Pasien baru adalah pasien yang baru pertama kali datang ke rumah sakit untuk
keperluan mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap pasien baru diterima di
tempat penerimaan pasien (TPP) dan akan diwawancarai oleh petugas guna
mendapatkan informasi mengenai data identitas sosial pasien yang harus diisikan
formulir ringkasan riwayat klinik.
▪ Identitas pasien.
▪ Tanggal dan waktu.
▪ Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit.
▪ Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medic.
▪ Diagnosis
▪ Rencana penatalaksanaan.
▪ Pengobatan dan atau tindakan.
▪ Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
▪ Untuk pasien khusus gigi dilengkapi ondotogram klinik.
▪ Pesetujuan tindakan bila diperlukan.
Untuk memastikan setiap pasien punya KIUP, maka harus dilaksanakan prosedur,
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
▪ Pada setiap registrasi pastikan pasien sudah atau belum punya KIUP
▪ Setiap registrasi dibuatkan kopi tembusannya
▪ Kopi tembusan dikirim ke URM secara harian untuk dicek kembali KIUPnya
▪ Petugas mengetik KIUP baru
▪ KIUP disimpan secara alfabet dalam laci/rak yang sudah disediakan
▪ Bila RMnya kembali ke URM, maka KIUP dicek kembali untuk melihat
kesalahan dalam pengisian
ISTILAH INACBG
Untuk melakukan entry data pada aplikasi INA-CBG's harus dipahamai struktur
kode terebih dahulu. Dasar pengelompokan dalam INA-CBGs menggunakan sistem
kodifikasi dari diagnosis akhir dan tindakan/prosedur yang menjadi output
pelayanan, dengan acuan ICD-10 untuk diagnosis dan ICD-9-CM untuk
tindakan/prosedur. Pengelompokan menggunakan sistem teknologi informasi
berupa Aplikasi INA-CBG sehingga dihasilkan 1.077 Group/Kelompok Kasus yang
terdiri dari 789 kelompok kasus rawat inap dan 288 kelompok kasus rawat jalan.
Setiap group dilambangkan dengan kode kombinasi alfabet dan numerik dengan
contoh sebagai berikut :
c. Kode CBGs
▪ Sub-group ketiga menunjukkan spesifik CBGs yang dilambangkan dengan
numerik mulai dari 01 sampai dengan 99.
d. Severity Level
▪ Sub-group keempat merupakan resource intensity level yang menunjukkan
tingkat keparahan kasus yang dipengaruhi adanya komorbiditas ataupun
komplikasi dalam masa perawatan. Keparahan kasus dalam INA-CBG terbagi
menjadi :
A. Pengertian
Grafik Barber Johnson merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkat efisiensi
pengelolaan rumah sakit. Grafik barber Johnson sendiri diperoleh dari hasil
perhitungan beberapa data statistic rumah sakit. Dan dalam hal ini, tentu saja
medical recorder memegang peran penting.
ada empat garis bantu yang dibentuk oleh empat parameter Grafik Barber
Johnson, yaitu :
Keempat parameter yang dipadukan tersebut BOR (Bed Occupancy Rate), AvLOS
(Average Length Of Stay), TOI (Turn Over Interval), dan BTO (Bed Turn Over).
Perpaduan keempat parameter tersebut diwujudkan dalam bentuk Grafik Barber
Johnson (BJ). (Sudra, Rano I.2008)
Bed Occupancy Rate (BOR) merupakan angka yang menunjukkan presentase tingkat
penggunaan Tempat Tidur pada satuan waktu tertentu di Unit Rawat Inap
(bangsal). Standard nilai ideal menurut Barber Johnson untuk BOR 70 – 85 %.
(Sudra, Rano I.2008)
Apabila nilai BOR lebih dari 85 % maka pelayanan yang dijalankan oleh dokter,
perawat dan tenaga kesehatan lain kurang efektif, hal tersebut dapat dikarenakan
:
• Beban kerja tinggi
• Ruang kerja terbatas namun penggunaan Tempat Tidur yang berlangsung secara
terus – menerus.
• Meningkatnya kualitas pasien memperoleh perawatan yang layak dibutuhkannya.
• Memperpanjangkan masa penyembuhan pasien.
Average Length Of Stay disebut juga lama dirawat merupakan jumlah hari
kalender dimana pasien mendapatkan perawatan rawat inap di rumah sakit, sejak
tercatat sebagai pasien rawat inap (admisi) hingga keluar dari rumah sakit
(discharge). Kondisi pasien keluar bisa dalam keadaan hidup maupun mati. Jadi
pasien yang belum keluar dari rumah sakit belum bisa dihitung hari Lama
dirawatnya. NilaI ideal untuk AvLOS adalah ± 3 – 12 hari. (Sudra, Rano I.2008)
Total dari lama hari rawat dapat diartikan sebagai jumlah hari rawat yang didapat
pada pasien, sampai pasien keluar hidup atau meninggal.
