Sutisna ( 2220020055 )
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Email: sanjayasutisna2@gmail.com
Dosen Pengajar
Prof. Dr. Yadi Janwari, M.A
Dr, Siah Khosyiah, M.Ag
Abstrak
Abstract
1
is that the highest power belongs to Allah alone and humans as His
caliphs on earth.
PENDAHULUAN
Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW. Yang dilegalkan oleh khalifah Umar
Bin Khattab, sebagai awal tahun baru dalam kalender islam di populerkan sebagai
tahun Hijriah yang penetapannya dilakukan sejak Rasul hijrah pada Tahun 622
Masehi. Kebijakan khalifah itu merupakan momentum sebagai awal tahun islam. Di
antara alasan penetapan tersebut adalah hijrah merupakan pemisahan periode
Mekah dan Madinah. Secara historis, Umat Islam pada periode awal di Mekah
mengalami pengebirian dan penyiksaan dari kaum kafir atas Prakarsa Abu Jahal
dan Abu Lahab. Bagi Nabi dan sahabatnya, periode Mekah prahijrah merupakan
ujian terberat dari Langkah awal mendakwahkan islam sebagai ajaran yang benar,
yang banyak ditantang kaum kafir jahiliyah.
Untuk melepaskan dari hegemoni kaum jahiliyah Mekah, Nabi memutuskan
untuk hijrah atas petunjuk Allah dengan meninggalkan kampung kelahiran, harta,
dan keluarga yang dicintainya dengan berjalan kaki tidak kurang dari 500 km menuju
Madinah. Pasca hijrahnya Nabi dan sahabat ke Madinah merupakan awal
pencerahan dan perubahan nasib umat islam. Sebab apabila di Mekah, umat islam
yang masih minoritas ditindas dan dimusuhi, di Madinah, umat islam justru
mendapatkan perlakuan cukup baik dari kaum Anshar. Dalam hal ini,peristiwa hijrah
Nabi dimaknai sebagai bagian terpenting dalam sejarah Islam, yakni tonggak awal
kebangkitan Islam.
METODE PENELITIAN
2
subjek penelitian di lapangan.1
Adapun jenis penelitian ini menggunakan deskriptif analitik dimana peneliti
tidak hanya menjelaskan fenomena tertentu, tetapi peneliti turut serta melakukan
analisis terhadap fenomena yang terjadi sesuai dengan yang terjadi di lapangan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini menggunakan Teknik
pengumpulan data berupa studi pustaka untuk mengumpulkan data-data sebagi
sumber utama penelitian ini sehingga penelitian ini validasi yang tinggi sesuai
yang terjadi di lapangan.2 Kemudian, setelah peneliti mendapatkan studi pustaka
yang sesuai dengan penelitian ini, peneliti melakukan content analysis yang mendalam
sehingga mendapatkan informasi, data, referensi yang sesuai dengan permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini.
PEMBAHASAN
1
Nawawi, Hadari. (1991). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
2
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian: Kuantitaif & Kualitatif. Bandung: R&D Publikasi.
3
manusia harus disikapi lebih arif dengan melakukan hijrah individual dengan
membenahi kepribadian menuju perbaikan moral keluarga dan masyarakat bangsa.
Setiap tahun, umat Islam menyambut tahun Hijriah, tetapi dengan memaknai
hijrah secara lebih luas yakni, hijrah nilai, misalnya hijrah dari nilai budaya yang buruk
menuju nilai budaya yang Islami. Dalam pengertian ini, ghirah atau semangat hijrah
yang patut diimplementasiksn bukan lagi dalam pengertian fisik, tetapi hijrah secara
kontekstual dengan meniriggalkan segala peradaban atau nilai-nilai yang tidak baik dan
tidak urgen menuju peradaban lebih baik yang diridai Allah dan dapat diterima umat
manusia pada umumnya. Menyingkapi kondisi sekarang, perilaku menyimpang yang
dilakukan, seperti perilaku masyarakat biasa dengan berbagai kejahatan dan
kriminalitas yang telah mencerminkan kehidupan penuh kekerasan, sepatumya
ditinggalkan dengan berhijrah pada kehidupan yang lebih baik.
