Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

Manajemen Jaminan Mutu Kesehatan

Dosen Pengampuh : Ayu Rizky Ameliyah, S.KM., M.Kes

Disusun oleh :

Nur Angraeni Ningrum

B1B119033

Kelas A (2019)

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2021
Review Materi dalam Webinar yang bertema:

“Pendekatan Komprehensif Dalam Peningkatan Mutu Pelayanan

Rumah Sakit”

Dalam Webinar ini diselenggarakan oleh LAM KPRS (Lembaga Akreditasi


Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit) dan dibuka oleh Plt. Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Bapak dr. Arman Bausat, Sp.B,
Sp.OT(K).

Beberapa poin dari pembukaan yang disampaikan oleh Bapak dr. Arman
Bausat, Sp.B, Sp.OT(K) yaitu :

1. Setiap rumah sakit wajib melakukan akreditasi yang dilaksanakan dan


dinilai oleh lembaga yang independen dibidangnya.
2. Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
3. Lembaga akreditasi yaitu lembaga penjamin dan peningkatan mutu di
rumah sakit
4. Standar akreditasi disusun oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonedia.

Adapun pemateri yang hadir dalam webinar yang diselenggarakan oleh LAM
KPRS (Lembaga Akreditasi Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit), antara
lain:

Pemateri 1 : Ibu dr. Andi Wahyuningsih Attas, Sp.An., KIC., MARS

Pemateri 2 : Bapak dr. Arman Bausat, Sp.B, Sp.OT(K).

Pemateri 3 : Bapak Dr. dr. Khalid Saleh, SpPD-KKV, FINASIM, M.Kes

Pemateri 4 : Bapak Prof. Dr. dr. Syafri Kamsul Arif, Sp.An, KIC-KAKV

Moderator : Bapak dr. Arif Santoso, Sp.P(K). Ph.D, FAPSR


Adapun hasil review setiap pemateri :

Pemateri 1 membahas mengenai “Peran Strategis Lembaga Akreditasi Rumah


Sakit Sebagai Mitra Pengembangan Layanan Rumah Sakit yang Bermutu”

Lembaga akreditasi merupakan lembaga yang independen yang bertujuan untuk


menilai mutu suatu rumah sakit dan harus sesuai dengan standar kebijakan dari
kementrian kesehatan (kemenkes) yang terdapat dalam UU No 44 Tahun 2009
dan Permenkes No. 12 Tahun 2020 tentang akreditasi rumah sakit.

Dalam UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada
bagian ketiga yang membahas mengenai Akreditasi (Pasal 40) menyatakan
bahwa:

(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri
berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.
(3) Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri.

Akreditasi Rumah Sakit juga diatur dalam Permenkes No. 12 Tahun 2020 pada
Bagian Kedua yang membahas tentang Lembaga Independen Penyelenggaraan
Akreditasi yang berbunyi :

(1) Akreditasi dilaksanakan oleh lembaga independen penyelenggara


akreditasi penyelenggara akreditasi yang berasal dari dalam atau luar
negeri.
(2) Lembaga independen penyelenggara akreditasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

Tujuan Akreditasi menurut Permenkes No. 12 Tahun 2012 antara lain :

1. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit


2. Meningkatkan keselamatan pasien rumah skait
3. Meningkatkan perlindungan bagi pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi.
4. Mendukung program pemerintah di bidang kesehatan.

Perkembangan rumah sakit di Indonesia yang terus berkembang begitu cepat, dari
data di bulan November 2021 terdapat 3.145 Rumah Sakit di Indonesia, 663
Rumah Sakit masih belum terakreditasi atau 78,9%, dan 21,1% Rumah Sakit
belum terakreditasi.
Adapun 5 lembaga independen selain LAM KPRS (Lembaga Akreditasi
Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit) adalah :

1. Komite Akreditasi Rumah Sakit


2. Lembaga Akreditasi Fasilitas Kesehatan Indonesia (LAFKI)
3. Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Dhamar Husada Paripurna (LARS
DHP)
4. Lembaga Akreditasi Rumah Sakit (LARS)
5. Lembaga Akreditasi Rumah Sakit Indonesia (LARSI)

Alasan dibentuknya 5 lembaga independen tersebut selain LAM KPRS (Lembaga


Akreditasi Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit) adalah karena masih
adanya sekitar 21,1% rumah sakit di Indonesia belum terakreditasi dan hal ini lah
yang menjadi alasan bagi pemerintah membentuk lembaga independen lagi
dengan tujuan untuk membantu menilai mutu rumah sakit secara menyeluruh dan
tidak terhalang oleh kendala apapun.

