Anda di halaman 1dari 110

SKRIPSI

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN


TEKANAN WAKTU AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP
PENGUNGKAPAN FRAUD

SARAH ANDINI
A031171037

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
SKRIPSI

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN


TEKANAN WAKTU AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP
PENGUNGKAPAN FRAUD

Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh


gelar Sarjana Akuntansi

disusun dan diajukan oleh

SARAH ANDINI
A031171037

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

ii
SKRIPSI

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN


TEKANAN WAKTU AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP
PENGUNGKAPAN FRAUD

disusun dan diajukan oleh

SARAH ANDINI
A031171037

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 11 Februari 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Amiruddin, S.E., Ak., M.Si., CA. CPA Dr. Grace T. Pontoh, S.E., Ak., M.Si., CA.
NIP 196410121989101001 NIP 196503201992032002

Ketua Departemen Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin

Dr. Hj. Andi Kusumawati, SE., M.Si., Ak., CA.


NIP 196604051992032003

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

nama : Sarah Andini

NIM : A31171037

jurusan/program studi : Akuntansi

dengan ini menyatakan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

PENGARUH KOMPETENSI, INDEPENDENSI, DAN TEKANAN WAKTU


AUDITOR INVESTIGATIF TERHADAP PENGUNGKAPAN FRAUD

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan
terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Makassar, 2021
Yang membuat pernyataan,

(Sarah Andini)

iv
PRAKATA

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak.) pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini. Pertama-tama, ucapan terima kasih
peneliti berikan kepada bapak Dr. H. Amiruddin S.E., Ak., M.Si., CA. CPA dan ibu
Dr. Grace Theresia Pontoh, S.E., Ak., M.Si., CA. sebagai dosen pembimbing
atas waktu yang telah diluangkan untuk membimbing, memberi motivasi, dan
memberi bantuan literatur, serta diskusi-diskusi yang telah dilakukan dengan
peneliti.
Ucapan terima kasih juga peneliti tujukan kepada Kepala Perwakilan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi
Sulawesi Selatan atas pemberian izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian
serta staf dan auditor yang telah memberi andil yang sangat besar dalam
penelitian ini. Semoga bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat
balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.
Terakhir, ucapan terima kasih kepada ayah dan ibu, saudara, sahabat,
dan teman atas bantuan, nasehat, dan motivasi yang diberikan selama penelitian
skripsi ini. Semoga semua pihak mendapat kebaikan dari-NYA atas bantuan
yang diberikan hingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan
dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam skripsi ini
sepenuhnya menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan.
Kritik dan saran yang membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini.

Makassar, Februari 2021

Peneliti

v
ABSTRAK

Pengaruh Kompetensi,Independensi, dan Tekanan Waktu Auditor


Investigatif terhadap Pengungkapan Fraud.

Effect of competence, independence, and time pressure of Investigatif


auditor on fraud disclosure

Sarah Andini
Amiruddin
Grace T. Pontoh

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh kompetensi,


independensi, dan tekanan waktu auditor investigatif terhadap pengungkapan
fraud pada BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) Sulawesi
Selatan. Total sampel yang digunakan sebanyak 32 auditor dan dipilih
menggunakan metode purposive sampling. Data yang dikumpulkan diolah
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kompetensi, independensi, dan tekanan waktu auditor investigatif
berpengaruh terhadap pengungkapan fraud pada BPKP Sulawesi Selatan.
Kata kunci: kompetensi, independensi, tekanan waktu, pengungkapan fraud.

This study aims to examine and analyze the effect of investigative auditor
competence, independence, and time pressure on the disclosure of fraud at the
BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan) South Sulawesi. The
data use are primary data obtained using a questionnaire. A total of samples
used was 32 auditors and selected using purposive sampling method. The data
Collected data processed by multiple regression statistical. The test result show
that the competence, independence and time pressure of investigative auditors
had an effect on the disclosure of fraud at BPKP South Sulawesi.
Keywords: competence, independence, time pressure, fraud disclosure.

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... iv
PRAKATA ............................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 10
1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 10
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 12


2.1 Teori Atribusi ................................................................................... 12
2.2 Kompetensi Auditor Investigatif ....................................................... 13
2.3 Independensi Auditor Investigatif ..................................................... 14
2.4 Tekanan Waktu Auditor Investigatif ................................................. 15
2.5 Pengungkapan Fraud ...................................................................... 16
2.6 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 19
2.7 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 22
2.8 Hipotesis.......................................................................................... 24
2.8.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Investigatif terhadap
Pengungkapan Fraud ........................................................... 24
2.8.2 Pengaruh Independensi Auditor Investigatif terhadap
Pengungkapan Fraud ........................................................... 25
2.8.3 Pengaruh Tekanan Waktu Auditor Investigatif terhadap
Pengungkapan Fraud ........................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 29


3.1. Rancangan Penelitian...................................................................... 29
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 29
3.3. Populasi dan Sampel ....................................................................... 30
3.4. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 30
3.5. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 31
3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .................................. 31
3.7. Instrumen Penelitian ........................................................................ 34
3.8. Analisis Data ................................................................................... 35

vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 40
4.1 Deskriptif Data ................................................................................. 40
4.2 Statistik Deskriptif ............................................................................ 43
4.2.1 Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi ............................... 44
4.2.2 Statistik Deskriptif Variabel Independensi............................. 45
4.2.3 Statistik Deskriptif Variabel Tekanan Waktu ......................... 46
4.2.4 Statistik Deskriptif Variabel Pengungkapan Fraud ................ 47
4.3 Uji Kualitas Data .............................................................................. 48
4.3.1 Uji Validitas .......................................................................... 48
4.3.2 Uji Reliabilitas ...................................................................... 49
4.4 Uji Asumsi Klasik ............................................................................. 49
4.4.1 Hasil Uji Normalitas .............................................................. 49
4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ..................................................... 50
4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................ 51
4.5 Uji Hipotesis .................................................................................... 52
4.5.1 Hasil Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi) ....................... 52
4.5.2 Hasil Uji t .............................................................................. 52
4.6 Pembahasan Penelitian ................................................................... 54
4.6.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Investigatif terhadap
Pengungkapan Fraud ........................................................... 54
4.6.2 Pengaruh Independensi Auditor Investigatif terhadap
Pengungkapan Fraud ........................................................... 56
4.6.3 Pengaruh Tekanan Waktu Auditor Investigatif terhadap
Pengungkapan Fraud. .......................................................... 57

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 59


5.1 Kesimpulan...................................................................................... 59
5.2 Saran............................................................................................... 60
5.3 Keterbatasan Penelitian................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 61

LAMPIRAN ........................................................................................................ 64

viii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Corruption Perception Index (CPI)..................................................... 2

4.1 Distribusi Kuisioner............................................................................ 40

4.2 Jenis Kelamin Responden................................................................. 41

4.3 Usia Responden................................................................................ 41

4.4 Pendidikan Responden...................................................................... 42

4.5 Jabatan Responden........................................................................... 42

4.6 Nilai Kategori Interval......................................................................... 43

4.7 Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi............................................ 44

4.8 Statistik Deskriptif Variabel Independensi......................................... 45

4.9 Statistik Deskriptif Variabel Tekanan Waktu...................................... 46

4.10 Statistik Deskriptif Variabel Pengngkapan Fraud.............................. 47

4.11 Hasil Uji Hipotesis.............................................................................. 53

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Rerangka Pemikiran.......................................................................... 22

2.2 Rerangka Konseptual........................................................................ 28

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Biodata..................................................................................................... 64

2 Peta Teori................................................................................................ 65

3 Kuisioner Penelitian................................................................................. 75

4 Statistika Deskriptif.................................................................................. 82

5 Hasil Uji Validitas..................................................................................... 84

6 Hasil Uji Reliabilitas................................................................................. 88

7 Hasil Uji Asumsi Klasik............................................................................ 92

8 Hasil Uji Hipotesis.................................................................................... 96

9 Tabel r...................................................................................................... 97

10 Tabel t...................................................................................................... 98

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era globalisasi seperti saat ini perkembangan sektor publik sudah

semakin kompleks, demikian halnya dengan kejahatan yang terjadi dibidang

ekonomi salah satunya adalah kecurangan (fraud). Banyak aktivitas yang tidak

dapat terlepas dari praktik kecurangan. Banyak pula tindak kecurangan yang

masih sulit untuk diatasi dan ditekan keberadaannya. Kecurangan bisa saja

dilakukan perorangan tetapi bisa juga dilakukan oleh sekelompok orang didalam

suatu organisasi yang bekerja sama dalam praktek kecurangan. Dalam dunia

akuntansi, dikenal ada dua jenis kesalahan yaitu kekeliruan (error) dan

kecurangan (fraud). Perbedaan antara dua jenis kesalahan ini sangat tipis yaitu

ada atau tidaknya niat. Kekeliruan (error) merupakan kesalahan yang tidak

disengaja, sedangkan kecurangan (fraud) merupakan tindakan yang disengaja

untuk menguntungkan diri sendiri maupun kelompok. Standarpun mengenali

bahwa seringkali mendeteksi kecurangan lebih sulit dibandingkan dengan

kekeliruan karena pihak manajemen atau karyawan berusaha menyembunyikan

itu.

Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah

tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat oleh seseorang atau badan yang

mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat

yang tidak baik kepada individu atau entitas. Kecurangan atau fraud semakin

marak terjadi dengan berbagai cara yang terus berkembang sehingga

kemampuan auditor dalam melakukan pengungkapan kecurangan juga harus

terus ditingkatkan, bagaimanapun juga auditor dituntut untuk tetap mampu

1
2

mengungkapkan kecurangan seandainya terjadi kecurangan dalam

melaksanakan tugas auditnya. Masalah yang timbul adalah auditor juga memiliki

keterbatasan dalam mengungkapkan fraud.

Fraud yang sering dilakukan diantaranya adalah memanipulasi

pencatatan laporan keuangan, penghilangan dokumen, dan mark-up laba yang

dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara. Tindakan tersebut

dilakukan semata-mata untuk kepentingan pribadi dan sekelompok orang. Salah

satu upaya pemerintah untuk mengidentifikasi, menemukan, dan menanggulangi

kecurangan yang terjadi di instansi pemerintah atau sektor publik adalah dengan

melaksanakan audit investigatif dalam pemeriksaannya. Ada 3 hal yang

mendorong terjadinya sebuah upaya kecurangan, yaitu pressure (dorongan atau

tekanan yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan), opportunity

(peluang atau kesempatan yang memungkinkan terjadinya kecurangan), dan

rationalization (rasionalisasi atau pembenaran atas tindakan yang dilakukan).

Menurut Corruption Perception Index tahun 2019 dalam Tranparency

Internasional skor Indonesia adalah 38 dengan urutan ke-4, dari 7 negara

ASEAN yang tercermin pada tabel berikut.

Tabel 1.1 Corruption Perception Index (CPI)


Rank Country/territory 2019 Score
1 Singapore 85
2 Brunei Darussalam 63
3 Malaysia 47
4 Indonesia 38
5 Thailand 36
6 Timor Leste 35
7 Vietnam 33
Sumber: Transparency Internasional (2019)
3

Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia menduduki Peringkat ke-4

dengan skor 38 menunjukkan bahwa Indonesia masih belum bisa keluar dari

situasi korupsi dan kecurangan yang sudah mengakar, meskipun skor

mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan tren

positif untuk Indonesia walaupun belum signifikan.

Kasus kecurangan dibidang akuntansi yang terjadi di Indonesia semakin

banyak ditemukan. Pada tahun 2018 lalu, kasus PT Sunprima Nusantara

Pembiayaan (SNP) Finance sangat mengejutkan publik karena kasus ini

merusak citra baik auditor. Perusahaan pembiayaan berumur 18 tahun ini

ternyata di ambang kepailitan. SNP Finance adalah perusahaan multi furniture

yang merupakan anak perusahaan Columbia Group yang menjual produk

furniture rumah tangga. SNP Finance menyediakan jasa kredit bagi costumer

yang ingin membeli produk Columbia. Untuk menalangi pembelian kredit

costumer Colombia, SNP memperoleh pinjaman dana dari berbagai bank dan

Bank Mandiri menjadi investor terbesarnya. Namun, costumer Colombia mulai

menurun karena kalah saing dengan bisnis online yang menyebabkan kredit SNP

Finance kepada para bank menjadi bermasalah. Untuk mengatasi hal tersebut

pihak manajemen SNP Finance membuat kecurangan dengan menyajikan

laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya

(piutang fiktif), sehingga perusahaan pemeringkat dan auditor tidak

mengeluarkan peringatan atau warning sebelum gagal bayar terjadi. Kecurangan

yang dilakukan tentunya sangat merugikan investor dan kreditor.

Kasus lain yang terjadi adalah pada Jiwasraya. PT Asuransi Jiwasraya

menunda pembayaran polis sebesar Rp 802 miliar yang jatuh tempo pada 10

Oktober 2018. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) melakukan pemeriksaan

terhadap Jiwasraya demi menelusuri permasalahan tersebut. Setidaknya sudah


4

dua kali BPK melakukan pemeriksaan terhadap Jiwasraya dalam kurun waktu

2010 hingga 2019. Pemeriksaan pertama ialah Pemeriksaan dengan Tujuan

Tertentu (PDTT) pada 2016 yang mengungkap 16 temuan audit dengan

pengelolaan bisnis, investasi, pendapatan dan biaya operasional Jiwasraya

tahun 2014 hingga 2015. Jiwasraya disebut memanipulasi laporan keuangan

sejak tahun 2006. Pemberian opini disclaimer (tidak menyatakan pendapat) oleh

BPK untuk laporan 2006-2007 dikarenakan penyajian informasi cadangan tidak

dapat diyakini kebenarannya.

Pemberantasan kasus kecurangan di Indonesia semakin menunjukkan

titik terang. Disamping terbentuknya Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang merupakan

lembaga independen yang berperan untuk mengawasi dan menyelidiki keadaan

keuangan institusi pemerintahan maupun swasta, pemerintah membentuk pula

satuan khusus untuk memberantas korupsi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK). Hal tersebut merupakan salah satu wujud nyata pemerintah dalam hal

memberantas korupsi.

Audit investigatif merupakan audit khusus yang dilakukan berkaitan

dengan adanya indikasi tindak pidana korupsi, penyalahgunaan wewenang, serta

ketidaklancaran pembangunan. Audit investigatif ini dilakukan oleh auditor yang

disebut auditor investigatif. Dalam audit investigatif akan dilakukan pengumpulan

berbagai bukti secara sistematis untuk mengungkapkan ada tidaknya indikasi

kecurangan sehingga dapat diambil tindak hukum selanjutnya. Dalam upaya

pemberantasan korupsi di Indonesia, audit investigasi menjadi suatu kebutuhan

mendasar, karena hasil auditnya merupakan bagian integral dalam proses

pembuktian adanya indikasi kecurangan (fraud), sebelum berlanjut ke proses

litigasi, yaitu mekanisme penyelesaian sengketa melalui jalur pengadilan. Hal ini
5

membuat pelaksanaan audit investigasi menjadi lebih sulit dibandingkan

pelaksanaan general audit, dimana auditor selain memahami ilmu akuntansi dan

audit, juga harus memahami hukum dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Tindakan kecurangan atau fraud yang secara disengaja dilakukan demi

keuntungan pribadi semakin sering terjadi akhir akhir ini dengan berbagai modus

para pelaku. Oleh karena itu, auditor selalu dituntut untuk mampu mengungkap

adanya tindakan kecurangan serta kemampuannya dalam tugas audit juga harus

ditingkatkan. Audit investigatif berkembang di Indonesia secara perlahan dan

digunakan untuk memecahkan berbagai kasus kecurangan atau kejahatan

ekonomi lainnya hingga kini. Titik berat audit investigatif adalah upaya untuk

penegakan supremasi hukum terkait fraud yang muncul dengan metode

investigasi.

