Anda di halaman 1dari 2

1. a. Keimanan merupakan asas penentu dalam kehidupan manusia.

Dalam Al-Qur’an
terdapat sejumlah ayat yang berbicara tentang iman diantaranya QS. Al-Baqarah (2) :
165. Berdasarkan redaksi ayat tersebut, iman identik dengan Asyaddu hubban berarti
sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa, Lillah artinya kepada atau
terhadap Allah.
Ibnu Majah dalam Sunannya meriwayatkan bahwa nabi pernah bersabda :
“Iman adalah keterikatann antara kalbu, ucapan dan perilaku”. (Menurut Al-Sakawy
dalam, Al-Maqasid, Al-Hasanah, hlm 140, kesahihan hadist tersebut dapat
dipertanggungjawabkan).

b. Berdasarkan tafsiran dari QS. Al-A’raaf (7):179 , bahwa rukun (struktur) keimanan
ada tiga aspek yaitu ; kalbu, lisan dan perbuatan. Tepatlah jika iman di definisikan
dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku.
Sedangkan rukun iman itu sendiri terdiri dari 6 hal, yaitu iman kepada Allah, iman
kepada malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Nabi dan Rasul Allah,
iman kepada hari akhir (kiamat), dan iman kepada qada & qadar.

2. Karena pengertian iman yang sesungguhnya adalah meliputi aspek kalbu, ucapan dan
perilaku, maka ciri-ciri orang beriman diantaranya :
a. Tawakal. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah (Al-Qur’an), kalbunya terangsang untuk
melaksanakannya. seperti yang telah dinyatakan pada QS. Al-Anfaal (8):2

َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتُهٗ َزا َد ْتهُ ْم اِ ْي َمانًا َّوع َٰلى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُوْ ۙن‬ ْ َ‫اِنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ الَّ ِذ ْينَ اِ َذا ُذ ِك َر هّٰللا ُ َو ِجل‬
ْ َ‫ت قُلُوْ بُهُ ْم َواِ َذا تُلِي‬

Orang yang bertawakal adalah orang yang menyandarkan berbagai aktivitasnya atas
perintah Allah, seperti yang terdapat dalan QS. Al_Baqarah (2):172.

b. Mawas diri dan bersikap ilmiah. Mawas diri disini di tujukan supaya kita sebagai
manusia tidak mudah terpengaruh hal buruk entah itu dari kalangan manusia ataupun
jin, atau bahkan dari dirinya sendiri, seperti yang telah dijelaskan pada QS.An-Naas
(114):1-3
Mawas diri yang berhubungan dengan pikiran, agar kita lebih bersikap kritis dalam
menerima informasi terutama tentang keislaman supaya terhindar dari fitnah juga
sangat diperlukan, seperti yang telah disebutkan dalam QS.Ali Imran (3):7.
c. Optimis dalam menghadapi masa depan. Hidup Manusia tidak selalu berjalan
baik-baik saja, terkadang berbagai ujian dan rintangan yang tidak mudah, namun hal
tersebut jangan sampai membuat kita menjadi putus asa, dan senantiasa berpikir
optimis. Seperti yang telah dinyatakan dalam Surah Al-Insyirah (94) ayat 5-6, jika
seseorang telah melaksanakan sesuatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah
perlu memikirkan bagaimana hasilnya nanti, karena hasil adalah akibat dari suatu
perbuatan.
Kemudian dijelaskan pula dalam Surah Yusuf (12) ayat 87, sedangkan sikap putus
asa atau yang searti dengan kata tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang kafir.
d. Konsisten dan menepati janji. Janji adalah hutang. Menepati janji sama halnya
dengan membayar hutang, sebaliknya, ingkar janji adalah bentuk dari suatu
pengkhianatan. Seperti yang telah dijelaskan dalam QS. Al-Ma’idah (5):1. Dengan
adanya penjelasan dari ayat tersebut, maka seorang mukmin senantiasa akan menepati
janji, dengan Allah, sesame manusia, dan ekologinya (lingkungannya).
e. Tidak sombong. Al-Qur’an Surah Luqman (31) ayat 18, menyatakan suatu larangan
terhadap sifat dan sikap sombong.
3. a.
- Animisme/Dinamisme. Adalah suatu kepercayaan yang meyakini benda-benda
tertentu yang memiliki suatu kekuatan sehingga benda tersebut disembah.
- Politeisme. Adalah lepercayaan yang mengakui adanya lebih dari satu tuhan, atau
menyembah dewa.
- Henoteisme. Adalah menyembah hanya pada satu Tuhan, mereka memahami bahwa
setiap satu kesatuan tidak mungkin diatur banyak Tuhan.
b. Monoteisme adalah suatu pemahaman dimana mereka meyakini bahwa hanya ada satu
Tuhan di dunia ini. Monoteis ini sendiri dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
- Deisme. Pemahaman ini beranggapan bahwa Tuhan Yang Maha Esa mempunyai
sifat yang serba maha.
- Panteisme. Pemahaman ini berpendapat bahwa sebagai pencipta alam, Tuhan ada
bersama alam (immanent).
- Elektisme. Pemahaman ini dikennal dengan pahaman gabungan. Dimana manusia
memiliki peranan sebagai perencana, sedabfkan Tuhan mempunyai peranan sebagai
penentu.

Anda mungkin juga menyukai