Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Dalam bidang kesehatan, rumah sakit merupakan sebuah institusi pemberi layanan
kesehatan kepada masyarakat banyak. Maka dari itu rumah sakit harus memiliki standar
yang biasanya disebut akreditasi. Secara umum akreditasi merupakan salah satu hal yang
sangat penting bagi rumah sakit, serta akreditasi merupakan suatu kewenangan yang di
berikan oleh suatu lembaga untuk mengapresiasi atas tugas yang telah dikerjakannya.
Menurut Depkes RI (1996:14) tentang Akreditasi RS, menyebutkan bahwa
akreditasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran seberapa jauh rumah sakit-rumah sakit di
indonesia telah memenuhi standar yang telah ditetapkan, sehigga mutu pelayanan rumah sakit
dapat di pertanggung jawabkan. Beberapa ketentuan akreditasi yang harus di atur oleh rumah
sakit berdasarkan UU tentang akreditasi RS adalah: (1) didalam upaya meningkatkan daya
saing, rumah sakit juga dapat mengikuti akreditasi internasional sesuai kemampuan, (2)
rumah sakit yang akan mengikuti akreditasi internasional harus sudah mendapatkan status
akreditasi nasional, (3) akreditasi internasional hanya dapat dilakukan oleh lembaga
independen penyelenggara Akreditasi yang sudah terakreditasi oleh International Society for
Quality in Health Care (ISQua).
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) merupakan badan independen yang dibentuk
oleh pemerintah yang bertugas untuk melakukan proses akreditasi rumah sakit diseluruh
Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari website Departemen Kesehatan Indonesia
diketahui bahwa jumlah rumah sakit yang ada di Indonesia berjumlah sekitar 2.415 RS
(Depkes, tahun 2015), sedangkan rumah sakit yang telah terakreditasi oleh KARS berjumlah
sekitar 78 RS, sementara layanan rumah sakit sangat berpengaruh pada kenyamanan,
keselamatan dan kepercayaan pasien terhadap rumah sakit.
Berdasarkan penelitian Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) ada 20 RS yang telah
terakreditasi di Kalimantan Selatan. 11 Rumah Sakit diantaranya masih mempertahankan
akreditasi bintang lima dengan status paripurna. Namun hanya, akreditasi Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin merosot dari yang sebelumnya bintang lima
dengan status Paripurna, menjadi hanya bintang tiga dengan status tingkat madya.
Status akreditasi ini merupakan hasil penilaian yang dilakukan Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) yang dilakukan pada Bulan November 2018 lalu dan berlaku hingga
Bulan November 2021. Dari keterangan KARS penyebab penurunan nilai akreditasi RSUD
Ulin Banjarmasin lebih banyak terkait dari aspek administrasi dan rekam medik. Saat ini
menurutnya KARS melakukan pendampingan terhadap RSUD Ulin Banjarmasin agar siap
melaksanakan remedial akreditasi di Bulan April 2019.
1.2 Pokok Permasalahan
Dari fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang penelitian di atas dapat
diidentifikasi permasalahan yang terdapat didalamnya adalah:
1. Kurangnya aspek atau pemahaman tentang administrasi mengenai pelayanan di
RSUD Ulin Banjarmasin.
2. Kurangnya pemahaman mengenai rekam medis sehingga berdampak buruk terhadap
pasien di RSUD Ulin Banjarmasin.