Di Indonesia terdapat berbagai institusi yang melaksanakan audit

investigatif, salah satu diantaranya adalah BPKP. Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan auditor internal yang memiliki

tanggung jawab dalam menciptakan proses tata kelola pemerintahan yang baik,

penerapan sistem pengendalian manajemen pemerintah yang baik dan

pengelolaan pemerintah yang bebas praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

(KKN). Selain itu BPKP juga melakukan audit khusus (audit investigatif) untuk

mengungkapkan adanya indikasi praktik Tindak Pidana Korupsi (TPK),

pemeriksaan terhadap proyek-proyek yang dibiayai Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk pelaksanaan dekonsentrasi,

desentralisasi, tugas perbantuan serta pemeriksaan terhadap pemanfaatan

pinjaman dan hibah di luar negeri.

BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan sering diminta untuk

melakukan audit investigatif terhadap beberapa kasus tindak pidana korupsi


6

diantaranya, kasus korupsi Rumah Sakit Labuang Baji Makassar pada tahun

2015 seperti yang dikutip dalam Tempo.co Kejaksaan Negeri Makassar meminta

bantuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sulawesi

Selatan untuk melakukan audit investigasi mengenai adanya kerugian negara

dalam kasus dugaan korupsi pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum

Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji, Makassar. Di tahun

2019 BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan diminta untuk melakukan audit

investigatif terhadap Dinas Kesehatan Parepare seperti yang dikutip dalam

Kontan.co.id Polres Parepare meminta Badan Pengawas Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) untuk melakukan audit terkait dugaan raibnya dana Dinas

Kesehatan Kota Parepare, Sulawesi Selatan, Rp 6,7 miliar. Pada kasus ini

Arman Sahri Harap selaku Ketua BPKP perwakilan Sulawesi Selatan

mengatakan pihaknya menargetkan audit mengenai kerugian negara pada kasus

ini dalam waktu tiga pekan. Audit ini menyangkut investigatif untuk menemukan

adanya penyimpangan dalam kasus aliran dana dinkes.

Mengungkap fraud adalah tugas seorang auditor dengan keahlian dan

keterampilan yang dimiliki dalam menemukan atau mendapatkan indikasi awal

terkait terjadinya kecurangan (fraud). Indikasi terjadinya kecurangan dapat

diketahui melalui gejala–gejalanya yaitu, anomali akuntansi, pengendalian

internal yang lemah, anomali analitis, gaya hidup yang berlebihan, perilaku yang

tidak biasa serta tips dan keluhan. Diikuti dengan perkembangan teknologi yang

begitu pesat semakin beragam pula cara-cara koruptor dalam mencari celah

pada suatu sistem. Oleh sebab itu kemampuan auditor dalam mendeteksi

kecurangan (fraud) harus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi.

Dalam mengungkapkan fraud setiap auditor memiliki kemampuan yang berbeda-


7

beda yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kompetensi

yang dimiliki, sikap independensi, serta tekanan waktu yang ada.

Auditor dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik, ketika memiliki

kompetensi yang baik pula terlebih dalam mengungkapkan fraud yang dapat

terjadi dalam melaksanakan tugas auditnya. Selain itu, dengan sikap kompetensi

auditor juga dapat mengasah kepekaannya dalam menganalisis laporan

keuangan dan mampu mendeteksi trik-trik rekayasa yang dilakukan untuk

melakukan kecurangan tersebut sehingga ia dapat mengetahui apakah di dalam

tugas auditnya itu, terdapat tindakan kecurangan atau tidak. Ketika kompetensi

yang dimiliki oleh auditor tinggi, auditor akan melaksanakan jasa profesionalnya

sesuai dengan standar yang ada serta lebih mampu dalam memahami

perusahaan klien, dan juga dapat bersikap lebih kritis dan objektif dalam proses

pelaksanaan audit. (Widiyastuti dan Sugeng 2009).

Selain kompetensi sebagai seorang pemeriksa, auditor harus terus-

menerus mempertahankan sikap independensinya, baik itu dalam independensi

pemikiran maupun independensi dalam penampilan. Independensi merupakan

salah satu karakter yang sangat penting dalam pemeriksaan akuntansi. Auditor

merupakan pihak independen yang terlepas dari kepentingan klien maupun pihak

lain yang berkepentingan dengan laporan keuangan supaya tidak dapat

dipengaruhi oleh pihak siapapun. Jika seorang auditor bersikap independen,

maka ia akan memberi penilaian yang senyatanya terhadap laporan keuangan

yang diperiksa, tanpa memiliki beban apapun terhadap pihak manapun.

Hal ini berbanding terbalik dengan tekanan waktu yang diberikan kepada

auditor. Semakin tinggi tekanan waktu yang diberikan dalam proses audit maka

akan membuat auditor harus meningkatkan keefisienan dalam pengauditan

sehingga seringkali pelaksanaan audit yang dilakukan oleh auditor tidak selalu
8

berdasarkan perencanaan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Adanya

tekanan waktu akan membuat auditor memiliki masa sibuk karena menyesuaikan

tugas yang harus diselesaikan dengan waktu yang tersedia. Masalah akan timbul

jika ternyata waktu yang direncanakan tidak sesuai dengan waktu yang yang

dibutuhkan sebenarnya. Jika terjadi demikian seseorang akan mengabaikan hal-

hal kecil yang dianggap tidak penting agar waktu yang direncanakan sesuai

dengan yang dibutuhkan. Hal-hal kecil yang dilewatkan tentu akan mengurangi

tingkat keyakinan auditor bahwa laporan keuangan yang di audit sesuai dengan

yang sebenarnya, sehingga memungkinkan celah terjadinya kecurangan

(Anggriawan, 2014). Seorang auditor diharuskan untuk mampu bekerja di bawah

tekanan waktu tanpa mengurangi kualitas kerjanya, namun pada kenyataannya

tidak semua auditor mampu melaksanakan hal tersebut. Walaupun bekerja di

bawah tekanan waktu seorang auditor harus dapat mendeteksi kecurangan dan

bekerja secara profesional serta bertindak sesuai standar yang berlaku.

Penelitian ini merupakan replikasi atas penelitian yang telah dilakukan

oleh Mertanaya dan Wiratmaja (2020). Persamaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya yaitu sama-sama meneliti faktor-faktor yang memengaruhi

dalam pengungkapan fraud. Hal yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya terletak pada variabel independen dan objek penelitian.

Objek dalam penelitian sebelumnya adalah beberapa hotel yang ada di

Kabupaten Bandung sedangkan objek penelitian ini adalah BPKP Provinsi

Sulawesi Selatan. Penelitian sebelumnya menggunakan 2 variabel independen

yaitu skeptisme professional dan independensi. Berbeda dengan penelitian ini

menggunakan 3 variabel independen yang mengubah variabel skeptisme

profesional menjadi kompetensi. Penggantian variabel skeptisme profesional

menjadi kompetensi dikarenakan kompetensi memiliki cakupan yang lebih luas


9

disamping itu skeptisme profesional juga memiliki hubungan yang signifikan

terhadap kompetensi. Semakin bertambah kompetensi seseorang dalam bidang

auditing maka akan semakin tinggi skeptisme profesional auditor. Variabel

independen lain juga ditambahkan dan membedakan penelitian ini yaitu tekanan

waktu auditor investigatif. Penelitian ini lebih diarahkan untuk menguji

bagaimana keterkaitan antara faktor internal dan eksternal dalam memengaruhi

pengungkapan fraud. Tekanan waktu dianggap sebagai salah satu faktor

eksternal yang dapat memengaruhi auditor untuk melakukan pengungkapan

fraud. Anggaran waktu yang terbatas tentu saja menjadi tekanan tersendiri bagi

seorang auditor. Adapun faktor internal yang dianggap dapat memengaruhi

pengungkapan fraud yakni kompetensi dan independensi yang dimiliki seorang

auditor. Khususnya dalam melaksanakan pengungkapkan fraud seorang auditor

investigatif harus berkompeten dibidangnya, dan independensi juga sangat

diperlukan serta auditor harus mampu bekerja di bawah tekanan waktu yang

telah ditetapkan, sehingga penelitian ini memiliki 3 variabel independen yaitu

kompetensi, independensi, dan tekanan waktu auditor investigatif.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

pokok masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah kompetensi auditor investigatif berpengaruh terhadap

pengungkapan fraud?

2. Apakah independensi auditor investigatif berpengaruh terhadap dalam

pengungkapan fraud?

3. Apakah tekanan waktu auditor investigatif berpengaruh terhadap dalam

pengungkapan fraud?
10

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kompetensi auditor investigatif

terhadap pengungkapan fraud.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh independensi auditor

investigatif terhadap pengungkapan fraud.

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh tekanan waktu auditor

investigatif terhadap pengungkapan fraud.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, dan pemahaman tentang audit investigatif. Penelitian ini juga

berguna untuk melengkapi hasil-hasil penelitian sebelumnya sehingga

dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya yang mengadakan

kajian lebih lanjut dalam topik yang sama.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan atas

kebijakan-kebijakan pada Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) agar dalam pelaksanaan audit investigatif dapat

berjalan lebih efektif.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan mengacu pada pedoman penulisan skripsi

(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, 2012) yang digunakan

untuk lebih memahami masalah dalam penelitian ini. Sistematika penulisan terdiri
11

dari 5 bab, yaitu bab pendahuluan, bab tinjauan pustaka, bab metode penelitian,

bab hasil penelitian dan pembahasan, serta bab penutup.

Bab I pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II tinjauan pustaka. Bab ini berisi tinjauan teori dan konsep, tinjauan

empirik, serta kerangka pemikiran yang relevan dengan penelitian yang akan

dilaksanakan, yaitu pengaruh kompetensi, independensi, dan tekanan waktu

auditor investigatif terhadap pengungkapan fraud.

Bab III metodologi penelitian. Bab ini berisi jenis penelitian, lokasi

penelitian, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan

data, konstruk penelitian dan definisi operasional, serta analisis data.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini berisi mengenai

deskripsi data hasil penelitian dengan melaporkan hasil penlitian, pengujian

hipotesis, dan pembahasan.

Bab V penutup. Bab ini akan menjelaskan mengenai kesimpulan

penelitian, saran, dan keterbatasan dalam penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Atribusi

Heider (1958) pencetus teori atribusi mengemukakan bahwa teori atribusi

merupakan teori yang menjelaskan tentang maksud dan karakteristik seseorang

serta reaksi orang lain yang timbul dari perilaku individu tersebut. Heider

mengembangkan teori ini dengan memberikan argumentasi bahwa perilaku

seseorang ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal (internal forces)

dan kekuatan eksternal (external forces).

Kekuatan internal (internal forces) yaitu faktor-faktor yang berasal dari

dalam diri seseorang/ individu akan kemampuannya secara personal mampu

memengaruhi kinerja serta perilakunya misalnya seperti sifat, karakter, sikap,

kemampuan, keahlian maupun usaha. Kekuatan eksternal (external forces) yaitu

faktor-faktor yang berasal dari luar kendali individu misalnya seperti tekanan

situasi, kesulitan dalam pekerjaan atau keberuntungan. Heider juga menekankan

bahwa merasakan secara tidak langsung adalah determinan paling penting untuk

perilaku. Atribusi internal maupun eksternal telah dinyatakan dapat

mempengaruhi terhadap evaluasi kinerja individu, misalnya dalam menentukan

bagaimana cara atasan memperlakukan bawahannya, dan mempengaruhi sikap

dan kepuasaan individu terhadap kerja. Orang akan berbeda perilakunya jika

mereka lebih merasakan atribut internalnya daripada atribut eksternalnya.

Dalam penelitian ini menggunakan teori atribusi sebagai teori yang

berguna untuk menjelaskan bagaimana pengaruh kompetensi, independensi,

dan tekanan waktu auditor investigatif terhadap pengungkapan fraud. Seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perilaku seseorang dapat disebabkan

12
13

dari internal dirinya sendiri misalnya sifat, karakter, dan kemampuan. Sedangkan

pengaruh yang disebabkan dari eksternal misalnya tekanan situasi atau keadaan

tertentu yang memberikan pengaruh terhadap individu. Berdasarkan teori

atribusi kompetensi seorang auditor adalah kemampuan auditor dalam

melakukan audit yang dapat terbentuk karena faktor internal yang dipengaruhi

kendali pribadi dengan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam

melakukan audit yang dapat meningkatkan kompetensinya. Seorang auditor

harus memiliki independensi yang tinggi. Independensi berarti sikap mental yang

bebas dari pengaruh dan tidak dikendalikan dari pihak lain. Setiap kali auditor

melakukan tugas audit maka seorang auditor harus independen tidak boleh

terpengaruh dari pihak internal maupun ekternal. Adanya tekanan waktu yang

diberikan kepada auditor dalam melaksanakan tugasnya merupakan faktor

eksternal yang memengaruhi kinerja auditor itu sendiri. Auditor harus mampu

bekerja dibawah tekanan waktu untuk dapat pengungkapan fraud.

2.2 Kompetensi Auditor Investigatif

Menurut Sukrisno Agoes (2013:146) menjelaskan bahwa kompetensi

adalah suatu kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan

atau profesinya. Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan

pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik. Dalam arti luas kompetensi

mencakup penguasaan ilmu/pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill)

yang mencukupi, serta mempunyai sikap dan perilaku (attitude) yang sesuai

untuk melaksanakan pekerjaan atau profesinya.

Arens et al. (2014:25), menjelaskan bahwa Auditor harus memiliki

kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompenten untuk

mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai
14

kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti. Kompetensi diperlukan agar

auditor dapat mendeteksi dengan cepat dan tepat ada tidaknya kecurangan serta

trik-trik rekayasa yang dilakukan dalam melakukan kecurangan tersebut karena

keahlian yang dimilikinya dapat menjadikannya lebih sensitif (peka) terhadap

tindak kecurangan (Lastanti, 2005). Berdasarkan beberapa pengertian

kompetensi yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi

auditor investigatif adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh

auditor untuk mengaplikasikan pengetahuan dalam melaksanakan audit

sehingga auditor dapat melaksanakan audit dengan teliti, cermat, dan objektif.

2.3 Independensi Auditor Investigatif

Dalam menjalankan tugasnya seorang auditor tidak hanya dituntut untuk

memiliki keahlian saja namun juga dituntut untuk memiliki independensi. Arens et

al. (2014:111) mendefinisikan independensi dalam auditing adalah “A member in

public practice shall be independence in the performance a professional service

as require by standards promulgated by bodies designated by a council.”

Mulyadi (2002:26-27) mengemukakan bahwa independensi berarti sikap

mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak

tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam

diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang

objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya.

Agoes (2013:146) menyatakan bahwa independensi mencerminkan sikap

tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pihak tertentu dalam

mengambil tindakan dan keputusan. Sikap independen tersebut harus meliputi

independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
15

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan, dapat disimpulkan

bahwa independensi auditor investigatif adalah suatu sikap tidak mudah

terpengaruh oleh pihak lain, serta tidak memihak dalam mengambil suatu

keputusan.

2.4 Tekanan Waktu Auditor Investigatif

Tekanan waktu merupakan batasan waktu yang diberikan untuk auditor

internal dalam melaksanakan tugasnya dimana desakan waktu mengharuskan

auditor untuk berpikir secara kritis dan selalu menanyakan banyak hal agar

tugasnya selesai sesuai dengan susunan waktu yang telah diberikan (Soenanto,

2020). Sososutiksno (2005) mengemukakan bahwa tekanan anggaran waktu

adalah situasi yang ditunjukkan untuk auditor dalam melaksanakan efisiensi

terhadap waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dan

anggaran yang sangat ketat dan kaku.

Tekanan waktu (time pressure) adalah ciri lingkungan yang biasa

dihadapi auditor. Adanya tenggang waktu penyelesaian audit membuat auditor

mempunyai masa sibuk yang menuntut agar dapat bekerja cepat (Koroy, 2008).

Dalam setiap melakukan kegiatan audit, auditor akan menemukan

adanya suatu kendala dalam menentukan waktu untuk mengeluarkan hasil audit

yang akurat dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Tekanan waktu yang

dialami oleh auditor ini dapat berpengaruh terhadap pengungkapan fraud karena

dalam melakukan praktiknya auditor perlu waktu untuk merencanakannya

dengan baik supaya hasil pengungkapan yang disampaikan dapat maksimal.


