1
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARGA MAKMUR
Jalan Siti Khadijah No. 08 Bengkulu Utara Kode Pos 38611
Telp. (0737) 521118 Fax (0737) 521118
TENTANG
2
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
569/Hk.02.02/Menkes/148/I/2010 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat.
Memutuskan
Menetapkan :
3
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD ARGA MAKMUR
NOMOR : 110/101/RSUD ARMA/II/2022
a. Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis dan social
ekonomi serta riwayat kesehatan pasien.
b. Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan
diagnostik untuk identifikasi kebutuhan pelayanan pasien.
c. Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang
telah diindentifikasi.
2. Proses tersebut di atas dilakukan oleh ahli kesehatan yang bertanggung jawab
terhadap pasien.
3. Prosester sebut diatas dilakukan secara bersama–sama diantara para ahli
kesehatan tersebut.
4. Semua pasien yang dirawat oleh Rumah Sakit Umum Daerah Arga Makmur
diidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatannya melalui proses Pengkajian
yang ditetapkan. Hal ini berlaku pada pasien rawat inap, rawat jalan, instalasi
gawat darurat dan perawatan1hari(oneday care).
5. Semua pasien harus mendapatkan Pengkajian awal minimal 24 jam pertama
perawatan.
6. Semua pasien di pengkajian ulang berdasarkan interval tertentu sesuai kondisi
dan pengobatan yang diterimanya untuk mengetahui respon pasien terhadap
pengobatannya. Interval dapat ditetapkan dalam ukuran hari, minggu, bulan,
atau sewaktu – waktu (akut) tergantung kondisi pasien.
7. Pengkajian pasien dilakukan juga untuk merencanakan perawatan lanjutan dan
pemulangannya.
Kebijakan Khusus :
1. Pengkajian tambahan :
a. Adalah Pengkajian yang dibuat setelah ada Pengkajian utama.
b. Dilakukan Oleh Ahli Kesehatan Yang Telah Ditetapkan RSUD Arga Makmur
c. Harus tertulis Dalam Rekam Medis Yang Ditetapkan RSUD Arga Makmur
2. Pengkajian nyeri :
a. Adalah Pengkajian untuk menilai tingkat nyeri pasien yang dirawat di RSUD
Arga Makmur.
b. Skala penyusunan nyeri VAS (Visual Analogue Scale).
c. Dilakukan oleh ahli kesehatan yang ditetapkan oleh RSUD Arga
d. Harus tertulis dalam rekam medis yang telah ditetapkan oleh RSUD Arga
Makmur
3. Pengkajian Resiko Jatuh :
a. Pengukuran resiko jatuh menggunakan skala yang telah ditetapkan rumah
sakit.
b. Dilakukan oleh ahli kesehatan yang ditetapkan oleh RSUD Arga Makmur.
c. Hasil Pengkajian harus tertulis dalam rekam medis yang telah ditetapkan
oleh RSUD Arga Makmur
4. Pengkajian gizi :
a. Adalah pengkajian status gizi penderita awal, pertengahan dan akhir
perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Arga Makmur.
b. Pengukuran status gizi menggunakan skala yang telah ditetapkan rumah
sakit.
c. Dilakukan oleh ahli gizi yang ditetapkan oleh RSUD Arga Makmur.
d. Hasil Pengkajian harus tertulis dalam rekam medis yang telah ditetapkan
oleh RSUD Arga Makmur.
5
5. Pengkajian dapat dibedakan berdasarakan usia pasien atau pun berdasarkan
kebutuhan khusus pasien.
6. Perencanaan pemulangan pasien (Dischart Planning)
7. Riwayat penggunaan Obat.
6
BAB I
DEFINISI
A. Pengkajian Pasien adalah tahapan dari proses dimana dokter, perawat,
dietisien mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif untuk
membuat keputusan terkait :
a. Status kesehatan pasien
b. Kebutuhan perawatan
c. Intervensi
d. Evaluasi
B. Pengkajian Gawat Darurat
Pengkajian gawat darurat merupakan pengkajian medis yang dilakukan
terhadap pasien dengan kondisi gawat darurat (emergensi). Pengkajian
pasien terdiri atas 3 proses utama, yaitu :
1. Mengumpulkan informasi dan data : anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaanpenunjang/pemeriksaan yang lain
2. Melakukan analisis informasi dan data sehingga menghasilkan suatu
diagnosauntuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien.
3. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan
pasienyangtelah diidentifikasi.
Untuk pasien gawat darurat (emergensi), pengkajian medis dan pengkajian
keperawatan harus berdasarkan atas kebutuhan dan kondisi pasien tersebut.
Juga apabila tidak ada waktu untuk mencatat riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik yang lengkapdan seorang pasien gawat darurat (emergensi)
yang perlu dilakukan tindakan medis/operasi, maka ada catatan ringkas dan
diagnosis praoperatif.
C. Pengkajian Awal Pasien Rawat Inap adalah tahap awal dari proses dimana
dokter, perawat, dietisien mengevaluasi data pasien dalam 24 jam pertama
7
sejak pasien masuk rawat inap atau bisa lebih cepat tergantung kondisi
pasien dan dicatat dalam rekam medis
D. Pengkajian Awal Pasien Rawat Jalan adalah tahap awal dari proses dimana
dokter mengevaluasi data pasien baru rawat jalan
E. Pengkajian Ulang Pasien adalah tahap lanjut dari proses dimana dokter,
perawat, dietisien mengevaluasi ulang data pasien setiap terjadi perubahan
yang signifikan atas kondisi klinisnya.
F. Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien
G. DPJP adalah seorang dokter / dokter gigi yang bertanggung jawab atas
pengelolaan asuhan medis seorang pasien. DPJP juga bertanggung jawab
terhadap kelengkapan, kejelasan dan kebenaran serta ketepatan waktu
pengembalian dari rekam medis pasien tersebut
H. Case Manager adalah perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan atas setiap pasien. Tujuannya untuk menjamin mutu asuhan
keperawatan dari pasien tersebut.
I. Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan &
kebidanan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang di
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki
ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal
J. Ahli gizi adalah seorang profesional medis yang mengkhususkan diri dalam
dietetika, studi tentang gizi dan penggunaan diet khusus untuk mencegah dan
mengobati penyakit.
