Anda di halaman 1dari 6

Nouvel Raka

NOTASI SIGMA

Lambang inilah yang disebut sebagai SIGMA, but please remove


the exaggerated flower around it! Hahaha...

Maknanya adalah ‘menjumlahkan’ sesuatu.


Sesuatu apa?
Sesuatu yang muncul di belakangnya.

Mengapa harus dinamakan SIGMA?


Lambang ini asalnya dari huruf kapital S dari Yunani. Dan S
adalah kependekan dari Sum (English) yang artinya
menjumlahkan. Mungkin kalau yang menemukan adalah orang
Indonesia simbolnya akan diganti menjadi M dari kata
Menjumlahkan atau J dari kata Jumlah.

Biasanya sigma ditulis dengan format begini:


upper limit 4


lower limit
{formula} contohnya  p.
p 1

4
Nah, penulisan  p artinya menjumlahkan semua nilai
p 1
p yang dimulai dari 1 sampai dengan

4 dan p merupakan bilangan bulat. Maka jadinya, 1+2+3+4 = 10. Gampang kan?

Jadi notasi sigma ini digunakan untuk menyatakan penjumlahan suku-suku suatu barisan
bilangan. Waktu di SMP dulu kita pernah mengenal deret bilangan. Tentu saja barisan
bilangan yang terbentuk memiliki pola tertentu dan tidak asal. Kalau kamu bertemu kumpulan
bilangan seperti 12, 1, 315, -9, mereka bukanlah barisan bilangan. Nggak ada polanya! Asal-
asalan itu! Yang lebih asik dalam notasi sigma adalah formula yang ada setelah lambang
sigma ini seringkali merupakan operasi bilangan yang dilihat dari tampilannya sangat ‘keren’
(menghindari kata horrible). Berikut ini beberapa contohnya:
5
1. 2 p 1  
p 1
6
2.  p( p  1)  
p 1
4
3.  p  2  p  2 
p2

Seru ya! Cara menyelesaikannya adalah dengan menguraikan setiap suku-suku yang terbentuk
kemudian menjumlahkannya.

U p  U1  U 2  U 3    U n
p 1

@noboru26 ; www.facebook.com/noboru26 ; www.noboru26.blogspot.com ;


www.noboru26.wordpress.com (Picture credited to Luigi Lucarelli – loaduniverse@gmail.com)
Nouvel Raka
Yuk, kita coba menyelesaikan tiga contoh soal di atas.
5
1. 2 p 1  
p 1

Penjabarannya adalah : (2.1  1)  (2.2  1)  (2.3  1)  (2.4  1)  (2.5  1)  25


6
2.  p( p  1)  
p 1

Penjabarannya adalah : 1.2  2.3  3.4  4.5  5.6  6.7  112


4
3.  p  2  p  2 
p2

Sebelum dijabarkan, perhatikan dulu tuh nilai p -nya. Karena dimulai dari 2, bukan 1
loh...
Penjabarannya jadi seperti ini: 4  0  5  1  6  2  0  5  12  5  2 3

Ini berasal dari 2+2 Dibagi bil. Kuadrat 43


supaya ada yang
Ini berasal dari 2-2 
bisa dikeluarkan
dari akar. 4 3

2 3
Sekarang, bagaimana menyatakan suatu penjumlahan barisan bilangan dengan notasi sigma?

Ini merupakan proses kebalikan dari penjabaran. Kita harus mencari faktor yang ada di dalam
setiap suku-suku barisan bilangan tersebut. Caranya begini:

1. Kita tentukan rumus notasi sigmanya dengan melihat angka yang konstan (tetap).
2. Setelah kita tentukan rumus notasi sigma-nya barulah kita tentukan batas bawah (lower
limit) dan batas atas (upper limit)-nya.
Contohnya begini, saya punya suatu barisan bilangan:

3 1  3  2  3  3  3  4  3  5

Lihatlah bahwa angka 3 yang berada di depan merupakan angka yang konstan (tetap)
sementara angka setelahnya adalah bilangan bulat dari 1 sampai 5. Berarti rumus notasi
sigmanya adalah 3 p dengan batas bawah 1 dan batas atas 5. Kemudian kalau kita tulis
dengan lambang sigmanya jadi seperti ini:

Ini batas atasnya 5

3p
p 1
Ini adalah rumusnya.

Ini batas bawahnya

Asik kan?

@noboru26 ; www.facebook.com/noboru26 ; www.noboru26.blogspot.com ;


www.noboru26.wordpress.com (Picture credited to Luigi Lucarelli – loaduniverse@gmail.com)
Nouvel Raka
Contoh soal lainnya:

Tuliskanlah penjumlahan-penjumlahan berikut dalam bentuk notasi sigma!