Turn Over Interval menunjukkan rata-rata jumlah hari sebuah Tempat Tidur tidak
ditempati pasien. Hari “Kosong” ini terjadi antara saat Tempat Tidur yang
ditinggalkan oleh seorang pasien sehingga digunakan lagi oleh pasien berikutnya.
Nilai ideal Turn Over Interval (TOI): 1-3 hari (Sudra, Rano I. 2008)
Bed Turn Over atau Troughput merupakan rerata jumlah pasien yang menggunakan
setiap Tempat Tidur dalam periode tertentu. Nilai BTO sangat membantu dalam
menilai tingkat penggunaan Tempat Tidur karena dalam dua periode bisa diperoleh
angka BOR yang sama tetapi angka BTO berbeda. Nilai ideal Bed Turn Over (BTO)
minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun. Artinya, 1 Tempat Tidur diharapkan
digunakan 30 pasien dalam 1 tahun, berarti 1 pasien rata – rata dirawat selama 12
hari. Hal ini sejalan dengan nilai standar ideal AvLOS yakni 3 – 12 hari. (Sudra,
Rano I. 2008)
Rumus Bed Turn Over :
1. Skala pada sumbu horisontal tidak harus sama dengan skala sumbu vertikal.
2. Skala pada suatu sumbu harus konsisten.
3. Skala pada sumbu horizontal dan vertical dimulai dari angka 0 dan berhimpit
membentuk koordinat 0,0.
4. Judul grafik harus secara jelas menyebutkan nama Rumah Sakit, nama bangsal
(bila perlu), dan periode waktu.
5. Garis bantu BOR dibuat dengan cara :
• Tentukan nilai BOR yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BOR 75 %.
• Tentukan koordinat titik bantu BORnya sesuai nilai BOR tersebut, misalnya
untuk BOR 75 % maka koordinat titik bantunya adalah :
• Tarik garis mulai dari koordinat 0,0 melewati titik bantu BOR tersebut.
• Beri keterangan garis tersebut, misalnya bahwa garis tersebut adalah BOR 75 %
• Tentukan nilai BTO yang akan dibuat garis bantunya, misalnya BTO = 10
• Tentukan titik bantu disumbu AvLOS dan TOI (nilainya sama), dengan cara :
Titik bantu = (jumlah hari dalam periode tertentu) dibagi (nilai BTO) = 30/10 = 3
7. Daerah efisien dibuat dan merupakan daerah yang dibatasi oleh perpotongan
garis :
• TOI = 1
• TOI = 3
• BOR = 75%
• AvLOS=12
1. Dapat Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan Tempat Tidur dari suatu unit
dari waktu ke waktu dalam periode tertentu.
2. Untuk Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi penggunaan Tempat
Tidur yang telah ditentukan dalam suatu periode tertentu.
3. Dapat Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan Tempat Tidur antar unit
dalam periode tertentu memantau dampak dari suatu penerapan kebijakan
terhadap efisiensi penggunaan Tempat Tidur.
4. Untuk Mengecek kebenaran laporan hasil perhitungan empat parameter efisiensi
penggunaan Tempat Tidur
Assembling
SISTEM REKAM MEDIS DI ASSEMBLING
Sistem Perakitan formulir rekam medis. Perakitan formulir rekam medis yaitu
suatu kegiatan merakit kembali formulir – formulir dalm folder DRM sedemikan
rupa sehingga bila dibaca dari halaman depan ke belakang runtut sesuai dengan
riwayat penyakit pasien. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas asembling sebelum
disimpan oleh petugas filing. Urutan formulir rawat jalan
(n) Konsultasi,
(p)Salinan resep,
KLPCM
Pengontrolan Rekam Medis Yang Tidak Lengkap
Hasil dari analisa kuantitatif dan kualititif secara garis besar adalah :
1. Identifikasi kekurangan yang spesifik
2. Pola / gambaran dari pencatatan yang jelek
3. Kejadian yang dapat mengakibatkan ganti rugi
1. Statistik ketidaklengkapan
Pengontrolan rekam medis dengan statistik ketidaklengkapan yaitu
dengan mengolah data rekam
medis yang tidak lengkap dan menyajikan angka ketidaklengkapan, sehingga
dapat dijadikan
peringatan untuk memperbaiki pencatatan rekam medis yang lengkap. Statistik
ketidaklengkapan
dapat dihitung dengan cara Incomplete dan Delinguent Medical Record.