16

2.5 Pengungkapan Fraud

2.5.1 Pengertian Fraud

Fraud merupakan suatu kondisi yang mungkin akan ditemukan oleh

auditor dalam melakukan suatu audit. W. Steve Albrecht dan Chad D. dalam

Karyono (2013:3) mendefinisikan fraud sebagai berikut.

“A generic term, embracing all multivarious means which human ingenuity can
device and which are resorted to by one individual to get an advantage over
another by false representation No divinize and invariable rule can be laid down
as a general proposition in defining fraud, as it included surprise trickery, cunning
and unfair ways by which another is cheated. Theory boundaries defining is are
those which limit human knavery.”

Fraud adalah suatu pengertian umum dan mencakup beragam cara yang

dapat digunakan dengan cara kekerasan oleh seseorang untuk mendapatkan

keuntungan dari orang lain melalui perbuatan yang tidak benar. Tidak terdapat

definisi atau aturan yang dapat digunakan sebagai suatu pengertian umum

dalam mengartikan fraud yang meliputi cara yang mengandung sifat mendadak,

menipu, cerdik dan tidak jujur yang digunakan untuk mengelabuhi seseorang.

Satu-satunya batasan untuk mengetahui pengertian tersebut adalah yang

membatasi sifat ketidakjujuran manusia.

Karyono (2013:4-5) mendefinisikan bahwa kecurangan adalah tindakan

penyimpangan dan berbuatan melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja

bertujuan untuk menipu orang lain dan dilakukan orang dalam organisasi

maupun luar organisasi. Kecurangan dilakukan untuk mencari keuntungan

pribadi atau kelompok dengan memanfaatan peluang secara tidak jujur serta

merugikan orang lain. Adapun menurut The Association of Certified Fraud

Examiners (ACFE) fraud adalah Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum

yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau

memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam
17

atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pibadi ataupun kelompok

secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

2.5.2 Jenis-jenis Fraud

Fraud yang ada dalam laporan keuangan dapat terjadi dengan berbagai

bentuk. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengelompokkan fraud

dalam 3 bentuk sebagai berikut.

1. Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation)

Peyimpangan atas aset dikelompokan ke dalam bentuk dua bentuk yaitu

kecurangan kas dan kecurangan atas persedian dan aset lainya. Kecurangan

kas diturunkan menjadi dua bagian kecurangan kas penerimaan sebelum

dilakukan pencatatan dan kecurangan pengeluaran kas memasukan tagiahan

atau pengadaan barang. Kecurangan atas persediaan dan aset lainya biasanya

pelaku kecurangan melakukan penjualan fiktif, membuat jurnal palsu, pembelian

barang tidak diperlukan.

2. Korupsi

Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama

dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, hal ini merupakan jenis yang

terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya

lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor

integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat

dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis

mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik

kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak

sah/illegal (illegal gratuities) dan pemerasan secara ekonomi (economic

extortion).
18

3. Kecurangan Pelaporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan

yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan

keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat

finansial atau kecurangan non finansial.

2.5.3 Pengungkapan Fraud

Mengungkapan fraud dan korupsi tidak hanya dilakukan oleh KPK namun

auditor juga dapat membantu dalam peyelidikan. Seorang auditor yang memiliki

ilmu forensik dan investigasi sangat diperlukan dalam mengungkapkan terjadinya

fraud. Auditor dalam melakukan penyelidikan harus memiliki dasar yang layak

sehingga auditor dapat menerka-nerka mengenai apa, bagaimana, siapa dan

pernyataan lain yang diduga dapat mengungkapkan kasus kecurangan (Fauzan

et al., 2014).

Meminimalisir kecurangan merupakan tangung jawab manajemen.

Auditor bertugas menguji dan menganalisis efektivitas tindakan manajemen

untuk memenuhi kewajiban tersebut. Seorang auditor pada saat melakukan audit

harus sesuai dengan prosedur, menganalisis gejala-gejala kecurangan (fraud),

melakukan penelusuran untuk mengungkap kecurangan (fraud) dan

mengidentifikasi semua kecurangan yang mungkin terjadi (Nurmin, 2017).

Koroy (2008) menyatakan bahwa pengungkapan kecurangan tidak

mudah seorang auditor perlu melakukan pelatihan khususagar auditor yang tidak

mengalami kegagalan dalam pengungkapan kecurangan. Faktor-faktor yang

menyebabkan auditor gagal mengungkapkan kecurangan yaitu karakteristik

terjadinya kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang dapat mempengaruhi


19

kualitas audit, metode dan prosedur audit yang tidak efektif dan standar

pengauditan mengenai pengungkapan kecurangan.

Mengungkap fraud adalah suatu proses audit dalam menemukan suatu

tindakan yang dilakukan secara sengaja dan merupakan suatu tindakan yang

melanggar hukum demi memperoleh suatu keuntungan, yang dilakukan dengan

penipuan dan pembohongan. Pengungkapan fraud dapat diidentifikasi dengan

audit investigatif dengan cara auditor melakukan proses mencari, menemukan

dan mengumpulkan bukti secara sistematis. Seorang auditor dalam melakukan

pengungkapan fraud diharapkan dapat mengurangi tingkat kecurangan yang

tinggi sehingga tidak merugikan bagi banyak pihak. Pengungkapan fraud yang

dilakukan oleh auditor juga diharapkan dapat menjaga kepercayaan publik akan

independensi auditor, sehingga kinerja auditor tetap terjaga.

Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan maka dapat

disimpulkan bahwa pengungkapan fraud bukanlah hal yang mudah. Dalam

pengungkapan fraud sangat diperlukan keterampilan khusus maupun

pengetahuan untuk dapat melakukannya.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan kajian empiris yang menguraikan

hubungan antar variabel penelitian berdasarkan pendapat dan hasil penelitian

sebelumnya. Widiyastuti dan Sugeng (2009) meneliti mengenai pengaruh

kompetensi, independensi, dan profesionalisme terhadap kemampuan auditor

dalam mendeteksi kecurangan. Hasil penelitian tersebut yaitu kompetensi dan

independensi berpengaruh positif yang signifikan terhadap kemampuan auditor

dalam mendeteksi kecurangan (fraud). Memiliki kompetensi dan independensi

yang baik akan membantu auditor menjalankan tugasnya dengan lebih baik,
20

terlebih dalarn mendeteksi kecurangan yang dapat terjadi dalam melaksanakan

tugas auditnya.

Braun (2000) menyatakan dalam penelitiannya bahwa dibawah tekanan

waktu perhatian dari auditor akan berfokus pada tugas yang lazimnya dilakukan

auditor dan mengabaikan audit yang berfokus pada suatu hal, misalnya fraud.

Tekanan waktu ini dapat menimbulkan stres individual yang muncul dari

ketidakseimbangan antara tugas dan waktu yang tersedia serta mempengaruhi

etika profesional melalui sikap, niat, perhatian dan perilaku auditor. Pengaruh

negatif ini terlihat dari munculnya tindakan mengancam kualitas audit yaitu

penurunan tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji.

Anggriawan (2014) melakukan penelitian mengenai pengaruh

pengalaman kerja, skeptisme profesional dan tekanan waktu terhadap

kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud pada Kantor Akuntan Publik di

Yogyakarta. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa tekanan waktu

berpengaruh negatif terhadap kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud. Hal

ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Nilai

koefisien regresi sebesar -1,120 yang mempunyai arah negatif menunjukan

bahwa semakin tinggi tekanan waktu yang dihadapi seorang auditor maka

kemampuan auditor dalam mendeteksi fraud akan semakin menurun. Tekanan

waktu yang dihadapi auditor menyebabkan auditor akan lebih mempriorotaskan

beberapa tugas jika waktu yang telah dianggarkan dirasa kurang, hal ini akan

menurunkan perhatian auditor terhadap red flag.

Biksa dan I Dewi (2016) melakukan penelitian mengenai pengaruh

pengalaman, independensi, dan skeptisme profesional auditor pada

pendeteksian kecurangan. Penelitian ini dilakukan pada tujuh Kantor Akuntan

Publik di Bali. Sampel yang digunakan sebanyak 40 auditor. Sampel dalam


21

penelitian ini ditentukan dengan metode nonprobability sampling dengan teknik

sampling jenuh. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode Kuesioner.

Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear Berganda.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh

positif pada pendeteksian kecurangan, independensi auditor berpengaruh positif

pada pendeteksian kecurangan dan skeptisme profesional auditor berpengaruh

positif pada pendeteksian kecurangan.

Mertanaya dan Wiratmaja (2020) meneliti mengenai pengaruh skeptisme

profesional dan independensi terhadap pengungkapan fraud. Hasil penelitiannya

yaitu skeptisme profesional tidak berpengaruh signifikan pada kemampuan

pengawas internal dalam mengungkapkan fraud pada hotel berbintang 3 ke atas

di Kabupaten Bandung Selatan dan independensi berpengaruh signifikan pada

kemampuan pengawas internal dalam mengungkapkan fraud pada hotel

berbintang 3 ke atas di Kabupaten Badung Selatan. Teknik yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu teknik purposive sampling yang termasuk dalam

nonprobability sampling dengan metode pengumpulan data melalui penyebaran

kuesioner dan metode analisis data menggunakan metode regresi linear

berganda.

Soenanto dan David (2020) melakukan penelitian mengenai pengalaman

kerja, skeptisme profesional, tekanan waktu dan pendeteksi fraud yang dilakukan

pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Provinsi

Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif,

dimana kuesioner digunakan sebagai instrumen penelitian. Teknik sampel yang

digunakan yaitu saturated sampling sehingga diperoleh 45 sampel auditor

internal BPKP sebagai responden dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini

yaitu tekanan waktu berpengaruh negatif yang signifikan terhadap pendeteksi


22

fraud pada BPKP Jawa Tengah. Semakin auditor internal tertekan oleh waktu

maka kesempatan auditor internal dalam melakukan pendeteksian fraud akan

menurun, sehingga tekanan waktu membuat auditor internal tertekan karena

bukti-bukti audit yang dikumpulkan tidak maksimal dan cenderung terlewatkan.

2.7 Rerangka Pemikiran

Penelitian ini menggunakan kerangka pemikiran yang menggambarkan

antar variabel yang diuji. Rerangka proses berpikir studi ini didasarkan pada latar

belakang, rumusan masalah, tujuan studi dan tinjauan pustaka. Kerangka proses

berpikir merupakan bagan komprehensif yang menunjukkan gambaran mengenai

penyusunan skripsi berdasarkan pemaparan studi teoritik dan studi empirik. Studi

teoritik dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori yang relevan dengan

permasalahan yang diajukan dalam studi ini, yaitu teori atribusi yang dicetuskan

oleh Heider (1958). Ketika melakukan studi teoritik terjadi proses berpikir

deduktif, yaitu proses berpikir dari yang bersifat umum ke yang bersifat khusus.

Studi empirik dilakukan dengan cara mempelajari hasil-hasil penelitian

terddahulu yang terkait dengan permsalahan yang diangkat dalam studi ini.

Berdasarkan studi teoritik dan studi empirik ditemukan variabel-variabel

penelitian tersebut ditentukan sehingga menghasilkan hipotesis, yaitu

kompetensi, independensi, dan tekanan waktu terhadap pengungkapan fraud.

Dengan demikian, hipotesis merupakan hasil interaksi dari studi teoritik dan studi

empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang

harus diuji kebenarannya dengan menggunakan alat bantu uji statistik. Pengujian

secara statistik ini akan memberikan informasi tentang pembuktian apakah

hipotesis tersebut mendukung atau tidak mendukung studi teoritik dan studi

empirik yang digunakan untuk menghasilkan hipotesis dalam skripsi ini. Hasil uji
23

hipotesis secara statistik akan diinterprestasikan dalam pembahasan yang akan

menghasilkan kesimpulan skripsi ini. Dengan demikian, rerangka pemikiran

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

STUDI TEORITIK STUDI EMPIRIK

Teori Atribusi Kompetensi, Independensi,


Fritz Heider (1958) dan Pengungkapan Fraud.

Widiyastuti dan sugeng (2009),


Huslina dkk. (2015), Hartan
dan Indarto (2016), Biksa dan I
Dewi (2016), Bimantara dan
Sutjipto (2018), Mertanaya dan
Wiratmaja (2020)

Tekanan Waktu

Braun (2000), Anggriawan


(2014), Soenanto dan David
(2020)

VARIABEL

- Kompetensi
- Independensi
- Tekanan Waktu
- Pengungkapan Fraud

Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran


24

2.8 Hipotesis

2.8.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Investigatif terhadap Pengungkapan


Fraud

Perilaku seseorang menurut teori atribusi dipengaruhi oleh beberapa

faktor penyebab baik dari dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor

eksternal). Dalam penelitian ini, teori atribusi digunakan untuk menjelaskan

pengaruh kompetensi auditor investigatif terhadap pengungkapan fraud.

Kompetensi seorang auditor terbentuk dari pengalaman dan pengetahuan.

Kompetensi merupakan faktor internal yang dipengaruhi kendali pribadi dengan

meningkatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan audit auditor

dapat mendeteksi dengan cepat dan tepat ada atau tidaknya fraud serta trik-trik

rekayasa yang dilakukan untuk melakukan fraud tersebut.

Cristiawan (2002) menyatakan bahwa kompetensi berkaitan dengan

pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor sektor publik dalam

bidang auditing dan akuntansi. Untuk melaksanakan audit sampai pada suatu

pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sebagai seseorang

yang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian

tersebut dimulai dengan pendidikan formalnya, yang diperluas melalui

pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam bidang praktik audit dan

pengetahuan.

Huslina dan Islahuddin (2015) menyatakan bahwa kompetensi aparatur

berpengaruh positif terhadap efektivitas sistem pencegahan fraud. Hal ini berarti

bahwa semakin baik kompetensi aparatur maka sistem pencegahan fraud akan

semakin efektif. Dengan adanya kompetensi auditor yang memenuhi kualifikasi,

pihak yang memakai laporan audit dan pihak-pihak lain dapat meminimalisasi

tindak kecurangan yang dapat menyebabkan kerugian keuangan/kekayaan


25

negara. Berarti auditor yang memiliki kompetensi tersebut lebih baik dalam

pengungkapan fraud. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini akan

dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H1 : Kompetensi auditor investigatif berpengaruh positif terhadap

pengungkapan fraud.

2.8.2 Pengaruh Independensi Auditor Investigatif terhadap Pengungkapan


Fraud

Pengaruh Independensi auditor investigatif terhadap pengungkapan fraud

didukung oleh teori atribusi. Teori atribusi menjelaskan bahwa perilaku

seseorang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian

ini, teori atribusi digunakan untuk mengetahui pengaruh independensi terhadap

pengungkapan fraud. Independensi merupakan salah satu faktor internal yang

mempengaruhi pengungkapan fraud.

Hubungan antara Independensi auditor investigatif terhadap tanggung

jawab auditor untuk mengungkapkan fraud adalah ditinjau dari aspek–aspek

independensi yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam

mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya dalam auditnya. Aspek ini

disebut dengan independensi dalam kenyataan atau independence in facts,

artinya seorang auditor harus mengungkapkan tentang temuan apa yang didapat

dari Laporan Keuangan yang disusun oleh manajemen apakahLaporan

Keuangan terjadi suatu kesalahan atau ketidakberesan sesuai dengan temuan

atau fakta yang ada, oleh karena itu aspek tersebut disebut independence in fact,

independensi merupakan sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor,

jadi dalam menilai kewajaran suatu laporan keuangan seorang auditor tidak

mudah dipengaruhi oleh pihak manapun (Darmastuti dan Setyaningrum, 2010).


