihan pangan maka kebiasaan makan akan Jakarta: Kemenkes RI.
lebih sehat. Hal tersebut tidak jauh berbeda de- Lake AA, Hyland RM, Rugg-Gunn AJ, Wood
ngan hasil penelitian Sun (2008) yang menunjuk- CE, Mathers JC, Adamson AJ. 2007.
kan bahwa aspek alasan kesehatan, harga, kan- Healthy eating: perceptions and practice
dungan alami dalam pangan, dan masalah etika (the ASH30 study). Science Direct 48:176-
berhubungan dengan kebiasaan makan sehat. 182.
Notoatmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
KESIMPULAN Jakarta: Rineka Cipta.
Oakes ME, Slotterback CS. 2002. The good, the
Persepsi tentang pangan sehat pada subjek bad, and the ugly: Characteristics used by
cenderung netral pada ketiga kategori status gizi. young, middle-aged, and older men and
Persepsi positif paling tinggi persentasenya pada women, dieters and non-dieters to judge
kategori status gizi lebih, kemudian kurang dan healthfulness of foods. Appetite 38:91-97.
normal. Alasan pemilihan pangan utama pada Paulus D, Saint-Remy A, Jeanjean M. 2001.
subjek dengan kategori status gizi normal berupa Dietary habits during adolescence-results
kandungan alami dalam pangan, kesehatan dan of the belgian adolux study. Eur J Clin
harga. Pada kategori status gizi lebih dan kurang, Nutr 55(1):130-136.
alasan utama dalam pemilihan pangannya ada- Ree M, Riedger N, Moghadasian MH. 2008.
lah kesehatan, kandungan alami, dan sensorik. Factors affecting food selection in Canadian
Kebiasaan makan sehat cenderung baik pada ka- Population. Eur J Clin Nutr 62(1):1255-
tegori status gizi lebih, namun kurang baik pada 1262.
kategori status gizi kurang dan normal. Terdapat Sabiston CM, Crocker PRE. 2008. Examining
perbedaan pada alasan pengendalian berat badan an integrative model of physical activity
dalam pemilihan pangan antar kategori status gizi and healthy eating self-perception and
berbeda. Terdapat pula perbedaan alasan suasana behaviors among adolescents. J Adolescent
hati dalam pemilihan pangan antara kategori sta- Health 42(1):64-72.
tus gizi normal-lebih dan kurang-lebih. Sjoberg A, Hallberg L, Hoglund D, Hulthen L.
Terdapat hubungan antara persepsi tentang 2003. Meal pattern, food choice, nutrient
pangan sehat dengan alasan pemilihan pangan intake and lifestyle factors in the Goteborg
berupa kesehatan, suasana hati, kandungan alami adolescence study. Eur J Clin Nutr
dalam pangan, harga, familiaritas, dan masalah 57(1):1569-1578.
etika. Terdapat hubungan antara alasan pemilihan Steptoe A, Pollard TM. 1995. Development
pangan berupa kesehatan, suasana hati, kandung- of a measure of the motives underlying
an alami dalam pangan, pengendalian berat ba- the selection of food: the food choice
dan, dan masalah etika dengan kebiasaan makan. questionnaire. London Academic Press
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah Limited 25:267-284.
meneliti kebiasaan makan pada remaja yang ting- Sun YC. 2008. Health concern, food choice
gal bersama orangtua (tidak tinggal di asrama) motives, and atitudes toward healthy
dengan status gizi berbeda, serta menggunakan eating: the mediating role of food choice
perbandingan jumlah subjek yang sama pada motives. Science Direct 51(1):42-49.
masing-masing kategori status gizinya. Suryaputra K, Nadhiroh SR. 2012. Perbedaan
pola makan dan aktivitas fisik antara
DAFTAR PUSTAKA remaja obesitas dengan non obesitas.
Makara Kesehatan 16(1):45-50.
Johnson F, Wardle J, Griffith J. 2002. The Thamrin MH, Kusharto CM, Setiawan B. 2008.
adolescent food habits checklist: reliability Kebiasaan makan dan pengetahuan re-
and validity of a measure of healthy eating produksi remaja putri peserta pusat infor-
behaviour in adolescent. Eur J Clin Nutr masi dan konseling kesehatan reproduk-
56(1):644-649. si remaja (PIK-KRR). J Gizi Pangan
3(3):124-131.