Pada Program Kementrian Kesehatan (Kemenkes) ada Transformasi


Penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit, antara lain:

1. Bagaimana mendorong pembentukan lembaga penyelenggara akreditasi,


dan ke-6 lembaga akreditasi yang baru tersebit termasuk dalam lembaga
penyelenggara akreditasi.
2. Melakukan pembinaan dan pengawasan lembaga penyelenggara dan
penyelenggara survei.
3. Penetapan standar akreditasi oleh Kemenkes. Jadi, standar akreditasi itu
hanya satu (1) dan itu hanya dikeluarkan oleh Kemenkes. Dan ke-6
lembaga inilah yang menjadi lembaga penyelenggara, lembaga penilaian
mutu dari standar yang ditetapkan oleh Kemenkes.
4. Pemisahan kewenangan penyelenggaraan survey pendidikan dan pelatihan.
Dan rencara kedepannya, bahwa surveior tidak bisa melakukan
pembimbingan, karena jika hal ini digabungkan oleh lembaga penilai
lainnya ditakutkan akan terjadi konfik officer.
5. Penetapan juknis, diantaranya penetapan badan hukum, penyelenggaraan
akreditasi pelatihan surveyor, dan profil lembaga.
6. Pengaturan Pra dan Paska survei. Pra disini tidak diatur secara detail,
sedangkan Paska diatur oleh PPS, INM, IKP. Dan di LAM KPRS sudah
mempersiapkan paska survey apa nantinya, dan rencana LAM KPRS
kedepan yaitu setelah melakukan penilaian mutu rumah sakit, kemudian
melaporkan hasil penilaian tersebut kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) dan
mengajak para PERSI atau Organisasi Profesi lainnya untuk ikut bersama-
sama mengawasi Rumah Sakit yang sudah terakreditasi agar terus terjamin
dan terjaga mutu di rumah skait tersebut.
7. Penyelenggaraan survei akreditasi dengan pemanfaatan teknologi. Dan di
LAM KPRS semua systemnya sudah berbasis digital, dengan
memanfaatkan teknologi yang ada sehingga hal ini akan mengefisiensi dari
segi biaya.
8. Pengaturan biaya penyelenggara survey akreditasi.

Adapun visi dan misi dari LAM KPRS (Lembaga Akreditasi Mutu dan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit) adalah:

Visi : “Menjadi Lembaga Independen Penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit


yang Terkemuka dan Dinamis dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan dan
Keselamatan Pasien untuk Tercapainya Kepuasaan Pelanggan”.

Kata Kunci dari Visi tersebut adalah “KEPUASAN PELANGGAN”

Misi :

1. Meningkatkan pelaksanaan akreditasi rumah sakit sesuai standar,


terjangkau dan berbasis digital.
2. Mengembangkan profesionalisme dan karakteristik surveyor melalui
pendidikan dan pelatihan.
3. Mengembangkan pemberdayaan surveyor secara adil dan merata.
Adil dan merata yang dimaksudkan disini adalah daerah-daerah yang
terdapat dalam 12 regional tersebut juga merasakan akreditasi secara
merata, dan tidak harus juga orang pusat yang harus berangkat ke daerah-
daerah untuk menilai mutu rumah sakitnya, melainkan bisa dilakukan di
setiap regionalnya dengan diawasi oleh 1 atau 2 orang dari pusat.
4. Mengembangkan tata kelola organisasi yang transparan, efektif, efisien,
responsible, dan akuntabel.
5. Mengembangkan kolaborasi dengan pemangku kepentingan di bidang
perumasakitan baik di dalam maupun diluar negeri.

Mutu rumah sakit apakah dinilai hanya dari pasien datang, merasa puas, dan
kemudian pulang saja? Tentunya hal yang terpenting saat ini adalah pasien keluar
dnegan rasa puas tanpa adanya keluhan atau tidak ada lagi hanya selembar kertas
akreditasi yang ditempel di dinding rumah sakit yang menjadi tolak ukur puasnya
pasien akan rumah sakit tersebut.
Untuk meningkatkan mutu di rumah sakit harus selalu memperhatikan outputnya
yaitu berupa kepuasan pasien rumah sakit, yang dimana kepala rumah sakit harus
selalu sidak dirumah sakitnya sendiri untuk mengetahui mutu di rumah sakit.
penilaian mutu di rumah sakit dimulai dari:

1. Pintu masuk parkir, harus diperhatikan untuk menciptakan rasa nyaman


pasien ketika masuk kedalam rumah sakit.
2. Pelayanan rawat jalan
3. Pelayanan rawat inap
4. Pembayaran kasir, harus diperhatikan agar tidak lagin ada petugas yang
bersikap arogan (marah-marah) dalam melayani pasien yang ingin
melakukan pembayaran.
5. Pintu keluar parkir, hal ini juga harus diperhatikan, jangan sampai hanya
masalah dilarang parkir membuat pasien merasa kesal dan tidak ingin lagi
berobat ke rumah sakit tersebut.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelima penilaian di atas lah yang harus
diperhatikan untuk memperbaiki mutu di rumah sakit.

Bagaimana rumah sakit mempunyai mutu yang baik, tentunya ada berbagai
macam upaya rumah sakit, Dan Mutu yang baik di Rumah Sakit tidak lain dan
bukan terdapat peran Pemda (Pemerintah Daerah) yang diartikan sebagai pihak
yang mempunyai rumah sakit tersebut, dan yang menjamin mutu rumah sakit di
wilayahnya.