26

Sikap independensi diperlukan auditor agar ia bebas dari kepentingan dan

tekanan pihak manapun, sehingga auditor dapat mengungkapnkan adanya

kecurangan atau tidak pada perusahaan yang diauditnya dengan tepat, dan

setelah kecurangan tersebut terungkap, auditor tidak ikut terlibat dalam

mengamankan praktik kecurangan tersebut (Lastanti, 2005). Sejalan dengan

penelitian Widiyastuti dan Pamudji (2009) yang menyimpulkan bahwa dengan

menggunakan independensi, kemampuan auditor dalam mengungkapkan fraud

akan menjadi lebih baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian ini

akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H2 : Independesi auditor investigatif berpengaruh positif terhadap

pengungkapan fraud.

2.8.3 Pengaruh Tekanan Waktu Auditor Investigatif terhadap


Pengungkapan Fraud

Seorang auditor investigatif dalam melaksanakan tugasnya harus mampu

bekerja di bawah tekanan waktu. Tekanan waktu adalah batasan waktu yang

diberikan kepada auditor investigatif dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam teori

atribusi perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

Dalam penelitian ini, teori atribusi digunakan untuk menjelaskan pengaruh

tekanan waktu terhadap pengungkapan fraud. Tekanan waktu merupakan faktor

ekternal yang mempengaruhi pengungkapan fraud.

Penelitian oleh Braun (2000) mengilustrasikan salah satu efek dari

tekanan waktu atas kinerja auditor dalam pendeteksian kecurangan, Braun

menunjuk bahwa pengauditan dilaksanakan dalam suatu lingkungan multi tugas

dimana auditor yang bekerja di bawah tekanan waktu, beberapa tugas akan lebih

diprioritaskan dibandingkan tugas lainnya. Braun menguji hipotesisnya yaitu bila


27

tekanan waktu ditingkatkan dalam lingkungan multi tugas, kinerja tugas yang

lebih rendah (yaitu sensitivitas terhadap isyarat kecurangan) akan menurun

sedangkan kinerja tugas yang dominan (mendokumentasi bukti) akan tetap tidak

berubah. Tekanan waktu yang dihadapi oleh profesional dalam bidang

pengauditan dapat menimbulkan tingkat stress dan memengaruhi sikap, niat, dan

perilaku auditor, serta mengurangi perhatian mereka terhadap aspek kualitatif

dari indikasi salah saji yang menunjukkan potensial kecurangan atas pelaporan

keuangan (Sososutiksno, 2005). Adanya tekanan waktu membuat auditor

memiliki masa sibuk karena menyesuaikan tugas yang harus diselesaikan

dengan waktu yang tersedia. Masalah akan timbul jika ternyata waktu yang

direncanakan tidak sesuai dengan waktu yang yang dibutuhkan sebenarnya. Jika

terjadi demikian seseorang akan mengabaikan hal-hal kecil yang dianggap tidak

penting agar waktu yang direncanakan sesuai dengan yang dibutuhkan. Hal-hal

kecil yang dilewatkan tentu akan mengurangi tingkat keyakinan auditor bahwa

laporan keuangan yang di audit sesuai dengan yang sebenarnya, sehingga

memungkinkan celah terjadinya kecurangan. Berdasarkan penjelasan tersebut,

dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H3 : Tekanan waktu auditor investigatif berpengaruh negatif terhadap

pengungkapan fraud.
28

Kompetensi
(X1) H1

H2
Independensi Pengungkapan Fraud

(X2) (Y)

H3

Tekanan Waktu
(X3)

Gambar 2.2 Rerangka Konseptual


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis dengan melakukan

pengujian hubungan terhadap semua variabel yang diteliti. Pengujian hipotesis

adalah studi yang menjelaskan tentang suatu fenomena dalam bentuk hubungan

antara dua variabel atau lebih (Indriantoro dan Supomo, 1999:89). Jenis

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian

korelasional. Penelitian ini dikatakan penelitian korelasional sebab terdapat

banyak variabel independen yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel

dependen (Indriantoro dan Supomo, 1999:90).

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian survei yang merupakan penelitian lapangan yang dilakukan

terhadap beberapa anggota sampel dari suatu populasi tertentu yang

pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk menguji

pengaruh kompetensi, independensi, dan tekanan waktu auditor investigatif

terhadap pengungkapan fraud.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Perwakilan Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Selatan yang berlokasi

di Jalan Tamalanrea Raya No.3, Bumi Tamalanrea Permai (BTP) Makassar.

Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama satu semester.

29
30

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang

mempunyai karakteristik (Indriantoro dan Supomo, 1999:115). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh auditor yang bertugas di Perwakilan BPKP Provinsi

Sulawesi Selatan yang berjumlah 132 orang.

Sampel menurut Sekaran dan Roger (2017:54) yaitu bagian dari populasi.

Sampel terdiri dari beberapa anggota yang dipilih dari suatu populasi. Metode

pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

metode purposive sampling yaitu metode pengambilan sampel dengan cara

menetapkan kriteria khusus yang sesuai dengan penelitian sehingga diharapkan

dapat menjawab permasalahan penelitian. Adapun kriteria penentuan sampel

yang digunakan sebagai berikut.

1. Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan yang pernah

melaksanakan audit investigatif.

2. Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki

pengalaman kerja di bidang audit minimal 2 tahun.

3. Auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan yang pernah

menemukan kecurangan (fraud) selama menjalankan tugasnya sebagai

auditor.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data subyek.

Menurut Indriantoro dan Supomo (1999:145), data subyek merupakan jenis data

penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari

seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian (responden).

Data subyek selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan bentuk tanggapan (respon)


31

yang diberikan, yaitu: lisan (verbal), tertulis, dan ekspresi. Dalam penelitian ini

respon tertulis diberikan sebagai tanggapan atas pertanyaan tertulis (kuesioner)

yang diajukan peneliti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

sumber data primer. Data primer yaitu data secara langsung bersumber dari

jawaban dari responden atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner

(Sekaran dan Roger, 2017:131).

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu metode survei.

Metode survei merupakan metode pengumpulan data primer yang menggunakan

pertanyaan lisan dan tertulis (Indriantoro dan Supomo, 1999:152). Data

dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner yang telah terstruktur dengan

tujuan untuk mengumpulkan informasi atau data yang akan digunakan untuk

menganalisis masalah. Proses penyebaran kuesioner dilakukan sesuai dengan

prosedur yang berlaku di BPKP Provinsi Sulawesi Selatan. Kuesioner dalam

penelitian ini pernyataannya mengenai kompetensi, independensi, tekanan waktu

auditor investigatif sebagai variabel independen dan pengungkapan fraud

sebagai variabel dependen.

3.6. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1. Variabel Penelitian

Variabel merupakan komponen penting dalam sebuah penelitian. Variabel

dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi 2 sebagai berikut.

a. Variabel Independen

Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang

mempengaruhi atau yang terjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel


32

dependen (terikat). Jadi variabel ini sifatnya menerangkan dan mempengaruhi

variabel lain yang tidak bebas. Variabel independen dalam penelitian ini sebagai

berikut.

1. Kompetensi auditor investigatif (X1)

2. Independensi auditor invetigatif (X2)

3. Tekanan waktu auditor investigatif (X3)

b. Variabel dependen

Variabel dependen adalah suatu variabel yang nilainya dipengaruhi atau

bergantung pada nilai dari variabel lainnya. Dalam penelitian ini, variabel

dependen (variabel terikat) yang akan diteliti adalah Pengungkapan Fraud (Y).

3.6.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang terkait

dengan variabel yang terdapat dalam judul penelitian atau yang tercakup dalam

paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Berikut ini

merupakan definisi masing-masing variabel.

1. Kompetensi Auditor Investigatif (X1)

Kompetensi auditor investigatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

auditor yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan pendidikan yang cukup

serta tegas dalam melakukan audit secara cermat dan objektif. Indikator untuk

mengukur variabel kompetensi mengadopsi dari penelitian Widiyastuti dan

Sugeng (2009) yaitu: a. pengetahuan; b. pengalaman.


33

2. Independensi Auditor Investigatif (X2)

Independensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap auditor

investigatif yang bebas dari pengaruh dan kendali orang lain serta tidak

bergantung kepada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam

diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan pertimbangan yang objektif dan

tidak memihak dalam diri auditor dan dalam merumuskan dan menyatakan

pendapatnya. Indikator untuk mengukur variabel independensi mengadopsi dari

penelitian Bimantara dan Sutjipto (2018) sebagai berikut.

a. Independensi Penyusunan Program

b. Independensi Pelaksanaan Pekerjaan

c. Independensi Laporan

3. Tekanan Waktu Auditor Investigatif (X3)

Tekanan waktu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu tekanan

yang didapatkan oleh auditor dari tempat kerjanya untuk menyelesaikan

pekerjaan sesuai waktu yang telah ditentukan. Indikator untuk mengukur variabel

tekanan waktu mengadopsi dari penelitian Anggriawan (2014) sebagai berikut.

a. Tipe fungsional, menyatakan bahwa sikap auditor yang memanfaatkan waktu

audit.

b. Tipe disfungsional, menyatakan sikap auditor untuk mengurangi perhatian

terhadap aspek kualitatif dari indikasi salah saji.

4. Pengungkapan Fraud

Pengungkapan Fraud yang dimaksud dengan penelitian ini adalah suatu

proses audit yang dilakukan oleh seorang auditor investigatif untuk menemukan

suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja dan melanggar hukum demi
34

memperoleh suatu keuntungan, yang dilakukan dengan penipuan dan

pembohongan. Indikator untuk mengukur variabel tekanan waktu mengadopsi

dari penelitian Nurmin (2015) sebagai berikut.

a. Syarat penemuan kecurangan (fraud)

b. Ruang lingkup fraud auditing

c. Pendekatan auditing

3.7. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima bagian. Masing-

masing bagian tersebut yang berhubungan dengan kompetensi auditor

investigatif, independensi auditor investigatif, tekanan waktu auditor investigatif,

dan pengungkapan fraud yang akan diisi atau dijawab oleh responden auditor

investigatif BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Jenis pernyataan adalah

tertutup, responden hanya memberi tanda tickmart (√) pada pilihan jawaban yang

tersedia.

Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala likert. skala

likert diberi penilaian angka 1 sampai 5. Konstruk ini menggunakan skala likert

yang diberi angka 1 sampai 5. Untuk pertanyaan positif Angka 1 menunjukkan

Sangat Tidak Setuju (STS), angka 2 menunjukkan Tidak Setuju (TS), angka 3

menunjukkan Netral (N), angka 4 menunjukkan Setuju (S), dan angka 5

menunjukkan Sangat Setuju (SS). Untuk pertanyaan negatif skor pertanyaan

dibalik Angka 1 menunjukkan Sangat Setuju (SS), angka 2 menunjukkan Setuju

(S), angka 3 menunjukkan Netral (N), angka 4 menunjukkan Tidak Setuju (TS),

dan angka 5 menunjukkan Sangat Tidak Setuju (STS).


35

3.8. Analisis Data

3.8.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik deskriptif digunakan untuk

mengetahui tendensi sentral (mean, median dan modus) dari sekumpulan data

hasil kuesioner. Uji statistik deskriptif akan dilakukan dengan menggunakan

aplikasi SPSS (Sugiyono, 2017:147).

3.8.2. Uji Kualitas Data

Pengujian kualitas data dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner.

Pengujian yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut.

1. Uji Validitas Data

Menurut Ghozali (2016:52) validitas adalah instrumen yangdapat

digunakan untuk mengukur data yang bisa menunjukan bahwa data tersebut

valid. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya

terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Kuesioner

penelitian dikatakan valid jika nilai signifikansi >0,05. Apabila dari tampilan hasil

analisis menunjukan bahwa korelasi antara indikator terhadap total skor konstruk

menujukan hasil yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa indikator

pertanyaan adalah valid. Uji validitas ini akan dilakukan menggunakan aplikasi

SPSS.
36

2. Uji Reliabilitas

Ghozali (2016:47) Reliabilitas menunjukan sejauh mana alat ukur suatu

kuisoner dan hasil pengukuranindikator dari variabel atau konstruk.Reliabilitas

menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat

dipercaya untuk diinginkan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal

apabila jawaban dari responden terhadap pertanyaan adalah konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu. Dalam menguji reliabilitas data pada penelitian akan

menggunakan formula Cronbach’s Alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach’s Alpha >0,70 (Ghozali, 2016:48). Uji reabilitas ini

akan dilakukan menggunakan aplikasi SPSS.

3.8.3. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus ada pada

analisis regresi liniear berganda. Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk

menghindari perolehan yang bias. Adapun uji asumsi klasik yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2016:154). Uji asumsi ini akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel

terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal

atau berdistribusi tidak normal. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah ada

variabel pengganggu atau variabel residual dalam model regresi. Uji normalitas

data dapat dilakukan dengan menggunakan Pendekatan Kolmogorov Smirnov.


37

Dasar pengambilan keputusan pada uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai

berikut.

1. Jika nilai signifikan > 0,05 ,maka data berdistribusi normal.

2. Jika nilai signifikan < 0,05 ,maka data tidak berdistribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2016:103) uji multikolineritas bertujuan menguji apakah

model regresi bisa ditemukan dengan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Dalam menentukan terjadinya multikolinieritas dapat digunakan

cara sebagai berikut.

1. Jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,6.

2. Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara

statistik.

3. Nilai variance inflation factor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku

kuadrat.

Salah satu cara untuk menguji multikolinieritas adalah dengan melihat nilai

tolerance dan variance inflation factor (VIF).

a. Varian Inflation Factor (VIF) > 10 : dikatakan antara variabel independen

terjadi korelasi/multikolinearitas.

b. Varian Inflation Factor (VIF) < 10 : dikatakan antara variabel independen tidak

terjadi korelasi/multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2016:134) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila ada


38

pola tertentu, seperti titik yang membentuk pola tertentu yang teratur

(bergelombang, melebar, lalu menyempit). Untuk melihat adanya

heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji statistik. Uji statistik yang

dipilih adalah uji Glejser, dasar pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas

melalui uji Glejser (Ghozali, 2016:137) adalah sebagai berikut.

1. Apabila sig. 2-tailed < α = 0.05, maka telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Apabila sig. 2-tailed > α = 0.05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.8.4. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji koefisien determinasi (adjusted

R2) dan uji statistik t. Koefisien determinasi (adjusted R2) bertujuan untuk

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai adjusted

R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016:95).

Uji statistik t menunjukkan pengaruh satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengambilan

keputusan dilakukan berdasarkan perbandingan tingkat signifikansi yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu 5%. Jika tingkat signifikansi >0,05 maka

hipotesis ditolak. Jika tingkat signifikansi <0,05 maka hipotesis diterima (Ghozali,

2016:97).

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh kompetensi,


39

independensi, dan tekanan auditor investigatif terhadap pengungkapan fraud.

Model persamaannya adalah sebagai berikut.

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e

Keterangan:

Y : Pengungkapan Fraud

α : Konstanta

β : Koefisien Regresi

X1 : Kompetensi Auditor Investigatif

X2 : Independensi Auditor Investigatif

X3 : Tekanan Waktu Auditor Investigatif

e : Standard Error
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Data


Data penelitian yang digunakan merupakan data primer yang diperoleh

dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Penyebaran kuesioner

pada responden dilakukan dengan mendatangi langsung lokasi pengambilan

sampel yaitu Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan. Proses pendistribusian hingga

pengumpulan data dilakukan kurang lebih dua minggu yaitu dari tanggal 12

Januari–26 Januari 2021. Kuesioner dibagikan kepada 40 auditor yang pernah

terlibat pada pelaksanaan audit investigatif. Kuisioner yang kembali sebanyak 37

dan 5 diantaranya dianggap cacat karena tidak memenuhi kriteria responden

sehingga hanya 32 data yang dapat diolah. Distribusi kuesioner dalam penelitian

ini secara lengkap tersaji dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Kuesioner


No. Keterangan Jumlah Kuisioner Presentase
1. Distribusi kuesioner 40 100%
2. Kuisioner yang kembali 37 92.5%
3. Kuisioner yang tidak kembali 3 7.5%
4. Kuisioner yang cacat 5 12.5%
5 Kuisioner yang dapat diolah 32 80%
n sampel = 32
Response Rate = 32/40 x 100% = 80%
Sumber: Data primer diolah (2021)

40
41

4.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan data responden, diperoleh informasi mengenai profil

responden mengenai jenis kelamin, usia, pendidikan, dan jabatan responden.

