Oleh:
2018 30 106
2018 30 106
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN (REVISI) PROPOSAL PENELITIAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuntansi
iii
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1. Kualitas Audit............................................................................ 9
2. Profesionalisme ......................................................................... 18
3. Indenpendensi .......................................................................... 21
B. Hipotesis ......................................................................................... 29
iv
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 34
1. Populasi ................................................................................... 34
2. Sampel ..................................................................................... 35
2. Jenis Data................................................................................. 35
1. Kompetensi ( X 1 ) .......................................................................36
2. Profesionalisme ( X 2 ) ............................................................... 37
3. Independensi ( X 3 ) ................................................................... 37
1. Uji Validasi................................................................................ 40
1. Uji T ...........................................................................................44
v
vi
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas audit adalah sebuah konsep yang kompleks juga sulit dipahami,
karena itu terdapat kesalahan dalam menentukan sifat serta kualitasnya. Auditor
dalam memberikan opini atas kewajaran laporan dan sering berkomunikasi atau
umumnya auditor akan meminta data perusahaan yang bersifat rahasia. Sikap
auditor ialah mengakui perlunya penilaian yang objektif atas keadaan yang diselidiki
independensi yang dimiliki auditor tersebut. Kualitas audit yang dihasilkan auditor
berasal dari faktor internal (dispositional attributions) yaitu mengacu pada perilaku
individu yang ada dalam diri seseorang, dan faktor eksternal (situational attributions)
1
2
pengendalian mutu BPK harus sesuai dengan standar pengendalian mutu supaya
kualitas pemeriksaan yang dilakukan tetap terjaga. Sistem pengendalian mutu harus
mencakup, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal seperti supervisi, review berjenjang,
BPK ditelaah secara intern dan juga oleh badan pemeriksa keuangan negara lain
pada organisasi sektor publik. Secara umum auditing atau pemeriksaan didefinisikan
sebagai suatu proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara obyektif atas asersi manajemen mengenai peristiwa dan tindakan ekonomi,
Undang Dasar 1945 yang memiliki tugas untuk melakukan pengawasan keuangan
“memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab ten tang keuangan Negara diadakan
harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur tentang tanggung jawab profesi,
auditor juga harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan dan telah diatur
oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni standar umum, standar pekerjaan
pasal 30 ayat (1) pada alinea 7 sampai dengan alinea 10 yang disebutkan bahwa
Akuntan Publik dilarang menerima imbalan atau menerima komisi, dan dilarang
berkaitan dengan jasa yang diberikan. Auditor seringkali berada dalam kondisi
ketidak hati-hatian, merasa sulit sekali untuk menjaga independensi dengan satuan
unit kerja yang diaudit sementara kode etik profesi menuntutnya untuk selalu
berpengaruh positif terhadap perubahan kualitas Audit, atau dengan kata lain
berpengaruh terhadap peningkatan kualitas audit. Hal tersebut telah diatur dalam
perundang-undangan pada pasal 25 ayat (1) alinea 5 dan 6 bahwa seorang akuntan
berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab dan memiliki integritas yang tinggi.
Kualitas jasa audit seorang auditor dapat dilihat dari segi keahlian seorang auditor
konsisten (Alim et al., 2007; Ardini, 2010; Rumengan, 2014; Nteseo, 2013;
4
Nugrahini, 2015. Namun beberapa penelitian lain menemukan hasil yang tidak
Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eko dan Tjahjono (2019)
audit. Maka dapat disimpulkan bahwa seorang auditor yang memiliki kompetensi
yang tinggi akan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik. Menurut Edison,Anwar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siahaan dan Simanjuntak
audit. Hal ini berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Layli dan Arifin (2020)
Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu hal
penentu terhadap kualitas audit yang akan dilakukan, karena merupakan suatu
keuangan yang dibuat oleh akuntan publik, dari pernyataan tersebut independensi
dianggap sebagai sikap dan karakteristik seorang auditor yang paling kritis. Itu
sebabnya, setiap auditor diharapkan dapat memegang teguh etika profesi yang
5
sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), supaya situasi persaingan
auditing yang berlaku umum dan juga standar pengendalian mutu yang telah
menggambarkan praktik audit serta menjadi sebuah ukuran dari kualitas audit dalam
dan profesionalisme yang dimiliki. Sehingga tetap dapat menghasilkan kualitas audit
yang baik bagi Indonesia, perusahaan tersebut dan juga berguna bagi pemantauan
tersebut.