Demikian pula, halnya dengan pola kehidupan pejabat yang banyak
melakukan penyimpangan atas amanah rakyat. Seperti melakukan korupsi atau
perbuatan munkar lainnya sebagai fenomena fasad berupa perusakan di muka bumi
tanpa Control maka idealnya mereka berhijrah dari perilaku tersebut menuju ke jalan
yang baik dengan mengembang amanah dan kepercayaan rakyat dengan penuh
tanggung jawab. Artinya, saatnya untuk melakukan hijrah menuju pada intemalisasi
nilai-nilai Islam. Ravitalisasi makna hijrah yang dikontekstualkan dalam kehidupan
sekarang menjadi keniscayaan dengan mengubah sistem seperti yang dilakukan
Nabi pasca- hijrah dari Mekah ke Madinah, yakni membangun peradaban
masyarakat madani dengan sistem yang tertib, setiap orang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan membangun sistem sosial berupa mempersamakan
orang- orang yang beragam suku dan agama dalam masyarakat Madinah tersebut.
Proses hijrahnya Nabi dari Mekah ke Madinah menyiratkan multiinterpretasi
yang sepatutnya di aktualisasikan dalam konteks kekinian dan kedisinian. Penulis
mengurai makna filosofis dan aplikasi hijrah tersebut dalam beberapa pemahaman
berikut.
Pertama, hijrah sepatutnya di maknai sebagai ikhtiar untuk hijrah dari
,keterbelakangan menuju kondisi lebih maju dan dinamis ,keterbelakangan dalam
konten tersebut melingkupi keterbelakanagan secara individual atau keterbatasan
4
SDM,dan keterbelakanagan kontektif dalam hal ini keterbelakangan negara bangsa
dalam mensejahterakan masyarakatnya menuju kehidupan yang lebih layak
sejahtera .
Dua: hijrah secara universal dapat di tafsirkan sebagai proses perubahan
atau hijrah dari sistem otoriter era keterkungkungan menuju era keterbukaan dan
pembebasan melepaskan diri dari hegemoni tersebut menuju perubahan yang
memberi ruang untuk berekspresi dalam meraih kebebasan dan pembebasan
termasuk keluar dari rezim yang menindas .
Tiga:dimensi hijrah dari ke jahiliyahan menuju pencerahan juga menjadi
makna hijrah . oleh karena itu melakukan rekonstruksi Pendidikan Dengan sistem
yang lebih baik dan efisien sebagai upaya melahirkan daya yang potensial pada
masa mendatang demi ke maslahatan bangsa menjadi ,keniscayaan
Demikian beberapa interpretasi dan makna hijrah sebagai revitalisasi dengan
kotek kekinian sejatinya seorang mulim menjadikan bulan muharam yang sejatinya
setiap tahun di peringati sebagai upaya membangun ke salehan individual dan
sosialnya,sekaligus mengimplentasikan diri sebagai islam yang rahmatal lil
alamin,yang mengurai perdameyan dalam seluruh di mensi dan lini kehidupan
duniawinya sebagai bekal menuju perjalanan ahirat yang abadi.3
3
Firdaus Muhammad; http://www.dukonbesar.com
4
Charles 1. J\dams, "islam” dalam A Reader’s ifiuide to the 6reat Religions (Editor: Charles J. Adams), New York: The Free Press, 1977, him.
411. Lihat pula lgnas Goldziher, Muslim Studies, (London, Geoge Allen dan Unwin, 1967-71). Kemampuan yang dimiliki adalah cara
menyosialisasikan Islam yang tidak mengklaim bahwa Islam itu adalah agama baru. Kata Islam sudah dikenal oleh bangsa Arab karena ia
adalah bahasa Arab. Bahkan di lain kesempatan, Nabi SAW. menyatakan bahwa usia agama Islam adalah setua bukit-bukit yang ada di
padang pasir, likatAsafA.A. Fyzee, op.cit., hlm. 12.
5
kebiadaban karena keganasan dan kegersangan gurun dengan pedoman Islam.
Tentu saja, pedoman yang digunakan oleh Nabi SAW dalam menyelesaikan
persoalan tersebut adalah Al-Quran. Sekalipun demikian, sebagaimana diketahui, Al-
Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. tidak sekaligus, tetapi berangsur-angsur
dimulai di Mekah dan diakhiri di Madinah. Atas dasar wahyu yang sudah diturunkan
itulah, Nabi menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat pada waktu
itu. Akan tetapi, ada kalanya timbul persoalan yang cara penyelesaiannya belum
disebut oleh wahyu yang sudah diterima oleh Nabi. Dalam hal ini, Nabi berijtihad.