8
BAB II
RUANG LINGKUP
12
2. Pada pasien stabil
Ulangi dan catat pengkajian awal setiap 15 menit
Pada pasien tidak stabil ulangi dan catat pengkajian awal setiap 5
menit.
i. Nilai ulang status kesadaran
ii. Pertahankan patensi jalan napas
iii. Pantau kecepatan dan kualitas pernapasan
iv. Nilai ulang kecepatan dan kualitas denyut nadi
v. Pantau warna dan suhu kulit
vi. Nilai ulang dan catat tanda vital
Ulangi pengkajian terfokus sesuai dengan keluhan pasien
Periksa intervensi
i. Pastikan pemberian oksigen adekuat
ii. Manajemen perdarahan
iii. Pastikan intervensi lainnya adekuat
3. Pengkajian Ulang
4. Asuhan Pasien
13
Semua proses asuhan pasien oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA)
harus dicatat dalam form intregreated note disimpan di berkas rekam medis
pasien secara runtut sesuai dengan perjalanan asuhan yang dialami pasien di
RS, mulai dari Pengkajian awal sampai pada resume pulang. PPA menuliskan
dalam CPPT dengan ciri penulisan dan identitas masing-masing.
Dokter, perawat, ahli gizi, fisioterapis, apoteker, dan PPA yang lain wajib
menuliskan semua kondisi dan perkembangan serta kegiatan dan rindakan
yang diberikan kepada pasien dalam catatan perkembangan terintegrasi.
b. Prosedur Pencatatan
4. Hasil diskusi antar DPJP atau dengan PPA lain yang membahas
tentang suatu kasus penyakit pasien yang agak rumit, jika dirapatkan
secara tersendiri, notulensi rapat disertakan dibelakang lembar CPPT,
jika hanya secara lisan ditulis di dalam lembar CPPT.
14
c. Metode Pencatatan
1. Subjective (S)
Lakukan anamnesa untuk mendapatkan keluhan pasien saat ini,
Anamnesis berpedoman pada empat pokok pikiran ( The Fundamental
Four) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven) yaitu :
Empat pokok pikiran meliputi :
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat Sosial Ekonomi
Tujuh butir mutiara meliputi :
Lokasi
Onset/awitan dan kronologis
Kuantitas keluhan (ringan/berat, seberapa sering terjadi)
Kualitas keluhan (rasa seperti apa)
Faktor-faktor yang memperberat keluhan
Faktor-faktor yang memperingan keluhan
Analisis sistem yang menyertai keluhan utama
Kemudian tuliskan pada kolom “S”
Contoh : S : sesak nafas sejak 3 jam yang lalu, riwayat asma 5 tahun
15
2. Objective (O)
3. Assessment (A)
4. Plan (P)
Tuliskan rencana diagnostic, rencana terapi/tindakan, rencana
monitoring dan rencana edukasi.
Contoh :
Rencana Diagnostik (D) : Lakukan foto Ro Thorax PA, periksa GDP
Rencana Tindakan (Tx) : Pasang Infus……, berikan medikamentosa
Renca Monitoring (M) : pasang monitor, catat tanda-tanda vital tiap 4
jam
Rencana Edukasi (E) : posisi harus.. kegiatan fisik terbatas...
Cara penulisan bagian gizi menggunakan metode ADIME, yaitu :
1. Pengkajian Gizi
2. Diagnosis Gizi
16
Pernyataan diagnosis gizi dengan format PES. Pasien mungkin
mempunyai banyak diagnosis gizi, lakukan kajian yang mendalam
sehingga diagnosis gizi benar-benar berkaitan dan dapat dilakukan
intervensi gizi.
3. Intervensi Gizi
c. Edukasi gizi
d. Konseling gizi
b. Umumnya berdasarkan gejala dan tanda dari diagnosis gizi antara lain
berat badan, asupan, hasil laboratorium, dan gejala klinis yang
berkaitan.
Biokimia : kadar gula darah, ureum, lipid darah, elektrolit, Hb, dll
17
Dampak perilaku dan lingkungan terkait gizi yaitu tingkat
pemahaman, perilaku, akses, dan kemampuan yang mungkin
mempunyai pengaruh pada asupan makanan dan zat gizi.
2. ISI PENGKAJIAN
A. Pengkajian Gawat Darurat
Seluruh pasien di IGD RSUD Arga Makmur Bengkulu Utara, baik
rawat inap maupun rawat jalan harus mendapat pengkajian awal sesuai
standar profesi medik, keperawatan dan profesi lain yang berlaku. Isi
minimal pengkajian pasien rawat jalan RSUD Arga Makmur mengikuti
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/MENKES/
III/ 2022 dan pedoman dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah
sebagai berikut
meliputi :
1. Identitas pasien
2. Kondisi pasien saat tiba di sarana pelayanan kesehatan
3. Identitas pengantar pasien
4. Tanggal dan waktu
5. Triage
6. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan Riwayat
penyakit
7. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
18
8. Diagnosis
9. Pengobatan dan/atau tindakan
10. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit
gawat darurat dan tindak lanjut
11. Nama dan tanda tangan dokter, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
12. Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan
dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain
13. Pelayanan lain yang diberikan kepada pasien
Pengkajian awal harus menghasilkan pemahaman tentang penanganan
yang sebelumnya telah diterima pasien, serta kebutuhan pasien saat dilakukan
pengkajian, keputusan tentang pelayanan apa yang terbaik untuk pasien (best
setting of care) serta adanya diagnosis awal.
Pengkajian gawat darurat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. PRIMARY SURVEY
a. Penilaian tahap primary survey, meliputi :
1) A = Airway adalah mempertahankan jalan napas dengan teknik manual
atau menggunakan alat bantu. Tindakan ini mungkin akan banyak
memanipulasi leher sehingga harus diperhatikan untuk menjaga
stabilitas tulang leher (cervical spine control).
2) B = Breathing adalah menjaga pernafasan ventilasi dapat berlangsung
dengan baik.
3) C = Circulation adalah mempertahankan sirkulasi bersama dengan
tindakan untuk menghentikan perdarahan (hemorrhage control).
20
a) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS.
b) Nilai pupil untuk besarnya, isokor dan reaksi
2. SECONDARY SURVEY
Penilaian pada tahap secondary survey, meliputi :
a. Anamnesis
Riwayat alergi, medikasi, penyakit penyerta, dan lingkungan. Anemnesis
sebab cedera dan riwayat perlukaan. Mekanisme perlukaan sangat
menentukan keadaan pasien. Jenis perlukaan dapat diramalkan dan
mekanisme kejadian perlukaan itu. Cedera lain dimana riwayat penting,
adalah cedera termal,dan bahan berbahaya (hazardous material).
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada secondary survey dilakukan berurutan mulai dari
kepala, maksilo-fasial, servikal dan leher, dada, abdomen, perineum /
rectum / vagina, muskuloskeletal sampai pemeriksaan neurologis.
1) Kepala Penilaian :
a) Inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan wajah untuk adanya
laserasi, kontusi, fraktur dan luka tennal.
b) Re-evaluasi pupil.
c) Re-evaluasi tingkat kesadaran dengan skor GCS.
d) Penilaian mata untuk perdarahan, luka tembus, ketajaman
penglihatan, dislokasi lensa, dan adanya lensa kontak.
e) Evaluasi saraf kranial.
f) Periksa telinga dan hidung akan adanya kebocoran cairan
serebrospinal.
g) Periksa mulut untuk adanya perdarahan dan kebocoran cairan
serebrospinal, perlukaan jaringan lunak dan gigi goyang.