kualitas audit sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan
menghasilkan laporan keuangan yang baik dan dapat dipercaya sebagai dasar
pengambilan keputusan. Tujuan dari adanya penelitian ini adalah untuk menguji
audit. Kualitas audit merupakan suatu kemungkinan dimana seorang auditor ketika
mengaudit laporan keuangan klien bisa menemukan suatu pelanggaran yang terjadi
dalam laporan keuangan klien dan melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan
berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik Melinda Cahyaning
ratri (2020:22)
Keberhasilan kualitas audit hasil kerja auditor juga sangat ditentukan oleh
dapat memegang teguh dari ketiga prinsip tersebut yang telah ditetapkan untuk
menghasilkan kualitas audit yang baik. Jika seorang ahli dinilai tidak memiliki prinsip
6
yang besar pada klien dan komitmen moral yang tinggi. Klien menuntut untuk
memperoleh jasa auditor publik dengan standar kualitas yang tinggi dan baik.
membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, dan ketiga variabel ini
profesionalisme, dan independensi merupakan hal yang mendasar dan utama yang
wajib dimiliki oleh seorang auditor dalam melakukan proses audit, maka peneliti
ingin menguji kembali kualitas audit yang dihasilkan seorang auditor pada Kantor
Dengan mengacu pada faktor-faktor yang wajib dimiliki oleh seorang auditor
B. Rumusan Masalah:
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
C. Tujuan Penelitian:
Kualitas Audit.
D. Manfaat Penelitian:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang auditing, dan
maupun sebagai salah satu bahan referensi atau bahan pertimbangan dalam
2. Manfaat Praktis
BPK dengan memberikan Kualitas Audit yang lebih baik dengan menerapkan
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu bagi peneliti
dan dapat lebih mengetahui hal yang menjadi urgent dalam ruang lingkup audit.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Landasan Teori
suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
tugasnya sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
c. Kriteria yang dijadikan pedoman sebagai dasar untuk menyatakan pendapat audit
Berterima Umum
pengambilan keputusan.
1. Kualitas Audit
9
a. Pengertian Kualitas Audit
Septony B. Siahaan dan Arthur Simanjuntak (2019) melihat kualitas audit dari
kegagalan suatu audit atau tidak.Audit yang berkualitas adalah audit yang tidak
kenyataannya atau jika auditor independen salah mengeluarkan laporan audit yang
bersih karena gagal dalam mengumpulkan bukti yang cukup dan kompeten seperti
yang dipersyaratkan oleh standar auditing. Sebaliknya audit yang tidak gagal adalah
audit yang sesuai dengan standar auditing dan pendapat auditor dalam laporan
audit telah sesuai dengan tingkat risiko audit. Menurut Jones dan Bates (1990)
dalam G. Febrianto (2016) ada empat faktor penting terkait audit dalam sektor
organisasi sektor publik terhadap masyarakat . Dalam The Quality Audit Handbook
karya J.P Russel dalam Susilawati (2014) dijelaskan bahwa kata Quality (kualitas)
dan melakukan investigasi. Kualitas audit adalah praktek atau proses kerja yang
10
ditentukan. Ada sebuah pilihan urutan kegiatan yang harus dilakukan untuk
melakukan kualitas audit yang tepat, yaitu planning, pelaksanaan audit (dimana
hasilnya
dengan persyaratan lingkungan atau audit keuangan atau akuntansi). Ketika para
terpenuhi. Mereka harus melakukan ini mengumpulkan bukti yang kuat, bukan
desas-desus atau janji. Bukti yang didapat sebagai hasil dari aktivitas tersebut
kemungkinan berupa benda-benda kasat mata, rekaman, atau saksi. Auditor harus
yang diobervasi para auditor tidak selalu mudah atau jelas, mereka harus dapat
memutuskan apakah alasan persyaratan telah sesuai. Bukti yang objektif dan
metode pengumpulan bukti akan membentuk dasar laporan audit. Apa pun tugas
yang dilakukan oleh auditor, yang dibutuhkan adalah sebuah hasil kerja yang
berkualitas.