Nabilah yang menjadi satu-satunya sumber hukum. Dalam arti lain, secara
langsung pembuat hukum adalah Nabi, sedangkan Tuhan membuat hukum secara
tidak langsung. Hal ini karena tugas Nabi adalah menyampaikan dan melaksanakan
hukum yang ditentukan Tuhan. Setelah Nabi wafat, para sahabat berpegang pada Al-
Quran dan Sunnah yang ditinggalkan Nabi. sumber hukum yang ditinggalkan Nabi
untuk masa-masa selanjutnya ialah Al-Quran dan Sunnah Nabi.
Masa Nabi ini terbagi dua periode, Mekah dan Madinah. Periode Mekah berlangsung
selama 12 tahun dan beberapa bulan semenjak wahyu pertama hingga Nabi berhijrah ke
Madinah. Dalam periode ini, Nabi telah mencurahkan perhatiannya untuk
memperbaiki keperayaan masyarakat Arab.
6
Dalam pandangan Islam kehidupan manusia tidak dapat dipisah-pisah dari
aspek ruhiyah dan jasadiyah, tapi menjadi kesatuan yang utuh. Dengan kata lain
Islam tidak hanya berorientasi pada kehidupan materi duniawi saja tanpa
memikirkan akhirat. Atau sebaliknya hanya memikirkan akhirat dan lupa dunia. (Al-
Qashas: 77).
Meski demikian, kehidupan dunia tidak hanya penuh dengan kebaikan, tetapi
diselingi dengan kejahatan yang setiap saat dapat menjerumuskan manusia dalam
kesesatan.
Dalam mengemban amanah sebagai khalifah manusia diberi kebebasan
untuk mencari nafkah sesuai dengan hukum yang berlaku serta dengan cara yang
adil. Dengan demikian, pada dasarnya Islam mengakui kepemilikan pribadi, tetapi
hanya melarang perolehan kekayaan dengan cara-cara ilegal atau tidak bermoral.
Allah SWT telah menetapkan melalui sunnah-Nya bahwa jenis pekerjaan
apapun yang dilakukan oleh seseorang tidak akan menjadikan seseorang menjadi
kaya secara langsung. Namun hanya akan dapat diraih melalui kerja keras,
ketekunan,dan kesabaran yang disertai do'a. Oleh karena itu aktivitas ekonomi yang
bisa mendatangkan kekayaan dalam waktu singkat seperti, perjudian, penimbunan
kekayaan, korupsi, riba dan lain sebagainya bukan saja menyalahi hukum alam tapi
juga dilarang dan pelakunya berhak mendapatkan hukuman.
Dengan demikian, menumpuk harta serta tidak menggunakannya untuk
berbagai tujuan yang bermanfaat bagi umat manusia merupakan perbuatan yang
tidak diperkenankan dalam Islam, karena menjadikan seseorang kaya raya
sementara kepentingan dan kesejahteraan orang lain terampas. Orang yang
melakukan penimbunan kekayaan atau barang merupakan tindakan kriminal
terhadap masyarakat dan layak menerima hukuman baik di dunia maupun di akhirat.
2 . Islam bukanlah ajaran yang lahir dari masyarakat Arab yang sedang bergulat
dengan berbagai fenomena dan problematika sosial, budaya, politik, dan
ekonomi. Namun Islam lahir karena wahyu yang diturunkanoleh Allah Ta’ala
kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, wajib bagi tiap muslim untuk
meyakini dan mengikuti ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW,
yang telah menjadi sendi-sendi peradaban Islam, serta mengimani sejarah
kehidupan Nabi Muhammad SAW baik berdasar riwayat yang shahih maupun
fakta sejarah yang ada.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW meliputi
berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi dan juga militer. Pada
masa inilah peletakan dasar-dasar peradaban Islam di awal pembentukannya.
Dalam struktur masyarakat Arab kala itu, kabilah / klan adalah organisasi
keluarga besar yang hubungan antara anggotanya diikat oleh pertalian darah
(nasab). Akan tetapi, adakalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya
disebabkan oleh ikatan perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia.
Solidaritas kesukuan (‘asabiyah qabiliyah) dalam masyarakat Arab praIslam
terkenal amat kuat. Hal ini diwujudkan dalam bentuk proteksi kabilah atas
seluruh anggota kabilahnya. Kesalahan seorang anggota kabilah terhadap
kabilah lain menjadi tangggung jawab kabilahnya, sehingga ancaman terhadap
seorang anggota kabilah berarti ancaman terhadap kabilah yang bersangkutan.
Oleh karena itu, perselisihan perseorangan hampir selalu menimbulkan konflik
antar kabilah yang acapkali melahirkan peperangan yang berlangsung lama
8
3 . Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian di antara suku-suku yang ada, yang
menghasilkan konstitusi tertulis pertama dalam sejarah umat manusia, yaitu
Piagam Madinah (The Charter of Medina). Berdasarkan pasal pertama konstitusi
tersebut, Nabi membentuk ummah, yang disepakati oleh empat macam
komunitas: Yahudi, Nashrani, Anshar, dan Muhajirin.
6 .Syari’ah yang dijunjung tinggi itu mengatur setiap aspek kehidupan, tidak hanya
tentang kepercayaan dan peribadatan, tetapi juga mengatur hukum publik, hukum
konstitusional dan hukum internasional, hukum privat, hukum kriminal dan hukum
sipil. Karakternya (Islam) yang ideal paling jelas tampak dalam aspek konstitusi
PENUTUP
Kesimpulan
• Proses awal mula terbentuknya peradaban ekonomi islam pada masa
Rasulullah Nabi Muhammad SAW.
Momentum hijrah menjadi awal kebangkitan peradaban Islam yang
menyejarah. Nabi menancapkan pilar peradaban islam di Madinah sebagai
tonggak perjuangan umat paling strategis. Dalam konteks lebih luas, perintah
hijrah bukan hanya secara seremonial bagi nabi, tetapi menjadi medium
pembelajaran bagi umat islam untuk melakukan perubahan, baik perubahan fisik
maupun non fisik, seperti perubahan mental dan perilaku yang lebih baik dan
terpuji.
10
• Perekonomian Islam pada masa Rasulullah Nabi Muhammad SAW
Nabilah yang menjadi satu-satunya sumber hukum. Dalam arti lain, secara
langsung pembuat hukum adalah Nabi, sedangkan Tuhan membuat hukum secara
tidak langsung. Hal ini karena tugas Nabi adalah menyampaikan dan
melaksanakan hukum yang ditentukan Tuhan. Setelah Nabi wafat, para sahabat
berpegang pada Al- Quran dan Sunnah yang ditinggalkan Nabi. sumber hukum
yang ditinggalkan Nabi untuk masa-masa selanjutnya ialah Al-Quran dan Sunnah
Nabi.
• Pembentukan Sosial - Politik - Ekonomi Madinah pada masa Rasulullah
Nabi Muhammad SAW.
Pembaharuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW meliputi
berbagai aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi dan juga militer. Pada
masa inilah peletakan dasar-dasar peradaban Islam di awal pembentukannya.
Berbagai fenomena dan problematika sosial, budaya, politik, dan ekonomi.
Namun Islam lahir karena wahyu yang diturunkan oleh Allah Ta’ala kepada Nabi
Muhammad SAW.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ali Sodiqin , dkk. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa klasik Hingga Modern, cet.
pertama, (Yogyakarta: Jurusan SPI Fak. Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI,
2003), hal.21
Charles 1. J\dams, "islam” dalam A Reader’s ifiuide to the 6reat Religions (Editor: Charles J.
Adams), New York: The Free Press, 1977, him. 411. Lihat pula lgnas Goldziher, Muslim
Studies, (London, Geoge Allen dan Unwin, 1967-71).
Ira M. Lapidus. Sejarah Sosial Umat islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999),
hal 51
https://digilib.uinsgd.ac.id/ peradaban perekonomian pada masa Nabi Muhammad
SAW, hal.39-42
https://www.kompasiana.com/ricanovi/55290c436ea834261f8b4593/awal-sebuah-
peradaban-perubahan-kondisi-sosial-politik-dan-ekonomi-1#_ftn2
12