Disusun oleh :
B1B119033
Kelas A (2019)
2021
Review Materi dalam Webinar yang bertema:
Rumah Sakit”
Beberapa poin dari pembukaan yang disampaikan oleh Bapak dr. Arman
Bausat, Sp.B, Sp.OT(K) yaitu :
Adapun pemateri yang hadir dalam webinar yang diselenggarakan oleh LAM
KPRS (Lembaga Akreditasi Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit), antara
lain:
Pemateri 4 : Bapak Prof. Dr. dr. Syafri Kamsul Arif, Sp.An, KIC-KAKV
Dalam UU Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada
bagian ketiga yang membahas mengenai Akreditasi (Pasal 40) menyatakan
bahwa:
(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan
akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh suatu lembaga independen baik dari dalam maupun dari luar negeri
berdasarkan standar akreditasi yang berlaku.
(3) Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh
Menteri.
Akreditasi Rumah Sakit juga diatur dalam Permenkes No. 12 Tahun 2020 pada
Bagian Kedua yang membahas tentang Lembaga Independen Penyelenggaraan
Akreditasi yang berbunyi :
Perkembangan rumah sakit di Indonesia yang terus berkembang begitu cepat, dari
data di bulan November 2021 terdapat 3.145 Rumah Sakit di Indonesia, 663
Rumah Sakit masih belum terakreditasi atau 78,9%, dan 21,1% Rumah Sakit
belum terakreditasi.
Adapun 5 lembaga independen selain LAM KPRS (Lembaga Akreditasi
Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit) adalah :
Adapun visi dan misi dari LAM KPRS (Lembaga Akreditasi Mutu dan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit) adalah:
Misi :
Mutu rumah sakit apakah dinilai hanya dari pasien datang, merasa puas, dan
kemudian pulang saja? Tentunya hal yang terpenting saat ini adalah pasien keluar
dnegan rasa puas tanpa adanya keluhan atau tidak ada lagi hanya selembar kertas
akreditasi yang ditempel di dinding rumah sakit yang menjadi tolak ukur puasnya
pasien akan rumah sakit tersebut.
Untuk meningkatkan mutu di rumah sakit harus selalu memperhatikan outputnya
yaitu berupa kepuasan pasien rumah sakit, yang dimana kepala rumah sakit harus
selalu sidak dirumah sakitnya sendiri untuk mengetahui mutu di rumah sakit.
penilaian mutu di rumah sakit dimulai dari:
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelima penilaian di atas lah yang harus
diperhatikan untuk memperbaiki mutu di rumah sakit.
Bagaimana rumah sakit mempunyai mutu yang baik, tentunya ada berbagai
macam upaya rumah sakit, Dan Mutu yang baik di Rumah Sakit tidak lain dan
bukan terdapat peran Pemda (Pemerintah Daerah) yang diartikan sebagai pihak
yang mempunyai rumah sakit tersebut, dan yang menjamin mutu rumah sakit di
wilayahnya.
Jadi, kelima peran pemda diatas paling penting di Rumah Sakit daerah, karena
pemda lah yang mempunyai rumah sakit tersebut, dan menjamin mutu layanan di
rumah sakit diwilayahnya. Dan lembaga akreditasi yang akan melakukan
penilaian dan hasil penilaiannya akan dilaporkan ke pemda melalui Dinkes. Dan
Dinkes lah yang akan bertanggungjawab apapun kejadian di Rumah Sakit
tersebut.
Motto LAM KPRS
Kesimpulan:
LAM-KPRS hanya focus dan khusus pada akreditasi rumah sakit, dan apabila
seperti FKTP seperti puskesmas itu diatur dalam lembaga yang lebih berkompoten
untuk meng-akreditasinya.
Dan mengenai standar dari Kemenkes mengenai akreditasi rumah sakit yang
memiliki syarat salah satunya harus memiliki permohonan langsung jika disurvey
dan mendapatkan bimtek terlebih dahulu. Menurut pemateri 1, Kepmenkes akan
kuluar dan dirilis atau dipublikasikan beberapa waktu kedepan, dan info yang
didapatkan sudah 95% selesai, tinggal tunggu keluar standarnya dan
disosialisasikan kepada lembaga yang ada.
Pemateri 2, membahas mengenai “Sinkronisasi Jejaring Layanan Rumah Sakit
Untuk Meningkatkan Kualitas Layanan dan Keselamatan Pasien”.
Program yang telah berjalan dalam upaya peningkatan akses dan mutu
pelayanan rumah sakit :
Seperti yang kita ketahui, bahwa Dinkes sangat bertanggungjawab dalam bidang
kesehatan di wilayahnya, dan untuk itu pemerintah dinas kesehatan telah
memfasilitasi berbagai bentuk program atau kegaitan sehingga mutu layanan
kesehatan pun tetap terjaga. Dan oleh karenanya, terdapat tiga (3) hal yang
penting dilakukan yaitu:
LAM KPRS didirikan pada tanggal 27 Mei 2021, dibentuknya LAM KPRS
bertujuan untuk dapat membantu pemerintah dalam penyelenggaraan akreditasi
rumah sakit di Indonesia secara professional, merata, berkesinambungan,
terjangaku, dan berbasis digital agar rumah sakit memberikan mutu pelayanan
prima yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dalam struktur organisasi
LAM KPRS terdapat wilayah regional dari I-XII yang tersebar diseluruh wilayah
Indonesia.
Alasan mengapa akreditasi itu perlu dilakukan di setiap rumah sakit, antara
lain:
Standar itu sendiri merupakan rumusan penampilan atau nilai yang diinginkan
yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan (Slee,
1974), sedangkan menurut Clinical Practice Guideliness (1990), standar
merupakan keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna yang
digunakan sebagai batas penerimaan minimal.
Dalam pelayanan standar harus berkembang sesuai dengan konsep Kaize atau
(Continous Improvement) yaitu jika suatu standar yang sudah ditetapkan tercapai
baik, maka standarnya harus ditingkatkan dan begitu seterusnya sehingga tercapai
standar yang ideal dapat diwujudkan.
1. Audience (subjek yang harus melakukan sesuatu atau pihak yang harus
melaksanakan dan mencapai isi standar)
2. Behaviour (apa yang harus dilakukan, diukur, dicapai atau dibuktikan)
3. Competence (kompetensi/kemampuan/spesifikasi/target atau kriteria yang
harus dicapai)
4. Degree (tingkat/periode/frekuensi atau waktu yang dibutuhkan)
Pengertian Quality (Mutu) :
1. Input/struktur
2. Proses
3. Outcome
1. Dalam rangka strategi peningkatan mutu layanan rumah sakit, tidak luput
dari berbagai teori yang ada.
2. Sinkronisasi kegiatan pelayanan sangat dibutuhkan
3. Indicator mutu sangat diharapkan dalam memonitor perkembangan
pelayanan rumah sakit
4. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan secara terintegrasi dan
berkesinambungan.
Dengan adanya system regionalisasi dalam LAM KPRS, maka bertujuan untuk
mempermudah rumah sakit dalam akses pelaksanaan akreditasi, surveior regional
lebih memahami rumah sakit yang disurvei di daerahnya, sehingga rumah sakit
lebih nyaman berkomunikasi dan berkoordinasi dan dari segi biaya pelaksanaan
akreditasi di rumah sakit, akan lebih efisien dan relative biaya terkendali terutama
biaya transportasi dan akomodasi bila dilaksanakan oleh surveior regional.
Kesimpulan :
Dan seperti yang diketahui sekitar 5% penduduk Indonesia berobat ke luar negeri
karena bisa saja mereka tidak mendapatkan luaran yang mereka inginkan di
layanan kesehatan tersebut seperti rumah sakit. Dan inilah yang menjadi tantangan
terbesar RS di Indonesia yang dalam arti perspektifnya untuk semua layanan
kesehatan di Indonesia.
Pengertian Kualitas:
1. Adanya ketidakteraturan
2. Tahap berikutnya yaitu setelah dibersihkan, yang bisa digambarkan
sebagai pelayanan kita.
3. Setelah standarisasi, semuanya teratur dengan baik.
4. Membangun disiplin (internalisasi), harus terkawal dengan baik, jika
semua dilakukan dengan serentak, maka semua pelayanan yang
diharapkan pasien pastinya akan bisa dilakukan dengan baik.
Pada persaingan antar penyedia layanan kesehatan, seperti pada rumah sakit,
yang mana rumah sakit saat ini sudah begitu banyak dan ada dimana-mana baik di
kabupaten/kota/provinsi, dan yang memberikan kualitas dengan baik dan bisa
mempertahankan rumah sakitnya. Seperti inilah rumah sakit yang akan dicari oleh
pasien.
Dan jika tidak mampu memberikan layanan kesehatan dengan baik dan maksimal,
masyarakat akan keluar negeri untuk mencari pelayanan kesehatan yang terbaik
dan canggih untuk kesehatan dan kesembuhannya. Dan hal tersebut yang menjadi
alasan pemerintah membangun RS bertaraf internasional (Internasional Hospital)
di Bali, agar masyarakat Indonesia tidak lagi berobat keluar negeri untuk
mendapatkan pelayanan yang bermutu.
Dari ke-4 TQM diatas, maka leadership dijadikan point yang sangat penting yang
bertugas sebagai PELAYAN, bukan sebaliknya, yang dimana customer focus
jangan dijadikan seolah-olah sebagai objek. Dan leadership ini sendiri harus selalu
merespons segala bentuk complain/kritikan pasien. Dan hal ini yang akan
dibangun di unt masing-masing, dan jika semua unit bergerak tentunya akan
mengarah kepada perbaikan instansinya atau biasa disebut sebagai Continuous
Improvenment.
Kesimpulan :
Quality is free, dan yang menjadi beban buat kita jika kita todak melakukan suatu
kualitas pelayanan dengan baik.