Auditor dalam proses mengaudit laporan memiliki peran penting, dimana laporan
audit tersebut output dari proses audit. Laporan hasil audit berupa dokumen-
11
dokumen yang diterbitkan kepada pihak berkepentingan dalam organisasi audit
(Agoes, 2018).
pertama kali pada tahun 1995 yang dikenal dengan sebutan Standar Audit
SPKN 2007 dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan standar audit
internasional, nasional, maupun tuntutan saat ini. Oleh karena itu, perlu adanya
2007 yang saat ini menjadi SPKN 2017 kemudian selanjutnya ditetapkan menjadi
Keuangan Negara yang telah diatur, diharapkan hasil dari pemeriksaan keuangan
negara menjadi lebih berkualitas. Sehingga hasil pemeriksaan dapat berkualitas dan
akan bermanfaat bagi pengelolaan keuangan Negara yang lebih baik, akuntabel,
12
Konseptual Pemeriksaan. Di dalam Kerangka Konseptual Pemeriksaan tertuang
b. Jenis-jenis audit
tujuan agar dapat memberikan pendapat apakah laporan laporan tersebut telah
disajikan secara wajar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-
operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, dan peraturan
yang ditetapkan.
manajemen atau lembaga yang berwenang. Pada sisi lain, auditor operasional
dapat juga membantu menyusun kriteria yang akan digunakan. Laporan untuk
audit operasional juga tidak hanya memuat pengukuran efisiensi dan efektivitas
13
c. Tipe-tipe Auditor
Auditor yang ditugaskan untuk melakukan audit atas kegiatan atau peristiwa
ekonomi bagi perorangan dan entitas resmi, pada umumnya diklasifikasikan dalam
tiga kelompok, yaitu auditor independen, auditor internal, dan auditor pemerintah
1) Auditor Independen
profesionalnya kepada klien serta memiliki pengalaman praktik dalam bidang audit.
Klien para auditor independen tersebut dapat berasal dari perusahaan bisnis yang
2) Auditor Internal
Auditor internal adalah pegawai dari organisasi yang diaudit dan melibatkan
sebagai suatu bentuk jasa bagi organisasi. Tujuan audit internal adalah untuk
efektif. Para auditor internal kebanyakan adalah pemegang sertifikat yang disebut
bersertifikat CPA.
3) Auditor Pemerintah
melaksanakan fungsi audit dan bertugas pada lingkup kegiatan audit yang luas,
operasional.
14
Nurjanah dan Kartika (2016), mengemukakan bahwa kompetensi adalah
dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan serta pelatihan khusus yang
cukup sebagai auditor. Ilmu pengetahuan mengenai audit sangat membantu dan
menjadi hal penting bagi auditor dalam menyelesaikan pekerjaanya, yang disebut
Indonesia dengan kompetensi (Idawati, 2018). Menurut Kristanti (2018), jika seorang
kasus kecurangan pada objek audit. Maka BPK sebagai badan pemeriksa lembaga
yang menggunakan dana dari pemerintah seharusnya lebih teliti dan kompeten lagi
kualifikasi dalam memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk
mengetahui jenis serta jumlah bukti atau temuan yang akan dikumpulkan guna
mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti. Sukrisno Agoes (2013)
dalam menjalankan suatu pekerjaan atau profesinya. Orang yang kompeten dalam
kualitas hasil yang baik. Dalam arti kompetensi mencakup pengetahuan, dan
keterampilan, serta memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dalam melaksanakan
profesinya.
karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian
15
Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, seorang
auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi
dan bidang auditing. Ardini (2010), menyatakan bahwa keberhasilan serta kinerja
seseorang yang melakukan suatu bidang profesinya akan ditentukan dari tingkat
seorang auditor harus menjalani pendidikan formal di bidang auditing dan akuntansi,
pengalaman yang cukup banyak dalam bidang kerja yang dilakukannya, serta
agar dapat melakukan audit dengan benar. Menurut kode etik P113.1 (2020)
jasa yang profesional dan kompeten berdasarkan standar profesional dan standar
standar profesional dan standar teknis yang berlaku. SAS no 65 dalam Sihombing
dan Indarto (2014) menyatakan bahwa kompetensi audit internal dapat dinilai
berdasarkan :
juga harus mengikuti pendidikan dan pelatihan berkelanjutan dan auditor wajib
16
memiliki pengetahuan dan akses atas informasi teraktual dalam standar,
c. Kebijakan, program, dan proses audit yang sedang digunakan dalam Standar
internal audit.