a. Incomplete MR
Adalah rekam medis dengan kekurangan yang spesifik yang masih dapat
dilengkapi oleh
pemberi pelayanan kesehatan, dapat dicari dengan cara :
b. Delinguent MR
Adalah Rekam Medis yang masih tidak lengkap sesudah melewati batas
waktu tersebut, dapat
dicari dengan cara :
Proses penyimpanan dan pencarian RM yang tidak lengkap dapat pula dilakukan
dengan komputer dengan cara :
a. Membuat daftar RM yang tidak lengkap per nama ruangan / petugas yang
harus melengkapi
b. Membuat daftar lembaran yang tidak lengkap pada setiap RM yang tidak
lengkap
c. Membuat statistik Inc.MR dan D.MR per dokter atau per tipe kekurangan atau
berdasarkan
lamanya D.MR
d. Membantu mengetahui lokasi yang tidak lengkap
Sebagai laporan akhir dari ketidaklengkapan atau hasil dari analisis kuantitatif
dan kualititatif,
Bila Petugas yang harus melengkapi sudah pindah atau meninggal maka RM
tersebut
a. Pencatatan
Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala informasi medis
seorang pasien ke dalam rekam medis. Data pasien dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok, yaitu data sosial dan data medis.
Untuk mendapatkan data medis yang baik, ada beberapa hal yang dapat
diperhatikan oleh dokter dan ahli di bidang kesehatan lainnya, yaitu mencatat
secara tepat waktu, up to date, cermat dan lengkap, dapat dipercaya dan
menurut kenyataan, berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga
tidak bertele-tele, bersifat subjektif sehingga menimbulkan kesan jelas.
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan ataupun tindakan kepada pasien.
• Morbiditas untuk pasien umum (RL2.1) yang isinya mencakup: jati diri
pasien, tanggal masuk dan tanggal keluar, diagnosis, penyebab luar cedera
dan keracunan, operasi atau tindakan keadaan keluar rumah sakit dan
sebagainya.
• Morbiditas untuk pasien kebidanan (RL.2.2) yang isinya mencakup : jati diri
pasien, tanggal masuk dan tanggal keluar, cara melahirkan, diagnotis
utama, masa getasi, operasi atau tindakan. Keadaan keluar rumah sakit,
tanggal melahirkan, paritas, dan jumlah kelahiran hidup atau mati.
• Morbiditas untuk bayi lahir di rumah sakit (RL.2.3) yang isinya mencakup :
tanggal masuk dan tanggal keluar pasien, tanggal lahir bayi, berat lahir,
keadaan lahir, diagnosis utama, dan keadaan keluar rumah sakit.
1.
2.
Rekapitulasi data keadaan morbiditas rawat inap di rumah sakit (RL2a, dan
RL2a1 untuk laporan survailans terpadu) memuat data kompilasi penyakit
atau morbiditas pasien rawat inap yang dikelompokkan menurut daftar
tabulasi dasar klasifikasi internasional penyakit ke sepuluh. Untuk masing-
masing kelompok penyakit berisi informasi mengenai jumlah pasien keluar
menurut golongan umur, serta jumlah pasien keluar mati.
Informasi yang dihasilkan oleh rumah sakit dapat dipakai untuk keperluan
manajemen dalam rangka mencapai tujuan pembangunan dan pengembangan
rumah sakit yaitu peningkatan mutu, cakupan, dan efisiensi pelayanan.
Ketepatan dan akurasi data yang dilaporkan masih memprihatinkan dan ini
dipengaruhi oleh tingkat kesadaran dan beban kerja. Rendahnya tingkat
kesadaran untuk menghasilkan laporan yang baik disebabkan adanya sikap belum
merasa memiliki dan memerlukan data untuk unitnya sendiri, bertambahnya
macam-macam dan bentuk laporan yang diminta sebagai konsekuensi
pengembangan program, menyebabkan bertambahnya macam dan bentuk laporan
yang diminta sebagai konsekuensi pengembangan program, menyebabkan
bertambahnya beban kerja petugas pelaporan rumah sakit.
b. Dari unit pengelola ditingkat pusat, berkisar pada terbatasnya dana untuk
pembinaan dan pelatihan serta bertambahnya kebutuhan akan data (Nugroho,
1996).