22
j) Penilaian vagina pada penderita khusus :
k) Adanya darah daerah vagina
l) Laserasi vagina
6) Penilaian Muskuloskeletal :
a) Inspeksi lengan dan tungkai akan adanya trauma tumpul/tajam,
termasuk adanya laserasi kontusio dan deformitas.
b) Palpasi lengan dan tungkai akan adanya nyeri tekan, krepitasi,
pergerakan abnormal, dan sensorik.
c) Palpasi semua arteri perifer untuk kuatnya pulsasi dan ekualitas.
d) Nilai pelvis untuk adanya fraktur dan perdarahan.
e) Inspeksi dan palpasi vertebra torakalis dan lumbalis untuk adanya
trauma tajam/tumpul, termasuk adanya kontusio, laserasi, nyeri
tekan, deformitas, dan sensorik.
f) Evaluasi foto pelvis akan adanya fraktur.
g) Mintakan foto ekstremitas sesuai indikasi.
h) Nadi : Kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoxus.
i) Warna kulit.
j) Tekanan darah (bila ada waktu).
7. Disability (Neurologic Evaluation)
Penilaian
1) Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS.
2) Nilai pupil untuk besarnya, isokor dan reaksi .
8. Exposure/Environment
Buka pakaian pasien tetapi cegah hipotermia.
Tambahan pada secondary survey :
Pertimbangkan perlunya diadakan pemeriksaan tambahan :
1. Pemeriksaan laboratorium.
23
Pemilihan pemeriksaan radiologi harus selektif dan jangan
menghambat proses resusitasi. Misalnya : foto vertebra tambahan,
CT kepala, foto ekstremitas, dan lain-lain sesuai indikasi.
Reevaluasi penderita
24
b) Mata
c) THT Leher
d) Mulut
e) Jantung & pembuluh darah
f) Thoraks, paru – paru, payudara
g) Abdomen
h) Kulit dan sistem limfatik
i) Tulang belakang dan anggota tubuh
j) Sistem saraf
k) Genitalia, anus dan rectum
2) Lokalis
a) Inspeksi
b) Palpasi
c) Perkusi
d) Auskultasi
Lakukan deskripsi terhadap status lokalis
3. Pemeriksaan Penunjang
4. Diagnosa
1) Demografi
2) Keluhan utama:
a) Riwayat penyakit sekarang
b) Riwayat penyakit dahulu: DM, HT, jantung, paru, dll
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Riwayat transfusi darah
e) Riwayat alergi ya, tidak, penyebab dan reaksi
3) Risiko jatuh
26
pengkajian risiko jatuh pada pasien anak menggunakan Humpty
Dumpty. (Untuk pengkajian dan manajemen tentang pencegahan
resiko jatuh lihat bab resiko pasien jatuh)
27
Riwayat psikososialspiritual--ekonomi.
Pola hubungan dan peran
Pola seksual dan reproduksi
Pola nilai dan kepercayaan, Kebiasaan menjalankan
ibadah, kabutuhan rohani pasien dan Kepercayaan yang
dianut
i) Pengkajian neurologi
1. Dilakukan pada pasien dengan cedera kepala
atau gangguan neurologis
2. Pemeriksaaan status neurologi awal digunakan sebagai
dasar untuk memantau kondisi pasien selanjutnya
3. Tahapan pengkajian berupa
Tanda vital: nilai keadekuatan ventilasi (kedalaman,
kecepatan, keteraturan,usaha napas)
Mata: ukuran dan refleks cahaya pupil
Pergerakan: apakah keempat ekstremitas bergerak simetris
Sensasi: nilai adanya sensasi abnormal (curiga cedera
spinal)
Status kesadaran menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS): secara akurat menggambarkan fungsi serebri
Pada anak kecil, GCS sulit dilakukan. Anak yang
kesadarannya baik dapa tmemfokuskan pandangan
mata dan mengikuti gerakan tangan pemeriksa,
merespons terhadap stimulus yang diberikan, memiliki
tonus otot normal dan tangisan normal.
Glasgow Coma Scale Dewasa
Mata Terbuka Spontan 4
Terbuka Saat dipanggil/diperintahkan 3
Terbuka terhadap rangsang nyeri 2
Tidak merespon 1
Verbal Orientasi Baik 5
Disorientasi/bingung 4
Jawaban tidak sesuai 3
28
Suara yang tidak dapat dimengerti (erangan, 2
teriakan)
Tidak merespon 1
Pergerakan Mengikuti perintah 6
Melokalisasi nyeri 5
Menarik diri (withdraw) dari rangsang nyeri 4
Fleksi abnormal anggota gerak terhadap rangsang 3
nyeri
Ektensi abnormal anggota gerak terhadap 2
rangsang nyeri
Tidak merespons 1
Total Skor : mata + verbal + pergerakan = 3-15
Skor 13-15 = Ringan
Skor 9-12 = Sedang
Skor 3-8 = Berat
31
Bagi pasien dengan status gizi baik, maka pengkajian gizi dilakukan
oleh perawat dengan berkolaborasi dokter. Bila pasien beresiko malnutrisi,
maka pengkajian gizi dilakukan oleh tim gizi. Pasien dengan resiko malnutrisi
dievaluasi setiap hari kemudian dilakukan pengkajian ulang setelah 3 hari.
Parameter Nilai
□ Ya 1
Apakah pasien tampak kurus ?
□ Tidak 0
Apakah terdapat penurunan berat badan selama satu
bulan terakhir ? (berdasarkan penilaian objektif data
berat badan bila ada ATAU penilaian subjektif orang tua
pasien) □ Ya 1
ATAU
□ Tidak 0
untuk bayi < 1 tahun ; berat badan tidak naik selama
3 bulan terakhir
Apakah terdapat SALAH SATU dari kodisi tersebut? □ Ya 1
- diare ≥ 5 kali/hari dan / muntah > 3 kali/hari
dalam seminggu terakhir
- Asupan makanan berkurang selama 1 0
□ Tidak
minggu terakhir
Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatka □ Ya 2
pasien □ Tida 0
berisiko mengalami malnutrisi? (lihat tabel ) k
Nilai score :
- 0 Risiko rendah,
- 1-3 Risiko sedang,
- 4-5 Risiko tinggi
32
No BERDASARKAN MALNUTRITION SCREENING SKO
TOOL / R
33
(MST)
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diingnikan
dalam
6 bulan terakhir ?
a. tidak ada penurunan berat badan 0
b. tidak yakin/ tidak tahu/ terasa baju lebih longgar 2
c. jika ya, berapa penurunan berat badan tersebut
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 g 3
>15 kg 4
2 Apakah asupan makan berkurang karena yang tidak nafsu makan ?
a. Ya 1
b. Tidak 0
Total Skor ........