f. Kualitas dari dokumentasi kertas kerja, laporan dan rekomendasi Internal Auditor
ataupun Direktur terkait mengenai tindak lanjut yang dilaksanakan oleh pihak
g. Evaluasi kinerja audit secara umum pada Internal Auditor haruslah memantau
sehingga auditor dapat melakukannya dengan teliti, cermat, intuitif, dan obyektif
17
bahwa kompetensi adalah kemampuan (ability) atau kualitas seseorang untuk
ditentukan oleh dua faktor yaitu kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dari
seorang auditor harus memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk
standar yang berlaku, yang dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Para ahli sendiri
dalam penelitian ini digunakan kompetensi dari seorang auditor, karena seorang
dalam proses audit, sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup kompeten dan
kepercayaan tersebut publik atau klien tersebut memberi mandat dan wewenang
2009). Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi auditor yang tinggi akan
digelutinya, maka auditor tersebut akan dapat mengerti masalah-masalah apa yang
dapat ditemui secara lebih mendalam. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
tingkat kompetensi yang dimiliki seorang auditor maka semakin tinggi pula hasil
2. Profesionalisme
yang beranggapan bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik
18
yang saling terkait. Profesionalisme merupakan sikap individual seseorang yang
penting dengan tidak melihat pekerjaan tersebut dengan adanya tanggung jawab
terhadap masyarakat, klien maupun rekan seprofesi, seorang akuntan publik yang
dalam merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan (IAPI SA 200,
2012). Dewi (2010) dalam Dahlia dan Octavianty 2016 menyatakan bahwa
dan memelihara citra publik terhadapnya serta menekuni ilmu dan substansi
sesuai dengan standar pekerjaan yang berlaku (Christian, 2012). Baso (2012) dalam
Layli dan Arifin 2020 menyatakan bahwa kemahiran profesional menjadi salah satu
faktor dalam melaksanakan audit untuk mengumpulkan hasil temuan dan bukti-bukti
dengan sangat teliti. Profesionalisme Auditor merupakan sikap dan juga perilaku dari
dalam diri auditor itu sendiri dalam melaksanakan profesinya dengan kesungguhan
dan juga tanggung jawab agar dapat mencapai kinerja dan hasilnya dengan baik
(Nugrahini, 2015). Sawyer’s (2012) yang menyatakan bahwa bimbingan wajib bagi
19
untuk praktek profesional audit internal dan untuk mengevaluasi efektivitas kinerja
aktivitas audit internal. Menurut Hall dalam Nugrahini (2015) menyatakan bahwa
pentingnya profesi dan juga manfaat yang diperoleh bagi seorang auditor.
adalah rekan sesama profesinya, bukan orang yang tidak memiliki kompetensi
dan standar yang berlaku, baik dalam organisasi formal maupun kelompok kolega
informal.
perilaku yang dapat mendiskreditkan profesi sebagai auditor (IAPI Kode Etik 115,
dituntut untuk memiliki skeptisisme profesional, yaitu sikap berpikir kritis terhadap
temuan atau bukti audit, serta mengevaluasi hasil temuan atau bukti audit secara
cermat dan teliti. Penggunaan kemahiran profesional bagi seorang auditor dengan
20
kecermatan dan kesaksamaan menekankan tanggung jawab setiap profesional
profesional seorang auditor dengan cermat dan seksama berkaitan mengenai apa
Setiap auditor harus memiliki kesadaran profesi pada kewajiban dan bersikap lebih
laporan keuangan. Oleh karena itu, profesionalisme seorang auditor merupakan hal
yang sangat penting untuk menghasilkan kualitas audit yang beropini kuat dan
tanggung jawab yang dibebankan lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab
yang dibebankan kepada seorang auditor dan lebih dari sekedar memenuhi
dengan sikap profesionalisme auditor yang cukup tinggi akan dapat menunjukkan
meningkatkan kualitas audit itu sendiri (Harsanti, 2014). Seorang auditor yang
menyadari akan tanggung jawabnya, maka auditor tersebut akan berusaha lebih
keras dalam menyelesaikan tugasnya dengan sebaik mungkin sesuai standar yang
berlaku
3. Independensi.
dalam ruang lingkup audit adalah cara pandang yang tidak memihak pada siapapun
21
laporan audit. Bagi seorang auditor sikap independensi merupakan hal yang sangat
Pemeriksaan untuk tidak memihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi oleh
siapapun. Pemeriksa harus objektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of
etika yang relevan, termasuk ketentuan independensi, yang berkaitan dengan audit
independensi merupakan sikap yang harus dimiliki auditor, yaitu tidak dapat
dipengaruhi oleh pihak internal maupun eksternal yang memiliki kepentingan pribadi.
Arens et al. (2012) independensi dapat diartikan sebagai sudut pandang yang tidak
yaitu sikap tidak memihak serta tidak dibawah pengaruh atau tekanan pada pihak
bahwa independensi berkaitan dengan prinsip dasar objektivitas dan integritas, yaitu
sebagai berikut :
a. Sikap independensi bagi auditor yaitu dalam pemikiran sikap mental pemikiran
22
b. Independensi dalam penampilan, yaitu penghindaran fakta dan keadaan yang
sangat signifikan sehingga pihak yang ketiga rasional dan memiliki informasi yang
Seorang auditor tidak harus independen dalam fakta, tetapi juga harus
apabila seorang auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias
independensi ini. Pernyataan standar umum ini telah menjelaskan bahwa organisasi
dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan
pengaruh, maksudnya adalah tidak dikendalikan oleh pihak lain ataupun tidak
tergantung pada orang lain. Menurut Najib et al. (2013), independensi adalah sikap
yang tidak memihak, dan merupakan hal utama untuk menentukan kualitas
pendapat auditor. Hal ini, harus dilakukan oleh seorang auditor dengan tujuan agar
meningkatkan kredibilitas laporan yang disajikan, karena bila auditor tidak bersikap
independen maka kualitas hasil audit yang disajikan tidak baik, sehingga opini yang
dihasilkan auditor tidak dapat memberikan tambahan yang berguna bagi klien (Rana
2011:27-28). Dalam opini audit tentang laporan keuangan menjadi tidak bernilai
23
serta pengguna laporan keuangan menjadi tidak percaya atas laporan yang
dihasilkan, jika seorang auditor tidak bersikap independen. Seorang auditor untuk
memenuhi keinginan klien yang telah membayar jasanya membuat auditor sulit
2016). Independensi auditor diartikan sebagai sikap independen yang dimiliki oleh
seorang auditor dari mulai junior hingga auditor senior atau atasan untuk melakukan
tindakan yang tidak menyimpang dari standar etika profesionalisme yang berlaku.
Individu yang memiliki kekuasaan atau jabatan dan berhubungan dengan klien
dengan perintah yang diberikannya dalam menghasilkan kualitas audit yang baik.
Dalam standar umum yang berlaku telah ditetapkan oleh (IIA dalam Sihombing dan
dicapai apabila :
cakupan audit yang luas serta pertimbangan yang cukup, efektifnya tindakan
a) Konflik peran
b) Ambiguitas peran
c) Status organisasi
d) Dukungan manajemen
24
e) Praktek penggunaan fungsi internal audit sebagai batu loncatan bagi karir
masa depan
lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat
independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan
independensi yang lebih besar yang dimiliki auditor dibandingkan KAP yang
lebih besar.
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Alat/ Uji Hasil
Penelitian Sampel Penelitian
25
(2019) auditor, yang bahwa
pengalaman bekerja di kompetensi
auditor dan PT inspektorat auditor
motivasi auditor provinsi Banten berpengaruh
kualitas audit Alat Uji: Analisis positif signifikan
Regresi terhadap kualitas
Berganda audit.
Pengalaman
auditor
berpengaruh
positif signifikan
terhadap kualitas
audit dan motivasi
auditor
berpengaruh
signifikan
berpengaruh
positif terhadap
kualitas audit.PT
inspektorat
provinsi Banten
26
audit.
BAB III
A. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian latar belakang dan tinjauan pustaka dengan teori-teori yang
berpengaruh terhadap kualitas audit (Y) yang merupakan hipotesis penelitian yang
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan teori yang ada maka
27
Gambar 3.1
Kerangka Konseptual
1. Pengetahuan
2. Pengalaman
Sumber: Indarto
(2014) X1:
Kompetensi
Auditor
1. Pengabdian
pada Profesi Y: Kualitas
X2:
2. Kemandirian Audit
Profesionalism
Sumber: Nugrahini ee
(2015)
B. Hipotesis
Dalam penelitian ini akan diuji hubungan antara independensi, dan pengalaman
kerja terhadap kualitas audit. Dalam menguji hipotesis ini diharapkan dapat
audit apakah berpengaruh positif atau negatif dan dengan demikian dapat
Kompetensi juga dapat diperoleh dari pengalaman yang cukup selama menjalankan
tugasnya. Beberapa penelitian terdahulu seperti penelitian yang dilakukan oleh Alim
et al. (2007); Efendy (2010) dan Rumengan (2014), yang menyatakan bahwa
pengetahuan, keterampilan dan juga kemampuan yang menjadi hal utama bagi
(2013), kompetensi merupakan keahlian bagi seorang auditor yang diperoleh dari
29
pengetahuan, pengalaman, dan pelatihan. Setiap auditor wajib memenuhi
persyaratan tertentu dan sesuai standar yang berlaku untuk menjadi auditor.
Seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan
secara jelas dapat melaksanakan audit secara objektif, cermat serta seksama
disebut dengan kompetensi auditor (Agusti, 2013). Pemberian jasa kepada klien dan
Etik 113, 2020). Menurut Arens et al. (2013:42) kompetensi adalah suatu keharusan
bagi seorang auditor untuk memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan
akuntansi, pengalaman praktik yang cukup bagi pekerjaan yang sedang dilakukan,
serta mengikuti pelatihan yang berkelanjutan. Lain halnya dengan seorang auditor
auditor memiliki lebih banyak pengetahuan dalam bidang yang digelutinya, maka
auditor tersebut akan dapat mengerti masalah-masalah yang ditemui pada laporan
keuangan secara lebih mendalam. Lain halnya seperti dengan auditor yang memiliki
kompetensi yang rendah. Apabila seorang auditor memiliki kompetensi yang rendah,
maka akan kesulitan dalam menemukan temuan masalah pada laporan keuangan
dalam melaksanakan tugasnya. Maka dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut :
30
H1: Kompetensi Auditor berpengaruh positif terhadap Kualitas Audit.
melaksanakan profesi sebagai auditor yang bertanggung jawab, selain itu keahlian
yang cukup khusus diperlukan untuk menjalankan tugas. Tidak dapat dipungkiri
bahwa sikap profesional merupakan hal yang sangat diperlukan bagi seorang
auditor. Dalam Sihombing dan Indarto (2014) yang menyatakan bahwa seorang
auditor haruslah menggunakan kompetensi yang dimilikinya agar dapat bekerja dan
yang tinggi dan latihan yang khusus, daya pemikiran yang kreatif dan inovatif untuk
Penelitian yang telah dilakukan oleh Nteseo (2013); Nugrahini (2015); dan
terhadap kualitas audit. Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang auditor yang
memiliki tingkat profesionalisme yang cukup tinggi, maka akan menghasilkan audit
yang berkualitas tinggi pula. Seseorang dapat dikatakan profesional jika memenuhi
tiga kriteria, yaitu memiliki keahlian untuk melaksanakan tugas dengan baik sesuai
standar yang berlaku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas
profesinya dengan mematuhi etika profesi yang telah ditetapkan (Institut Akuntan
pekerjaan dengan profesional, maka dapat dipastikan pula bahwa hasil kualitas
31
audit baik karena kualitas audit merupakan hal utama dari sifat profesionalisme
(Badjuri & Kunci, 2011). Hal tersebut dikarenakan dengan sikap profesionalisme
yang dimiliki auditor yang cukup tinggi akan dapat menunjukkan bahwa auditor
menilai kualitas audit (Gede et al. 2014). Seorang akuntan public yang memiliki
informasi dengan tepat serta informasi mengenai laporan keuangan yang tepat,
karena hal ini sangat erat hubungannya dengan jenis pendapat yang akan diberikan
oleh auditor itu sendiri. Maka dari uraian diatas dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut :
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Jadi apabila seorang auditor yang
memiliki tingkat independensi yang cukup tinggi, maka akan menghasilkan audit