[WHO] World Health Organization. 2000. The
Asia-Pacific Perspective: Redefining Obe-
sity and it’s Treatment. WHO Western Pa-
cific Region.
ABSTRACT
Background : Previous studies has focused on intakes of individual nutrients and/or foods or food groups to specific effect on
health, but there were still not clear about the effect of dieting pattern and food choice to overweight/obesity indicators like BMI-
for Age, fat percentage, waist circumference and waist to height ratio and which food group has the most effect to obesity
indicators.
Objective: This study examined the association of meal pattern to BMI-for Age, fat percentage, waist circumference and waist
to height ratio.
Methods: This cross sectional study involved 738 individuals aged 15-18 years old adolescents in public school in Kota
Yogyakarta. Height and waist circumference were measured by microtoise and metline. Weight and fat percentage were
measured by hand-to-foot BIA. BMI-for–age were determined by WHO Antroplus. Dieting pattern was determined by self-
reported questionnaire food frequency questionaire which consisted of 91-food item. Data were analyzed by t-test, and linier
regression and multiple regression.
Results: Overweight and obese were present in 13.41% and 5.43% subjects. In linear regression analysis, legumes, one dish
meal, snacks, and sweetened beverages were negatively associated to BMI for age, waist circumference, waist to height ratio
and fat pecentage (p<0.05). While in food items analysis, legumes, snacks and sweetened beverages were associated with the
increase of waist circumference and fat percentage, while milk and soft drink as protective factor to the increase of fat percentage
(-1.70 (-2.40;-1.00); -1.68 (-2.78;-0.58)).
Conclusion: In a conclusion, increase in BMI for age and waist circumference are more affected by the intake of high frequency
of macronutrients, while increase in fat percentage were associated with sweetened beverages consumption.
ABSTRAK
Latar Belakang : Beberapa penelitian terdahulu banyak yang berfokus pada asupan zat gizi individu dan atau makanan atau
kelompok makanan dengan efek terhadap kesehatan, namun penelitian mengenai efek dari pola diet dan makanan pilihan untuk
indikator kelebihan berat badan/obesitas seperti IMT/U, persentase lemak, lingkar pinggang dan rasio pinggang tinggi masih
belum jelas serta kelompok makanan yang memiliki efek teryinggi pada indikator obesitas.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan IMT/U, persentase lemak, lingkar pinggang
dan rasio pinggang tinggi.
Metode : Penelitian cross sectional ini melibatkan 738 remaja yang berusia 15-18 tahun di SMA Negeri Kota Yogyakarta. Tinggi
dan lingkar pinggang diukur dengan microtoise dan metline. Berat badan dan persentase lemak diukur dengan hand-to-foot
BIA. IMT/U dikonversi menggunakan software WHO Antroplus. Pola makan ditentukan oleh kuesioner semi quantitative food
frequency yang terdiri dari 91 item makanan. Data dianalisis dengan t-test, dan regresi linier dan regresi berganda.
Hasil :Kegemukan dan obesitas sebesar 13,41% dan 5,43%. Dalam analisis regresi linier, kacang-kacangan, makanan
sepinggan, snack dan minuman manis berhubungan negatif dengan IMT/U, lingkar pinggang, rasio pinggang tinggi dan
persentase lemak (p <0,05). Analisis tiap bahan makanan, kacang-kacangan, snack dan minuman manis dikaitkan dengan
peningkatan lingkar pinggang dan persentase lemak, sedangkan susu dan minuman manis sebagai faktor protektif terhadap
peningkatan persentase lemak (-1,70 (-2,40; - 1,00); -1,68 (-2,78; -0,58)).
Kesimpulan : Peningkatan IMT/U dan lingkar pinggang dipengaruhi oleh asupan frekuensi tinggi dari makronutrien, sedangkan
peningkatan persentase lemak dikaitkan dengan konsumsi minuman manis.
Copyright © 2018; Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7 (1), 2018 15
e-ISSN : 2338-3119, p-ISSN: 1858-4942
Adhila Fayasari, Madarina Julia, Emy Huriyati
remaja antara lain semakin mudahnya akses makanan, pula dengan lingkar pinggang yang berhubungan dengan
maraknya produk makanan padat energi dan rendahnya penyakit kardiovaskular, stroke dan hipertensi.19,20 Oleh
aktivitas fisik anak, yang dikenal dengan nutrition karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
transition.3,4,5 mengidentifikasi hubungan pola makan dengan indikator
Pola makan (dietary patterns) telah diteliti komposisi tubuh yaitu IMT/U, persentase lemak, lingkar
mempunyai hubungan dengan komposisi tubuh yang pinggang dan rasio lingkar pinggang-tinggi badan dan
dalam analisis ini merupakan hasil analisis total dari diet indikator yang lebih baik dalam mengidentifikasikan
yang diukur secara keseluruhan maupun kombinasi perubahan terhadap pola makan pada remaja.
beberapa kelompok makanan ke dalam fokus kelompok
makanan atau zat gizi. Selain itu, penelitian terdahulu BAHAN DAN METODE
pada hubungan diet dengan kesehatan hanya berfokus
pada asupan zat gizi tertentu. Walaupun begitu, diet Penelitian ini menggunakan desain cross sectional
merupakan hal yang kompleks dan asupan zat gizi dengan populasi seluruh siswa SMA Negeri Kota
tertentu tidak berdiri sendiri, melainkan berkorelasi Yogyakarta kelas X dan XI. Sejumlah 738 siswa diambil
dengan zat gizi lain.6 Pola makan snack yang tinggi dari 29 kelas (2-4 kelas tiap sekolah) melalui cluster
mempunyai hubungan yang negatif terhadap obesitas, sampling. Hasil randomisasi menggunakan software
lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-tinggi randomizer. Penelitian ini telah mendapatkan ethical
badan.7,8,9 Namun hal ini tidak menyatakan secara umum clearence oleh Komite etik Fakultas Kedokteran
bahwa snack mempunyai energi tinggi.10 Universitas Gadjah Mada dengan nomor
Asupan makanan spesifik berhubungan positif KE/FK/530/EC.
dengan peningkatan IMT pada dewasa muda. Fraser et al Seluruh subjek dilakukan pengukuran
(2012) mendapatkan hasil bahwa konsumsi fast food antropometri yang meliputi ukuran berat badan, tinggi
pada usia 13 tahun meningkatkan risiko 1,23 kali untuk badan, dan lingkar pinggang. Pengukuran dilakukan oleh
menjadi obes pada usia 15 tahun (meningkatkan IMT lulusan S1 Gizi. Tinggi badan dan lingkar pinggang
0,08 kg/m2).11 Konsumsi sugar-sweetened dan softdrink diukur dengan ketelitian 0,1 cm dengan microtoise dan
regular meningkatkan IMT z-score sebesar 0,07 dan 0,1, metline. Tinggi badan diukur dengan responden berdiri
pada remaja putri, namun tidak ada korelasi pada anak tegak menempel pada dinding, pada pengukuran lingkar
laki-laki.12 Asupan fast food pada usia 13 tahun pinggang, responden diukur pada bagian di antara rusuk
berhubungan dengan persentase lemak yang lebih besar dan iliac crest dari depan. Berat badan dan persentase
pada usia 15 tahun (95%CI, 1,33-2,79). Penelitian di lemak diukur menggunakan hand-to-foot BIA dengan
Australia menemukan hubungan konsumsi softdrink ketelitian 0,1 kg dan kapasitas 135 kg. Dua buah BIA
dengan peningkatan 4,5% persentase lemak pada usia 17 divalidasi untuk pengukuran berat badannya, didapatkan
tahun dibandingkan dengan individu yang jarang hasil dengan korelasi 99,52%. Persentase lemak diukur
mengonsumsi softdrink.13 dengan memperhatikan beberapa kondisi antara lain
Penelitian serupa di Indonesia masih jarang minimal 2-3 jam setelah konsumsi makanan/minuman,
dilakukan, hanya terbatas pada data kategorik, belum suhu dan kondisi medis.16 IMT/U dikonversi dengan
menggabungkan analisis dengan data rasio. Penelitian menggunakan WHO-anthroplus. Persentase lemak
Wulandari (2015) di daerah Tabanan menunjukkan didapatkan langsung dari hand-to-foot BIA.
adanya hubungan yang signifikan antara asupan energi Pola makan diukur dengan menggunakan food
anak sekolah dasar dengan gizi lebih di daerah frequency dengan periode 3 bulan terakhir yang terdiri
perdesaan, asupan energi anak overweight lebih besar dari 91 item yang telah divalidasi dan frekuensi terdiri
daripada anak yang mempunyai status gizi normal dari 7 tingkat (tidak pernah, 1x/bulan, 1x/minggu, 4-5
(p<0,05; r=0,4).14 Rata-rata asupan asupan sugar- x/minggu, 2-3x/minggu, 1x/hari dan > 1 x/hari). Analisis
sweetened beverages sebesar 311,1 kkal/hari pada anak dilakukan dengan menggunakan t-test, dan regresi linear.
obesitas (anjuran 200 kkal).15
Penelitian-penelitian terkait dengan diet dan HASIL
komposisi lemak tubuh di Indonesia lebih memfokuskan
pada asupan energi dan gizi makro secara keseluruhan, Penelitian dilakukan dari bulan April hingga Mei
seperti pada penelitian di Makasar dan Jayapura 2014. Dari 11 sekolah negeri, hanya 10 yang bersedia
mengidentifikasikan frekuensi makan yang dihubungkan untuk dijadikan sampel penelitian. Total 882 siswa,
dengan risiko penyakit tertentu dan obesitas.16,17,18 hanya 748 siswa yang ikut dalam pengukuran
Penelitian yang menghubungkan antara pola makan antropometri, dan 10 anak dieksklusi karena berusia
dengan indikator obesitas lainnya seperti lingkar kurang dari 15 tahun.
pinggang, dan persentase lemak belum ada. Distribusi
lemak merupakan salah satu faktor yang signifikan
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas, begitu
16 Copyright © 2018; Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7 (1), 2018
e-ISSN : 2338-3119, p-ISSN: 1858-4942
Pola makan dan indikator lemak tubuh pada remaja
Tabel 2. Analisis Regresi Linear antara Pola Makan dengan Indikator Lemak Tubuh
Rasio Linggkar
IMT/U Lingkar pinggang Pinggang-Tinggi Persentase lemak
Variabel Badan
β 95%CI β 95%CI β 95%CI β 95%CI
Makanan pokok1 -0,13 0,31;0,06 -0,56 -1,88;0,76 -0,01 -0,01;-0,00 -0,31 -1,40;0,78
Lauk hewani1 -0,01 0,19;0,17 -0,41 -1,74;0,91 -0,01 -0,01;0,00 -0,44 -1,53;0,66
Lauk nabati1 0,01 0,18;0,19 0,91 -0,43;2,24 -0,00 -0,01;0,01 -1,05 -2,14;0,05
Snack manis1 -0,27* -0,45;-0,09 -1,77* -3,08;-0,46 -0,01* -0,02;-0,00 -0,47 -1,56;0,62
Snack asin1 -0,16 -0,34;0,02 -0,58 -1,90;0,74 -0,01 -0,01;0,00 -0,39 -1,48;0,70
Makanan sepinggan1 -0,24* -0,42;-0,06 -1,01 -2,33;0,32 -0,00* -0,02;-0,00 -1,76* -2,85;-0,68
Minuman manis1 -0,34** -0,52;-0,16 -1,12 -2,44;0,20 -0,01 ** -0,02;-0,01 -2,56 ** -3,64;-1,49
Keterangan: 1Dikategorikan berdasar cut off median; Frekuensi tinggi ( > cut off=1), rendah (<cut off=0)
Rata-rata umur siswa 16,17 ± 0,68 tahun. oleh snack asin (snack ringan), dan minuman manis
Prevalensi overweight dan obes berturut-turut 13,41% (susu, kopi, jus buah dan softdrink).