Pasien dengan diagnosis khusus : Ya Tidak
(DM / Kemoterapi / Hemodialisa / Geriatri / Imunitas menurun /
lain-lain sebutkan................................................................................................
(Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan diagnosis / kondisi
khusus dilaporkan ke dokter pemeriksa)
Jika 1: diet yang diberikan : biasa tim lunak saring/bubur
cair
Jika ≥ 2: lapor DPJP co ahli gizi pengkajian gizi lanjutan
39
iii. Aspek pasien : perubahan kapasitas fungsional, kemandirian
merawat diri sendiri
1. Anamnesa
a. Keluhan Utama
40
• Kronisistas
Derajat Definisi
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan
tahanan
kuat
4 Mampu melawan tahanan ringan
3 Mampu bergerak melawan gravitasi
2 Mampu bergerak/bergeser ke kiri dan kanan tetapi tidak
mempu melawan gravitasi
1 Terdapat kontraksi otot (inspeksi/palpasi) , tidak
menghasilkan
pergerakan
0 Tidak terdapat kontraksi otot
43
e. Pemeriksaan Sensorik
Lakukan pemeriksaan : sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum
– pin prick), getaran, dan suhu.
f. Pemeriksaan Neurologis lainnya
Evaluasi nervus kranial I – XII, terutama jika pasien mengeluh
nyeri wajah atau servikal dan sakit kepala.
Periksa refleks otot, nilai adanya asimetris dan klonus. Untuk
mencetuskan klonus membutuhkan kontraksi > 4 otot.
Refleks Segmen Spinal
Biseps C5
Brakioradialis C6
Triseps C7
Tendon patella L4
Hamstring medial L5
Achilles S1
44
3. Pemeriksaan Elektromiografi (EMG)
a. Membantu mencari penyebab nyeri akut/kronik pasien.
b. Mengidentifikasi area persarafan/cedera otot fokal atau difus yang
terkena.
c. Mengidentifikasi atau menyingkirkan kemungkinan yang
berhubungan dengan rehabilitasi, injeksi, pembedahan, atau
terapi obat.
d. Membantu menegakkan diagnosis.
e. Pemeriksaan serial membantu pemantauan pemulihan pasien dan
respons terhadap terapi.
f. Indikasi : kecurigaan saraf terjepit, mono-/poli-neuropati, radikulopati.
g. Namun pemeriksaan ini belum tersedia di RSUD Arga Makmur
4. Pemeriksaan Sensorik Kuantitatif
a. Pemeriksaan sensorik mekanik (tidak nyeri) : getaran
b. Pemeriksaan sensorik mekanik (nyeri) : tusukan jarum, tekanan
c. Pemeriksaan sensasi suhu (dingin, hangat, panas)
d. Pemeriksaan sensasi persepsi
5. Pemeriksaan
Radiologi Indikasi :
a. Pasien nyeri dengan kecurigaan penyakit degeneratif tulang belakang.
b. Pasien dengan kecurigaan adanya neoplasma, infeksi tulang
belakang, penyakit inflamatorik, dan penyakit vascular.
c. Pasien dengan defisit neurologis motorik, kolon, kandung kemih,
atau ereksi.
d. Pasien dengan riwayat pembedahan tulang belakang.
e. Gejala nyeri yang menetap > 4 minggu.
45
b. CT-scan : evaluasi trauma tulang belakang, herniasi diskus,
stenosis spinal
c. Radionuklida bone-scan : sangat bagus dalam mendeteksi
perubahan metabolisme tulang (mendeteksi osteomyelitis dini,
fraktur kompresi yang kecil/minimal, keganasan primer,
metastasis tulang). Namun pemeriksaan ini belum tersedia di
RSUD Arga Makmur
6. Pengkajian Psikologi
a. Nilai mood pasien, apakah dalam kondisi cemas, ketakutan, depresi.
b. Nilai adanya gangguan tidur, masalah terkait pekerjaan.
c. Nilai adanya dukungan sosial, interaksi sosial.
B. Analisa informasi dan data
Setelah data komprehensif yang sudah dikumpulkan, baik berupa data
subjektif maupun data objektif, maka dilakukan analisa informasi dan data.
Bagian ini terdiri dari : penulisan ringkasan, penyusunan daftar masalah,
membuat pengkajian dari masing-masing masalah (diagnosa dan
diagnosa banding).
C. Membuat rencana pelayanan untuk memenuhi semua kebutuhan pasien
yang telah diidentifikasi. Rencana pelayanan meliputi : rencana diagnosis,
rencana terapi, rencana monitoring, dan rencana edukasi.
D. Skala Nyeri
Indikator tunggal yang paling penting untuk mengetahui intensitas nyeri
adalah keluhan pasien. Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang
seberapa parah nyeri dirasakan oleh pasien, pengukuran intensitas nyeri
sangat subyektif, maka pendekatan obyektif yang paling mungkin adalah
dengan menggunakan skala nyeri. Skala nyeri yang digunakan di RSUD
Arga Makmur sebagai berikut :
1. Numeric Rating Scale
Indikasi : digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun
yang dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas
nyeri yang dirasakannya.
Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang
dirasakan dan dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
46
0 = tidak nyeri
1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas
sehari-hari) 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan
aktivitas sehari-hari)
3. Comfort Scale
Indikasi : pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat
intensif/kamar operasi/ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai
menggunakan Numeric Rating Scale dan Wong Baker Faces Pain
Scale.
47
1 – 5, dengan skor total antara 9 – 45.
Kewaspadaan
Ketenangan
Distress pernapasan
Menangis
Pergerakan
Tonus otot
Tegangan wajah
Tekanan darah basal
Denyut jantung basal
Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi
sedang, pengkajian dan penanganan nyeri dilakukan saat pasien
menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal akan rasa
nyeri.
E. Pengkajian Ulang
Pengkajian ulang dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa
jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut :
1. Lakukan Pengkajian nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan
kunjungan/visite ke pasien.
2. Dilakukan pada : pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah
tatalaksana nyeri, setiap empat jam (pada pasien yang
sadar/bangun), pasien yang menjalani prosedur menyakitkan,
sebelum transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah
sakit.
3. Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan
pengkajian ulang setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat-
obat intravena.
4. Pada nyeri akut/kronik, lakukan pengkajian ulang tiap 30 menit – 1
jam setelah pemberian obat nyeri.
5. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila
sampai menimbulkan perubahan tanda vital, merupakan tanda
adanya diagnosis medis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi
pasca-pembedahan, nyeri neuropatik)
Setiap pasien baik di unit rawat jalan, IGD, rawat inap harus dilakukan
48
skrinning nyeri dan didokumentasikan dalam lembar pengkajian awal.
Pengkajian ulang nyeri dilaksanakan setiap hari sampai nyeri itu hilang
dan didokumentasikan dalam rekam medis form Pengkajian ulang nyeri.