yang berkualitas tinggi pula (Agusti, 2013). Sawyer’s (2012) menyatakan bahwa
aktivitas audit internal akan tetap bebas campur tangan dari setiap elemen dalam
organisasi, termasuk hal-hal seleksi audit, ruang lingkup, prosedur, frekuensi, waktu,
atau sampai dengan isi laporan untuk mengizinkan pemeliharaan sikap mental yang
32
sikap independensi yang dimilikinya dalam kondisi apapun akan dapat
menghasilkan kualitas audit yang juga akan semakin baik (Harsanti, 2014). (Amilin
dan Utami, 2008 dalam Suharti, 2013) yang menyatakan bahwa dalam
mengatur perencanaan atas aktivitas yang akan dilakukan seorang auditor dalam
proses audit tersebut. Independensi auditor sering terganggu karena ia dibayar klien
atas jasa yang diberikannya sehingga auditor cenderung mengikuti keinginan klien
demi kepentingan pribadinya (Ahmad et al, 2011). Seorang auditor dalam bertugas
dilakukannya (Rumengan, 2014). Maka dari itu sikap independen yang dimiliki
tersebut, maka laporan audit yang dihasilkan akan tidak sesuai dengan kenyataan
yang sebenarnya (Efendy, 2010). Dengan adanya sikap independensi pada diri
seorang auditor, maka dalam pengambilan keputusan dalam tugas auditor tidak
berpengaruh oleh pihak manapun, dengan begitu maka kualitas audit akan
meningkat. Seorang auditor mempunyai sikap independen yang cukup tinggi, maka
kualitas audit yang dihasilkan akan baik. Hasil audit akan dibuat berdasarkan pada
terpengaruh oleh pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan. Maka dari
33
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
pernyataan terhadap keadaan variabel mandiri, baik pada hanya satu variabel
1) Populasi
Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah pada Kantor Badan
35
36
2) Sampel
data yang diperlukan dalam penelitian. Satuan sampel dalam penelitian ini adalah
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer yang
diambil langsung yang berasal dari responden yang diedarkan melalui kuesioner
kepada para auditor yang berkerja pada badan pemeriksa keuangan perwakilan
Sulawesi Selatan.
2. Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif.
landaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau sampel.
kuantitatif atau statistik bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2012:7).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
membaca dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh peneliti. Data penelitian ini
Sumber data dalam penelitian ini adalah skor masing-masing indikator variabel yang
diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah dibagikan kepada responden. Setiap
jawaban dari pernyataan dalam kuisioner tersebut menggunakan skala likert 5 poin,
yaitu Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5, Setuju (S) dengan nilai 4, Netral (N) dengan
nilai 3, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai
1. Definisi Operasional
a. Kompetensi (X1)
yang telah dimiliki oleh seseorang dan dapat diukur serta dapat diamati dalam
secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Responden
jawaban mulai dari sangat sampai ke sangat tidak setuju dengan 10 pernyataan
diukur dengan menggunakan skala likert 4 poin, dimana poin 1 diberikan untuk
38
jawaban yang berarti kompetensi auditor paling rendah dan seterusnya poin 4
b. Profesionalisme (X2)
yang semakin luas, seorang auditor eksternal harus memiliki wawasan atau
tentang bagaimana persepsi mereka, memilih diantara empat jawaban mulai dari
sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju dengan 10 pernyataan yang diajukan
dengan menggunakan skala likert 4 poin, dimana poin 1 diberikan untuk jawaban
yang berarti profesionalisme auditor paling rendah dan seterusnya poin 4 diberikan
c. Independensi (X3)
yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
dengan prinsip integritas dan objektivitas. Pada penelitian ini variabel independensi
akan diproksikan menurut Elfarini (2007) yaitu : Lama hubungan dengan klien,
Tekanan dari klien, Telaah dari rekan auditor, dan Jasa non audit. Responden
39
jawaban mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju dengan 10
tersebut kemudian diukur dengan menggunakan skala likert 4 poin, dimana poin 1
diberikan untuk jawaban yang berarti independensi auditor paling rendah dan
seterusnya poin 4 diberikan untuk jawaban yang berarti independensi auditor paling
tinggi.
Kualitas Audit Adalah karakteristik atau gambarqan praktik dan hasil audit
Tabel 4.1
Pengukuran Variabel
dapat diaplikasikan
dalam melakukan
pekerjaan
auditnya, maka
dalam mengaudit
harus dilakukan
oleh seseorang
yang memiliki
kemampuan serta
pelatihan khusus
yang cukup
sebagai
auditor.
2. Profesionalisme Profesionalisme 1. Pengabdian 1,2,3,4,5 Likert
(X2) Auditor merupakan pada 6,7,8,9,10
Nugrahini, sikap dan juga profesi
2015 perilaku dari dalam 2. Kewajiban
diri auditor itu sosial
F. Uji Instrumen
1. Uji Validasi
Uji validitas adalah suatu skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa
42
yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat
bagi peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan
(Gozali, 2013:97).
terhadap koefisien korelasi, item yang memiliki korelasi positif dengan kriterium (skor
total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai
minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3 jadi kalau
korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrument
tersebut tidak valid. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung T hitung
menurut (Sugiyono,2013:217).
2. Uji Realibilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Butir pertanyaan dikatakan reliabel atau andal
antar skor jawaban pada butir pertanyaan yang sama dengan bantuan komputer
Statistical Program for Society Science (SPSS), dengan Fasilitas Cronbach Alpha
(a). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha >
0,60 (Gozali,2013).
43
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik
sebagai persyaratan dalam analisis agar datanya dapat bermakna dan bermanfaat
yang terdiri dari: uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas.
1. Uji Normalitas
Setiap data pada setiap variabel harus terlebih dahulu diuji normalitasnya. Bila
data setiap variabel tidak normal, maka pengujian hipotesis tidak bisa menggunakan
normalitas pada penelitian ini menggunakan analisis grafik dengan melakukan uji
normal probability plot dan histrogram. Dikatakan normal jika garis data riil mengikuti
garis diagonal. Selain itu pola grafik histrogram memiliki distribusi yang tidak belok
ke kiri dan ke kanan, maka menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara
normal.
2. Uji Multikolinieritas
Terjadi jika antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki
atau bahkan 1). Kesalahan standar estimasi akan cenderung meningkat dengan
menolak hipotesis akan semakin besar dan probabilitas menerima hipotesis yang
3. Uji heteroskedastisitas
dalam model regresi adalah penaksir (estimasi) yang diperoleh tidak efisien, baik
dalam sampel kecil maupun sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh
44
H. Metode Analisis
Keterangan :
Y = Kualitas Audit
X1 = Kompetensi
X2 = Profesionalisme
X3 = Independensi
α = Konstanta
β = Koefisien Regresi
e = Standart error
45
I. Uji Hipotesis
variabel bebas (X) dan varibel terikat (Y). Langkah-langkah analisis dalam pengujian
Hipotesis 1
Audit.
Hipotesis 2
Audit .
Kualitas Audit
Audit
Untuk mencari t tabel dengan taraf nyata 5% : 2 = 2,5 % (uji dua sisi) dengan
derajat kebebasan df = n-k-1 (n adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel),
Keputusan statistik hitung dan statistik tabel dapat juga diambil berdasarkan
2. Koefisien Determinasi R2
Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistik yang dapat digunakan
untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh antara dua variabel. Nilai
adalah 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati nol, semakin kecil pula pengaruh
satu, besarnya koefisien determinasi, semakin besar pula pengaruh semua variabel
J. Rancangan Penelitian
Tabel 4.2
Rancangan Penelitian
1. Penyusunan
Proposal
47
2. Seminar Proposal
3. Pengambilan Data
4. Analisis Pengolahan
Data
Daftar Pustaka
terhadap Penurunan Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor KAP di Jakarta).
Suraida, Ida. 2005. Jurnal. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan
Penerbit Alfabeta.
Alfabeta, CV.
Watkins, A.L. et al. 2004. “Audit Quality: A synthesis of Theory and Empirical
Wooten, T.G. 2003. It is Impossible to Know The Number of Poor Quality Audits that