Adapun peran pemda tersebut antara lain:

1. Regional LAM-KPRS, berperan aktif dalam memonitoring semua Rumah


Sakit yang ada di wilayahnya masing-masing.
2. Peran Dinas Kesehatan, selaku penanggungjawab untuk wilayah di bidang
kesehatan sangat diharapkan untuk berkolaborasi bersama beberapa
lembaga.
3. Peran Organisasi Profesi
4. Organisasi Rumah Sakit
5. Kompartemen Pasca Akreditasi LAM-KPRS

Jadi, kelima peran pemda diatas paling penting di Rumah Sakit daerah, karena
pemda lah yang mempunyai rumah sakit tersebut, dan menjamin mutu layanan di
rumah sakit diwilayahnya. Dan lembaga akreditasi yang akan melakukan
penilaian dan hasil penilaiannya akan dilaporkan ke pemda melalui Dinkes. Dan
Dinkes lah yang akan bertanggungjawab apapun kejadian di Rumah Sakit
tersebut.
Motto LAM KPRS

“Mutu dan Kepuasan Pasien, Komitmen Kami”

Kesimpulan:

LAM-KPRS hanya focus dan khusus pada akreditasi rumah sakit, dan apabila
seperti FKTP seperti puskesmas itu diatur dalam lembaga yang lebih berkompoten
untuk meng-akreditasinya.

Dan mengenai standar dari Kemenkes mengenai akreditasi rumah sakit yang
memiliki syarat salah satunya harus memiliki permohonan langsung jika disurvey
dan mendapatkan bimtek terlebih dahulu. Menurut pemateri 1, Kepmenkes akan
kuluar dan dirilis atau dipublikasikan beberapa waktu kedepan, dan info yang
didapatkan sudah 95% selesai, tinggal tunggu keluar standarnya dan
disosialisasikan kepada lembaga yang ada.
Pemateri 2, membahas mengenai “Sinkronisasi Jejaring Layanan Rumah Sakit
Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan dan Keselamatan Pasien”.

Sesuai dengan ruang lingkup Sulawesi Selatan.

Pengertian Sinkronisasi Jejaring Layanan :

Sinkronisasi Jejaring Layanan merupakan kegiatan yang harus dilakukan secara


berkesinambungan demi terjaganya kualitas layanan dan keselamatan pasien,
sehingga koordinasi antara stakeholder sangat dibutuhkan. Koordinasi yang
dimaksudkan adalah suatu proses penting yang harus dilakukan secara seksama
agar berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan dapat bekerja secara utuh
dalam mencapai tujuan.

Di Sulawesi selatan fasilitas pelayanan kesehatannya terdapat 458 puskesman,


122 rumah sakit dan 289 klinik.

Dinas kesehatan telah menuangkan visi-misi gubernur yang terpilih kedalam 10


program prioritas pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2023. Dan ke-10
program prioritas ini bertujuan untuk meningkatkan akses dan mutu layanan
rumah sakit. dan hal tersebut antara lain:

1. Program Pengembangan Layanan Kesehatan Brigade Siaga Bencana


(BSB)
2. Program Pengembangan Rumah Sakit Regional
3. Program Upaya Kesehatan dan Standarisasi Pelayanan Kesehatan, hal ini
berkaitan dengan Akreditasi rumah sakit.
4. Program Pelayanan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
5. Program Pengembangan Spesialisasi dan Kualitas Layanan Rumah Sakit
6. Program Kefarmasian, Alat Kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan
7. Program Promosi Kesehatan, Bina Gizi dan Keesehatan Ibu dan Anak
8. Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
9. Program Penyehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Kesehatan
Olahraga
10. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

Program yang telah berjalan dalam upaya peningkatan akses dan mutu
pelayanan rumah sakit :

1. Regionalisasi system rujukan rumah sakit.


Dalam aturan PERGUB No. 15 tahun 200, namun dalam pergub ini
sempat diterima, dan dirasakan pergub ini perlu direvisi oleh kondisi saat
ini, dan perlu dilakukan penataan ulang oleh provinsi Sulawesi selatan.
Dan arti dari regionalisasi merupakan system rujukan rumah sakit di
provinsi Sulawesi selatan dimana wilayah pelayanan rujukan di sulsel
dibagi dalam 6 region dan setiap region ditetapkan satu pusat rujukan
region dengan standar rumah skait kelas B perlu direvisi. Sistem rujukan
ini harus disinkronisasi dengan stakeholder terkait (BPJS dan Organisasi
RS).
2. Akreditasi Rumah Sakit.
Rumah sakit di Sulawesi selatan ada 106 RS, dan sesuai dengan data per
Oktober 2019 sekitar 95 rumah sakit atau 89,62% rumah sakit telah
terakreditasi.

Program Prioritas dalam Peningkatan Akses dan Mutu Layanan Rumah


Sakit:

1. Program Pengembangan Layanan Kesehatan Brigade Siaga Bencana


(BSB) :
 Menyediakan 12 unit ambulans darat dari tahun 2018-2019, dan 6 unit
ambulans laut yang dapat melayani kasus-kasus kegawatdaruratan di
kabupaten/kota.
 Dimanfaatkan oleh daerah-daerah dengan akses pelayanan emergensi
yang sulit, khususnya daerah-daerah terpencil, perbatasan dan daerah
kepulauan.
2. Program Pembangunan Rumah Sakit Regional
 Rencana pembangunan 6 rumah sakit regional di kabupaten/kota,
dibiayai dari APBD Provinsi
 Tahun 2019 telah dimulai rencana pembangunan di kota palopo, none
dan wajo.
 Pembangunan ini melibatkan peran serta pemerintah kabupaten/kota
khususnya untuk penyediaan lahan dan perizinan
 Sampai saat ini yang dapat dibangun adalah RS Hasri Ainun Habibi di
Pare-Pare dan persiapan pembangunan RS Regional Pemprov Kelas C
di Kabupaten Bone
3. Pembangunan Klinik Rest Area
 Upaya pemerintah provinsi untuk mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat khususnya di area-area public yang diakses oleh
banyak masyarakat.
 Klinik rest area diperuntukkan untuk lokasi-lokasi tujuan wisata, lokasi
pusat ekonomi masyarakat dan sebagainya.
 Rencana akan dibangun di kabupaten jeneponto dan kabupaten sidrap
pada tahun 2017.
4. Program Pengembangan dan Kerjasama Operasional Rumah Sakit
Pemprov dengan Pihak Ketiga
Pemerintah provinsi dalam rangka peningkatan upaya pengembangan
mutu layanan pada rumah sakit milik pemerintah provinsi. Jadi dari pihak
Dinkes berupaya bagaimana ke-7 rumah sakit provinsi yang ada di
Sulawesi selatan dalam era persaingan dan perbaikan kualitas pelayanan,
maka dari pihak Dinkes akan melakukan pembenahan dan optimalisasi di
rumah sakit tersebut. Sebagai contoh terdapat 3 rumah sakit yang
melakukan kerja sama pihak ketiga yaitu:
 RS Labuang Baji > Kerjasama pihak ketiga, dalam hal ini pihak RS
Labuang Baji akan sementara proses kerjasama di pihak ke-3 yaitu
dari PT Pertamina Bina Medika dan sudah dalam proses PKS dan
MOU sudah dilakukan antara pihak provinsi Sulawesi selatan
dengan pihak PT Pertamina Bina Medika.
 RD Dadi > Kerjasama pihak ketiga
 RS Sayang Rakyat > Mental Health Center.

Seperti yang kita ketahui, bahwa Dinkes sangat bertanggungjawab dalam bidang
kesehatan di wilayahnya, dan untuk itu pemerintah dinas kesehatan telah
memfasilitasi berbagai bentuk program atau kegaitan sehingga mutu layanan
kesehatan pun tetap terjaga. Dan oleh karenanya, terdapat tiga (3) hal yang
penting dilakukan yaitu:

1. Penyiapan atau pembentukan system layanan kesehatan


2. Pembinaan dan penguasaan program
3. Monitoring dan evaluasi segala kegiatan di bidang kesehatan.

Dalam melakukan peningkatan kualitas layanan dan keselamatan pasien di rumah


sakit ada 4 hal yang harus diperhatikan yaiu:

1. Diharapkan rumah sakit dalam melaksanakan pelayanannya tetap berupaya


meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan.
2. Sebagai manifestasi dan penilaian eksternal, rumah sakit melalui
pelaksanaan akreditasi
3. Program peningtkatan mutu dan keselamatan pasien tetap di tingkatkan
implementasinya.
4. Budaya pelaporan insiden keselamatan pasien tetap dioptimalkan dengan
melibatkan seluruh stakeholder internal rumah sakit.
Data mutu pelayanan rumah skait provinsi Sulawesi selatan tahun 2021
menunjukkan persentase rumah sakit yang terakreditasi di provinsi Sulawesi
selatan tahun 2021 yaitu sekitar 75% rumah sakit sudah terakreditasi, dan 25%
yang belum terakreditasi.

Persiapan Kegiatan Tahun 2022:

1. Kesepakatan bersama antara dinas kesehatan provinsi Sulawesi selatan


dengan PT Pertamina Bina Medika IHC (PERTAMEDIKA IHC) tentang
kerjasama operasional rumah sakit daerah melalui model kerjasama
operatorship di provinsi Sulawesi selatan.
2. Pembentukan badan pengawas rumah sakit provinsi Sulawesi selatan
3. Penyiapan rumah sakit rujukan masa pandemic covid tahun 2022
4. Pemetaan kualitas rumah sakit di Sulawesi selatan
5. Peningkatan kapasitas dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota sebagai
Pembina mutu di FKTP dan FKRTL
6. Monitoring evaluasi mutu pelayanan kesehatan puskesmas, rumah skait
dan laboratorium
7. Evaluasi implementasi digitalisasi pelayanan kesehatan rumah sakit
diprovinsi
8. Penguatan system jejaring layanan unggulan di rumah sakit rujukan
9. Peningkatan mutu, akreditasi, keselamatan pasien pelayanan kesehatan di
FKTRL

Adapun tindak lanjut dari kegiatan tersebut adalah:

1. Berdasarkan hasil pencapaian diatas terkait akreditasi maka perlu ada


usaha yang optimal yang didukung fasilitas pelayanan kesehatan untuk
tercapainya pelaksanaan akreditasi tersebut.
2. Kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan (khususnya rumah sakit) dalam
menghadapi pandemic covid-19 tetap kami harapkan, sebagai tindak lanjut
dari kesiapsiagaan.

Adapun penutup sekaligus kesimpulan dari pemateri ke-2 adalah :

1. Telah dilakukan berbagai program/kegiatan kesehatan di provinsi


Sulawesi selatan dengan dukungan dari berbagai stakeholder
2. Sinkronisasi jejaring layanan merupakan hal yang sangat penting dan perlu
kita optimalkan
3. Pencapaian program/kegiatan yang dihasilkan merupakan komitmen dinas
kesehatan provisni Sulawesi selatan dalam rangka menjaga kualitas
layanan dan keselamatan pasien.
Pemateri Ke-3, membahas tentang “Peran Regional Lembaga Akreditasi Mutu
dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit (LAM KPRS) Dalam Menjaga Mutu
Layanan Rumah Sakit”

LAM KPRS didirikan pada tanggal 27 Mei 2021, dibentuknya LAM KPRS
bertujuan untuk dapat membantu pemerintah dalam penyelenggaraan akreditasi
rumah sakit di Indonesia secara professional, merata, berkesinambungan,
terjangaku, dan berbasis digital agar rumah sakit memberikan mutu pelayanan
prima yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dalam struktur organisasi
LAM KPRS terdapat wilayah regional dari I-XII yang tersebar diseluruh wilayah
Indonesia.

Adapun konsep regionalisasi itu sendiri adalah suatu program perencanaan,


perwilayahan memiliki peran yang cukup penting. Hal ini dikarenakan untuk
mengetahui variasi karakter dalam suatu wilayah tertentu. Tujuan perwilayahan
itu sendiri untuk perencanaan proses akreditasi LAM KPRS di Indonesia, dan
tujuan tersebut terdapat 4 macam yaitu:

1. Meratakan SDM dalam pelaksanaan proses akreditasi untuk menghindari


adanya pemusatan surveior yang berlebihan dari pusat
2. Menjamin keserasian dan komunikasi, koordinasi serta kolaborasi antara
regional dalam melaksanakan proses akreditasi.
3. Memudahkan RS yang di survei akreditasi dari segi geografi dan
pembiayaan.
4. Dalam rangka monitoring dan evaluasi akreditasi RS, maka surveior
regional dan pemerintah daerah serta organisasi profesi RS (PERSI) cukup
memegang peranan penting dalam melaksanakan tugas tersebut dengan
bimbingan dan pengarahan Kemenkes RI.

Fungsi Pengurus Regional LAM KPRS

Perpanjangan tangan organisasi pusat di tingkat regional yaitu:

1. Mengkoordinasikan surveyor yang ada di regional


2. Membantu tugas kompartemen-kompartemen sesuai kebutuhan
3. Melaksanakan tugas sesuai pendelegasian dari Direktur utama atau pejabat
yang ditunjuk.

Tugas Surveior/Pembimbing/Pendamping Regional LAM KPRS

Melakukan kegiatan sesuai aturan dari LAM KPRS yaitu:

1. Melakukan survey akreditasi rumah sakit di wilayahnya


2. Dalam kondisi tertentu, membantu wilayah lain dalam melakukan survey
dan pembimbingan atau pendampingan rumah sakit.
3. Dalam hal pembimbingan akan melakukan komunikasi, koordinasi dan
kolaborasi dengan Dinas Kesehatan setempat dan organisasi profesi rumah
sakit (PERSI)
4. Dalam melakukan survey akreditasi rumah sakit, senantiasa
memperhatikan mutu dan keselamatan pasien.

Alasan mengapa akreditasi itu perlu dilakukan di setiap rumah sakit, antara
lain:

1. Akreditasi bertujuan untuk menjaga mutu rumah sakit


2. Akreditasi itu merupakan suatu kewajiban yang diatur dalam undang-
undang
3. Akreditasi itu merupakan syarat kesiapan sebagai provider BPJS.

Standar pelayanan kesehatan memiiki peran yaitu dalam penjaminan mutu


pelayanan kesehatan sangat penting, karena untuk dapat melakukan pendekatan
penjaminan mutu dalam pelayanan kesehatan perlu dipahami dan dimengti apa
yang dimaksud dengan standar.

Standar itu sendiri merupakan rumusan penampilan atau nilai yang diinginkan
yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Slee,
1974), sedangkan menurut Clinical Practice Guideliness (1990), standar
merupakan keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
digunakan sebagai batas penerimaan minimal.

Dalam pelayanan standar harus berkembang sesuai dengan konsep Kaize atau
(Continous Improvement) yaitu jika suatu standar yang sudah ditetapkan tercapai
baik, maka standarnya harus ditingkatkan dan begitu seterusnya sehingga tercapai
standar yang ideal dapat diwujudkan.

Adapun standar yang ideal harus memenuhi beberapa unsur-unsur antara


lain:

1. Audience (subjek yang harus melakukan sesuatu atau pihak yang harus
melaksanakan dan mencapai isi standar)
2. Behaviour (apa yang harus dilakukan, diukur, dicapai atau dibuktikan)
3. Competence (kompetensi/kemampuan/spesifikasi/target atau kriteria yang
harus dicapai)
4. Degree (tingkat/periode/frekuensi atau waktu yang dibutuhkan)
Pengertian Quality (Mutu) :

Menurut Armand V. Feigenbaum, kualitas adalah penentuan pelanggan. Dengan


konsep antara lain: kualitas harus ditentukan oleh kepuasan pelanggan, kualitas
bersifat mulitidimensi, dan kualitas itu dinamis. Sedangkan untuk pendekatan
evaluasi penilaian mutu menurut Donabedian, 1980 menyatakan bahwa ada tiga
aspek pendekatan evaluasi penilaian mutu antara lain:

1. Input/struktur
2. Proses
3. Outcome

Menurut Kemenkes, mutu pelayanan kesehatan adalah kinerja yang menunjuk


pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang disatu pihak dapat
menimbulkan kepuasan pada setiap pasien (pengguna) sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak lain tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.