Berikut penjabaran mengenai profil responden sesuai dengan data yang diisi

pada kuesioner yang dibagikan.

Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden


No. Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1. Pria 23 71.9%
2. Wanita 9 28.1%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data primer, diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa dari total 32 responden,

71.9% diantaranya didominasi oleh responden auditor pria, sedangkan

responden wanita sebanyak 28.1%.

Tabel 4.3 Usia Responden


No. Usia Responden Jumlah Presentase
1. ≤35 Tahun 23 71.9%
2. 35-45 Tahun 5 15.6%
3. ≥45 Tahun 4 12.5%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data Primer, diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa responden yang terdiri dari

32 responden didominasi oleh auditor dengan kelompok usia ≤ 35 tahun sebesar

71.9%, responden dengan kelompok usia 35-45 tahun sebesar 15.6%, dan

responden dengan kelompok usia ≥ 45 tahun sebesar 12.5%.


42

Tabel 4.4 Pendidikan Responden


No. Pendidikan Responden Jumlah Presentase
1. D3 3 9.4%
2. S1 27 84.4%
3. S2 2 6.3%
4. S3 0 0%
Jumlah 32 100.0
Sumber: Data Primer, diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa responden didominasi oleh

auditor dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 84.4%, kemudian diikuti oleh

responden dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 9.4% dan responden dengan

tingkat pendidikan S2 sebanyak 6.3%, sedangkan responden dengan tingkat

pendidikan S3 sebanyak 0%.

Tabel 4.5 Jabatan Responden


No. Jabatan Responden Jumlah Presentase
1. Auditor Muda 20 62.5%
2. Auditor Pelaksana 2 6.3%
3. Auditor Penyelia 2 6.3%
4. Auditor Pertama 8 25%
Jumlah 32 100%
Sumber: Data primer, diolah 2021

Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa responden didominasi oleh

auditor dengan status jabatan auditor muda sebanyak 62.5%, auditor pertama

sebanyak 18.8%, serta auditor pelaksana dan auditor penyelia yang masing-

masing sebanyak 6.3%.


43

4.2 Statistik Deskriptif

Pengolahan data primer merupakan deskriptif penelitian berdasarkan

pendapat responden mengenai kompetensi, independensi, dan tekanan waktu

auditor investigatif terhadap pengungkapan fraud. Analisis deskriptif untuk tiap

variabel dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban tiap pernyataan dari

responden dari skala sangat tidak setuju sampai sangat setuju. Deskripsi

jawaban akan dijelaskan berdasarkan frekuensi dan hasil perhitungan mean

masing-masing variabel yang sudah dikategorikan. Cara menentukan interval

kelas menurut Purwanto (2003) adalah sebagai berikut.

Nilai terbesar- Nilai terkecil


Interval Kelas =
Jumlah Kelas

5-1
Interval Kelas = = 0,8
5

Nilai batasan untuk masing-masing kelas akan diperoleh dari interval

kelas tersebut yaitu masing-masing interval akan berjarak 0,8 sesuai hasil

perhitungan. Setelah itu, nilai rata-rata tiap variabel dinilai berdasarkan kategori

penilaian sesuai dengan kategori kelas. Hasil pengkategorian nilai interval

ditunjukkan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Nilai Kategori Interval


Interval Kategori Keterangan
1 - 2.33 1 Rendah
2.33 - 3.66 2 Sedang
3.66 – 5 3 Tinggi
Sumber: Purwanto (2003)
44

4.2.1 Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi

Variabel kompetensi dalam penelitian berisi pernyataan-pernyataan yang

bersifat positif. Pilihan sangat setuju akan menunjukkan bahwa auditor melihat

bahwa kompetensi merupakan hal yang penting dimiliki dalam menjalankan

tugasnya. Berdasarkan hal ini, pilihan sangat tidak setuju (STS) diberi angka 1,

tidak setuju (TS) diberi angka 2, netral (N) diberi angka 3, setuju (S) diberi angka

4, dan sangat setuju (SS) diberi angka 5. Berikut ini adalah statistik deskriptif

variabel kompetensi.

Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Variabel Kompetensi (KP)


STS TS N S SS
Item Mean
F % f % f % f % f %
KP1 0 0 1 0 0 0 13 40.6 18 56.3 4.5
KP2 0 0 0 0 1 3 25 78.1 6 18.8 4.16
KP3 0 0 0 0 0 0 18 56.3 14 43.8 4.44
KP4 0 0 0 0 0 0 18 56.3 14 43.8 4.44
KP5 0 0 0 0 8 25 18 56.3 6 18.8 3.94
KP6 0 0 0 0 4 12.5 11 34.4 17 53.1 4.41
KP7 0 0 0 0 0 0 14 43.8 18 56.3 4.56
KP8 0 0 0 0 0 0 15 46.9 17 53.1 4.53
Mean 4.37
Kategori Tinggi
Sumber: Data primer diolah (2021)

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan nilai

rata-rata variabel kompetensi sebesar 4,37 dengan kategori tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa mayoritas auditor investigatif yang menjadi responden

memiliki kompetensi yang sangat baik dalam menjalankan tugasnya. Nilai mean

untuk setiap item pernyataan dapat dilihat pada lampiran 4.


45

4.2.2 Statistik Deskriptif Variabel Independensi

Variabel independensi dalam penelitian berisi pernyataan-pernyataan

yang bersifat positif, dimana pilihan sangat setuju akan menunjukkan bahwa

responden melihat bahwa independensi merupakan hal yang harus dimiliki oleh

seorang auditor internal dalam melakukan pekerjaannya. Berdasarkan hal ini,

pilihan sangat tidak setuju (STS) diberi angka 1, tidak setuju (TS) diberi angka 2,

netral (N) diberi angka 3, setuju (S) diberi angka 4, dan sangat setuju (SS) diberi

angka 5. Berikut ini adalah statistik deskriptif variabel independensi.

Tabel 4.8 Statistik Deskriptif Variabel Independensi (IP)


STS TS N S SS
Item Mean
F % F % F % f % f %
IP1 0 0 0 0 9 28.1 6 18.8 17 53.1 4.25
IP2 0 0 0 0 10 31.3 5 15.6 17 53.1 4.22
IP3 0 0 0 0 9 28.1 6 18.8 17 53.1 4.25
IP4 0 0 0 0 0 0 15 46.9 17 53.1 4.53
IP5 0 0 0 0 0 0 15 46.9 17 53.1 4.53
IP6 0 0 0 0 0 0 10 31.3 22 68.8 4.69
IP7 0 0 0 0 0 0 12 37.5 20 62.5 4.63
Mean 4.44
Kategori Tinggi
Sumber: Data primer diolah (2021)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan nilai

rata-rata variabel independensi sebesar 4,44 dengan kategori tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa auditor investigatif yang menjadi responden memiliki sikap

independensi yang sangat baik dalam melakukan pekerjaannya. Nilai mean

untuk setiap item pernyataan dapat dilihat pada lampiran 4.


46

4.2.3 Statistik Deskriptif Variabel Tekanan Waktu

Variabel tekanan waktu dalam penelitian ini berisi pernyataan-pernyataan

yang bersifat negatif, dimana pilihan sangat setuju akan menunjukan bahwa

responden melihat tekanan waktu sebagai hal yang menghambat dalam

mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, pilihan sangat tidak setuju diberi

skor 5, tidak setuju diberi skor 4, netral diberi skor 3, setuju diberi skor 2, dan

sangat setuju diberi skor 1. Berikut ini adalah statistik deskriptif variabel tekanan

waktu.

Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Variabel Tekanan Waktu (TW)


STS TS N S SS
Item Mean
F % F % f % f % f %
TW1 0 0 1 3.1 12 37.5 11 34.4 8 25.0 2.19
TW2 0 0 10 31.3 3 9.4 12 37.5 7 21.9 2.5
TW3 0 0 10 31.3 7 21.9 10 31.3 5 15.6 2.69
TW4 0 0 5 15.6 2 6.3 19 59.4 6 18.8 2.19
TW5 0 0 3 9.4 13 40.6 9 28.1 7 21.9 2.38
TW6 0 0 1 3.1 2 6.3 23 71.9 6 18.8 2.67
Mean 2.44
Kategori Sedang
Sumber: Data primer diolah (2021)

Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan skor

rata-rata variabel tekanan waktu responden sebesar 2.44 sehingga masuk

kedalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan waktu dinilai

sedang oleh responden dalam melakukan pekerjaanya. Nilai mean untuk setiap

item pernyataan dapat dilihat pada lampiran 4.


47

4.2.4 Statistik Deskriptif Variabel Pengungkapan Fraud

Variabel pengungkapan fraud dalam penelitian ini berisi pernyataan-

pernyataan yang bersifat positif, dimana pilihan sangat setuju akan menunjukan

bahwa responden melihat pentingnya fraud untuk mencapai tujuan organisasi.

Dengan demikian, pilihan sangat tidak setuju diberi skor 1, tidak setuju diberi skor

2, netral diberi skor 3, setuju diberi skor 4, dan sangat setuju diberi skor 5.

Tabel 4.10 Statistik Deskriptif Variabel Pengungkapan Fraud (PF)


STS TS N S SS
Item Mean
f % F % f % F % f %
PF1 0 0 0 0 3 9.4 14 43.8 15 46.9 4.38
PF2 0 0 0 0 1 3.1 15 46.9 16 50.0 4.47
PF3 0 0 8 25 6 18.8 5 15.6 13 40.6 3.71
PF4 0 0 0 0 0 0.0 19 59.4 13 40.6 4.41
PF5 0 0 0 0 0 0.0 23 71.9 9 28.1 4.28
Mean 4.25
Kategori Tinggi
Sumber: Data primer diolah (2021)

Berdasarkan table 4.10, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan rata-

rata skor variabel pengungkapan fraud responden sebesar 4.25 sehingga masuk

kedalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa auditor investigatif yang

menjadi responden telah mengungkapkan fraud secara maksimal dalam

melaksanakan tugasnya. Nilai mean untuk setiap item pernyataan dapat dilihat

pada lampiran 4.
48

4.3 Uji Kualitas Data

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan uji kualitas data yang dilakukan untuk mengetahui

seberapa valid instrument yang digunakan dalam penelitian. Pengujian validitas

dilakukan dengan menggunakan metode korelasi product moment pearson yaitu

dengan mengkorelasikan masing-masing skor item maupun skor total dari

jawaban responden pada kuesioner.

Pengujian validitas dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan

membandingkan nilai r hitung dan r tabel serta dengan melihat nilai probabilitas

signifikansinya. Suatu instrument dikatakan valid ketika nilai r hitung lebih besar

dari r tabel. Nilai r hitung didapatkan dari pengujian SPSS sementara nilai r tabel

didapatkan dari tabel r yaitu dengan mencari nilai yang berada pada tingkat

signifikansi dan nilai degrees of freedom. Nilai degrees of freedom diperoleh

dengan mengurangkan jumlah sampel dengan dua (df=N-2). Jumlah sampel

dalam penelitian ini sebanyak 32, sehingga df= 32-2 = 30, r(0,05;30)= 0.3494.

Selain itu instrument juga dapat dikatakan valid jika memiliki nilai probabilitas

signifikansi dibawah tingkat signifikansi penelitian yaitu 5%.

Berdasarkan tabel pada lampiran 5, terlihat bahwa untuk setiap item

dalam kuesioner memiliki nilai r hitung yang lebih besar dari pada r tabelnya yaitu

0.3494, selain itu nilai probabilitas signifikansinya lebih lebih kecil dari pada 5%,

dengan demikian dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam

penelitian ini adalah valid.


49

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan pengujian untuk mengukur tingkat kepercayaan

suatu variabel dalam instrument atau dengan kata lain uji reliabilitas untuk

mengukur seberapa konsisten suatu variabel dalam instrument sehingga bisa

digunakan berulang-ulang. Suatu variable dapat dikatakan realiabel jika memiliki

nilai Cronbach Alpha> 0.60. Berdasarkan hasil pengujian dalam tabel dapat

dikatakan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

Hal ini ditunjukkan oleh variabel kompetensi, independensi, tekanan waktu dan

pengungkapan fraud yang memiliki nilai Cronbach Alpha masing-masing

sebesar 0.920, 0.961, 0.888, dan 0,866, yang nilai tersebut berada diatas 0.60.

Hasil uji reliabilitas ditunjukkan pada lampiran 6.

4.4 Uji Asumsi Klasik

4.4.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat variabel independen dan variabel

dependen memiliki distribusi normal atau tidak pada residual dalam model

regresi yang terbentuk agar tidak terjadi bias dalam analisis estimasinya. Suatu

model regresi dikatakan baik jika memenuhi asumsi distribusi normal ataupun

mendekati normal. Dalam mengambil keputusan normal tidaknya suatu model

dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu cara non formal dan cara formal. Cara non-

formal dapat dilakukan dengan melihat grafik normal PP Plot maupun kurva

histogram model regresinya. Dalam mendeteksi kenormalan data melalui grafik

PP plot dilakukan dengan melihat sebaran data yang berupa titik pada sumbu

diagonalnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan menikuti arah garis

diagonal, maka sekilas model dapat dikatakan berdistribusi normal. Selain itu,

pada kurva histogramnya normalitas dapat diidentifikasi dengan melihat gambar


50

kurva apakah miring atau cenderung tidak seimbang. Jika bentuk kurva memiliki

kemiringan yang seimbang maka sekilas model dapat dikatakan berdistribusi

normal. Sedangkan cara formal dapat dilakukan dengan menggunakan metode

Kolmogorov smirnov. Jika tingkat signifikansi pada Kolmogorov smirnov lebih dari

0.05 maka dapat dikatakan bahwa residual berdistribusi normal sehingga

modelnya memenuhi asumsi normalitas.

Berdasarkan hasil statistik, kurva histogram terlihat bahwa kurvanya

cenderung seimbang dan tidak miring, sementara grafik normal PP plotnya

menunjukan residual berada disekitar garis diagonal dan untuk hasil uji

kolmogorvnya sebesar 0.254 atau diatas tingkat signifikansi, dengan demikian

dapat dikatakan bahwa model telah memenuhi asumsi normalitas. Grafik hasil uji

normalitas dapat dilihat pada lampiran 7.

4.4.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan dengan mengkorelasikan antara variabel

independen dalam regresi. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

multikolinearitas. Suatu model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi

multikolinearitas.

Dalam pengujian multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai

Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai tolerance. Multikolinearitas dapat

diidentifikasi ketika nilai VIF≥10 atau nilai tolerance≤0.1 untuk setiap variabel

independen. Sebaliknya, apabila nilai VIF≤10 atau angka tolerance≥0,1 maka

dapat dinyatakan bebas multikolinearitas. Berdasarkan hasil uji statistik

menunjukkan bahwa nilai tolerance variabel bebasnya lebih dari 0.1 sementara

nilai VIF kurang dari 10, dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi
51

multikolinearitas pada model regresi. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada

lampiran 7.

4.4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat kesamaan variance dari

residual pada model yang terbentuk. Suatu model regresi dikatakan baik jika

memenuhi asumsi homoskedastisitas agar variance dari model menjadi minimum

dan konsisten meningkatnya ukuran sampel secara tak terbatas, maka estimasi

akan mengarah ke nilai populasi yang sebenarnya.

Dalam pengujian heteroskedastisitas, dapat dilakukan dengan 2 cara,

yaitu cara non-formal maupun cara formal. Pada cara non-formal dilakukan

dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen

(ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Ketika terdapat pola tertentu yang

teratur dan titik-titik tidak menyebar secara merata maka hal tersebut

mengindikasi terjadinya heteroskedastisitas. Sementara itu cara formal dapat

dilakukan dengan pengujian glejser yaitu ketika nilai signifikansi hasil pengujian

glejser berada dibawah 5% maka dapat dikatakan bahwa modelnya masih

memiliki masalah heteroskedastisitas.

Berdasarkan grafik scatterplot menunjukkan bahwa titik-titiknya menyebar

namun ada beberapa observasi yang saling berkumpul dan berdekatan

sedangkan berdasarkan hasil uji glejser pada semua variabel menunjukan nilai

signifikan diatas 5%, dengan demikian dapat dikatakan bahwa model yang

terbentuk tidak memiliki masalah heteroskedastisitas. Grafik hasil pengujian

heteroskedastisitas dapat dilihat pada lampiran 7.


52

4.5 Uji Hipotesis

4.5.1 Hasil Uji Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)

Analisis determinasi dilakukan dengan membandingkan variasi pada

variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Koefisien uji

determinasi dapat menunjukan seberapa besa presentase vaiasi variabel

independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel

dependen.

Penelitian ini menggunakan koefisien determinasi untuk melihat pengaruh

tiga variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil uji

determinasi, terlihat bahwa koefisien determinasi adjusted R2 sebesar 0.873 yang

artinya 87.3% variabel fraud mampu dijelaskan oleh variabel independen yang

dimasukan kedalam model yaitu kompetensi, independensi, dan tekanan waktu,

sedangkan 12.7% sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan

kedalam model. Hasil uji koefisien determinasi ditunjukkan pada lampiran 8.

4.5.2 Hasil Uji t

Uji t digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara parsial. Pengujian dapat dilakukan melalui dua cara

yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dan juga dapat dilakukan

dengan melihat nilai probabilitas signifikansi. Suatu variabel independen

dikatakan berpengaruh terhadap variabel dependen ketika nilai mutlak t hitung >

t tabel. Selain itu, suatu variabel dikatakan berpengaruh jika nilai probabilitas

signifikansi ≤ 5%. Cara menentukan t tabel adalah mengetahui tingkat

signifikansi atau probabilitas (pr) dan derajat bebas (df) dalam tabel t (lampiran

8). Signifikansi atau probabilitas yang digunakan adalah 0,05. Derajat bebas

adalah banyaknya sampel dikurangi dengan jumlah variabel, yaitu sebesar 28.
53

Jadi nilai t tabel berdasarkan tabel t pada lampiran 10 adalah 2.04841. Berikut ini

hasil analisis uji statistik t dengan aplikasi SPSS.

Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis

Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Model B Std. Error t Sig.
1 (Constant) 3.390 3.913 .866
Kompetensi .411 .110 3.723 .001
Independensi .203 .073 2.777 .010
Tekanan -.195 .085 -2.308 .029
a. Dependent Variable: Pengungkapan Fraud
Sumber: Data primer diolah (2021)

Berdasarkan data yang ditampilkan tabel 4.11, maka dihasilkan persamaan

regresi sebagai berikut.

Y= 3.390 + 0.411KP + 0.203IP - 0.195TW

a. Konstanta

Konstanta regresi sebesar 3.390 artinya tanpa pengaruh dari variabel

kompetensi (KP), independensi (IP), dan tekanan waktu (TW), maka

pengungkapan fraud akan bernilai 3.390.

b. Kompetensi (KP)

Koefisien regresi kompetensi (KP) sebesar 0.411 artinya ketika terjadi

kenaikan kompetensi sebesar 1 satuan, maka pengungkapan fraud akan

mengalami kenaikan sebesar 0.411 dengan asumsi variabel lain konstan.

Koefisien bernilai positif, sehingga peningkatan pada kompetensi (KP)

akan mengakibatkan peningkatan pula pada pengungkapan fraud (Y).


54

c. Independensi (IP)

Koefisien regresi independensi sebesar 0.203 artinya ketika terjadi

kenaikan independensi sebesar 1 satuan maka pengungkapan fraud

akan mengalami kenaikan sebesar 0.203 dengan asumsi variabel lain

konstan. Koefisien bernilai positif, sehingga peningkatan pada

independensi (IP) akan mengakibatkan peningkatan pula pada

pengungkapan fraud (Y).

d. Tekanan Waktu (TW)

Koefisien regresi tekanan waktu sebesar -0.195. Hal ini menujukkan

bahwa tekanan waktu mempunyai hubungan yang berlawanan arah

dengan pengungkapan fraud. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan

tekanan waktu sebesar 1 satuan maka pengungkapan fraud akan turun

sebesar 0.195 dengan asumsi variabel lain konstan.

4.6 Pembahasan Penelitian

4.6.1 Pengaruh Kompetensi Auditor Investigatif terhadap Pengungkapan


Fraud

Hasil statistik deskriptif dari variabel kompetensi memiliki nilai rata-rata

yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa auditor investigatif pada Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi

Sulawesi Selatan yang menjadi responden penelitian ini memiliki kompetensi

yang sangat baik dalam menjalankan profesinya.

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan t hitung sebesar 3.723 dan

probabilitas signifikansinya sebesar 0.001 sedangkan nilai t tabelnya sebesar

2.04841 dengan signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa kompetensi auditor

investigatif berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengungkapan fraud.


55

Dengan demikian, hipotesis pertama dalam penelitian ini yaitu kompetensi

auditor investigatif berpengaruh positif terhadap pengungkapan fraud diterima.

Kompetensi auditor investigatif berpengaruh positif terhadap

pengungkapan fraud. Hal ini berarti semakin baik kompetensi yang dimiliki

seorang auditor investigatif, maka pengungkapan fraud akan semakin banyak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widiyastuti dan

Sugeng (2009), Huslina dkk. (2015), Hartan dan Indarto (2016).

Dalam teori atribusi yang dikemukakan oleh Heider (1958)

berargumentasi bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh kombinasi antara

kekuatan internal (internal forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

seseorang, seperti kemampuan atau usaha, dan kekuatan eksternal (external

forces), yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar, seperti kesulitan dalam

pekerjaan atau keberuntungan. Teori tersebut mengindikasikan bahwa untuk

melaksanakan pengungkapan fraud yang efektif dibutuhkan kompetensi auditor

investigatif. Kompetensi ini berhubungan dengan pendidikan dan pengalaman

auditor investigatif. Pendidikan akan menambah pengetahuan seorang auditor

investigatif yang akan membantu dalam melakukan tugas auditnya. Selain itu,

pengalaman yang dimiliki auditor investigatif akan meningkatkan keterampilan

dalam kerja. Dengan demikian, pendidikan dan pengalaman menjadi dasar

seorang auditor investigatif tersebut dikatakan memiliki kompetensi yang baik.

Kompetensi yang memadai akan mendukung auditor investigatif dalam

menjalankan tugasnya terlebih dalam pengungkapan fraud. Hal ini membuktikan

bahwa kompetensi menjadi faktor yang dapat memengaruhi pengungkapan

fraud. Adanya kompetensi yang baik membuat auditor semakin mampu

mengetahui trik-trik yang terjadi dalam suatu laporan keuangan.


56

4.6.2 Pengaruh Independensi Auditor Investigatif terhadap Pengungkapan


Fraud

Hasil statistik deskriptif dari variabel independensi memiliki nilai rata-rata

yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa auditor investigatif pada Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi

Sulawesi Selatan yang menjadi responden penelitian ini memiliki sikap

independensi yang sangat baik dalam menjalankan profesinya.

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan nilai t hitung sebesar 2.777

dan probabilitas signifikansinya sebesar 0.010 sedangkan nilai t tabelnya

sebesar 2.04841 dengan nilai probabilitasnya 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel

independensi berpengaruh signifikan dan positif terhadap pengungkapan fraud.

Dengan demikian, hipotesis kedua dalam penelitian ini yaitu independensi auditor

investigatif berpengaruh positif terhadap pengungkapan fraud diterima.

Independensi auditor investigatif berpengaruh positif terhadap

pengungkapan fraud. Hal ini berarti semakin baik independensi yang dimiliki

seorang auditor investigatif maka, pengungkapan fraud akan semakin banyak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartan dan

Indarto (2016), Biksa dan I Dewi (2016), Bimantara dan Sutjipto (2018), serta

Mertanaya dan Wiratmaja (2020).

Hasil penelitian ini juga mengkonfirmasi berlakunya teori atribusi yang

dicetuskan oleh Heider (1958) yang menjelaskan bahwa adanya penyebab

internal ataupun eksternal untuk mendorong seseorang dalam melakukan suatu

tindakan. Seorang auditor investigatif harus selalu mempertahankan sikap

independensinya yang merupakan faktor internal dalam menjalankan tugasnya.

Seorang auditor investigatif yang memiliki sikap independensi yang baik akan

membuat auditor tidak mudah terpengaruh serta tidak mudah dikendalikan oleh
57

pihak lain dalam mempertimbangkan fakta yang ditemukan saat pemeriksaan

laporan keuangan termasuk menemukan adanya kecurangan (fraud).

4.6.3 Pengaruh Tekanan Waktu Auditor Investigatif terhadap


Pengungkapan Fraud.

Hasil statistik deskriptif dari variabel tekanan waktu memiliki nilai rata-rata

yang sedang. Hal ini menunjukkan bahwa auditor investigatif pada Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi

Sulawesi Selatan yang menjadi responden penelitian ini merasakan tekanan

waktu sedang dalam menjalankan tugasnya.

Berdasarkan hasil analisis data didapatkan nilai t hitung sebesar 2.308

dengan nilai probabilitas signifikansinya sebesar 0.029 sedangkan nilai t sebesar

0.029 dengan nilai probabilitas signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel

tekanan waktu berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pengungkapan fraud.

Dengan demikian, hipotesis ketiga dalam penelitian ini yaitu tekanan waktu

auditor investigatif berpengaruh positif terhadap pengungkapan fraud diterima.

Tekanan waktu auditor investigatif berpengaruh negatif terhadap

pengungkapan fraud. Hal ini berarti semakin tinggi tekanan waktu yang dihadapi

seorang auditor investigatif maka, pengungkapan fraud akan semakin sedikit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Braun (2000),

Anggriawan (2014), dan Soenanto dan David (2020) yang juga menyatakan

tekanan waktu berpengaruh negatif dalam pengungkapan fraud.

Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris pada berlakunya teori

atribusi yang dikembangkan oleh Heider (1958) menjelaskan tentang bagaimana

seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri, yang

disebabkan faktor internal misalnya sifat, karakter, sikap, kemampuan,

pengalaman dan lain lainnya dan faktor eksternal misalnya tekanan situasi atau
58

keadaan tertentu yang yang akan memberikan pengaruh terhadap perilaku

individu. Tekanan waktu merupakan faktor eksternal seorang auditor investigatif

dalam menjalankan tugasnya. Tekanan waktu yang tinggi akan mengurangi

ketelitian auditor akibatnya auditor lebih sulit dalam menentukan sinyal penyebab

terjadinya fraud dalam suatu laporan keuangan. Sedikit waktu yang diberikan

membuat auditor investigatif tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya karena

bukti yang dikumpulkan tidak sesuai dengan harapan auditor investigatif akibat

keterbatasan waktu.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi,

independensi, dan tekanan waktu auditor investigatif terhadap pengungkapan

fraud. Berdasarkan pada hasil analisis yang telah diuraikan, maka kesimpulan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kompetensi auditor investigatif berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan fraud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin

baik kompetensi yang dimiliki oleh seorang auditor investigatif maka

pengungkapan fraud akan semakin banyak.

2. Independensi auditor investigatif berpengaruh signifikan terhadap

pengungkapan fraud. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin

baik sikap independensi yang dimiliki oleh seorang auditor investigatif

maka pengungkapan fraud akan semakin banyak.

3. Tekanan waktu auditor investigatif berpengaruh negatif terhadap

pengungkapan fraud. Hal ini berarti semakin tinggi tekanan waktu yang

dihadapi seorang auditor investigatif, maka pengungkapan fraud yang

dilakukan akan semakin sedikit.

59
60

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat

diberikan sebagai berikut.

1. Penelitian selanjutnya hendaknya memperluas populasi dan sampel

penelitian karena penelitian ini hanya mendapatkan 32 sampel.

2. Penelitian ini menggunakan kuesioner. Penelitian selanjutnya dapat

menggunakan metode penelitian yang lainnya.

3. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan atau menggunakan variabel

lain untuk melihat pengaruhnya terhadap pengungkapan fraud.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan yang dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk penelitian selanjutnya agar dapat mendapatkan hasil yang

lebih baik, yaitu sebagai berikut.

1. Jumlah sampel yang diambil relatif sedikit. Hal ini disebabkan karena pihak

BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan membatasi jumlah

pengambilan sampel sehingga pembagian kuisioner hanya dapat dilakukan

kepada 40 responden.

2. Data yang dianalisis menggunakan instrumen yang berdasarkan persepsi

jawaban responden, sehingga hal ini akan menimbulkan masalah apabila

persepsi jawaban responden berbeda dengan keadaan yang

sesungguhnya.
DAFTAR PUSTAKA

ACFE Indonesia Chapter 111. 2016. Survai Fraud Indonesia. Jakarta: ACFE
Indonesia Chapter.

Agoes, Sukrisno. 2013. Auditing (Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh


Akuntan Publik). Edisi 4. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Anggriawan Ferry, Eko. 2014. Pengaruh Pengalaman Kerja, Skeptisme


Profesional dan Tekanan Waktu terhadap Kemampuan Auditor dalam
Mendeteksi Fraud. Jurnal Nominal, Vol. 3, No. 2, 101-116.

Arens, Alvin A. Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2014. Auditing dan Jasa
Assurance. Edisi 15. Jakarta: Erlangga.

Biksa, Ida Ayu Indira, dan I Dewa Nyoman W. 2016. Pengaruh Pengalaman,
Indepedensi, Skeptisme Profesional Auditor pada Pendeteksian
Kecurangan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 17, No. 3,
2384-2415.

Bimantara, Rivandi B. dan Sutjipto N., 2018. Pengaruh Independensi,


Objektivitas, dan Pengalaman Pemeriksa terhadap Pendeteksian
Kecurangan. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol. 7, No. 5, 1-18.

Braun, Robert L. 2000. The effect of time pressure on auditor attention


toqualitative aspects of misstatements indicative ofpotential fraudulent
financial reporting. Accounting, Organizations and Society, Vol. 25, No. 3,
243-259.

Christiawan, Yulius Jogi. 2003. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik:


Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4,
No. 2, 79-92.

Darmastuti, D., dan Dyah, Setyaningrum. 2010. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Pengungkapan Belanja Bantuan Sosial Pada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Pada Tahun 2009. Simposium Nasional
Akuntansi XV Banjarmasin,

Dewi, N. W. P., & Ramantha, I. W. 2016. Profesionalisme Sebagai Pemoderasi


Pengaruh Kemampuan Investigatif pada Pembuktian Kecurangan oleh
Auditor. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 15(2), 1029–1055.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin. 2012. Pedoman Penulisan


Skripsi. Makassar.

Fauzan, I. A., Purnamasari, P., & Gunawan, H. 2014. Pengaruh Akuntansi


Forensik dan Audit Investigasi terhadap Pengungkapan Fraud. Penelitian
Sivitas Akademika Unisba (Sosial Dan Humaniora), 2(2), 456–465.

61
62

Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadi, Akbar. 2015. BPKP Diminta Audit RS Labuang Baji, (online),


(https://nasional.tempo.co/read/696222/bpkp-diminta-audit-rs-labuang-
baji, diakses 19 Oktober 2020)

Hartan, T. H., & Indarto, W. 2016. Pengaruh Skeptisme Profesional,


Independensi Dan Kompetensi Terhadap Kemampuan Auditor
Mendeteksi Kecurangan (Studi Empiris Pada Inspektorat Daerah
Istimewa Yogyakarta). Jurnal Profita: Kajian Ilmu Akuntansi, Vol. 4, No. 3.

Huslina, H., & Islahuddin, N. S. 2015. Pengaruh Integritas Aparatur, Kompetensi


Aparatur, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Efektivitas
Sistem Pencegahan Fraud. Jurnal Administrasi Akuntansi, Vol. 4, No. 1,
55-64.

Indriantoro Nur dan Supomo Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.


Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta. Penerbit CV Andi.


Koroy, T. R. 2008. Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh
Auditor Eksternal. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 10, No.1, 22–23.

Lastanti, H. S. 2005. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan


Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi,
Auditing,dan Informasi, Vol. 5, No. 1, 85-97.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Mertanaya, I P.E. & Wiratmaja, I D.N. 2020. Skeptisme Profesional,


Independensi dan Pengungkapan Kecurangan: Studi pada Hotel di
Kabupaten Bandung. E-Jurnal Akuntansi, Vol. 30, No. 11, 2892-2906.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Jakarta:Salemba Empat.


Nurmin. 2015. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pengungkapan
Kecurangan. Jurnal Akuntansi. 14-26
Purwanto, Suharyadi. 2003. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat

Pusdiklatwas BPKP. 2008. Fraud Auditing. Jakarta: BPKP.

Rahmayani, Laras dkk. 2014. Pengaruh Kemampuan Auditor, Skeptisme


Profesional Auditor, Teknik Audit dan Whistleblower terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Audit Investigasi Dalam Pengungkapan Kecurangan (Studi
Empiris pada BPK dan BPKP Perwakilan Provinsi Riau). JOM FEKON,
Vol. 1 No. 2, 1-15.
63

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, CV.

Soenanto, J. M., & David, A. A. P. 2020. Pengalaman Kerja, Skeptisme


Profesional, Tekanan Waktu Dan Pendeteksi Fraud (Studi Pada Bpkp
Jawa Tengah). Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 9, No. 1, 47-56.

Soepardi, Eddy Mulyady. 2010. Peran BPKP dalam Penanganan Kasus


Berindikasi Korupsi Pengadaan Jasa Konsultasi Instansi Pemerintahan.
Jakarta.

Syamsuddin, Suddin. 2019. BPKP Sulsel audit dugaan raibnya dana dinas
kesehatan Parepare Rp 6,7 miliar, (online),
(https://regional.kontan.co.id/news/bpkp-sulsel-audit-dugaan-raibnya-
dana-dinas-kesehatan-parepare-rp-67-miliar, diakses 19 Oktober 2020)

Transparansi Internasional. 2019. Corruption Perception Index, (online),


(www.ti.or.id/index.php, diakses pada tanggal 20 Oktober 2020)

Tuanakotta, T. M. 2016. Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi


(2nded).Jakarta : Salemba Empat.

Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis:
Pendekatan Pengembangan-Keahlian. Edisi 6. Buku 2. Jakarta Selatan:
Salemba Empat.

Widiyastuti, Marcellina, and Sugeng, P. 2009. Pengaruh Kompetensi,


Independensi, dan Profesionalisme Terhadap Kemampuan Auditor Dalam
Mendeteksi Kecurangan. Value Added Majalah Ekonomi dan Bisnis 5.2,
Vol. 5, No. 2, 52-73.
LAMPIRAN
64

Lampiran 1

BIODATA

Identitas Diri
Nama : Sarah Andini
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Januari 2000
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Jl. Sahabat 3, Pondok Benhart 1
Telpon Rumah dan HP : 082192809889
Alamat E-mail : sarahandini1901@gmail.com

Riwayat Pendidikan
- Pendidikan Formal
1. TK Hangtuah Kendari 2004-2005
2. SDN 12 Kendari Kendari 2005-2011
3. SMPN 2 Kendari 2011-2013
4. SMAN 1 Kendari 2014-2017

- Pendidikan NonFormal
Riwayat Prestasi
- Prestasi Akademik
- Prestasi Nonakademik
Pengalaman
- Organisasi
Pengurus Ikatan Mahasiswa Akuntansi (IMA) periode 2019-2020

- Kerja
Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.

Makassar, Februari 2021

Sarah Andini
A31171037
Lampiran 2
PETA TEORI

Tujuan Penelitian/ Konsep/


Penulis/Topik/ Judul Variabel Penelitian
No. Penulisan Teori/ Hasil Penelitian/ Isi Buku
Buku/Artikel dan Teknik Analisis
Buku/Artikel Hipotesis
1. Widiyastuti, Marcellina Mengetahui 1. Kompetensi Variabel independen : 1. Kompetensi
dan sugeng, Pamudji., pengaruh berpengaruh positif kompetensi, berpengaruh positif
2009, Pengaruh kompetensi, terhadap independensi, dan terhadap kemampuan
Kompetensi, independensi, dan kemampuan auditor profesionalisme. auditor dalam
Independensi, Dan profesionalisme dalam Mendeteksi Variabel dependen : mendeteksi
Profesionalisme yang merupakan kecurangan (fraud). kemampuan Auditor kecurangan (fraud).
Terhadap Kemampuan sikap minimal yang 2. Independensi Dalam Mendeteksi 2. Independensi
Auditor Dalam harus dimiliki berpengaruh positif Kecurangan berpengaruh positif
Mendeteksi Kecurangan auditor terhadap terhadap (Fraud). terhadap kemampuan
(Fraud). kemampuannya kemampuan auditor auditor dalam
dalam mendeteksi dalam mendeteksi mendeteksi
kecurangan yang kecurangan (fraud). Teknik analisis : kecurangan (fraud).
dapat terjadi pada 3. Profesionalisme Partial Least Square 3. Profesionalisme
audit berpengaruh positif (PLS) berpengaruh positif

65
yang dilakukannya. terhadap terhadap kemampuan
kemampuan auditor auditor dalam
dalam mendeteksi mendeteksi
kecurangan (fraud). kecurangan (fraud).
2. Braun, Robert L., 2000, Mengetahui Anggaran waktu audit Variabel independen : Dibawah tekanan waktu
The Effect of Time Pengaruh Tekanan yang dihadapi oleh Tekanan waktu perhatian dari auditor akan
Pressure on Auditor Waktu pada profesional dalam bidang Variabel dependen : berfokus pada tugas yang
Attention to Qualitative Perhatian Auditor pemeriksaan dapat Aspek Kualitatif lazimnya dilakukan auditor
Aspects of Misstatement terhadap Aspek menurunkan kualitas Kesalahan Penyajian dan mengabaikan audit
Indicative of Potential Kualitatif audit dan dapat yang mengindikasikan yang berfokus pada suatu
Fraudulent Financial Kesalahan mengurangi perhatian Potensi Kecurangan hal, misalnya fraud.
Reporting Accounting, Penyajian Indikatif terhadap aspek kualitatif Pelaporan Keuangan Tekanan waktu ini dapat
Organizations and Potensi dari indikasi salah saji Akuntansi, Organisasi menimbulkan stres
Society. Kecurangan yang menunjukan dan Masyarakat. individual yang muncul
Pelaporan potensi kecurangan atas dari ketidakseimbangan
Keuangan laporan keuangan. antara tugas dan waktu
Akuntansi, Teknik analisis: yang tersedia serta
Organisasi dan analisis regresi. mempengaruhi etika
Masyarakat. profesional melalui sikap,
niat, perhatian dan

66
perilaku auditor.
3. Anggriawan, Eko Ferry., Mengetahui 1. Pengalaman kerja Variabel independen : 1. Pengaruh pengalaman
2014, Pengaruh pengaruh berpengaruh positif pengalaman kerja, kerja berpengaruh
Pengalaman Kerja, pengalaman kerja, terhadap skeptisme profesionel, positif terhadap
Skeptisme Profesional skeptisme kemampuan auditor dan tekanan waktu. kemampuan auditor
Dan Tekanan Waktu profesional dan dalam mendeteksi Variabel dependen : dalam mendeteksi
Terhadap Kemampuan tekanan waktu fraud. Kemampuan auditor fraud. Pengalaman
Auditor Dalam terhadap 2. Skeptisme dalam mendeteksi kerja mempengaruhi
Mendeteksi Fraud. kemampuan profesional fraud. 25,8% perubahan
auditor dalam berpengaruh positif pada kemampuan
mendeteksi fraud. terhadap Teknik analisis : auditor dalam
kemampuan auditor statistik deskriptif. mendeteksi fraud,
dalam mendeteksi sisanya sebesar
fraud. 74,2% dipengaruhi
3. Tekanan waktu oleh variabel lain diluar
berpengaruh negatif penelitian ini.
terhadap 2. Skeptisme profesional
kemampuan auditor berpengaruh positif
dalam mendeteksi terhadap kemampuan
fraud. auditor dalam

67
mendeteksi fraud.
Skeptisme profesional
mempengaruhi 24,3%
perubahan pada
kemampuan auditor
dalam mendeteksi
fraud, sisanya sebesar
75,7% dipengaruhi
oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
3. Tekanan waktu
berpengaruh negatif
terhadap kemampuan
auditor dalam
mendeteksi fraud.
Tekanan waktu
mempengaruhi 29,2%
perubahan pada
kemampuan auditor
dalam mendeteksi

68
fraud, sisanya sebesar
70,8% dipengaruhi
oleh variabel lain diluar
penelitian ini.
4. Biksa dan I Dewa, 2016, Menguji Pengaruh 1. Pengalaman Variabel independen : 1. Pengalaman
Pengaruh Pengalaman, Pengalaman, berpengaruh positif Pengalaman, auditorberpengaruh
Independensi, dan Independensi, dan pada pendeteksian independensi, dan positif pada
Skeptisme Profesional Skeptisme kecurangan. skeptisme profesional. pendeteksian
Pada Pendeteksian Profesional 2. Independensi Variabel dependen : kecurangan, yang
Kecurangan. terhadap berpengaruh positif Pendeteksian berarti semakin tinggi
Pendeteksian pada pendeteksian Kecurangan. pengalaman
Kecurangan. kecurangan. auditormaka
3. Skeptisme Teknik analisis : kemampuan
profesional analisis regresi auditordalam
berpengaruh positif mendeteksi adanya
pada pendeteksian kecurangan cenderung
kecurangan. semakin tinggi.
2. Independensi auditor
berpengaruh positif
pada pendeteksian

69
kecurangan, yang
berarti bahwa semakin
tinggi independensi
auditor maka
kemampuan
auditordalam
mendeteksi
kecurangan cenderung
semakin tinggi
3. Skeptisme professional
auditor berpengaruh
positif pada
pendeteksian
kecurangan, yang
berarti bahwa semakin
tinggi sikap skeptisme
professional auditor
maka kemampuan
auditor dalam
mendeteksi

70
kecurangan cenderung
semakin tinggi.
5. Mertanaya, I P.E. & Mengetahui 1. Skeptisme Variabel independen : 1. Skeptisme
Wiratmaja, I D.N., pengaruh profesional skeptisme profesional profesional tidak
2020, Skeptisme skeptisme berpengaruh positif dan independensi. berpengaruh
Variabel dependen :
Profesional, profesional dan dan signifikan pada signifikan pada
pengungkapan fraud.
Independensi dan independensi kemampuan pengungkapan
Pengungkapan pada auditor fraud.
Teknik analisis :
Kecurangan: Studi pengungkapan mengungkapkan 2. Independensi
analisis regresi linear
pada Hotel di fraud. fraud. berpengaruh
berganda
Kabupaten Badung. 2. Independensi signifikan pada
berpengaruh positif pengungkapan
dan signifikan pada fraud.
kemampuan
auditor
mengungkapkan
fraud.
6. Soenanto dan David, Mengetahui 1. Pengalaman kerja Variabel independen : 1. Pengalaman kerja
2020, Pengalaman pengaruh berpengaruh positif Pengalaman kerja, berpengaruh positif

71
Kerja, Skeptisme pengalaman kerja, terhadap pendeteksi skeptisme profesional, terhadap pendeteksi
Profesional, Tekanan skeptisme fraud. dan tekanan waktu. fraud. Auditor internal
Waktu Dan Pendeteksi profesional, dan 2. Skeptisme Variabel dependen : yang sudah lama
Fraud. tekanan waktu profesional Pendeteksi fraud. bekerja dan memiliki
terhadap berpengaruh positif beberapa perusahaan
pendeteksi fraud terhadap pendeteksi Teknik analisis : yang sudah ditangani,
pada BPKP (Badan fraud. analisis regresi. maka auditor internal
Pengawasan 3. Tekanan waktu akan lebih
Kuangan dan berpengaruh negatif berpengalaman dalam
Pembangunan) terhadap pendeteksi mendeteksi fraud, dan
Jawa Tengah. fraud. dengan pengalaman
tersebut dapat
membuat auditor
internal akan
meningkatkan
kesadaran auditor
internal jika terjadi
kekeliruan.
2. Skeptisme profesional
berpengaruh positif

72
terhadap pendeteksi
fraud. Skeptisme
profesional dapat
membantu auditor
internal dalam
melakukan pendeteksi
fraud dengan
melakukan evaluasi
kritis terhadap bukti
auditnya dengan tidak
langsung percaya
dengan apa yang telah
diungkapkan.
3. Tekanan waktu
berpengaruh negatif
terhadap pendeteksi
fraud. Semakin
auditor internal
tertekan oleh waktu
maka kesempatan

73
auditor internal
dalam melakukan
pendeteksian fraud
akan menurun,
sehingga tekanan
waktu membuat
auditor internal
tertekan karena
bukti-bukti audit yang
dikumpulkan tidak
maksimal dan
cenderung
terlewatkan.

74
75

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Yth:

Bapak/Ibu/Saudara/I Auditor

Di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir kuliah (Skripsi) sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S1, maka dengan ini saya:

Nama : Sarah Andini

NIM : A031171037

Fakultas/ Jurusan : Ekonomi dan Bisnis / Akuntansi

Universitas : Universitas Hasanuddin

Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi, Independensi,


dan Tekanan Waktu Auditor Investigatif Terhadap Pengungkapan Fraud”.

Memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini


dengan lengkap dan jujur. Adapun tujuan dari pengisian kuesioner ini hanya
untuk kepentingan ilmiah sehingga segala informasi, identitas, dan data yang
diisi akan dijaga kerahasiaannya.

Demikian pengantar kuesioner penelitian ini, atas perhatian dan


kerjasama dari Bapak/Ibu/Saudara/I, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Sarah Andini
76

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Tujuan utama dari kuesioner ini adalah untuk menguji dan menganalisis
Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Tekanan Waktu Auditor Investigatif
Terhadap Pengungkapan Fraud.

Kuesioner ini terdiri dari 5 (lima) bagian. Satu bagian pertama berisi tentang profil
responden, sedangkan empat bagian selanjutnya berisi tentang aspek-aspek
yang memengaruhi pengungkapan fraud. Bapak/Ibu/Saudara/I dimohon
menjawab pernyataan-pernyataan dibawah dengan memberi tanda cek (√) pada
tempat yang tersedia untuk jawaban yang paling sesuai menurut anda.

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

N : Netral

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju


77

BAGIAN 1
Profil Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : Pria Wanita

3. Umur :

4. Jabatan :

5. Latar Belakang Pendidikan : Diploma 3 (D3) Strata 2 (S2)

Strata (S1) Lainnya.............