Resiko Jatuh
Jatuh adalah suatu peristiwa dimana seseorang mengalami jatuh
dengan atau tanpa disaksikan oleh orang lain, tidak disengaja / tidak
direncanakan, dengan arah jatuh ke lantai, dengan atau tanpa mencederai
dirinya. Penyebab jatuh dapat meliputi faktor fisiologis (pingsan) atau
lingkungan (lantai yang licin)
Kejadian jatuh terdiri dari :
a. Kejadian jatuh tidak disengaja yaitu: kejadian jatuh yang terjadi secara tidak
sengaja (misalnya terpeleset, tersandung). Pasien yang berisiko
mengalami kejadian ini tidak dapat diidentifikasikan sebelum mengalami
jatuh dan umumnya tidak dikategorikan dalam risiko jatuh. Kejadian jatuh
jenis ini dapat dicegah dengan menyediakan lingkungan yang aman.
b. Kejadian jatuh yang tidak diantisipasi yaitu : kejadian jatuh yang terjadi
ketika penyebab fisik tidak dapat diidentifikasi
c. Kejadian jatuh yang dapat diantisipasi (diperkirakan) yaitu : kejadian jatuh
yang terjadi pada pasien yang memang berisiko mengalami jatuh
(berdasarkan skor pengkajian risiko jatuh)
Keselamatan pasien merupakan tanggung jawab seluruh staf rumah
sakit.Salah satu upaya mendukung peningkatan keselamatan pasien adalah
dengan mencegah dan menangani pasien jatuh di rumah sakit. Adapun
langkah awal diupayakan berupa pengkajian/skrining awal pasien sejak
masuk ke rumah sakit baik lewat IGD, poliklinik oleh dokter dan perawat.
Pengkajian tersebut adalah berupa tindakan mengidentifikasi faktor
risiko jatuh dan mengisinya kedalam formulir Pengkajiant harian pasien risiko
jatuh dan menaruhnya didalam rekam medis pasien khususnya pasien
dengan risiko jatuh yang tinggi serta diberikan identifikasi berupa gelang
berwarna kuning.
A. Faktor Risiko
Faktor risiko pasien jatuh di rumah sakit dapat dikelompokkan menjadi
kategori dapat diperkirakan dan tidak dapat diperkirakan
49
Faktor Risiko Intrinsik (berhubungan dengan Ekstrinsik (berhubungan
kondisi pasien) dengan lingkungan)
Dapat Riwayat jatuh sebelumnya Lantai basah/silau,
diperkirakan Inkontinensia ruang berantakan,
Gangguan pencahayaan
kognitif/psikologis
Gangguan
kurang, kabel
keseimbangan/mobilit
longgar/lepas
as
Alas kaki tidak pas
Usia > 65 tahun
Dudukan toilet
Osteoporosis
yang rendah
Status kesehatan yang
buruk Kursi atau tempat tidur
beroda
Rawat inap
berkepanjangan
Peralatan yang
tidak aman
Peralatan rusak
Tempat tidur
ditinggalkan dalam
posisi tinggi
Tidak dapat Kejang Reaksi individu
diperkirakan Aritmia jantung terhadap obat-obatan
Stroke atau serangan
iskemik
sementara (Transient
Ischaemic Attack- TIA)
Pingsan
Serangan jatuh (Drop
Attack)
Selain faktor risiko di atas, ada beberapa obat yang juga dapat
meningkatkan terjadinya resiko jatuh. Oleh karena itu, pasien yang
mendapatkan obat tersebut, hendaknya dipantau atau dinilai ulang resiko
jatuhnya.
50
No Golongan Obat Nama Obat
51
B. Pelaksanaan Pengkajian Resiko Jatuh
Walaupun ada banyak cara untuk menghitung dan mengklasifikasikan
risiko jatuh pasien tetapi RSUD Arga Makmur memutuskan untuk
memakai 2 saja dari cara yang lazim dipakai. Formulir Pengkajiant Harian
Pasien Risiko Jatuh RSUD Arga Makmur berisi Morse Fall Score (untuk
pasien dewasa dan anak-anak ≥
18 tahun) dan Humpty - Dumpty FallScore (contoh pasien anak-anak < 18
tahun). Pada pasien rawat jalan, skrinning pasien resiko jatuh
menggunakan Time up and Go. (Terlampir)
52
6 Pastikan cahaya lampu adekuat
7 Berikan edukasi pasien
8 Pastikan kebutuhan pribadi dalam jangkauan
9 Menggunakan alas kaki anti licin
Resiko 1 Lakukan semua pedoman pencegahan jatuh resiko rendah
Sedang 2 Beri tanda segitiga warna kuning pada bed pasien atau pintu
kamar
3 Beri tanda resiko jatuh pada gelang identitas yang menempel
pada pasien
Resiko 1 Lakukan semua pencegahan resiko rendah dan sedang
Tinggi 2 Kunjungi dan monitor pasien setiap 1 jam
3 Tempatkan pasien dikamar yang paling dekat dengan Nurse
station (bila mungkin)
4 Pastikan pasien menggunakan alat bantu jalan
5 Memasang restrain pada pasien yang disertai untuk penurunan
kesadaran yang tidak kooperatif atau terdapat gangguan
mental/ kognitif /usaha bunuh diri, atas anjuran dan
sesuai instruksi dokter
6 Libatkan keluarga untuk mengawasi pasien
7 Nilai kebutuhan akan fisioterapi
11. Berikan edukasi mengenai risiko jatuh dan upaya pencegahan kepada
pasien dan keluarga
12. Risiko jatuh pasien akan dinilai ulang dan diisikan kedalam “formulir
jatuh harian” lalu akan ditentukan intervensi dan pemilihan alat
pengaman yang sesuaiHal-hal yang diperhatikan dalam Mengurangi
Kejadian Resiko Jatuh dari Faktor Lingkungan
13. Staf House Keeping mengepel/membersihkan lantai pada jam-jam
sepi pengunjung/aktivitasnya serta memasang tanda “Awas lantai
licin”
14. Staf RS segera memberitahu staf House Keeping jika ada kondisi
lantai licin akibat tumpahan cairan / tetesan air / kebocoran /
genangan.
15. Penerangan didalam lingkungan rumah sakit adalah tergolong cukup
baik sesuai syarat K3RS
16. Staf RS tidak dibenarkan berlarian di dalam lingkungan RS bila tidak
ada kepentingan gawat darurat. 54
17. Edukasi pasien/keluarga/pengunjung juga punya peran penting dalam
pencegahan pasien risiko jatuh di rumah sakit, oleh karena itu maka
kepada mereka harus diinformasikan mengenai faktor risiko jatuh dan
setuju untuk mengikuti strategi pencegahan jatuh yang telah ditetapkan.