1. 12  22  32    102
Jawab:

12  22  32    102
Perhatikan bahwa pangkatnya konstan sementara bilangan utamanya merupakan bilangan
bulat berurutan. Maka rumus sigmanya menjadi p 2 yang kemudian jika kita tulis dengan
10
2
notasi sigma menjadi: p
p 1

2 3 4
2. 1   
3 5 7
Jawab:
2 3 4
1  
3 5 7
1
Agar melihatnya lebih asik, maka angka 1-nya kita ubah dulu menjadi .
1
1 2 3 4 perhatikan bahwa pembilangnya merupakan bilangan bulat
   berurutan dari 1 sampai 4, berarti aturannya adalah p.
1 3 5 7

penyebutnya merupakan bilangan ganjil berurutan dari 1 sampai 7,


yang bisa kita tulis dengan aturan (2p-1).
4
p
Maka hasil akhir kalau kita tulis dengan notasi sigma menjadi  2 p 1
p 1

1 1 1
3. 1     sampai dengan suku ke-n
2 4 8
Jawab:
1
Angka 1 yang di depan kita ubah dulu menjadi .
1
1 1 1 1
   
1 2 4 8
Kita abaikan dulu tandanya yang berubah-ubah, kemudian kita perhatikan penyebutnya.
Ternyata bilangan 1, 2, 4, dan 8 sesuai dengan aturan 20 , 21 , 22 dan 23 . Maka 2 sebagai
bilangan yang konstan, sementara pangkatnya adalah bilangan bulat berurutan dimulai
dari nol (yang jadi batas bawah) sampai n (karena ada keterangan sampai suku ke-n).
Tanda yang berubah-ubah menandakan bilangan negatif yang berpangkat. Maka hasil
n p
 1
akhirnya adalah    .
p 0  2 

Note: pangkat diletakkan diluar karena pangkat tidak mengubah angka 1.

@noboru26 ; www.facebook.com/noboru26 ; www.noboru26.blogspot.com ;


www.noboru26.wordpress.com (Picture credited to Luigi Lucarelli – loaduniverse@gmail.com)
Nouvel Raka
4. x k  x k 1 y  x k  2 y 2    y k
Jawab:
Hmm, ini memang terlihat seru dengan pangkat yang tampilannya ehem, tricky.
x k  x k 1 y  x k  2 y 2    y k
Perhatikan bahwa pangkat variabel x terus berkurang 1 sementara y terus bertambah 1.
Pada suku pertama sebenarnya ada y 0 (yang nilainya 1) dan di suku terakhir ada x 0 (yang
nilainya juga 1). Maka kalau kita tulis keduanya pada barisan tersebut akan menjadi:

x k y 0  x k 1 y  x k  2 y 2    x 0 y k

Nah, karena pangkat variabel x selalu berkurang 1, maka k merupakan batas atasnya. Ini
sesuai karena pada variabel y dimulai dari 0 dan berhenti pada pangkat k . Jika batas
bawah kita simbolkan dengan p (atau huruf apapun selain k ), maka bisa kita tulis dalam
k
k p
bentuk notasi sigma x yp .
p 0

---------------------------------------
Tambahan:
Mengubah batas bawah.
k
Misal 2p
p 0
mau kita ubah batas bawahnya menjadi p  1 yang artinya bertambah 1.

Maka batas atas pun harus berubah menjadi k  1 (juga ditambah 1) sementara rumusnya
k 1
menjadi 2( p  1) . Hasil akhirnya adalah  2( p  1) . Aturannya jika batas bawah berkurang
p 1

maka batas atas juga berkurang sementara rumusnya jadi bertambah.

Mengubah batas atas.


Caranya mirip dengan mengubah batas bawah.
5
Misal 2p
p 1
mau kita ubah batas atasnya menjadi 7 yang artinya bertambah 2. Maka batas

bawahnya juga harus ditambah 2 menjadi p  3 dan rumusnya menjadi 2( p  3) . Hasil


7
akhirnya adalah  2( p  3) . Aturannya jika batas atasnya berkurang maka batas bawahnya
p 3

juga berkurang sementara rumusnya jadi bertambah.

100 96
Contoh lain:  p 2 bisa diubah menjadi
p 5
 ( p  4)
p 1
2
.

