Anda di halaman 1dari 2

3.

Analisis Pemahaman Hijrah Community Pekanbaru dan Relevansinya

Dalam objek penelitian yang peneliti angkat, bahwa fenomena hijrah memperlihatkan berbagi
motif yang pada awalnya mereka acuh terhadap fenomena tersebut kemudian mengikutkan serta
diri terhadap fenomena ini.

Dalam proses analisis terkait perpindahannya para pelaku hijrah memang benar dikarenakan
sebab ingin memperbaiki perilaku serta menambah keilmuan mereka pada agama. Kesadaran
para anggota Hijrah Community Pekanbaru untuk melakukan hijrah beragam cara, setelah
mendapatkan ajakan dari teman yang memang sudah melakukan pendalaman dengan cara
mengikuti majlis-majlis keilmuan, juga melihat postingan-postingan dakwah hijrah yang ada di
sosial media.

Hijrah pada dasarnya dimaknai sebagai berpindah dan meninggalkan. Pada zaman Nabi
Muhammad SAW, hijrah dilakukan dengan berpindah tempat dari suatu kota menuju kota
lainnya, misalnya dari Mekah ke Madinah. Dikarenakan alasan keamanan Nabi Muhammad
SAW dan para pengikutnya yang sudah memeluk Islam.

Jika dilihat pada kondisi saat ini, kewajiban untuk berpindah tempat secara fisik sudah tidak
relevan kecuali pada kondisi tertentu seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah dahulu ialah
dikarenakan mengalami berbagai tekanan, ancaman, bahkan kekerasan selama di Mekah.
Sehingga keselamatan jiwa dan keimanan menjadi terancam.

Hijrah di konteks saat ini identik dengan pertobatan atau dapat dimaknai sebagai pembenahan
diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Namun hijrah pada konteks komunitas Hijrah
Community Pekanbaru ini dipahami dengan cara memperbaiki cara berpakaian, terlebih yang
diutamakan adalah pembenahan terhadap akhlak melalui ilmu yang didapatkan pada pengajian
rutin yang diikuti.

Sebagai umat muslim kita tidak boleh berpandangan radikal kepada saudara yang sedang
melakukan hijrah. Beberapa poin disampaikan Nadhirsah Hossen dalam tulisannya terkait hijrah
yaitu 10 Fenomena Hijrah di Kalangan Artis, bahwa hijrah tidak boleh dipahami secara
serampangan, namun hijrah harus bisa dipahami sebagai suatu proses. Bukan sebuah
perpindahan sifatnya radikal, dikhawatirkan ketika tidak diikuti dengan pemahaman agama yang
benar, maka yang timbul justru saling membenarkan pemahaman masing-masing.

Individu yang fanatik terhadap kebenaran inilah yang ditakutkan menjadi ukuran utama para
pelaku hijrah dalam menilai golongan lain. Sebagaimana fenomena hijrah yang terjadi pada
komunitas Hijrah Community Pekanbaru ini, ada beberapa pihak yang menganggap bahwa tolak
ukur seseorang tersebut dikatakan sudah berhijrah yaitu ketika sudah menggunakan celana
cingkrang dan baju koko. Pemahaman seperti inilah yang dapat menimbulkan pro dan kontra
diantara anggota lain.

Hijrah membutuhkan proses dari yang sederhana, agar hijrah yang dilakukannya tidak salah arah.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh anggota komunitas Hijrah Community Pekanbaru dalam
hijrahnya selalu melibatkan Ustadz agar tetap berpedoman pada Al-Qur'an dan Hadits.

Pada intinya hijrah fisik tetap menjadi wajib dengan beberapa ketentuan. Pertama, hijrah harus
diawali dengan niat yang benar bukan untuk menarik perhatian lawan jenis. Kedua, tidak
memiliki harapan hidup lebih baik. Ketiga, yakin akan menjadi lebih baik ketika berada di
tempat yang baru, yang dilakukan dengan sadar. Empat, terancam keselamatan jiwanya atau
berada di lingkungan yang banyak melakukan maksiat.

Anda mungkin juga menyukai