Pasien, keluarga, dan pengasuh / pengunjung harus diberikan edukasi
mengenai faktor risiko jatuh dilingkungan rumah sakit dan
melanjutkan keikut sertaannya sepanjang keperawatan pasien.
18. Informasikan pasien, keluarga, dan pengasuhnya dalam semua
aktivitas sebelum memulai penggunaan alat bantu
19. Ajari pasien untuk menggunakan pegangan dinding
20. Informasikan pasien/keluarga/pengasuhnya mengenai dosis dan
frekusensi konsumsi obat-obatan, efek samping, serta interaksinya
dengan makanan/obat-obatan lain.
21. Pasien, keluarga, pengunjung diberitahu untuk tidak berlarian dalam
lingkungan rumah sakit
22. Pasien, keluarga, pengunjung diberitahu untuk memperhatikan tanda
“Awas lantai licin” yang dipasang staf House Keeping saat sedang
membersihkan/mengepel lantai
23. Melapor keperawat/staf RS bila menemukan ada kelalaian upaya
petugas rumah sakit yang tidak mencegah / menangani pasien jatuh.
Sistem pencatatan dan pelaporan dari pengkajian, pencegahan dan
manajemen pasien risiko jatuh di RSUD Arga Makmur adalah :
- Pengkajian pasien risiko jatuh dikelola sejak awal pasien masuk oleh
dokter dan perawat lalu di isikan ke formulir pengkajian awal IGD, rawat
jalan dan rawat inap. Jika pasien dengan risiko jatuh sedang dan tinggi
dipakaikan gelang berwarna kuning sebagai identifikasi.
- Setelah Pengkajian skrining dilakukan maka minimal 2 jam kemudian
rencana intervensi segera disusun, diimplementasikan dan dicatat dalam
asuhan keperawatan
- Untuk Pengkajian ulang, pasien yang beresiko tinggi akan diskrining
setiap 1 kali sehari, saat transfer ke unit lain, adanya perubahan kondisi
fisik atau status mental pasien atau adanya kejadian jatuh pada pasien
dengan mengisi formulir Pengkajian pasien risiko jatuh harian. Kemudian
akan dilakukan intervensi sesuai dengan hasil pengkajian yang baru
55
tersebut. Untuk mengubah kategori dan risiko tinggi ke rendah
diperlukan 2 kali pemeriksaan berturut-turut.
- Risiko rendah/tidak berisiko dilakukan Pengkajian ulang bila ada
perubahan kondisi, seperti pasien pasca operasi, pasien pasca sedasi,
pasien pasca tindakan invasif risiko tinggi, penambahan obat obat
sedatif (kecuali pasien ICU yang menggunakan sedasi dan paralisis),
Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin, Antidepresan, Laksans/ Diuretika,
Narkotik, obat-obat berisiko tinggi(diuretik, narkotik, sedatif, anti psikotik,
laksatif, vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik,
antidepresan, neuroleptik, NSAID, Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin,
penurunan kesadaran dan pasien pasca jatuh.
- Saat pergantian jam kerja, setiap perawat yang bertugas akan
melaporkan pasien yang telah menjalani pengkajian risiko jatuh kepada
perawat jaga berikutnya.
- Formulir monitoring pasien risiko jatuh harian ditaruh didalam rekam
medis pasien. Formulir monitoring ini terdiri dari 2 macam menurut
usianya yaitu Morse Fall Score (dewasa dan anak ≥18 tahun) dan
Humpty - Dumpty Fall Pengkajiant Score (anak usia ≤ 18 tahun). Untuk
pasien rawat jalan, skrinning menggunakan form Time Up and Go.
- Pada semua jenis kasus pasien jatuh akan dicatat di asuhan
keperawatan dan Integrated Note.
Pengkajian Tambahan Populasi tertentu
Pengkajian kebutuhan khusus merupakan Pengkajian individual untuk
tipe-tipe pasien atau populasi pasien tertentu yang didasari atas karakteristik yang
unik, yaitu pada pasien lanjut usia, bayi dan anak, sakit terminal, wanita dalam
proses kehamilan dan melahirkan, dan korban kekerasan dan penganiayaaan.
Pelayanan kesehatan dengan kelompok khusus ini memerlukan
penanganan yang tepat dan efektif dalam mengurangi risiko, serta perlu
mendokumentasikan pelayanan secara tim untuk bekerja dan berkomunikasi
secara elektif.
Seluruh pasien di IGD RSUD Arga Makmur, baik rawat inap maupun
rawat jalan harus mendapat Pengkajian awal sesuai standar profesi medik,
keperawatan dan profesi lain yang berlaku. Pengkajian kebutuhan khusus yang
berlaku di RSUD arga Makmur meliputi : 56
A. Pengkajian Lanjut Usia (Usia >60tahun) Panduan Pengkajian Geriatri
Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh)
tahun ke atas. Pasien Geriatri adalah pasien Lanjut Usia dengan multi penyakit
atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan
pendekatan Multi disiplin yang bekerja secara Interdisiplin.
Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan
triase apakah tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa
akan diteruskan ke dokter spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila
tergolong pasien geriatri (misalnya memiliki: penurunan status fungsional, ada
sindrom geriatri, gangguan kognitif- demensia, jatuh–osteoporosis dan
inkontinensia) akan dilakukan Pengkajian geriatri komprehensif oleh Tim
Terpadu Geriatri.
Model 1.
Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri
Tingkat Sederhana
Masalah Geriatri :
- Kondisi Medis Umum
- Status Fungsional Rencana Tatalaksana
- Psikiatri : komprehensif oleh tim Home Care
Status Mental terpadu poli geriatri
Fungsi KKognitif
- Sosial dan Lingkungan
57
Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan
perawatan inap namun karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni
ruang rawat akut geriatri maka dapat dirawat di ruang rawat biasa. Pengkajian
geriatri terdiri dari :
a. Anamnesis
Identitas penderita
Alasan kunjungan
Riwayat psikososial dan status psikologis.
b. Pemeriksaan fisik
Tanda vital: tekanan darah perlu dilakukan pada saat berdiri dan
duduk untuk mengetahui adanya hipotensi postural, suhu, laju
pernafasan, dan jumlah nadi dalam satu menit, dan berat badan.
c. Skrining gizi
Berdasarkan Malnutrition Screning Tool (MST).
d. Skrining resiko jatuh
e. Skrining nyeri
f. Pemeriksaaan penunjang :Pemeriksaan yang dianggap rutin pada
negara maju ialah: foto toraks, ekg, darah/urin rutin, gula darah, lipid,
fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi tiroid (T3,T4,TSH).
g. Masalah keperawatan
h. Rencana asuhan.