@noboru26 ; www.facebook.com/noboru26 ; www.noboru26.blogspot.com ;


www.noboru26.wordpress.com (Picture credited to Luigi Lucarelli – loaduniverse@gmail.com)
Nouvel Raka
Notasi sigma memiliki beberapa sifat yang nantinya akan sangat berguna dalam operasi notasi
sigma. Berikut adalah sifat-sifat notasi sigma:

SIFAT-SIFAT NOTASI SIGMA


q q
(1) U
p 1
p  U r
r 1
; perhatikan bahwa batas atasnya sama.

q q
(2)  A U p  A  U p
p 1 p 1
; dengan A merupakan konstanta

q q q
(3)  (U p  Vp )  U p  Vp
p 1 p 1 p 1
; ini mirip dengan aturan distributif

q qk
(4) U
p 1
p  U
p 1 k
p k ; batas bertambah tapi rumus berkurang (and vice versa)

q 1 r r
(5) U  U
p 1
p
pq
p  U p
p 1
; perhatikan hubungan batas atas dan batas bawahnya

Berikut ini adalah contoh soal penerapan sifat-sifat notasi sigma.


6 6
1.  (4 p  p2 )  A dan
p 1
 (4
r 1
r
 r 2 )  B , maka hubungan keduanya adalah A  B

Perhatikan bahwa kedua rumusnya sama begitupun batas atas dan


batas bawahnya. Maka meskipun A dan B memiliki variabel yang
berbeda, mereka tetap saja sama. Ini sesuai dengan sifat nomor (1).

 n  n 2  4n 
5 10 
n  n 2  4n  10  n  n 2  4n 
2. Jika  

p 1  2


 A , kemudian  
 2
  B dan
  
 2
C,

 p  6   p 1  
maka hubungan ketiganya adalah A  B  C
Perhatikan!

5  n  n 2  4n  10  n  n 2  4n  10  n  n 2  4n 
 
 2
  
  2

 = 
p 1

 2


p 1
  p 6    

Batas yang di sebelah kiri 1 kurangnya dari batas bawah yang di sebelah
kanan. Ini artinya, suku-suku di dalamnya berlanjut terus karena rumus di
keduanya sama. Maka dua notasi sigma ini bisa digabung dengan
menggunakan batas bawah sebelah kiri dan batas atas sebelah kanan. Ini
sesuai dengan sifat nomor (5).

@noboru26 ; www.facebook.com/noboru26 ; www.noboru26.blogspot.com ;


www.noboru26.wordpress.com (Picture credited to Luigi Lucarelli – loaduniverse@gmail.com)
Nouvel Raka
Ada beberapa rumus jumlah khusus yang perlu kita ingat karena merupakan bentuk lain yang lebih
sederhana sehingga kita tidak perlu menjabarkan satu persatu suku-sukunya baru kemudian
dijumlahkan.

Rumus Jumlah Khusus


q
n(n  1)
(1)  p  1 2  3   q 
p 1 2
q
n(n  1)(2 n  1)
(2) p 2
 12  22  32    q 2 
p 1 6
q 2
 n(n  1) 
(3)  p 3  13  23  33    q 3  
p 1  2 
q
n(n  1)(6 n 3  9n 2  n  1)
(4)  p 4  14  2 4  34    q 4 
p 1 30

Contoh penggunaannya begini nih:


5
2
1. Tentukan nilai dari ( p
p 1
 p) !

Jawab:
5
2
( pp 1
 p)
5 5
  p2   p ⇛ ini sesuai dengan sifat nomor (3).
p 1 p 1

5(5  1)(2  5  1) 5(5  1)


  ⇛ perhatikan rumus jumlah khusus nomor (2) dan (1).
6 2
1 3
5  6 11 5  6
  ⇛disederhanakan supaya lebih mudah ngitungnya.
6 2
 55  15  70 ⇛ Tada!!! Inilah hasil akhirnya! Mudah kan?

6
3
2. Tentukan nilai dari  (2 p ) !
p 1

Jawab:
6
3
 (2 p )
p 1
6
 2   p3 ⇛ ini sesuai dengan sifat nomor (2).
p 1
2
 6(6  1) 
 2  ⇛ ini sesuai dengan rumus jumlah khusus nomor (3).
 2 
2
 3 6 7
 2  ⇛ Ah, ini kan hanya penyederhanaan saja.
 2 
2
 2   21  2  441  882 ⇛ Lihat! Lebih asik daripada menjabarkan satu-satu.

@noboru26 ; www.facebook.com/noboru26 ; www.noboru26.blogspot.com ;


www.noboru26.wordpress.com (Picture credited to Luigi Lucarelli – loaduniverse@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai