PENDAHULUAN
Permenkes 012 tahun 2012, akreditasi adalah pengakuan yang diberikan kepada
Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit yang mewajibkan rumah sakit
1
2
rumah sakit minimal dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun sekali. Dalam rangka
peningkatan mutu tersebut maka diperlukan suatu standar yang dapat dijadikan
acuan bagi seluruh rumah sakit dan stake holder terkait dalam melaksanakan
Data dari KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) pada tahun 2014
tercatat baru 535 rumah sakit yang terakreditasi secara nasional dari 2.424 rumah
sakit yang terdaftar di Indonesia. Jumlah rumah sakit yang belum terakreditasi
yaitu 1.889 rumah sakit, secara proporsi baru 22 % rumah sakit yang terakreditasi
tahun 2011 yaitu rumah sakit yang terakreditasi mencapai 60% dan target pada
tahun 2014, akreditasi rumah sakit mencapai 90%. Hal ini menunjukkan bahwa
rumah sakit yang terakreditasi kurang dari 90% pada tahun 2014 atau dapat
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2018 bahwa dari
208 Rumah Sakit yang ada di Sumatera Utara, 203 RS diantaranya memiliki
kemampuan penanganan kegawat daruratan, terdiri dari 186 unit RSU dan 17 unit
RSU khusus lainnya. Pada tahun 2016, terdapat 202 RS dari 208 RS yang
memiliki kemampuan gawat darurat, terdiri atas 177 unit RSU dan 25 unit RS
Permenkes No.12 tahun 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit menegaskan bahwa
3
dan memperlancar proses pelaksanaan akreditasi untuk semua rumah sakit, dan
diharapkan namun tetap harus didukung oleh semua pihak yang terkait termasuk
pimpinan rumah sakit. Komitmen dari pimpinan dan dukungan dari seluruh SDM
yang ada rumah sakit juga memiliki peran penting dalam mencapai keberhasilan
(1).
Selama ini banyak keluhan yang terdengar bahwa kinerja Sumber Daya
efisiensi yang tinggi. Bahkan sebagai abdi masyarakat seringkali pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai sektor publik belum dilakukan sebagaimana mestinya dan
organisasional (5).
kesehatan swasta di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang didirikan oleh
suatu badan hukum yaitu Yayasan Royal Prima. Dari klinik bersalin dan
Umum Royal Prima Medan melaksanakan proses Akreditasi Rumah Sakit dimulai
dari mengikuti proses bimbingan akreditasi rumah sakit 5 (lima) pelayanan oleh
Komisi Akreditasi Rumah Sakit sehingga pada akhirnya RSU Royal Prima Medan
diakui telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit 5 (lima) pelayanan yang
4
berupaya mengurangi risiko bagi para pasien dan staf di Rumah Sakit Umum
rumah sakit itu sendiri. Peningkatan mutu pelayanan di RSU Royal Prima
secara rutin di rumah sakit. Upaya peningkatan mutu rumah sakit yang telah
dilakukan oleh rumah sakit secara internal tidak terlepas dari sistem evaluasi mutu
sebagai alat efektif untuk melakukan peninkatan mutu pelayanan rumah sakit
BOR di tahun 2012 menunjukkan angka 39,7% dan tahun 2013 BOR mengalami
kenaikan dari 39,7% menjadi 47,2%. Kenaikan sekitar 7,5% dan menunjukkan
5
konsultasi antara rumah sakit dengan Komisi Akreditasi Rumah Sakit yang akan
pelayanan RSU Royal Prima melalui pencapaian standar yang ditentukan (6).
Angka pemamfaatan tempat tidur (BOR) yang rendah selama ini di RSU
diantaranya melalui pemasaran. RSU Royal Prima dengan status Akreditasi Lulus
Tingkat Dasar, dapat dijadikan sebagai alat pemasaran RSU Royal Prima.
Bergerak dari pengalaman mengikuti Akreditasi Rumah Sakit Versi 2007, 5 (lima)
pelayanan di unit kerja lainnya di rumah sakit dan dapat mempersiapkan diri
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 memang bisa merupakan dilema karena RSU
Royal Prima harus menata ulang standar pelayanan rumah sakit yang tentunya
perlu waktu mengingat masa berlaku status Akreditasi Rumah Sakit sampai
dengan tahun 2015. Untuk itu kebijakan manajemen rumah sakit menetapkan
melakukan sosialisasi standar baru ini kepada seluruh staf dengan menerbitkan
Versi 2012 di RSU Royal Prima dan mengikuti bimbingan akreditasi yang
diharapkan rumah sakit dapat segera mengikuti akreditasi standar baru tersebut
Prima Medan mengatakan bahwa RSU Royal Prima telah membuat kebijakan-
pegawai yang ada di RSU Royal Prima. RSU Royal Prima selalu berusaha
rumah sakit dalam mewujudkan produktivitas kerja di RSU Royal Prima Medan
Tahun 2019.
yang efektif
produktivitas kerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanjung Selor menunjukkan SPM belum dijalankan secara optimal sesuai standar
dan kriteria yang ditetapkan. BLUD berjalan cukup baik seiring dengan
tersedianya fasilitas dan peralatan medis rumah sakit, kualitas SDM yang cukup
Namun demikian, untuk pelayanan masih banyak dikeluhkan para pasien yang
dinilai kurang cepat dalam merespon keluhan. Adanya kesamaan persepsi antara
kesehatan. Selain itu koordinasi dan fungsional dengan dinas kesehatan turut
Kemampuan petugas masih petugas kurang disiplin, dan kurang ramah. Aspek
instalasi rawat jalan mengatakan bahwa tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit
Bhayangkara Kota Manado telah sesuai Permenkes Nomor 129 Tahun 2008
9
10
pelayanan tunggu pasien di rumah sakit dengan rawat jalan tingkat lanjutan.
hasil pihak rumah sakit menerapkan prosedur pelayanan berjalan baik dan lancar
serta sesuai alur di rumah sakit. Waktu penyelesaian pelayanan pasien tidak
kesehatan masyarakat relatif sedang yaitu sebesar 0,3905 atau 39,05% sedangkan
sisanya sebesar 60,95% (epsilon) dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel
kepedulian perawat pada indikator keselamatan pasien, yaitu pebaikan pada alur
positif terhadap kegiatan akreditas menjadi awal yang baik bagi rumah sakit untuk
pelayanan adalah kualitas pelayanan yang dinilai dari indikator klinis pelayanan,
kebijakan publik. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap
pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang mengikat. Kebijakan bersifat
garis besar maka untuk penerapan kebijakan tersebut disusun pedoman / panduan
aggressive but attainable, result oriented dan time bound, cara mencapai sasaran
tersebut. Cara mencapai sasaran inilah yang sering disebut dengan implementasi,
yang terlibat dalam implementasi kebijakan ? apa yang mereka kerjakan ? apa
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun
baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan
telah tersusun dan dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran.
diarahkan karena melalui pemilihan kebijakan yang tepat maka masyarakat dapat
atau negatif. Jika lingkungan berpandangan positif terhadap suatu kebijakan akan
negatif maka akan terjadi benturan sikap, sehingga proses implementasi terancam
akan gagal. Lebih daripada tiga aspek tersebut, kepatuhan kelompok sasaran
rutinitas dan tidak adanya masalah; serta pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Dengan
Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada,
dalam bentuk undang-undang atau Perda adalah jenis kebijakan publik yang
Kepala Daerah, Keputusan Kepala Dinas dan lain-lain kemudian dimulai dari
yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu,
model yang terbaik. Setiap jenis kegiatan publik memerlukan model implementasi
tepat target, tepat lingkungan dan tepat proses, yang didukung dengan dukungan
kebijakan berupa :
15
1. Model Donald Van Meter dan Carl Van Horn (1975) dengan implementasi
4. Model Malcolm L. Goggin, Ann Bowman dan James Lester (1990) dengan
6. Model Richard Elmore (1979), Michael Lipsky (1971), dan Benny Hjern
implementasi, yakni :
a. Komunikasi
yang menjadi maksud, tujuan, dan sasaran serta substansi dari kebijakan
b. Sumber Daya
Sumber daya manusia ini harus cukup (jumlah) dan cakap (ahli). Selain itu
penting (esensi) data mengenai kepatuhan pihak lain yang terlibat didalam
selain sumber daya manusia adalah dana (anggaran) dan peralatan yang
karena itu, agar para pelaku kebijakan memiliki disposisi (sikap dan
mereka kehendaki
c. Disposisi
mana pelaku kebijakan mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu
d. Struktur Birokrasi
9. Model jaringan oleh Walter Kickert, Erik Hans Klijn dan Joop Koppenjan
diperbaiki, diterapkan, dan kelak dievaluasi dalam proses yang “berwaktu” dan
adanya diskresi, atau ruang gerak bagi individu pelaksana di lapangan untuk
evaluation”.
proyek yang sedang dilaksanakan. Ada tiga tehnik monitoring yaitu on desk, on
21
site dan gabungan dari keduanya. Tujuan Monitoring hanya dua, yaitu
early warning system sebagai bagian penting untuk memastikan jika terjadi
pemberian insentif atau disinsentif yang ditetapkan dan diberikan sebagai hasil
dari pengawasan dan penilaian yang telah dilakukan. Hal ini penting diangkat
karena jika monitoring dan evaluasi tidak memberikan arti penting, tidak
evaluasi implementasi kebijakan publik. Hal ini bisa dipahami karena memang
variasi itu? Jawabannya berkenaan dengan faktor kebijakan itu sendiri, organisasi
atau actionable variabel-variabel yang bersifat natural atau variabel lain yang
pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat. Pelayanan yang diberikan rumah sakit dapat dibagi atas dua
makanan, rekam medic, bank darah, sentra sterilsasi, pemeriksaan sinar-X, dan
layanan social. Pelayanan utama di rumah sakit tidak mampu dilaksanakan sesuai
akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri, setelah dinilai bahwa rumah sakit itu
memenuhi standar pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu
yang dilakukan oleh lembaga independen pelaksana akreditasi rumah sakit untuk
menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk
rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi risiko bagi para pasien dan staf
rumah sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk
mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana
manajemen (3).
yang telah memenuhi standar yang telah tetapkan. Tujuan umum akreditasi adalah
rumah sakit itu sendiri, masyarakat maupun pemilik rumah sakit. Akreditasi
(KARS). Akreditasi rumah sakit merupakan salah satu cara untuk menilai mutu
pelayanan rumah sakit. Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit merupakan hal
yang sangat penting, karena rumah sakit memberikan pelayanan yang paling kritis
dan berbahaya dalam sistem pelayanan dan sasaran kegiatannya adalah jiwa
manusia (16).
bantuan teknis dari Amerika Serikat melalui US-AID berhasil menyusun suatu
sistem dan perangkat ukur obyektif yang untuk menilai kinerja manajemen rumah
sakit disebut standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik.
kondisi di Indonesia. Penilaian lebih berfokus kepada struktur dan proses yang
kelak sebagai landasan kuat untuk menyusun standar outcome di kemudian hari.
Pada tahun 1993 standar pelayanan rumah sakit yang terdiri dari 20
pelayanan terdiri dari 7 (tujuh) standar yaitu falsafah dan tujuan, administrasi dan
pengelolaan, staf dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik tersebut. Hasil uji
coba tidak semua dari 20 kegiatan pelayanan dapat dilaksanakan dengan baik oleh
memberikan kontribusi nilai skor diatas 60% sehingga dari dasar uji coba tersebut
maka pelaksanaan akreditasi pada tahap pertama adalah untuk 5 (lima) kegiatan
pelayanan tersebut.
pemenang penilaian kinerja rumah sakit dalam rangka Hari Kesehatan Nasional.
perumah-sakitan, pada tahun 1999 standar pelayanan rumah sakit dan standar
Kegiatan pelayanan ada yang dikurangi dan ada kegiatan pelayanan yang
26
mengalami perubahan nama dengan alasan adanya duplikasi dari substansi yang
dimuat dalam instrumen yang ada, baru dari hasil revisi. Kegiatan pelayanan saat
itu berjumlah 16 (enam belas). Standar pelayanan rumah sakit dan standar
pelayanan medik hasil revisi tahun 1999 pada tahun 2007 mengalami revisi lagi
berfokus kepada pasien dengan sistem akreditasi yang mengacu pada JCI maka
pada tahun 2012 telah dilakukan perubahan paradigma akreditasi dari yang
dari seluruh staf yang terlibat dalam akreditasi yang semula hanya mampu dan
sakit (17).
Sakit paling lama setelah beroperasi 2 (dua) tahun sejak memperoleh izin
Tujuan akreditasi rumah sakit terdiri dari tujuan umum dan khusus, adapun
tujuan umum akreditasi rumah sakit adalah mendapat gambaran seberapa jauh
ditetapkan
baiknya
mungkin(16).
merasa puas
28
medis/keperawatan
dan peningkatan mutu. Manfaat akreditasi bagi pemilik rumah sakit ialah
efektif (16).
akreditasi adalah suatu proses belajar, maka rumah sakit distimulasi melakukan
perbaikan yang berkelanjutan dan terus menerus. Standar ini yang titik beratnya
adalah fokus pada pasien disusun dengan mengacu pada sumber-sumber sebagai
berikut :
Edition, 2011
30
Sakit (KARS)
aman, efektif, terkelola dengan baik. Fungsi-fungsi ini juga konsisten, berlaku
harus dimiliki RS untuk memberikan pelayanan dan asuhan yang bermutu dan
aman. Pada setiap standar disusun Elemen Penilaian, yaitu adalah persyaratan
mempertimbangkan semua hasil dan informasi saat survei awal atau survei ulang
untuk pengambilan keputusan hasil akreditasi. Hasilnya dapat berupa rumah sakit
final didasarkan pada kepatuhan rumah sakit terhadap standar akreditasi. Rumah
sakit tidak menerima nilai/skor sebagai bagian dari keputusan akreditasi final.
Ketika suatu rumah sakit berhasil memenuhi persyaratan akreditasi KARS, rumah
a) Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 15 bab yang disurvei,
c) Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi dapat mengajukan akreditasi ulang
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 15 bab
yang di survei hanya 4 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 12 bab
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 15 bab
yang di survei ada 8 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 7 bab
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 15 bab
yang di survei ada 12 bab yang mendapat nilai minimal 80 % dan 3 bab
Rumah sakit tidak lulus akreditasi bila dari 16 bab yang di survei
mendapat nilai kurang dari 60%. Bila rumah sakit tidak lulus akreditasi
dilaksanakan.
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat dasar bila dari 16 bab
yang di survei hanya 4 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat madya bila dari 16 bab
yang di survei ada 8 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi
Rumah sakit mendapat sertifikat akreditasi tingkat utama bila dari 16 bab
yang di survei ada 12 bab, dimana salah satu babnya adalah Institusi
bab yang di survei semua bab mendapat nilai minimal 80% (12).
menunjukkan tingkah laku sebagai keluaran (output) dari suatu proses berbagai
daripada berbicara mengenai tingkah laku manusia atau individu, yaitu tingkah
laku produktivitasnya, lebih khusus lagi di bidang kerja atau organisasi kerja(19).
nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan maksud yang sebenararnya.
besarnya dari sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan output
mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang
dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok
lebih baik dari hari ini (22). Menurut Dewan Produktivitas Nasional dikatakan
mempunyai pandangan: “mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin
pegawai untuk dapat menghasilkan barang atau jasa yang dilandasi sikap mental
bahwa hari ini harus lebih baik dari hari ini, hari esok harus lebih baik dari hari
ini. Sikap kerja yang demikian ini akan tetap melekat dalam diri pegawai yang
pegawai dapat di ukur melalui pelaksanaan kerja yang relatif baik, sikap kerja,
tingkat keahlian dan disiplin kerja. Dan untuk mengukur produktivitas kerja
pegawai itu sendiri harus mencakup aspek kuantitas dan kualitas pekerjaannya
(23).
melakukan upaya transformasi input menjadi output dengan biaya paling rendah.
melakukan pekerjaan pada unit pelayanan dan bagaimana melakukan hal itu
secara baik. Aspek kualitas produktivitas berbeda dengan efisiensi. Kebutuhan staf
35
didefinisikan sebagai rasio dari jam perawatan pasien perhari pasien untuk biaya
gaji dan tunjangan yang dibayarkan kepada staf oleh organisasi (24).
karyawan.
demosi.
1. Perbaikan terus-menerus
terus menerus. Hal tersebut dikarenakan suatu pekerjaan selalu dihadapkan pada
baik berupa barang maupun jasa akan tetapi menyangkut segala jenis kegiatan di
mana organisasi terlibat. Hal tersebut mengandung arti, mutu menyangkut semua
jenis kegiatan yang diselenggarakan oleh semua satuan kerja, baik pelaksana tugas
Harus diakui bahwa tidak semua orang dalam bekerja bersedia menerima
tugas yang penuh tantangan. Artinya, dalam jenis pekerjaan apapun akan selalu
terdapat pekerja yang menganut prinsip minimalis, yang berarti sudah puas jika
Akan tetapi tidak sedikit orang yang justru menginginkan tugas yang penuh
kebosanan dan kejenuhan yang pada gilirannya berakibat pada sering terjadinya
Telah umum diakui baik oleh para pakar maupun oleh para praktisi
2. Percaya pada diri sendiri. Kepercayaan diri yang dimiliki oleh seseorang
produktivitasnya juga.
3. Bertanggung jawab. Memiliki sifat bertanggung jawab yang tinggi, hal ini
akan mendorong gairah kerja, semangat kerja dan akan mendukung terwujudnya
tujuan perusahaan.
dan inovatif)
yang dicapai. Hasil merupakan salah satu yang dapat dirasakan baik oleh
3. Semangat kerja. Ini merupakan usaha untuk lebih baik dari hari kemarin.
Indikator ini dapat dilihat dari etos kerja dan hasil yang dicapai dalam satu
tantangan dan harapan dengan apa yang akan dihadapi. Sebab semakin
harapan untuk menjadi lebih baik pada gilirannya akan sangat berdampak
5. Mutu. Selalu berusaha untuk meningkatkan mutu lebih baik dari yang
memberikan hasil yang terbaik yang pada gilirannya akan sangat berguna
karyawan (22).
pelayanan rumah sakit dan secara khusus bertujuan untuk memberikan jaminan
rumah sakit yang telah menerapkan standar yang ditetapkan dan menciptakan
39
faktor. Menurut Nugroho (2012) yang mengutip pendapat George Edward III,
bureaucratic structures. Keempat isu pokok tersebut tidak berdiri sendiri namun
manfaat (beneficiaries).
bahwa kebijakan publik harus dikendali. Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga
diberikan sebagai hasil dari pengawasan dan penilaian yang telah dilakukan (10).
40
sumber daya, disposisi atau sikap dan perilaku aparatur dan struktur birokrasi
tenaga kesehatan, maka akan semakin baik pula Produktivitas Kerja Pegawai yang
diberikan (8).
41
kerja di RSU Royal Prima Medan Tahun 2019. Adapun kerangka penelitian
Input :
Kebijakan Akreditasi Process :
Rumah Sakit Manajemen Output :
1. Komunikasi Pelayanan Produktivitas Kerja
2. Sumber daya Rumah Sakit
3. Disposisi
4. Struktur birokrasi
METODE PENELITIAN
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan kegiatan yang dapat
penelitian yang sama dengan penelitian ini, karena RSU Royal Prima Medan
43
44
3.3 Informan
Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan atas dua
jenis yaitu informan kunci dan informan utama. Informan kunci adalah mereka
yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam
1. Dalam penelitian ini adapun yang menjadi informan kunci adalah Kepala
kebijakan
lokasi penelitian untuk mencari kebenaran dan data yang lengkap dan
buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang memiliki relevansi
suatu deskripsi dari gejala yang diteliti. Analisis data dalam penelitian kualitatif
Teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai
dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan
dan menafsirkannya dengan analisis dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk
Analisis terdiri dari 3 jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu :
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
ini sebagai hipotesis yang apabila didukung oleh data maka akan dapat
menjadi teori(28).
DAFTAR PUSTAKA
48
49
Medan, 2019
Peneliti Informan
PEDOMAN WAWANCARA
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN AKREDITASI RUMAH SAKIT TERHADAP
MANAJEMEN PELAYANAN RUMAH SAKIT DALAM MEWUJUDKAN
PRODUKTIVITAS KERJA DI RSU ROYAL PRIMA MEDAN
TAHUN 2019
II. Komunikasi
1. Apakah yang Bapak/Ibu ketahui tentang kebijakan akreditasi rumah sakit
terhadap manajemen pelayanan rumah sakit dalam mewujudkan
produktivitas kerja? (Probing : tujuan kebijakan, target capaian,
keterlibatan dalam menyusun kebijakan)
2. Bagaimana komunikasi kebijakan ini dalam mewujudkan produktivitas
kerja ?
3. Apa yang telah Bapak/Ibu lakukan dalam mensosialisasikan kebijakan
akreditasi rumah sakit tersebut? siapa saja yang terlibat dalam
mensosialisasikan kebijakan ini ?
4. Apakah menurut Bapak/Ibu kebijakan tersebut telah berjalan secara
konsisten? apa permasalahan atau kendala dalam melaksanakan/
mengimplementasikan kebijakan tersebut ?
52
10. Apakah ada strategis/tindakan dari RSU Royal Prima Medan untuk
melaksanakan kebijakan akreditasi rumah sakit terhadap manajemen
pelayanan rumah sakit dalam mewujudkan produktivitas kerja ?
IV. Disposisi
1. Menurut Bapak/Ibu, Bagaimana sikap/komitmen para pelaksana kebijakan
tersebut ?
2. Apakah ada insentif yang diberikan RSU Royal Prima Medan untuk
melaksanakan motivasi para pelaksana kebijakan tersebut ? kalau ya, dari
mana asalnya ?
3. Bagaimana jika terjadi pelanggaran terhadap kebijakan akreditasi rumah
sakit terhadap manajemen pelayanan rumah sakit dalam mewujudkan
produktivitas kerja ?
a. Apakah ada sanksi ?
b. Bagaimana bentuk sanksi tersebut ?
V. Struktur birokrasi
1. Apakah dalam melaksanakan kebijakan ini telah SOP (Standar
Operasional Prosedur) jelaskan ?
2. Bagaimana koordinasi RSU Royal Prima Medan dalam melaksanakan
kebijakan akreditasi rumah sakit terhadap manajemen pelayanan rumah
sakit dalam mewujudkan produktivitas kerja ?
3. Bagaimana pembagian peran RSU Royal Prima Medan dalam
melaksanakan kebijakan tersebut ? apakah pembagian fungsi RSU Royal
Prima Medan telag sesuai ?