1. Pengkajian
2. Diagnose
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
A. Pengkajian Neonatus
Tahapan Pengkajian pada neonatus:
a. Identitas pasien
1. Status obstetric
a) Umur ibu dan riwayat kehamilan pasien (Gravidarum, para, abortus)
b) Riwayat obstetric
c) Umur kehamilan
58
d) Komplikasi selama kehamilan
e) Komplikasi persalinan
f) Golongan darah ibu dan golongan darah ayah
g) Jam pecahnya ketubab dan warna ketuban
h) Cara bersalin
i) Indikasi
2. Status neonates
a) Tanggal dan jam lahir pasien
b) Jenis kelamin pasien
c) BB dan PB lahir pasien
d) Lingkar kepala, lingkar dada
e) Resusitasi (O2 intubasi intra trachea/pompa udara berulang)
0 1 2 APGAR 1’ 5’ 10’
SCORE
Tidak ada 100 100 Denyut
jantung
Tidak ada Tidak Baik Pernapasan
teratur
Lemah Sedang Baik Tonus otot
Tidak ada Meringis Menangis Peka
rangsang
Biru / putih Ujung– Merah Warna
ujung jambu
biru
Nilai total
e) Keluhan utama :
1. Kepala
- Bentuk kepala
- Suturae
- Fontanella 62
- Mata
- Hidung
- Caput succedaneum
- Cephalhematom
- Telinga
- Mulut
- Leher
3. Wajah
- Tanda trauma
- Ubun-ubun besar (jika masuh menonjol) : cekung/ menonjol
- Pupil : ukuran, simetris, reflek cahaya
- Hidrasi : air mata, kelembaban mukosa mulut
4. Thorak : pemeriksaan cord an pulmo
5. Abdomen
6. Genitalia
7. Anus atau rectum
8. Ekstremitas
9. Tulang punggung
10. Skrining gizi
Berdasarkan Malnutrition Screning Tool (MST).
11. Skrining resiko jatuh
12. Skrining nyeri
13. Pemeriksaaan penunjang :Pemeriksaan yang dianggap rutin
pada negara maju ialah: foto toraks, ekg, darah/urin rutin, gula
darah, lipid, fungsi hati, fungsi ginjal, fungsi tiroid (T3,T4,TSH).
14. Masalah keperawatan
15. Rencana asuhan.
16. implementasi
17. evaluasi
C..Pengkajian Kebidanan
1. Keluhan utama 63
Adalah keluhan yang dirasakan oleh ibu yang menyebabkan adanya gangguan,
diantaranya adalah :
After pain (mules-mules pada perut).
Masalah pengeluaran pengeluaran lochea.
Nyeri pada bekas jahitan.
Nyeri dan tegang payudara karena bendungan AS.
Cemas karena belum bisa bertemu bayinya.
2. Riwayat Keluhan
3. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
b. Siklus
c. Teratur
d. Tidak teratur
e. Lama
f. Volume
g. Keluhan saat haid
4. Riwayat Perkawinan
a. Status
b. Berapa kali
c. Umur menikah
d. Tahun menikah
e. cerai
5. Riwayat Obstetri
a. Kehamilan keberapa
b. Umur kehamilan
c. Jenis persalinan
d. Penolong
e. BBL
f. Keadaaan anak sekarag
g. Menyusui
6. Riwayat KB 64
a. Kapan
b. Jenis
c. Lamanya
7. Riwayat Hamil Ini
ANC yang sudah dilakukan, keluhan serta tindakan apa yang sudah didapatkan
8. Riwayat Penyakit yang Lalu
Penyakit apa yang pernah diderita oleh ibu dan mendukung dengan keadaannya
sekarang
9. Riwayat Alergi
Apakah pernah mengalami alergi
10. Riwayat Penyakit Keluarga
Apa saja penyakit yang pernah diderita oleh keluarga yang berhubungan kasus
saat ini yang derita oleh ibu
11. Riwayat Ginekologi
Apakah pernah mengalami gangguan kesehatan reproduksi
a. Kebutuhan Biopsikososial
1) Pola makan
2) Pola minum
3) Pola eliminasi
4) Pola istirahat
5) Psikologi
6) Dukungan social
7) Spiritual
b. Data Obyektif
Pemeriksaan umum
Meliputi pemeriksaan tekanan darah , nadi, temperature, pernafasan, keadaan
umum pada setiap kasus.Tekanan darah dan nadi harus diukur setiap
seperempat jam pada periode pemulihan sesaat pascaoperasi. Suhu harus
diukur setiap 2 jam (myles, 2009). Suhu yang melebihi 38 0C pasca
pembedahan hari ke 2 harus dicari penyebabnya. Yakinkan pasien bebas
demam selama 24 jam sebelum keluar dari rumah sakit. Jika ada tanda infeksi
atau pasien demam, berikan antibiotika sampai bebas demam selama 48
jam ( sarwono,2008).
c. Pemeriksaan fisik
Dilakukan secara focus sesuai dengan kasus yang dikerjakan
65
i. Pemeriksaan kebidanan
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus kebidanan mulai dari
abdomen sampai dengan genetalia
ii. Prosedur Invasif
Alat yangterpasang saat itu, meliputi : infuse intravena, central line,
dower Catether, selang NGT
BAB III
TATA LAKSANA
Penanganan Definitif
a. Terapi efinitive pada umumnya merupakan tugas dokter sesuai
kewenangan klinisnya.
b. Proses rujukan harus sudah dimulai saat alasan untuk merujuk
ditemukan, karena menunda rujukan akan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas penderita.
c. Keputusan untuk merujuk penderita didasarkan atas data fisiologis
penderita, cedera anatomis, mekanisme perlukaan, penyakit penyerta
serta factor-faktor yang dapat mengubah prognosis
d. Penilaian pengkajian awal gawat darurat diisi berdasarkan kebutuhan
masing- masing kondisi pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan
kondisi triage pasien. IGD RSUD Arga Makmur menggunakan
pedoman Australia Triage Scale (ATS).
Kerangka waktu penyelesaian Pengkajian rawat jalan
a. Pengkajian awal pasien di instalasi Gawat Darurat harus diselesaikan
dalam waktu 30 menit setelah pasien diperiksa oleh dokter triase
b. Pasien IGD yang dalam waktu 6 jam belum disa dilakukan rawat inap
karena berbagai alasan, pasien harus dilakukan pengkajian rawat inap
IGD
81
Pengkajian pasien
Melakukan evaluasi
Dalam pengkajian pasien dan keluarga harus diikutsertakan seluruh proses, agar asuhan
kepada pasian menjadi optimal. Pada saat evaluasi, bila terjadi perubahan yang
signifikan terhadap kondisi klinis pasien, maka harus segera dilakukan pengkajian ulang.
Bagian akhir dari pengkajian adalah melakukan evaluasi, umumnya disebut monitoring
yang menjelaskan faktor-faktor yang akan menentukan pencapaian hasil-hasil nyata yang
diharapkan pasien.
