1. Pengertian
Menurut Pasal 4 UU Peradilan TUN, Peradilan Tata Usaha Negara adalah salah
satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap
sengketa tata usaha negara.
2. Dasar Hukum
c. Peraturan Pemerintah No 43 tahun 1991 tentang Ganti Rugi dan Tata Cara
Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara.
3. Ciri-ciri
Ada 7ciri khusus yang menjadi karakteristik Hukum Acara Peradilan Tata
Usaha Negara yaitu:
(1). Hakim berperan lebih aktif dalam proses persidangan, guna mencari
kebenaran materiil. Keaktifan hakim dapat ditemukan antara lain dalam
ketentuan Pasal 63 ayat (2) butir a dan b, Pasal 80, Pasal 85, Pasal103 ayat (1),
Pasal 107.
(4). Terhadap Putusan Hakim Pengadilan TUN berlaku asas erga omnes, artinya
bahwa putusan itu tidak hanya berlaku bagi para pihak yang bersengketa tetapi
juga berlaku bagi pihak-pihak lain yang terkait.
(5). Dalam proses pemeriksaan di persidangan berlaku asas audi alteram partem
yaitu para pihak yang terlibat dalam sengketa harus diberi kesempatan yang
sama untuk didengarkan penjelasannya sebelum Hakim memberikan putusan.
a. Bagi yang tidak pandai membaca dan menulis dibantu panitera pengadilan
dalam merumuskan gugatannya.
e. Badan atau pejabat TUN yang dipanggil sebagai saksi wajib untuk datang
sendiri.
Gugatan adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap badan atau pejabat
tata usaha negara yang diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan putusan
(Pasal 1 angka 11 UU Peradilan TUN).
1. Subyek
a. Penggugat
Sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) jo pasal 1 angka 10 jo. Penjelasan
Pasal 53 UU Peradilan TUN, yang dapat menjadi pihak Penggugat di dalam
perkara atau sengketa di Pengadilan TUN adalah seseorang atau Badan Hukum
Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan dengan dikeluarkannya
Keputusan Tata Usaha Negara oleh Badan atau Pejabat TUN baik di pusat
maupun di daerah.
Menurut Penjelasan Pasal 53 UU Peradilan TUN Badan atau Pejabat TUN tidak
dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN untuk menggugat Keputusan
TUN. Namun demikian berdasarkan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Pengadilan, yang diberlakukan dengan Keputusan Ketua
Mahkamah Agung RI Nomor KMA/032/SK/IV/2006 disebutkan bahwa Pejabat
TUN dapat menjadi Penggugat bertindak mewakili instansi Pejabat TUN
tersebut dalam mempermaslahkan prosedur penerbitan Keputusan TUN yang
ditujukan kepada instasi pemerintah yang bersangkutan, misalnya mengajukan
gugatan terhadap Keputusan TUN tentang pembatalan sertifikat tanah
instansinya.
b. Tergugat
Mengenai siapa yang harus digugat di Pengadilan TUN, tidak selalu merupakan
badan atau pejabat TUN yang menanda tangani Keputusan TUN, namun harus
dicermati terkait dengan wewenang Badan atau Pejabat TUN tersebut dalam
menerbitkan/mengeluarkan Keputusan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1
angka 12 UU Peradilan TUN tersebut yaitu :
a) Mandat
b) Delegasi
2. Obyek
Dari ketentuan Pasal 53 ayat (1) jo. Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 3 UU Peradilan
TUN, dapat disimpulkan bahwa yang dapat dijadikan sebagai Obyek Gugatan
dalam Sengketa TUN adalah:
a. Keputusan TUN
Sesuai dengan ketentuan Pasal 53 ayat (1) UU Peradilan TUN, gugatan harus
dibuat tertulis. Penjelasan Pasal 53 antara lain menyebutkan bahwa :
b. Mereka yang tidak pandai baca tulis dapat mengutarakan keinginannya untuk
menggugat kepada Panitera Pengganti yang akan membantu merumuskan
gugatannya dalam bentuk tertulis.
1) Bagi Orang yang dituju oleh suatu Keputusan TUN, tenggang waktu
mengajukan gugatan adalah 90 (sembilan puluh) hari terhitung yang
bersangkutan menerima Keputusan TUN tersebut atau sejak diumumkannya
Keputusan Tun tersebut Dalam hal peraturan dasarnya menentukan bahwa suatu
Keputusan TUN harus diumumkan, maka tenggang waktu sembilan puluh hari
dihitung sejak hari pengumuman tersebut.
2) Bagi pihak ketiga yang merasa dirugikan oleh terbitnya Keputusan TUN,
tenggang waktu mengajukan gugatan sebagaimana diatur dalam Pasal 55
dihitung secara kasuistik sejak saat ia merasa kepentingannya dirugikan oleh
keputusan TUN dan mengetahui adanya Keputusan TUN tersebut.
“Dalam hal yang hendak digugat itu merupakan Keputusan menurut ketentuan :
a. Pasal 3 ayat (2), maka tenggang waktu sembilan puluh hari itu dihitung
setelah lewatnya tenggang waktu yang ditentukan dalamperaturan dasarnya
yang dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan yang bersangkutan.
b. Pasal 3 ayat (3), maka tenggang waktu sembilan puluh hari itu dihitung
setelah lewatnya batas waktu empat bulan yang dihitung sejak tanggal
diterimanya permohonan yang bersangkutan.