6. Apakah sebelumnya Anda pernah melaksanakan audit investigatif?


Ya Tidak

7. Apakah Anda memiliki pengalaman bekerja sebagai auditor minimal 2


tahun?
Ya Tidak

8. Apakah Anda pernah menemukan kecurangan (Fraud) selama


menjalankan tugas sebagai auditor?
Ya Tidak
78
BAGIAN 2
Kompetensi Auditor Investigatif

KATEGORI JAWABAN
No. PERTANYAAN
STS TS N S SS

I. Indikator : Pengetahuan
Untuk mendukung pekerjaan saya sebagai auditor
1. investigatif harus memiliki latar belakang
pendidikan Ilmu Akuntansi dan Auditing.
Teori yang sudah didapatkan pada pendidikan
2. formal sangat menunjang karier saya dalam
melakukan audit.
Saya akan lebih terampil apabila telah mengikuti
3.
jenjang pendidikan auditor yang lebih tinggi.
Sebagai auditor investigatif saya memiliki
4. pengetahuan yang luas mengenai investigasi
prinsip-prinsip audit investigasi dan kecurangan.
Saya membutuhkan pengetahuan tambahan dari
5. seminar/lokakarya/studi banding tentang
investigatif.
II. Indikator : Pengalaman

Banyaknya penugasan audit memudahkan saya


5.
melakukan pemeriksaan yang lebih baik.
Auditor berpengalaman lebih ahli dalam
6.
mendeteksi adanya kecurangan (fraud)
Semakin lama menjadi auditor, saya merasa
semakin mudah memahami adanya tanda-tanda
7.
kecurangan dalam laporan keuangan yang sedang
ditangani.
79

BAGIAN 3
Independensi Auditor Investigatif

KATEGORI JAWABAN
No. PERTANYAAN
STS TS N S SS

I. Indikator : Independensi Penyusunan Program


Penyusunan Program audit bebas dari
campur tangan pimpinan (inspektur) untuk
1. menentukan, mengeliminasi atau
memodifikasi bagian-bagian tertentu yang
diperiksa.
Dalam melaksanakan pemeriksaan,
2. Penyusunan program audit yang dipilih
bebas dari intervensi pihak lain.
Penyusunan program audit bebas dari
3. usaha-usaha pihak lain untuk menentukan
subyek pekerjaan pemeriksaan.
II. Indikator : Independensi Pelaksanaan Pekerjaan
Pemeriksaan bebas dari kepentingan
4. pribadi maupun pihak lain untuk membatasi
segala kegiatan pemeriksaan.
Auditor tidak boleh dikendalikan atau
5. dipengaruhi oleh klien dalam kegiatan yang
masih dilakukan.
III.Indikator : Independensi Laporan
Pelaporan bebas dari kewajiban pihak lain
6. untuk mempengaruhi fakta-fakta yang
dilaporkan.
Pelaporan bebas dari usaha tertentu untuk
7. mempengaruhi pertimbangan pemeriksaan
terhadap isi laporan pemeriksaan.
80

BAGIAN 4
Tekanan Waktu Auditor Investigatif

KATEGORI JAWABAN
No. PERTANYAAN
STS TS N S SS

I. Indikator : Tipe Fungsional


Jika auditor dapat memanfaatkan waktu audit,
1.
maka temuan audit akan lebih maksimal
Perlu ada pembatasan waktu yang diberikan
2. kepada auditor dalam melaksanakan kegiatan
audit
Adanya perjanjian dalam waktu audit
3. membuat auditor semakin cepat dalam
menemukan temuan audit.
II. Indikator : Tipe Disfungsional
Batasan waktu akan dianggap sebagai beban
4.
bagi auditor
Dengan waktu yang ditentukan, penugasan
5. audit belum sepenuhnya dapat dikerjakan
dengan sebaik-baiknya.
Terbatasanya waktu dalam mengaudit akan
6. membuat auditor mendapatkan bukti yang
tidak maksimal
81

BAGIAN 5
Pengungkapan Fraud

KATEGORI JAWABAN
No. PERTANYAAN
STS TS N S SS

I. Indikator : Syarat Penemuan Kecurangan (Fraud)

Auditor harus dapat memahami dan memiliki


1. pengetahuan khusus untuk mengungkap
fraud di dalam kegiatan audit.
Dalam melakukan pengungkapan
kecurangan auditor harus memiliki
2.
kemampuan dalam menerapkan standar
audit.
II. Indikator : Ruang Lingkup Fraud Auditing

Dalam mengungkapkan kecurangan seorang


3. auditor hanya dibatasi pada pemeriksaan
yang dikhususkan pada kasus kecurangan.
III.Indikator : Pendekatan Auditing

Auditor harus memiliki kemampuan khusus


untuk melakukan pendekatan kepada klien
4..
agar memperoleh informasi terkait dengan
pengungkapan fraud.
Penerapan teknik audit investigatif membantu
5. auditor untuk mendapatkan bukti audit dan
mengindikasi adanya fraud.
82

LAMPIRAN 4

UJI STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KP1 32 2 5 4,50 ,672
KP2 32 3 5 4,16 ,448
KP3 32 4 5 4,44 ,504
KP4 32 4 5 4,44 ,504
KP5 32 3 5 3,94 ,669
KP6 32 3 5 4,41 ,712
KP7 32 4 5 4,56 ,504
KP8 32 4 5 4,53 ,507
Kompetensi 32 31 40 34,97 3,668
Valid N
32
(listwise)

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
IP1 32 3 5 4,25 ,880
IP2 32 3 5 4,22 ,906
IP3 32 3 5 4,25 ,880
IP4 32 4 5 4,53 ,507
IP5 32 4 5 4,53 ,507
IP6 32 4 5 4,69 ,471
IP7 32 4 5 4,63 ,492
Independensi 32 25 35 31,09 4,358
Valid N
32
(listwise)
83

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TW1 32 1 4 2,19 ,859
TW2 32 1 4 2,50 1,164
TW3 32 1 4 2,69 1,091
TW4 32 1 4 2,19 ,931
TW5 32 1 4 2,38 ,942
TW6 32 1 4 1,94 ,619
Tekanan Waktu 32 10 21 14,516 3,5630
Valid N
32
(listwise)

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PF1 32 3 5 4,38 ,660
PF2 32 3 5 4,47 ,567
PF3 32 2 5 3,72 1,250
PF4 32 4 5 4,41 ,499
PF5 32 4 5 4,28 ,457
Pengungkapan
32 18 25 21,25 3,005
fraud
Valid N (listwise) 32
84

LAMPIRAN 5
UJI VALIDITAS

Correlations
KP1 KP2 KP3 KP4 KP5 KP6 KP7 KP8 Kompetensi
KP1 Pearson Correlation 1 ,589** ,667** ,667** ,502** .169 .381* .426* .674**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,003 .357 .031 .015 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32
KP2 Pearson Correlation ,589** 1 ,545** ,545** ,680** .300 .313 .333 .651**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,001 ,000 .095 .082 .063 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32
KP3 Pearson Correlation ,667** ,545** 1 1,000** ,658** .747** .778** .828** .950**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 .000 .000 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32
KP4 Pearson Correlation ,667** ,545** 1,000** 1 ,658** .747** .778** .828** .950**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 .000 .000 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32
KP5 Pearson Correlation ,502** ,680** ,658** ,658** 1 .461** .682** .672** .814**
Sig. (2-tailed) ,003 ,000 ,000 ,000 .008 .000 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32
KP6 Pearson Correlation ,169 ,300 ,747** ,747** ,461** 1 .781** .723** .758**
Sig. (2-tailed) ,357 ,095 ,000 ,000 ,008 .000 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32
KP7 Pearson Correlation ,381* ,313 ,778** ,778** ,682** .781** 1 .939** .865**
Sig. (2-tailed) ,031 ,082 ,000 ,000 ,000 .000 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32
KP8 Pearson Correlation ,426* ,333 ,828** ,828** ,672** .723** .939** 1 .877**
Sig. (2-tailed) ,015 ,063 ,000 ,000 ,000 .000 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32
Kompetensi Pearson Correlation ,674** ,651** ,950** ,950** ,814** .758** .865** .877** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 .000 .000 .000
N 32 32 32 32 32 32 32 32 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
85

Correlations
IP1 IP2 IP3 IP4 IP5 IP6 IP7 Independensi
IP1 Pearson Correlation 1 ,981** 1,000** ,850** ,850** ,817** ,820** ,986**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32 32
IP2 Pearson Correlation ,981** 1 ,981** ,862** ,862** ,770** ,769** ,975**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32 32
IP3 Pearson Correlation 1.000** ,981** 1 ,850** ,850** ,817** ,820** ,986**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32 32
** ** ** ** ** **
IP4 Pearson Correlation ,850 ,862 ,850 1 ,875 ,583 ,695 ,882**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32 32
IP5 Pearson Correlation ,850** ,862** ,850** ,875** 1 ,718** ,825** ,911**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32 32
IP6 Pearson Correlation ,817** ,770** ,817** ,583** ,718** 1 ,870** ,848**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32 32
IP7 Pearson Correlation ,820** ,769** ,820** ,695** ,825** ,870** 1 ,875**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32 32
Independensi Pearson Correlation ,986** ,975** ,986** ,882** ,911** ,848** ,875** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 .000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
86

Correlations
TW1 TW2 TW3 TW4 TW5 TW6 Tekanan Waktu
TW1 Pearson Correlation 1 ,871** ,753** ,116 ,588** ,569** ,813**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,527 ,000 ,001 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32
TW2 Pearson Correlation ,871** 1 ,788** ,238 ,736** ,493** ,875**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,189 ,000 ,004 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32
TW3 Pearson Correlation ,753** ,788** 1 ,345 ,652** ,496** ,854**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,053 ,000 ,004 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32
** **
TW4 Pearson Correlation ,116 ,238 ,345 1 763 ,637 ,613**
Sig. (2-tailed) ,527 ,189 ,053 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32
TW5 Pearson Correlation ,588** ,736** ,652** ,763** 1 ,761** ,919**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32
TW6 Pearson Correlation ,569** ,493** ,496** ,637** ,761** 1 ,774**
Sig. (2-tailed) ,001 ,004 ,004 ,000 .000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32
Tekanan Waktu Pearson Correlation ,813** ,875** ,854** ,613** ,919** ,774** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 32 32 32 32 32 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
87

Correlations
PF1 PF2 PF3 PF4 PF5 Pengungkapan Fraud
PF1 Pearson Correlation 1 ,722** ,601** ,796** ,602** ,830**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 32 32 32 32 32 32
PF2 Pearson Correlation ,722** 1 ,647** ,787** ,595** ,838**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 32 32 32 32 32 32
PF3 Pearson Correlation ,601** ,647** 1 ,861** ,651** ,912**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 32 32 32 32 32 32
PF4 Pearson Correlation ,796** ,787** ,861** 1 ,756** ,963**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 32 32 32 32 32 32
PF5 Pearson Correlation ,602** ,595** ,651** ,756** 1 ,793**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000

N 32 32 32 32 32 32
Pengungkapan Fraud Pearson Correlation ,830** ,838** ,912** ,963** .793** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 .000

N 32 32 32 32 32 32
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
88

LAMPIRAN 6
UJI RELIABILITAS

Kompetensi

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 32 100.0
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
N of Items
Alpha
.920 8

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
KP1 30.47 10.580 .553 .927
KP2 30.81 11.512 .572 .921
KP3 30.53 10.193 .933 .895
KP4 30.53 10.193 .933 .895
KP5 31.03 9.902 .736 .910
KP6 30.56 9.996 .655 .919
KP7 30.41 10.507 .823 .903
KP8 30.44 10.448 .838 .902
89

Independensi

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 32 100.0
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.961 7

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
IP1 26.84 12.201 .979 .947
IP2 26.88 12.113 .960 .950
IP3 26.84 12.201 .979 .947
IP4 26.56 15.351 .852 .958
IP5 26.56 15.222 .888 .956
IP6 26.41 15.733 .813 .962
IP7 26.47 15.483 .844 .959
90

Tekanan Waktu

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 32 100.0
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.888 6

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
TW1 11.69 15.190 .731 .865
TW2 11.38 12.887 .787 .856
TW3 11.19 13.512 .763 .859
TW4 11.69 16.480 .460 .905
TW5 11.50 13.806 .876 .840
TW6 11.94 16.835 .710 .876
91

Pengungkapan Fraud

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 32 100.0
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
a. Listwise deletion based on all variables
in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
N of Items
Alpha
.866 5

Item-Total Statistics
Scale Mean Scale Corrected Cronbach's
if Item Variance if Item-Total Alpha if Item
Deleted Item Deleted Correlation Deleted
PF1 16.88 6.177 .738 .828
PF2 16.78 6.499 .765 .829
PF3 17.53 3.741 .771 .900
PF4 16.84 6.394 .947 .806
PF5 16.97 7.064 .725 .848
92

LAMPIRAN 7
UJI ASUMSI KLASIK

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 32
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 1.01945729
Most Extreme Differences Absolute .175
Positive .130
Negative -.175
Test Statistic .175
Asymp. Sig. (2-tailed) .014c
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .254d
99% Confidence Interval Lower Bound .243
Upper Bound .265
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. Based on 10000 sampled tables with starting seed 2000000.
93
94

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Kompetensi .226 4.420
Independensi .365 2.739
Tekanan .408 2.450
a. Dependent Variable: Pengungkapan Fraud

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.896 1.659 -.540 .594
Kompetensi .036 .047 .260 .760 .453
Independensi .023 .031 .201 .749 .460
Tekanan -.014 .036 -.097 -.384 .704
a. Dependent Variable: Glejser
95
96

LAMPIRAN 8
UJI HIPOTESIS

Koefisien Determinasi

Model Summaryb
R Adjusted R Std. Error of the
Model R
Square Square Estimate
1 .941a .885 .873 1.073

a. Predictors: (Constant), Tekanan, Independensi, Kompetensi


b. Dependent Variable: Fraud

Uji t

Coefficientsa
Unstandardized
Model Coefficients t Sig t tabel
B Std. Error
1 (Constant) 3.390 3.913 .866
Kompetensi .411 .110 3.723 .001 2.04841
Independensi .203 .073 2.777 .010 2.04841
Tekanan -.195 .085 -2.308 .029 2.04841
97

LAMPIRAN 9
Tabel r

Tingkat signifikansi untuk uji satu arah


0.05 0.025 0.01 0.005 0.0005
df = (N-2)
Tingkat signifikansi untuk uji dua arah
0.1 0.05 0.02 0.01 0.001
1 0.9877 0.9969 0.9995 0.9999 1.0000
2 0.9000 0.9500 0.9800 0.9900 0.9990
3 0.8054 0.8783 0.9343 0.9587 0.9911
4 0.7293 0.8114 0.8822 0.9172 0.9741
5 0.6694 0.7545 0.8329 0.8745 0.9509
6 0.6215 0.7067 0.7887 0.8343 0.9249
7 0.5822 0.6664 0.7498 0.7977 0.8983
8 0.5494 0.6319 0.7155 0.7646 0.8721
9 0.5214 0.6021 0.6851 0.7348 0.8470
10 0.4973 0.5760 0.6581 0.7079 0.8233
11 0.4762 0.5529 0.6339 0.6835 0.8010
12 0.4575 0.5324 0.6120 0.6614 0.7800
13 0.4409 0.5140 0.5923 0.6411 0.7604
14 0.4259 0.4973 0.5742 0.6226 0.7419
15 0.4124 0.4821 0.5577 0.6055 0.7247
16 0.4000 0.4683 0.5425 0.5897 0.7084
17 0.3887 0.4555 0.5285 0.5751 0.6932
18 0.3783 0.4438 0.5155 0.5614 0.6788
19 0.3687 0.4329 0.5034 0.5487 0.6652
20 0.3598 0.4227 0.4921 0.5368 0.6524
21 0.3515 0.4132 0.4815 0.5256 0.6402
22 0.3438 0.4044 0.4716 0.5151 0.6287
23 0.3365 0.3961 0.4622 0.5052 0.6178
24 0.3297 0.3882 0.4534 0.4958 0.6074
25 0.3233 0.3809 0.4451 0.4869 0.5974
26 0.3172 0.3739 0.4372 0.4785 0.5880
27 0.3115 0.3673 0.4297 0.4705 0.5790
28 0.3061 0.3610 0.4226 0.4629 0.5703
29 0.3009 0.3550 0.4158 0.4556 0.5620
30 0.2960 0.3494 0.4093 0.4487 0.5541
31 0.2913 0.3440 0.4032 0.4421 0.5465
32 0.2869 0.3388 0.3972 0.4357 0.5392
33 0.2826 0.3338 0.3916 0.4296 0.5322
34 0.2785 0.3291 0.3862 0.4238 0.5254
35 0.2746 0.3246 0.3810 0.4182 0.5189
98

LAMPIRAN 10
Tabel t

Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.001


df 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002
1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884
2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712
3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453
4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318
5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343
6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763
7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529
8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079
9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681
10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370
11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470
12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963
13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198
14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739
15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283
16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615
17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577
18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048
19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940
20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181
21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715
22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499
23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496
24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678
25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019
26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500
27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103
28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816
29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624
30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518
31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490
32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531
33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634
34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793
35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005

Anda mungkin juga menyukai