Keperawatan Mengasesmen
awal Kprwt. :
Keluhan utama
Kenyamanan/aktivitas/
Mulai proteksi
Pola makan & eliminasi
DPJP
Respon emosi &kognisi
Mengpengkajian awal medis :
Sosio-spiritual
Anamnesis & pemeriksaan
Pasien
fisik Asesmen Kebutuhan
Dietisien Tandatangani persetujuan perawatan
Diagnosis kerja Rohani
Mengasesmen
Status Gizi Pemeriksaan penunjang Asesmen Risiko Jatuh
Perlu terapi gizi? Rencana terapi Asesmen Nyeri (bila ada)
DPJP
Menulis Resep / alkes dalam lembar
RPO
DPJP Meminta diagnosa penunjang
ya
Melakukan terapi sesuai PPK dan CP
Asuhan Keperawatan. :
Dietisien Apoteker Menyiapkan obat /
Kolaborasi alkes DPJP,KEPERAWATAN, GIZI
Data khusus/fokus
Pemberian nutrisi Mengkaji ulang medis/keperawatan/dietizen
Masalah/dx keperawatan
Tgl / jam intervensi Observasi tanda vital,nyeri & keluaran cairan
Tgl/jam evaluasi (SOAP)harian
Perkembangan terintegrasi
Monitor harian
DPJP/Keperawatan/Apoteker/Dietisienis
Memberikan edukasi kepada pasien / keluarga
DPJP
tidak Meminta
Perlu HCU / ICU
persetujuan masuk
HCU / ICU
DPJP
•Melakukan penanganan lanjutan
•Mengisi Form Discharge Prosedur
Planning meninggal DPJP / ICU
HCU
Sembuh?
Menulis sebab kematian
belum
Mulai
selesai
DPJP
Pasien
Mengisi Form resume medis Prosedur
Membuat surat rujuk balik / kontrol poli kamar jenazah
Masuk Poliklinik
Keperawatan
Pengkajian
DPJP Prosedur
awal pasien rawat jalan
pengkajian medis :Anamnesis Penunjang
Prosedur & Pemeriksaan fisik
Tindakan/ ya DPJP
One Day Care Perlu Penunjang?
Menulis surat dan
tidak entri work order
ya Perlu Tindakan?
tidak
Perlu MRS?
tidak
ya
DPJP DPJP
Kasus Bedah?
Menulis resep / Menulis surat permintaan
ya
surat kontrol / DPJP Bedah Prosedur
rujuk balik
Menulis permintaan MRS Pendaftaran
Mengentri acara op ke Sekt KSM (on line) di Sentral
Selesai
DISCHARGE PLANNING
I. DEFINISI
Discharge planning/rencana pemulangan pasien adalah suatu
proses sistematik untuk perkiraan, persiapan dan koordinasi yang
dilakukan petugas kesehatan untuk memfasilitasi perbekalan perawatan
kesehatan pasien sebelum dan setelah pemulangan. Proses discharge
planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat
dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien.
84
1. Stroke
2. Serangan jantung
6. Emfisema
7. Demensia
8. Alzeimer
9. AIDS Trauma multipel atau penyakit dengan potensi mengancam nyawa
lainnya
10. Pasien yang masih harus kembali dirawat dalam tempo 30 hari.
11. Usia > 65 tahun
III. TATALAKSANA
A. PRINSIP DISCHARGE PLANNING
Ketika melakukan discharge planning ada beberapa prinsip yang harus
diikuti/diperhatikan. Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam perencanaan
pulang adalah sebagai berikut :
85
1. Dibuat Pada Saat Pasien Masuk
86
e. Pengkajian mengenai kemampuan fungsional pasien saat ini,
misalnya fungsi kognitif, mobilitas.
f. Pengkajian mengenai kondisi keuangan dan status pendidikan
pasien
g. Pengkajian mengenai status mental pasien
h. Pengkajian mengenai kondisi rumah / tempat tinggal pasien
90
tambahan untuk menunjang perawatan pasien
2) Pemulangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan khusus
3) Perawatan di rumah dengan di damping oleh perawat /
pendamping pasien
4) Rumah sakit / fasilitas perawatan jangka panjang
5) Fasilitas keperawatan yang terlatih
6) Rumah perawatan umum, seperti panti jompo, dan sebagainya
h. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai ( tidak dapat
memenuhi kebutuhan pasien ), maka pasien tidak dapat di
pulangkan
i. Tim discharge planners (DPJP, PPJP, Ka.Unit, Tim PKRS)
harus berusaha untuk mencari tempat perawatan yang dapat
menunjang kebutuhan pasien.
j. Pastikan terjadinya komonikasi efektif antara pelaksana
perawatan primer, sekunder, dan social unjtuk menjamin bahwa
setiap pasien menerima perawatan dan penanganan yang
sesuai dan adekuat.
k. Petugas rumah sakit sebaiknya melakukan komonikasi dengan
dokter keluarga pasien / tim layanan primer mengenai rencana
pemulangan pasien.
l. Identifikasi pasien-pasien yang memerlukan perawatan khusus/
ekstra seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, social, dan
sebagainya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
berikan dukungan tambahan.
m. Diskusikan kembali dengan pasien dan buatlah kesepakatan
mengenai rencana keperawatan.
n. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses
pemulangan pasien.
o. Pastikan bahwa pasien dan keluarga / pendamping telah
91
memperoleh informasi yang adekuat.
p. Hak pasien sebelum di pulangkan:
92
1) Pasien memahami resiko yang dapat timbul akibat pulang paksa
2) Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang
berhubungan dengan pulang paksa, dikarenakan kondisi
medisnya
3) Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang
berhubungan dengan pulang paksa dikarenakan gangguan
jiwa.
C. Evaluasi
Monitor dan evaluasi efikasi dan kelayakan rencana perawatan pasien
secara periodic, dengan
cara :
1. Peninjauan Ulang rekam medis / catatan pasien
2. Gunakan check list untuk menilai perkembangan dan kemajuan
discharge planning
3. Lakukan perencanaan ulang, jika di perlukan
93
D. Peninjauan ulang dan Audit
Peninjauan ulang dan audit harus dilakukan untuk mengevaluasi dan
IV. DOKUMENTASI
Dokumentasi discharge planning berisi
94
BAB IV
DOKUMENTASI
II. DOKUMENTASI
Semua pengkajian didokumentasikan direkam medis meliputi:
1. Pengkajian secara keseluruhan terhadap pasien, menegakkan diagnosa,
menyusun intervensi, melakukan implementasi dan membuat evaluasi
95
akhir dari pelayanan yang telah kita berikan kepadan pasien tersebut.
2. Pembuatan asuhan pasien secara tim yang berkesinambungan antara
dokter, perawat, PPA lain yang memberikan asuhan pasien.
3. Membuat dokumentasi dalam bentuk rekam medis terhadap pelayanan
yang telah diberikan kepada pasien baik secara verbal maupun non verbal
96