Strategi Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit :

1. Dalam rangka strategi peningkatan mutu layanan rumah sakit, tidak luput
dari berbagai teori yang ada.
2. Sinkronisasi kegiatan pelayanan sangat dibutuhkan
3. Indicator mutu sangat diharapkan dalam memonitor perkembangan
pelayanan rumah sakit
4. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan secara terintegrasi dan
berkesinambungan.

Pengaruh Akreditasi Rumah Sakit Dalam Menjamin Mutu Pelayanan dan


Keselamatan Pasien :

1. Salah satu upaya pemerintah untuk mendorong agar rumah sakit


mengutamakan pelayanan, keselamatan dan perlindungan kepada
masyarakat adalah dengan mewajibkan rumah sakit untuk melakukan
akreditasi.
2. Akreditasi sangat berkaitan dengan mutu pelayanan yang diberikan rumah
sakit.
3. Pengaruh dari akreditasi rumah sakit yaitu dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien serta
menjamin tetap dilakukan dengan baik dan benar.
4. Akreditasi rumah sakit bukan hanya merupakan suatu proses kelengkapan
dokumen dalam izin penyelenggaraan rumah sakit dan izin perpanjangan
saja, tetapi akreditasi rumah sakit merupakan proses menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang diberikan.

Dampak Positif dari Akreditasi Rumah Sakit :

1. Penerapan standar akreditasi mendorong perubahan pelayanan rumah sakit


yang lebih berkualitas dan peningkatan kerja sama antara disiplin profesi
dalam perawatan pasien.
2. Akreditasi yang baik dapat meningkatkan mutu pelayanan dan menambah
kepercayaan masyarakat untuk di rawat di rumah sakit tersebut.

Dengan adanya system regionalisasi dalam LAM KPRS, maka bertujuan untuk
mempermudah rumah sakit dalam akses pelaksanaan akreditasi, surveior regional
lebih memahami rumah sakit yang disurvei di daerahnya, sehingga rumah sakit
lebih nyaman berkomunikasi dan berkoordinasi dan dari segi biaya pelaksanaan
akreditasi di rumah sakit, akan lebih efisien dan relative biaya terkendali terutama
biaya transportasi dan akomodasi bila dilaksanakan oleh surveior regional.

Dengan system regionalisasi maka peningkatan mutu layanan rumah sakit,


dapat diharapkan:

1. Program pembimbingan atau pendampingan akreditasi bisa lebih terarah


dan mudah dilaksanakan dengan regionalisasi
2. Terkait pembimbingan atau pendampingan bisa lebih mudah komunikasi,
koordinasi dan kolaborasi sehingga program mutu layanan rumah sakit
dapat dilaksanakan segera.
3. Terkait hasil survey akreditasi, dapat segera dilakukan pelaporan atau
pemberitahuan ke Kemenkes RI, dan Dinkes setempat serta organisasi
PERSI

Manfaat Regionalisasi Bagi Surveior Regional:

1. Dapat melakukan komunikasi dna koordinasi dengan rumah sakit secara


cepat.
2. Memudahkan dalam hal monitoring dan evaluasi mutu dan keselamatan
pasien rumah sakit
3. Relative faktor jarak dengan rumah sakit yang disurvei lebih dekat
4. Dapat melakukan pemetaan rumah sakit di wilayah masing-masing agar
dapat terlihat mutu layanan di masing-masing rumah sakit.
5. Proses pembimbingan atau pendampingan akreditasi rumah sakit dapat
melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan Dinkes dan PERSI setempat
dengan cepat.

Manfaat Regionalisasi Bagi Rumah Sakit yang Disurvei :

1. Dapat dengan cepat melakukan komunikasi dan koordinasi dengan


surveior regional
2. Tindak lanjut dari kekurangan atau temuan survei dapat dilakukan dengan
segera
3. Biaya pelaksanaan survei akreditasi relative dapat dikendalikan
4. Dengan relative cepat dapat mendapatkan proses pembimbingan atau
pendampingan akreditasi rumah sakit yang dilakukan dengan koordinasi
antara LAM KPRS, Dinkes dan PERSI setempat.

Kesimpulan :

1. Peranan regional dalam melakuakn survey akreditasi sangat memegang


peranan penting.
2. Dengan pemetaan RS di wilayah masing-masing, maka dapat terlihat mutu
layanan di masing-masing rumah sakit.
3. Percepatan proses akreditasi dapat dilakukan dengan bantuan surveyor
regional
4. Pembimbingan atau pendampingan akreditasi rumah sakit dilaksanakan
dengan terintegrasi dengan berkomunikasi Dinkes dan PERSI setempat.
5. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi rumah sakit yang di survei dapat
dilakukan secara berkesinambungan.
Pemateri ke-4, membahas tentang “Peran Manajemen dalam Perbaikan Kualitas
Berkesinambungan dalam Menciptakan Layanan Kesehatan yang Bermutu dan
Berdaya Saing”

Kualitas layanan kesehatan merupakan sejauh mana layanan kesehatan pada


individu dan populasi meningkatkan luaran (outcome) kesehatan yang diinginkan
dan konsisten dengan pengetahuan professional saat ini. Pada kualitas layanan
kesehatan yang terpenting adalah adanya konsistensi dengan pengetahuan
professional untuk saat ini dan diharapkan rumah skait juga harus update dan
inilah salah satu aspek yang harus diperhatikan bahwa layanan individu dan
populasi itu ditingkatkan luaran (outcome) nya.