Yaitu laporan yang dibuat sebagai masukan untuk menyusun konsep Rancangan
Dasar Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
e) Hari perawatan
2) Prosentase pemakaian TT
3) Kegiatan persalinan
3) Data Keadaan Morbiditas penyakit Khusus Pasien Rawat Inap (RL 2a1)
5) Data Keadaan Morbiditas Penyakit Khusus Pasien Rawat Jalan (RL 2b1)
2. Periode Pelaporan
e. Pertinggal (Arsip)
9. (RL 2.1), (RL 2.2), (RL 2.3), dibuat sistem sampling dari tangan 1 s/d 10 setiap
bulan : Pebruari, Mei, Agustus dan Nopember khusus ke DepKes RI
1) Diagnosa
Kelengkapan data lainnya diisi oleh petugas rekam medis (RS Darmo, 1999).
E. Evaluasi
Menurut Depkes RI (1991) Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian
tujuan yang telah ditentukan dalam menilai efektifitas suatu rencana. Tujuan
evaluasi dapat juga berguna sebagai :
RULE MB 1-5
Aturan Reseleksi Diagnosis ICD 10
Dalam kaidah koding ICD (International Classification of Disease) apabila
klarifikasi tentang diagnosis kepada dokter penanggung jawab pasien tidak bisa
dilakukan, maka koder dapat menggunakan aturan koding MB 1 sampai dengan MB
5 sesuai dengan pedoman Volume 2 ICD 10 untuk memilih ulang (reseleksi) suatu
diagnosis sebagai diagnosis utama.
RULE MB1 :
Kondisi minor tercatat sebagai diagnosis utama (main condition), kondisi mayor
yang lebih bermakna tercatat sebagai diagnosis sekunder (other condition).
Kondisi yang lebih bermakna yang sebenarnya relevan dengan pengobatan yang
diberikan dan/atau spesialisasi perawatan, tercatat sebagai kondisi lain.
Diagnosis utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan yang terjadi, dan
jenis spesialisasi yang mengasuh. Untuk itu pilih kondisi yang relevan sebagai
diagnosis utama.
Contoh :
Diagnosis utama : Sinusitis akut
Spesialisasi : Ginekologi
RULE MB2 :
• Jika beberapa kondisi yang tidak dapat dikode bersama dicatat sebagai
diagnosis utama dan informasi dari rekam medis menunjukkan salah satu
dari diagnosis tersebut sebagai diagnosis utama maka pilih diagnosis
tersebut sebagai diagnosis utama.
• Jika tidak ada informasi lain, pilih kondisi yang disebutkan pertama
Contoh :
Diagnosis Utama : Osteoporosis, Bronchopnemonia, Rheumatism
Diagnosis Sekunder : -
Spesialisasi : Penyakit Paru
Reseleksi diagnosis utama Bronchopneumonia (J18.0) Karena spesialisasi yang
merawat penyakit paru.
RULE MB3 :
Kondisi yang dicatat sebagai diagnosis utama menggambarkan suatu gejala yang
timbul akibat suatu kondisi yang ditangani.
Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII (R.-), atau suatu masalah
yang dapat diklasfikasikan dalam bab XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama,
sedangkan informasi di rekam medis terekam kondisi lain yang lebih
menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka
reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.
Contoh:
Diagnosis Utama : Hematuria
Diagnosis Sekunder : Varises pembuluh darah tungkai bawah, Papiloma dinding
posterior kandung kemih
Tindakan : Eksisi diatermi papilomata
Spesialisasi : Urologi
Reseleksi Papiloma dinding posterior kandung kemih (D41.4) sebagai diagnosis
utama. Karena hematuria merupakan gejala atau tanda dari kondisi utama
papiloma dinding posterior kandung kemih.
RULE MB4 :
Spesifisitas, bila diagnosis yang dicatat sebagai diagnosis utama adalah istilah
yang umum, dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat tentang
topografi atau sifat dasar suatu kondisi, maka reseleksi kondisi terakhir sebagai
diagnosis utama.
Contoh:
Diagnosis Utama : Cerebrovascular accident
Diagnosis Sekunder : Diabetes mellitus, Hipertensi, Cerebral haemorrhage
Reseleksi cerebral haemorrhage sebagai diagnosis utama ( I61.9.) karena
merupakan kondisi yang lebih tepat.
RULE MB5 :
Alternatif diagnosis utama, apabila suatu gejala atau tanda dicatat sebagai
kondisi utama yang karena satu dan lain hal gejala tersebut dipilih sebagai
kondisi utama.
Bila ada 2 atau lebih dari 2 kondisi dicatat sebagai pilihan diagnostik sebagai
kondisi utama, pilih yang pertama disebut.
Contoh :
Diagnosis Utama : Sakit kepala karena stess dan tegang atau sinusitis akut
Diagnosis Sekunder : -
Reseleksi sakit kepala headache (R51) sebagai diagnosis utama.