and 5,43%. Berdasarkan hasil analisis t-test variabel
indikator lemak tubuh dengan jenis kelamin (Tabel 1), PEMBAHASAN
terdapat perbedaan rata-rata IMT/U, lingkar pinggang
dan persentase lemak. Namun, tidak terdapat perbedaan Hasil analisis bivariat menunjukan perbedaan
yang signifikan antara jenis kelamin dengan rasio lingkar rata-rata skor IMT/U, lingkar pinggang, rasio lingkar
pinggang tinggi badan (p>0,05). pinggang-tinggi badan dan persentase lemak terhadap
Regresi linear dilakukan untuk melihat arah jenis kelamin. Persentase lemak dan IMT/U lebih besar
hubungan variabel. Dalam penelitian ini, regresi linear pada kelompok perempuan dengan selisih -0,21 dan -
digunakan untuk melihat hubungan item makanan 11.30 cm (p<0,05). Menurut Wu & O’Sullivan dalam
dengan densitas energi dan lemak tinggi terhadap penelitiannya, perempuan memiliki proporsi lemak
indikator komposisi tubuh (Tabel 2). Kategori makanan tubuh lebih banyak karena remaja perempuan lebih
dibagi menjadi 2 yaitu sering dan jarang berdasarkan efisien dalam mengkonversi energi yang dikonsumsi dan
median, karena gambaran terhadap kelompok tidak bisa menyimpannya sebagai lemak terutama saat badan tidak
menggambarkan secara detail, maka dilakukan analisis aktif bergera.21 Sebaliknya remaja laki-laki cenderung
per item makanan (Tabel 3). untuk mengalami obesitas sentral, yang ditunjukan dari
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa lingkar pinggang yang lebih besar 4 cm (p<0,001)
IMT/U dipengaruhi secara signifikan oleh asupan dari daripada perempuan.
item makanan pokok (nasi goreng), lauk hewani (daging Kuesioner FFQ dalam penelitian ini dirancang
kambing, kepiting), snack manis (cupcake, martabak dengan mengumpulkan jenis-jenis makanan dari masing-
manis), dan makanan sepinggang walaupun koefisien masing kelompok makanan yang memiliki kandungan
regresi tidak terlalu besar, namun pada item minuman energi dan lemak tinggi. Hasil FFQ ini hanya
manis, nilai koefisien bernilai negatif. Koefisien regresi menyediakan informasi mengenai variasi jenis makanan
pada lingkar pinggang menunjukan angka lebih dari 1 yang dimakan, namun tidak dengan jumlahnya. FFQ
dan positif pada lauk nabati, snack manis, snack asin dan dengan memfokuskan pada frekuensi digunakan untuk
makanan sepinggan yang mengindikasikan bahwa penelitian dengan jumlah sampel yang besar. Semakin
terdapat hubungan yang kuat serta dapat dikatakan tinggi skor untuk tiap kelompok makanan maka semakin
bahwa peningkatan asupan pada lauk nabati, snack tinggi variasi jenis makanan yang dikonsumsi.22 Skor
manis, asin dan makanan sepinggan dapat meningkatkan untuk variabel asupan ini telah dikategorikan menjadi 2
ukuran lingkar pinggang. Persentase lemak dipengaruhi kategori yaitu tinggi dan rendah berdasarkan cut off
median total skor tiap kelompok makanan.
Copyright © 2018; Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7 (1), 2018 17
e-ISSN : 2338-3119, p-ISSN: 1858-4942
Adhila Fayasari, Madarina Julia, Emy Huriyati
18 Copyright © 2018; Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7 (1), 2018
e-ISSN : 2338-3119, p-ISSN: 1858-4942
Pola makan dan indikator lemak tubuh pada remaja
makanan yang dikonsumsi lebih sedikit daripada yang snack manis, makanan sepinggan dan minuman manis
sebenarnya, terutama pada makanan mengandung energi dengan hubungan negatif. Namun pada makanan per
dan lemak yang tinggi.26 Jeroan, susu dan softdrink item makanan, asupan makanan dengan nilai karbohidrat
dikenal dalam masyarakat memiliki kandungan energi dan gula tinggi mempunyai hubungan yang positif
dan lemak lebih tinggi daripada item makanan FFQ terhadap peningkatan rasio lingkar pinggang-tinggi
lainnya. Asupan dairy food berhubungan dengan odds badan (p<0,05).
ratio 0,51 terhadap obesitas.27 Hal berbeda didapatkan pada persentase lemak
Under-reporting asupan energi berkisar antara yang cenderung berhubungan negatif dengan pola makan
10% dan lebih besar pada anak gizi lebih/obese.28 Dalam pada item snack manis, snack asin dan minuman manis.
penelitian yang mengeksklusi anak laki-laki yang sedang Persentase lemak lebih fluktuatif terhadap perubahan
diet dan anak perempuan yang mempunyai persepsi yang terjadi dalam metabolisme tubuh, dan tidak bisa
buruk terhadap peningkatan berat badan, terdapat hanya diukur pada satu waktu atau dengan desain
hubungan positif antara asupan dengan penumpukan snapshot seperti cross sectional. Hal ini dikarenakan
lemak.29 Hasil penelitian meta-analysis pada anak-anak penyimpanan lemak berhubungan langsung dengan
dan remaja, frekuensi makan yang lebih berhubungan keseimbangan energi dalam tubuh. Semakin tinggi
dengan status berat badan yang rendah.30 energi dari asupan melebihi energi ekspenditur, maka
Hal lain yang dapat dilihat pada Tabel 2 adalah semakin tinggi energi yang disimpan dalam bentuk
peningkatan IMT/U dan lingkar pinggang dipengaruhi trigliserida dalam jaringan adipose.34
oleh frekuensi asupan yang tinggi kandungan zat gizi Dalam penelitian ini tidak dapat disimpulkan
makro seperti makanan pokok snack manis, lauk hewani secara mendetail mengenai persentase lemak dengan
dan nabati. Dalam penelitian longitudinal pada ras hitam minuman manis, karena hasil regresi bernilai negatif.
dan putih, menyebutkan bahwa frekuensi makan dan Namun, pada item jus buah, frekuensi asupan 1 porsi
snack yang rendah berkaitan dengan peningkatan IMT dalam 2-6x/minggu ada peningkatan persentase lemak
dan lingkar pinggang yang lebih besar.29 secara positif 1,43%. Adapun peningkatan metabolisme
Secara general berdasarkan hasil penelitian- lemak akibat konsumsi gula dalam jangka waktu yang
penelitian terdahulu, tidak ada hasil yang konsisten panjang terutama fruktosa yang terdapat pada tanaman
antara pola makan dengan IMT. Pada penelitian yang dan buah. Selain itu, kandungan gula dalam jus buah,
menggunakan analisis PCA pun tidak ditemukan tidak murni dari buah saja, pada beberapa produk sering
hubungan yang signifikan dengan IMT, kecuali pada ditambahkan gula/sukrosa. Dalam review mengenai efek
asupan rendah snack dan tinggi asupan fish and sauce fruktosa terhadap obesitas, didapatkan bahwa fruktosa
pada anak obese dan asupan makanan hewani pada anak berhubungan dengan peningkatan trigliserida plasma dan
pre-school overweight di Korea.6,24 penurunan kolesterol-HDL, yang jika dikonsumsi
Pada penggunaan indikator obesitas, dalam berkepanjangan dapat mengakibatkan dyslipidemia.35
penelitian ini didapatkan terdapat hubungan positif dan
signifikan antara pola makan item snack manis, snack Keterbatasan Penelitian
asin dan minuman manis dengan lingkar pinggang Keterbatasan pada penelitian ini antara lain
dengan perubahan antara 1,00 – 2,70 cm, sedangkan penggunaan desain studi cross sectional yang tidak dapat
pada indikator IMT/U cenderung dipengaruhi secara menjelaskan antara sumber dan outcome karena
positif oleh pola makan item makanan pokok, hewani pengambilan data dilakukan pada satu rentang waktu.
dan makanan sepinggan, namun peningkatannya hanya Selain itu peningkatan dan perubahan pada indikator
0,01-0,03 SD. Hal ini sejalan dengan penelitian obesitas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
longitudinal di Amerika, bahwa hubungan pola makan Pada beberapa penelitian lain mengenai pola
lebih terlihat perubahan peningkatan pada lingkar makan, sulit untuk digeneralisasikan karena pola makan
pinggang disbanding IMT walaupun dalam penelitian bervariasi tiap populasi. Penggunaan FFQ terbatas pada
tersebut lebih memfokuskan pada pola makan asupan frekuensi namun tidak pada asupan maupun porsi,
tinggi serat dan produk susu rendah lemak.31,32 sehingga peran dari beberapa jenis makanan tidak dapat
Pola makan dalam penelitian ini lebih terlihat dihubungkan dengan peningkatan asupan energi.
hubungan dengan indikator obesitas abdominal. Dalam Sebagai konsekuensi, hubungan antara pola makan
sebuah penelitian yang menggunakan food diversity dengan indikator obesitas hanya terbatas pada frekuensi
index didapatkan hasil bahwa semakin tinggi nilai food makan, bukan sebagai akibat dari tingginya asupan.
diversity maka semakin baik dan bervariasi asupannya.33 Penelitian yang menganalisis mengenai asupan antara
Hasil penelitian tersebut menunjukkan semakin tinggi anak obes dengan normal tidak mendapatkan hasil yang
variasi makan maka semakin berhubungan risiko signifikan, karena pengambilan dilakukan secara cross
obesitas abdominal yang menggunakan indikator rasio sectional (snapshot) sehingga perlu dilakukan penelitian
lingkar pinggang-tinggi badan dan rasio android-gynoid. longitudinal lebih lanjut.
Rasio lingkar pinggang-tinggi badan dipengaruhi oleh
Copyright © 2018; Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7 (1), 2018 19
e-ISSN : 2338-3119, p-ISSN: 1858-4942
Adhila Fayasari, Madarina Julia, Emy Huriyati
20 Copyright © 2018; Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7 (1), 2018
e-ISSN : 2338-3119, p-ISSN: 1858-4942
Pola makan dan indikator lemak tubuh pada remaja
distribution as predictors of stroke among US only specific food items? Results from the Fleurbaix
men.Am J Epidemiol. 1996;144:1143–50. Laventie Ville Sante (FLVS) study. Int J Obes Relat
20. Lakka HM, Lakka TA, Tuomilehto J, Salonen JT. Metab Disord. 2000. 24:1500–6.
Abdominal obesityis associated with increased risk 28. Crichton, G.E & Alkerwi, A. Whole-fat dairy food
of acute coronary events in men. Eur Heart J intake is inversely associated with obesity
.2002;23:706–13 prevalence: findings from the Observation of
21. Dehghan, M. & Merchant. A.T. Is bioelectrical Cardiovascular Risk Factors in Luxembourg study.
impedance accurate for use in large epidemiological Nutr Res. 2014. 34(11): 936-943.
studies? Nutrition Journal. 2008;7:26 29. Garriguet, D. Under-reporting of energy intake in the
22. Wu, B.N., O’Sullivan, A.J. Sex differences in Canadian Community Health Survey. Statistic
energy metabolism nees to be considered with Canada, Catalogue no. 82-003-XPE, Health reports
lifestyle modification in human. Journal of Nutrition 2008: 19(4).
and Metabolism.2011:1-6. 30. Ritchie. Less frequent eating predicts greater BMI
23. Willet, W. Nutritional Epidemiology: Food- and waist circumference in female adolescents. Am
Frequency Methods chapter 6. Oxford J Clin Nutr. 2012. 85:290-6.
Scholarship.1998. 31. Kaisari,P.,Yannakoulia,M,Panaqiotakos,DB. Eating
24. Utter J, Scragg R, Mhurchu CN, Schaaf D: What frequency and overweight and obesity in children
effect do attempts to lose weight have on the and adolescents: a meta-analysis. Pediatrics. 2013.
observed relationship between nutrition behaviours 131(5): 958067.
and body mass index among adolescents? Int J 32. Newby et al, Dietary patterns and changes in body
Behav Nutr Phy. 2007, 4:40. mass index and waist circumference in adults. Am J
25. Lehto R, Ray C, Lahti-Koski M: Health behaviors, Clin Nutr. 2003. 77:1417-25
waist circumference and waist-to-height ratio in 33. Newby. Food patterns measured by factor analysis
children. Eur J Clin Nutr. 2011. 65:841–848. and anthropometric changes in adults. Am J Clin
26. Skidmore P, Cassidy A, Swaminathan R, Richards J, Nutr. 2004. 80:504–13
Mangino M, Spector T, MacGregor A: An 34. Valdiveloo. Dietary Variety Is Inversely Associated
obesogenic postnatal environment is more important with Body Adiposity among US Adults Using a
than the fetal environment for the development of Novel Food Diversity Index. J nutrition. 2015.
adult adiposity: a study of female twins. Am J Clin 145:555-63.
Nutr. 2009, 90:401–406. 35. Schoenfeld, B.J., Aragon, A.A., Krieger, J.W.
27. Lafay L, Mennen L, Basdevant A, Charles, M.A., Effects of meal frequency on weight loss and body
Bprys, J.M., Eschwege E., Romonm M. Does energy composition: a meta-analysis. Nutrition Reviews.
intake underreporting involve all kinds of food or 2015.73(2):69-82.
Copyright © 2018; Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition), 7 (1), 2018 21
e-ISSN : 2338-3119, p-ISSN: 1858-4942