Dan seperti yang diketahui sekitar 5% penduduk Indonesia berobat ke luar negeri
karena bisa saja mereka tidak mendapatkan luaran yang mereka inginkan di
layanan kesehatan tersebut seperti rumah sakit. Dan inilah yang menjadi tantangan
terbesar RS di Indonesia yang dalam arti perspektifnya untuk semua layanan
kesehatan di Indonesia.

Pengertian Kualitas:

1. Kualitas sering digunakan untuk menandakan “keunggulan” dari suatu


produk atau jasa”. Secara sederhana jika di bidang kesehatan, bagaimana
melihat pelayanan kesehatan bisa dilakukan dengan baik, dengan cara
memberi apa yang customer (pasien) harapkan dari apa yang pemberi
layanan berikan kepada pasien.
2. Kalau persepsi sejauh mana produk atau jasa memenuhi harapan
pelanggan. Hal ini harus terintegrasi atau terkoordinasi dan terkontinuitas
dengan baik.

Manajemen Kualitas Secara Total (TQM) :

Dilakukan secara terintegrasi, terorganisasi melalui pendekatan yang meluas


untuk meningkatkan dan mempertahankannya. Dan semua kegiatan dan sumber
daya organisasi diarahkan pada pencapaian tujuannya yaitu KEPUASAN
PELANGGAN.

Dengan mempertahankan ini semua merupakan tantangan bagi semua pemberi


layanan kesehatan atau pelaku RS bagaimana kita bisa mengawal untuk mencapai
tujuan yaitu Kepuasan Pelanggan.
Contohnya :

1. Adanya ketidakteraturan
2. Tahap berikutnya yaitu setelah dibersihkan, yang bisa digambarkan
sebagai pelayanan kita.
3. Setelah standarisasi, semuanya teratur dengan baik.
4. Membangun disiplin (internalisasi), harus terkawal dengan baik, jika
semua dilakukan dengan serentak, maka semua pelayanan yang
diharapkan pasien pastinya akan bisa dilakukan dengan baik.

Pada persaingan antar penyedia layanan kesehatan, seperti pada rumah sakit,
yang mana rumah sakit saat ini sudah begitu banyak dan ada dimana-mana baik di
kabupaten/kota/provinsi, dan yang memberikan kualitas dengan baik dan bisa
mempertahankan rumah sakitnya. Seperti inilah rumah sakit yang akan dicari oleh
pasien.

Dan jika tidak mampu memberikan layanan kesehatan dengan baik dan maksimal,
masyarakat akan keluar negeri untuk mencari pelayanan kesehatan yang terbaik
dan canggih untuk kesehatan dan kesembuhannya. Dan hal tersebut yang menjadi
alasan pemerintah membangun RS bertaraf internasional (Internasional Hospital)
di Bali, agar masyarakat Indonesia tidak lagi berobat keluar negeri untuk
mendapatkan pelayanan yang bermutu.

Di waktu lalu, focus di negara berkembang adalah pada kuantitas daripada


kualitas pelayanan kesehatan. Namun saat ini, ada banyak bukti yang
menunjukkan bahwa kualitas perawatan harus menjadi focus dari setiap diskusi
tentang kesehatan.

Bahkan petugas kesehatan di Puskesmas juga harus berfikir pelayanan kualitas


perawatan, karena sekarang sudah era digital, yang itu artinya masyarakat
sekarang dengan mudahnya mengakses layanan kesehatan melalui telemedicine
atau browsing di internet. Sehingga masyarakat sebelum berobat di Puskesmas
sudah mengetahui sakit apa dirinya. Dan apabila dia pergi berobat ke Puskesmas
dengan harapan yang besar bisa dilayani lebih dari petugas kesehatan, namun
realitanya setelah sampai di Puskesmas, tidak mendapatkan layanan yang
maksimal dari petugas kesehatannya. Ini juga yang menjadi tantangan untuk kita
semua.
Sejarah Mulainya Kualitas (Keperawatan) :

 Florence Nightingale adaalah seorang perawat selama perang Krimea.


 Orang pertama yang mengidentifikasi korelasi (hubungan) positif antara
pengenalan perawatan yang memadai untuk tentara yang terluka dan
tingkat kematian yang lebih rendah
 Florence Nightingale juga menghubungkan hasil positif dengan kualitas
perawatan.

Untuk mendapatkan suatu kualitas layanan kesehatan, tentunya kita


memerlukan :

1. Struktur, elemen dari system perawatan yang memfasilitasi proses


perawatan dan menjadi bukti kemampuan rumah sakit untuk memberikan
perawatan kepada pasien. Dalam struktur ini terdapat :
a. Sumber daya
b. Peralatan
c. Jumlah staf
d. Kualifikasi/ kredensial staf
e. Ruang dan sarana tempat kerja
2. Proses, prosedur atau metode/urutan langkah-langkah untuk memberikan
perawatan dan menghasilkan luaran (outcome), dalam proses ini terdapat:
a. Proses klinis, komunikasi antara pasien dan dokter, waktu tunggu
pasien bagaimana?
b. Proses administrasi dan manajemen, sebelum dilakukan pemeriksaan,
maka dilihat dulu proses administrasinya, apakah pasien harus
menunggu lama atau berhubungan dengan petugas administrasi di
rumah sakit.
c. Memerlukan akuntabilitas, transparansi dan komunikasi yang baik,
komunikasi yang baik ini menjadi salah satu masalah atau complain
pasien kepada rumah skait bahkan bisa bermuara pada masalah-
masalah hukum jika komunikasinya tidak baik dan tidak efektif.
3. Outcome, mengacu pada hasil perawatan, dan tentunya ini semua saling
berinteraksi satu sama lain.

Piramida TQM (Toatal Quality Management) :

1. Kita sebagai leadership atau direktur/kepala instalasi, dan lain sebagainya


harus menempatkan posisinya sebagai PELAYAN, karena posisi itu ada
dibawah, yang itu artinya leadership diamanahkan untuk memberikan
pelayanan kepada pasien dengan sepenuh hati.
2. Costumer Fokus (berada di atas leadership yang menjadi tujuan utama
rumah sakit yaitu menciptakan kepuasan kepada customer/pasien.
3. Continuous Improvement, yang bisa dijalankan di rumah sakit sebagai
bentuk perbaikan mutu di rumah sakit.
4. Focus on Facts, mengacu pada faktanya apa, yang kemudian bisa
menjalankan di semua unit-unit sebagai partisipan.

Dari ke-4 TQM diatas, maka leadership dijadikan point yang sangat penting yang
bertugas sebagai PELAYAN, bukan sebaliknya, yang dimana customer focus
jangan dijadikan seolah-olah sebagai objek. Dan leadership ini sendiri harus selalu
merespons segala bentuk complain/kritikan pasien. Dan hal ini yang akan
dibangun di unt masing-masing, dan jika semua unit bergerak tentunya akan
mengarah kepada perbaikan instansinya atau biasa disebut sebagai Continuous
Improvenment.

Pengertian layanan kesehatan yang berkualitas ke pasien:

 Sembuh-merasa lebih baik-pulih


 Staf yang terampil, empati dan membantu
 Hasil kesehatan yang efektif
 Suasana yang ramah

Pengertian layanan kesehatan yang berkualitas kepada staf:

 Memiliki standar perawatan


 Berpengetahuan yang Up to date dan lingkungan kerja yang mendukung
 Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
 Kerja tim yang efektif

Pengertian layanan kesehatan yang berkualitas kepada manajemen rumah


sakit:

 Outcome klinis yang positif bagi pasien


 Pengembangan kualitas berkelanjutan disemua level unit rumah sakit
 Pendidikan dan pelatihan bagi staf
 Tenaga kerja yang terampil dan terlatih.

Pengertian layanan kesehatan yang berkualitas kepada pemerintah dan


pembuat kebijakan:

 System regulasi perawatan kesehatan yang efektif


 Peningkatan kualitas hidup masyarakat
 Pengembangan kualitas berkelanjutan berbasis penelitian
 Memantau hasil/pencapaian dan mengambil tindakan untuk meningkatkan
hasil.

Dimensi Kualitas Layanan Kesehatan, diartikan perawatan berkualitas tinggi


adalah yang bermanfaat, berkhasiat, tepat guna, efektif, aman, efisien dan
terkoordinasi dari waktu ke waktu. Sehingga tersedianya saat dibutuhkan, tepat
waktu, dan dirasakan oleh pasien dan diberikan dengan empati.

Dimensi Kualitas terbagi menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Aksesibilitas, kemudahan pengguna dapat memperoleh perawatan yang


mereka butuhkan saat mereka membutuhkannya. Atau dalam hal ini yang
dimaksud adalah bagaimna masyarakat mendapatkan kemudahan akses
dalam pelayanan kesehahatan.
2. Ketepatan perawatan, sejauh mana perawatan benar diberikan, dengan
kondisi pengetahuan saat ini.
3. Kesinambungan perawatan, sejauh mana perawatan yang dibutuhkan
oleh pasien dikoordinasikan antara praktisi, unit-unit dan dari waktu ke
waktu.
4. Efektifitas perawatan, sejauh mana perawatan yang diberikan kepada
pasien diberikan dengan benar, dan dengan kondisi pengetahuan saat ini.
5. Efikasi perawatan, sejauh mana pasien dan keluarga merasa puas dengan
perawatan mereka dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan serta
pemberi layanan melakukannya dengan kepekaan dan komunikasi yang
baik.
6. Efisiensi perawatan, hubungan antara haisl dan sumber daya yang
digunakan untuk memberikan perawatan.
7. Keamanan lingkungan perawatan, sejauh mana lingkungan bebas dari
risiko baik bagi pengguna maupun penyedia layanan.
8. Ketepatan waktu perawatan, sejauh mana perawatan yang dibutuhkan
diberikan kepada pasien secara tepat waktu.
9. Ekuitas, kesesuaian dengan prinsip yang adil dan tidak membeda-bedakan
dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Kesimpulan :

Quality is free, dan yang menjadi beban buat kita jika kita todak melakukan suatu
kualitas pelayanan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai