Anda di halaman 1dari 19

Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja

di Kabupaten Sidenreng Rappang

AAN PRIANA RANSUN

Abstract

The purpose of this research was to determine how the Performance


Accountability of Civil Service Police Unit in Sidenreng Rappang Regency
along with all affecting factors.
Data collection methods used in this research were (1) observation, (2)
questionnaire, (3) interview, and (4) literature study. The collected data was
analyzed using frequency tables and percentages.
The population in this study were 187 people, and using the technique of
random sampling that took as much as 15% of population.
The results of the factors that influence the Performance Accountability of
Civil Service Police Unit in Sidenreng Rappang Regency showed that the
level of accuracy factor in carrying out their duties scored 52,77%, the
professionalism in implementing a decision scored 55,52%, facilities and
infrastructure to support tasks and functions score 44,44%, the clarity of
rules against violators of regulations to support creating a safe and laws
enforcement with scored 52,77%, and the level of discipline in carrying out
their duties scored 36,11%.

A. PENDAHULUAN 1974, diskusi tentang efektivitas pelayanan


Sejak diberlakukannya Undang-Undang publik dalam otonomi daerah menjadi
No. 22 Tahun 1999 dan kemudian dirubah semakin menarik untuk dibicarakan.
menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Permasalahannya karena sudah 2 (dua) kali
tentang Pemerintahan Daerah sebagai perubahan undang-undang tersebut
pengganti Undang-Undang No. 5 Tahun dilakukan, namun peningkatan pelayanan

267
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

publik sebagai sasarannya selalu permasalahan, serta memiliki kemampuan


dipertanyakan, bahkan ada diskusi yang untuk membangun kesadaran kolektif serta
membahas bahwa Undang-Undang No. 32 menggerakkan seluruh potensi yang dimilki
Tahun 2004 perlu lagi perubahan. masyarakat tersebut agar dapat secara
Organisasi perangkat daerah disusun konsisten mendukung pencapaian tujuan.
berdasarkan kebutuhan nyata mengikuti Dalam hal ini, Kepala Satuan Polisi Pamong
strategi dalam pencapaian visi dan misi yang Praja selaku pimpinan institusi haruslah
telah ditetapkan. Pemerintah Daerah memiliki kemampuan dalam memahami
diharapkan menciptakan organisasi perangkat masalah dan tantangan yang secara nyata
daerahnya dengan efisien dengan memberi dihadapi. Mengingat berbagai masalah
peluang partisipasi masyarakat yang lebih sosial-ekonomi yang berkembang di
besar dalam penyelenggaraan pembangunan masyarakat yang menimbulkan gangguan
di daerah dan didukung dengan sumber daya terhadap ketentraman dan ketertiban umum
manusia yang berkualitas serta manajemen akibat kurangnya kesadaran dan
yang lebih baik dalam menjalankan roda ketidaktaatan warga untuk mematuhi
pemerintahan. Di antara sekian banyak peraturan daerah atau keputusan kepala
perangkat daerah Kabupaten Sidrap, terdapat daerah seperti keberadaan dan kegiatan
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja pedagang kaki lima (PKL) pada area publik,
Kabupaten Sidrap yang dibentuk berdasarkan usaha-usaha yang diadakan dijalur hijau,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bangunan yang tidak didasari IMB, dan lain-
tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 148 lain mengakibatkan gangguan terhadap
ayat (1) di mana tugas pokoknya adalah kondisi ketentraman dan ketertiban umum di
membantu Kepala Daerah dalam daerah. Hal-hal tersebut adalah cerminan
menegakkan Peraturan Daerah dan bahwa kesadaran hukum dari masyarakat
penyelenggaraan ketertiban umum dan tersebut masih rendah dan tentunya harus
ketenteraman masyarakat. ditangani secara bijak dengan melakukan
Suksesnya pelaksanaan pembinaan berbagai program atau usaha-usaha
ketentraman dan ketertiban di tengah-tengah mewujudkan ketentraman dan ketertiban
masyarakat sangat ditentukan oleh peran umum, seperti mengadakan penyuluhan
seorang pemimpin dan kepemimpinannya produk hukum (peraturan daerah dan
yang handal, berwibawa, bertanggung jawab, keputusan kepala daerah) kepada masyarakat,
tegas, dan bijak dalam menghadapi setiap kunjungan pengawasan atau pemantauan,

268
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

serta operasi penertiban jika terdapat Untuk itulah maka penulis mengangkat
penyimpangan terhadap peraturan daerah judul “Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi
yang berlaku. Program-program tersebut Pamong Paraja Di Kabupaten Sidenreng
bertujuan untuk mengajak masyarakat agar Rappang”. Tugas Satuan Polisi Pamong
memahami pentingnya ketaatan dan Praja ke depan harus dilaksanakan dengan
kepatuhan terhadap produk hukum daerah baik di mana sangat diperlukan kedisiplinan
sehingga mereka sadar akan kewajibannya dan dedikasi yang tinggi dan peningkatan
sebagai warga negara. Dalam rangka kinerja dari para personilnya, walaupun
melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam pelaksanaan tugas Satpol PP itu penuh
anggota Satuan Polosi Pamong Praja lebih dengan tantangan dan hambatan dalam
mengedepankan pendekatan secara persuasif menegakkan berbagai kebijakan dan
dibanding dengan cara pendekatan represif. pelaksanaan Perda Kabupaten Sidenreng
Serta memegang prinsip koordinasi dengan Rappang.
berbagai pihak terkait dengan permasalahan
di lapangan.
Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) B. KONSEP AKUNTABILITAS
sebagai garda terdepan dari pemerintah Menurut Syamsuddin Haris (2005: 54-
daerah mempunyai tugas yang amat berat 55), mengemukakan bahwa akuntabilitas
dalam menjalankan peraturan daerah. Di merupakan komponen penting dari prinsip
mana Satpol PP harus bertindak sesuai tata pemerintahan yang baik (good
dengan perintah dari pemerintah daerah, governance). Dikembangkan oleh World
sehingga sering terjadi benturan dengan - Bank dan UNDP, good governance
masyarakat. Kinerja Satpol PP dalam dipercaya dapat menguatkan kapasitas
menjalankan tugas dan fungsinya dilihat dari pemerintah dalam rangka memberi
kacamata masyarakat kurang mendapat kesejahteraan secara maksimal kepada
dukungan, bahkan Satpol PP dianggapnya masyarakatnya. World Bank mendefinisikan
sebagai musuh yang selalu menghantui governance sebagai “ the way state power is
utamanya bagi masyarakat yang mempunyai used in managing economic and social
kepentingan-kepentingan yang berurusan resources for development society” UNDP,
dengan produk hukum daerah ( perda dan melihat konsep ini lebih luas tidak hanya
keputusan kepala daerah). mencakup masalah ekonomi dan social,

269
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

melainkan juga politi dan administrasi,” the orang” terhadap masyarakat secara luas atau
exercise of political, economic, and dalam suatu organisasi. Dalam konteks
administrative authority to manage a institusi pemerintah, “seseorang” tersebut
nation”s affair at all levels”. Dengan adalah pimpinan instansi pemerintah sebagai
demikian kata governance bererti penerima amanat yang memberikan
penggunaan atau pelaksanaan kewenangan pertanggung jawaban atas pelaksanaan
politik, ekonomi, dan administrates untuk amanat tersebut kepada masyarakat atau
mengelola masalah-masalah nasional pada publik sebagai pemberi amanat. Dalam
semua tingkatan. Di sini tekanannya pada pandangan J.B.Ghartey akuntabilitas
kewenangan, kekuasaan yang sah atau ditujukan untuk mencari jawaban atas
kekuasaan yang memiliki legitimasi. pertanyaan yang berhubungan dengan
Good governance, dengan demikian, stewardship yaitu apa, mengapa, siapa,
adalah tata kelola governanance yang masuk kemana, yang mana, dan bagaimana suatu
kategori “baik” (good). Good governance pertanggungjawaban harus dilaksanakan. Di
sebagai sebuah nilai untuk menjawab sisi lain, Ledvina V.Carino mengatakan
persoalan-persoalan dalam masyarakat bahwa akuntabilitas merupakan suatu evolusi
dengan metode dan pendekatan yang benar. kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh
Good governanace juga terkait dengan petugas baik yang masih berada pada jalur
efisiensi, yaitu memaksimalkan fungsi otoritasnya atau sudah keluar jauh dari
manajemen pemerintahan, misalnya tanggung jawab dan kewenangannya. Setiap
membentuk struktur yang menghindari orang harus benar-benar menyadari bahwa
kompleksitas kerja dan memaksimalkan setiap tindakannya bukan hanya akan
inisiatif bawahan. Good governanace juga member pengaruh pada dirinya sendiri saja.
menjamin diminimilkannya korupsi, dan Akan tetapi, ia harus menyadari bahwa
memasukkan pandangan kelompok minoritas tindakannya juga akan membawa dampak
dan mereka yang paling rentan dalam proses yang tidak kecil pada orang lain. Dengan
pembuatan kebijakan. demikian, dalam setiap tingkah lakunya
Sjahruddin Rasul mendefinisikan seorang pejabat pemerintah harus
akuntabilitas secara sempit sebagai mempertanggungjawabkan kepada
kememampuan untuk memberi jawaban lingkungannya.
kepada otoritas yang lebih tinggi atas Miriam Budiardjo (1998: 107-120),
tindakan “seseorang” atau “sekelompok mendefinisikan akuntabilitas sebagai

270
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

pertanggungjawaban pihak yang diberi informasi mengenai pelayanan yang


mandat untuk memerintah kepada mereka diinginkan, (3) Partisipatif dimaksudkan
yang member mandat itu. Akuntabilitas untuk mendorong peran serta masyarakat
bermakna pertanggungjawaban dengan dalam penyelenggaraan pelayanan publik
menciptakan pengawasan melalui distribusi dengan memerhatikan aspirasi, kebutuhan,
kekuasaan pada berbagai lembaga dan harapan masyarakat, (4) Akuntabilitas
pemerintah sehingga mengurangi dimaksudkan bahwa proses penyelenggaraan
penumpukan kekuasaan sekaligus pelayanan publik harus dapat
menciptakan kondisi saling mengawasi dipertanggungjawabkan sesuai dengan
(checks and balances system). Lembaga ketentuan perundang-undangan, (5)
pemerintah yang dimaksud adalah eksekutif Kepentingan umum dimaksudkan bahwa
(presiden, wakil presiden, dan kabinetnya), dalam pemberian pelayanan publik tidak
yudikatif (MA dan sistem peradilan), serta boleh mengutamakan kepentingan pribadi
legislatif (DPR dan MPR). dan/atau golongan, (6) Profesionalisme
Menurut Surjadi (2009: 12-13) dimaksudkan bahwa aparat penyelenggara
perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki kompetensi
pelayanan publik secara berkesinambungan yang sesuai bidang tugasnya, (7) Kesamaan
demi mewujudkan pelayanan publik yang hak dimaksudkan bahwa dalam pemberian
prima. Upaya perbaikan kualitas pelayanan pelayanan publik tidak diskriminatif dalam
publik dilakukan melalui pembenahan sistem arti tidak membedakan suku, ras, agama,
pelayanan publik secara menyeluruh dan golongan, gender, dan status ekonomi, (8)
terintegrasi yang dituangkan dalam Keseimbangan hak dan kewajiban
perundang-undangan dalam bentuk undang- dimaksudkan bahwa pemenuhan hak harus
undang. Prinsip-prinsip penyelenggaraan sebanding dengan kewajiban yang harus
pelayanan publik meliputi: (1) Kepastian dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun
hukum dimaksudkan adanya peraturan penerima pelayanan. Melalui
perundang-undangan yang menjamin pertanggungjawaban publik, masyarakat
terselenggaranya pelayanan publik sesuai dapat menilai derajat pencapaian pelaksanaan
dengan kebutuhan dan rasa keadilan program dan kegiatan pemerintah.
masyarakat, (2) Keterbukaan dimaksudkan Dari beberapa pengertian tersebut,
bahwa setiap penerima pelayanan dapat penulis dapat menyimpulkan bahwa
dengan mudah mengakses dan memperoleh akuntabilitas didasarkan pada catatan atau

271
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

laporan tertulis sedangkan responsibilitas digunakan juga pemerintah untuk melihat


didasarkan atas kebijaksanaan. Dalam arti akuntabilitas efisiensi ekonomi. Usaha-usaha
sempit akuntabilitas dapat diartikan sebagai berusaha untuk mencari dan menemukan
bentuk pertanggungjawaban yang mengacu apakah ada penyimpangan atau tidak, efisien
pada siapa organisasi (pekerja individu) atau tidaknya prosedur yang tidak
bertanggung jawab dan untuk apa organisasi diperlukan.
bertanggung jawab. Sedangkan pengertian
akuntabilitas jika dilihat dari arti yang luas C. KONSEP KINERJA
dapat dipahami sebagai kewajiban pihak Kata kinerja baru menjadi populer pada
pemegang untuk memberikan akhir abad kedua puluh atau tepatnya di era
pertanggungjawaban, menyajikan, 1990-an bertepatan dengan tugas dan fungsi
melaporkan, dan mengungkapkan segala lembaga administrasi negara semakin diberi
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab yang berat untuk membina
tanggung jawabnya kepada pihak pemberi aparatur negara yang merupakan tulang
amanah (principal) yang memiliki hak dan punggung kekuatan negara. Apabila kata
kewenangan untuk meminta tersebut dicari pengertian tepatnya pada
pertanggungjawaban tersebut. Tuntutan ini Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka
didasarkan pada kenyataan bahwa mungkin belum ditemukan, karena
akuntabilitas pemerintah terhadap menyangkut pemberdayaan pegawai atau
masyarakat selama ini, yang diwujudkan aparatur negara, maka mula-mula hanya
dalam bentuk kinerja dirasakan masih mini. muncul pertama kali sebagai suatu wacana.
Puncak dari tuntutan ini adalah Menurut Anwar Prabu Mangkunegara
diberlakukannya prinsip “good governance” (2000:67) mengemukakan pengertian kinerja
yang sangat menekankan akuntabilitas. sebagai berikut:
Dengan demikian akuntabilitas merupakan
”Kinerja adalah hasil kerja secara
kewajiban untuk memberikan
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
pertanggungjawaban atau menjawab atau
seorang karyawan dalam melaksanakan
menerangkan kinerja atas tindakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
seseorang, badan hukum, pimpinan suatu
yang diberikannya.”
organisasi kepada pihak yang memiliki hak
atau kewenangan untuk meminta keterangan. Yeremias T. Keban (2008:209)

Akuntabilitas dalam perkembangannya mengemukakan bahwa kinerja selalu

272
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

dikaitkan dengan akuntabilitas. Sejak awal, melakukan pembenahan dan pengembangan


akuntabilitas berkenaan dengan system organisasi dan pegawai.
“check and balances” kelembagaan dalam Lembaga Administrasi Negara (2001:38)
suatu system administrasi. Di Indonesia menyatakan bahwa kinerja adalah gambaran
pengukuran kinerja instansi pemerintah mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
jarang dilakukan, sementara penilaian kinerja suatu kegiatan/program/kebijakan dalam
pegawai masih didasarkan pada standar mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi
evaluasi yang lama dan sering menimbulkan organisasi. Dari kedua pengertian kinerja
masalah, yaitu melalui Daftar Penilaian yang telah dikemukakan, menggambarkan
Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Standar bahwa kinerja akan diketahui. Jika seseorang
tersebut telah digunakan dan telah bertahan dapat menghasilkan suatu pekerjaan sesuai
sekian lama, jarang dievaluasi untuk dengan standar yang telah ditetapkan oleh
disesuaikan dengan perubahan paradigma organisasi. Dengan kata lain, kinerja
dan tuntutan public. Standar penilaian yang merupakan suatu hasil kerja yang
digunakan masig bersifat seragam, kurang ditampakkan dalam bentuk prestasi kerja.
mengakomodasi variasi-variasi bidang tugas Dari beberapa pengertian tersebut, dapat
pokok dan fungsi pegawai, misi institusi dan disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil
kekhasan dari tingkatan hirarki. Bahkan, pencapaian atau suatu prestasi kerja secara
penilaian kinerja terkadang bergeser kualitas dan kuantitas yang dilaksanakan oleh
tujuannya yaitu mengarah pada tujuan-tujuan sekelompok atau perorangan dengan saling
polotis dan psikologi tertentu. Oleh karena pengertian dan pertimbangan bersama yang
itu, hasil penilaian pun kurang berpedoman pada suatu standar kerja. Pada
menggambarkan apakah seseorang telah dasarnya manajemen yang berhasil
memiliki tingkatan kinerja tertentu. mengelola organisasi tersebut sebagai
Sumbangan setiap individu terhadap organisasi berkinerja tinggi.
pencapaian tujuan organisasi juga menjadi
tidak jelas. Implikasinya adalah timbulnya D. PENILAIAN KINERJA
keraguan-raguan dalam memanfaatkan hasil Istilah lain untuk penilaian kinerja yaitu
penilaian tersebut untuk penempetan, pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja
promosi, penerapan sanksi atau pemberian merupakan suatu alat manajemen yang
motivasi kepada para pegawai, termasuk digunakan untuk meningkatkan kualitas
perbaikan pendidikan dan pelatihan, serta

273
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

pengambilan keputusan dan akuntabilitas. kinerja suatu layanan dengan seperangkat


Pengukuran kinerja juga dapat digunakan standar yang telah ditetapkan.
untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Setiap organisasi biasanya cendrung E. SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
untuk tertarik pada aspek-aspek pengukuran Keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja
kinerja, seperti yang dikemukakan Lembaga (Satpol PP) dalam sejarah penyelenggaraan
Administrasi Negara (LAN) dalam bukunya Pemerintahan di Indonesia dapat dikatakan
Pengukuran Kinerja Instansi Pemerintah tetap atau selalu eksis tidak berubah. Sejak
(2000: 7), sebagai berikut : diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5
a. Aspek finansial. Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
b. Kepuasan pelanggan. Pemerintahan di Daerah, kemudian Undang-
c. Operasi bisnis internal. Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
d. Kepuasan pegawai. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
e. Kepuasan komunitas dan stakeholders. Nomor 32 Tahun 2004 juga tentang
f. Waktu. Pemerintahan Daerah, selalu ada pasal
Whittaker dan Simons dalam LAN RI tertentu yang menyatakan keberadaan Satuan
(2000: 5), menjelaskan bahwa definisi Polisi Pamong Praja.
tersebut mengandung pengertian: Ini berarti ketika zaman terus berubah,
Pengukuran kinerja merupakan suatu metode keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja tidak
untuk menilai kemajuan yang telah dicapai berubah. Selalu dibutuhkan dalam
dibandingkan dengan tujuan yang telah penyelenggaraan pemerintah daerah. Hal ini
ditetapkan. Pengukuran kinerja tidak mengingat peran strategis Satuan Polisi
dimaksudkan untuk berperan sebagai Pamong Praja dalam penyelenggaraan
mekanisme untuk memberikan pemerintah daerah, yaitu sebagaimana
penghargaan/hukuman (reward/punishment), tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32
akan tetapi pengukuran kinerja berperan Tahun 2004 (pasal 148):
sebagai alat komunikasi dan alat manajemen “Untuk membantu Kepala Daerah dalam
untuk memperbaiki kinerja organisasi. menegakkan Peraturan Daerah dan
Berdasarkan uraian di atas dapat penyelenggaraan ketertiban umum dan
disimpulkan bahwa pengukuran kinerja ketenteraman masyarakat dibentuklah
berarti mengevaluasi atau membandingkan Satuan Polisi Pamong Praja.”

274
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

Dengan demikian Satuan Polisi Pamong Ditinjau Dari 2 (dua) peran di atas
Praja memiliki 2 (dua) peran: tampak bahwa peran kedua, menegakkan
1. Menegakkan Peraturan Daerah; Peraturan Daerah, bersifat lebih strategis
2. Menyelenggarakan ketertiban umum dan karena peran yang pertama, di bidang
ketenteraman masyarakat. penyelenggaraan ketenteraman dan
ketertiban umum bersifat koordinatif lintas
Peran pertama berkaitan erat dengan
kabupaten dan kota, dalam melaksanakan
eksistensi Pemerintah Daerah, karena
pembangunan dan penyelenggaraan
keberadaannya didukung dengan berbagai
pemerintahan.
Peraturan Daerah yang ada. Misalnya
Peraturan Daerah yang mengatur tentang
F. FAKTOR-FAKTOR YANG
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
MEMPENGARUHI
Daerah. Disamping itu kemampuan daerah AKUNTABILITAS KINERJA
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA.
juga ditentukan oleh berbagai Peraturan
Daerah, seperti peraturan yang mengatur Menurut Surjadi (2009:66) faktor-faktor
APBD, Peraturan Daerah yang mengatur yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja
pajak dan retribusi, Peraturan Daerah adalah sebagai berikut :
tersebut jelas mempengaruhi kapasitas 1. Tingkat ketelitian (akurasi), adalah
Daerah dalam penyelenggaraan kecermatan, ketepatan dalam melakukan
pemerintahan. pelayanan publik.
Peran kedua berkaitan dengan salah satu 2. Profesionalitas petugas, adalah:
tugas pokok Pemerintah Daerah, yaitu bertanggung jawab, efektif, efisien,
menyelenggarakan ketertiban umum dan disiplin, dan berorientasi ke masa depan
ketenteraman masyarakat. Tanpa dalam mengantisipasi perkembangan,
dikondisikan dengan baik, ketertiban umum tantangan dan kesempatan.
dan ketenteraman masyarakat akan 3. Kelengkapan sarana dan prasarana
mengganggu jalannya penyelenggaraan adalah: Tersedianya sarana dan
pemerintahan di daerah. Tentu tugas ini harus prasarana kerja, peralatan kerja dan
ada kerjasama dan koordinasi yang baik pendukung lainnya yang memadai
dengan pihak kepolisian setempat secara termasuk persediaan teknologi
berjenjang dari Polda, Polwil, Polres dan telekomunikasi dan informatika.
Polsek. 4. Kejelasan aturan (termasuk kejelasan

275
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

kebijakan atau peraturan perundang- hipotesis. Oleh sebab itu penelitian ini
undangan), adalah: Persyaratan teknis terbatas pada usaha mengungkapakan suatu
dan administrasi pelayanan publik, unit keadaan atau peristiwa atau keadaan
kerja/pejabat yang berwenang dan subyek/obyek penelitian pada saat sekarang
bertanggungjawab dalam memerikan berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
pelayanan dan penyelesaian sebagaimana adanya (Handari Nawawi,
keluhan/persoalan/sengketa dalam 2003: 63)
pelaksanan pelayanan publik. Populasi adalah wilayah generalisasi
5. Kedisiplinan, adalah: Aparat yang terdiri dari obyek atau subyek yang
penyelenggara pelayanan harus disiplin, menjadi kualitas dan karakteristik tertentu
sopan, ramah, dan memberikan yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
memberikan pelayanan dengan ikhlas, dan kemudian untuk ditarik kesimpulannya
sehingga penerima pelayanan merasa (Sugiyono, 2002:57). Dalam penelitian ini
dihargai hak-haknya. yang menjadi populasi adalah semua anggota
Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten
G. METODE PENELITIAN Sidrap. Jadi jumlah populasi keseluruhan
Penetapan lokasi sampel dalam adalah 187 orang.
penelitian diambil secara sengaja (purposive) Jumlah sampel yang digunakan
yaitu cara pengambilan sampel dengan tergantung dengan keadaan populasi. Apabila
memilih daerah penelitian berdasarkan ciri- keadaan populasi memiliki karakteristik yang
ciri atau alasan yang dipandang memiliki sama atau homogen, maka jumlah sampel
hubungan dengan permasalahan yang diteliti yang diambil dapat lebih kecil. Namun
(Singarimbun dan Efendi 2005). Penelitian apabila keadaan populasi adalah heterogen
dilakukan di Kantor Satuan Polisi Pamong maka sampel yang diambil harus benar-benar
Praja Kabupaten Sidenreng Rappang. representatip. Melihat permasalahan yang
Jenis penelitian ini adalah penelitian diteliti adalah Akuntabilitas Kinerja Satuan
deskritif yang bertujuan untuk menandakan Polisi Pamong Praja maka pengambilan
dan menyampaikan fakta-fakta dengan jelas sampel akan dikerjakan memakai teknik
dan teliti. Pada penelitian ini, peniliti hanya Random sampling, dimana jika sampelnya
mengembangkan konsep dan menghimpun melebihi dari 100 orang maka disarankan
fakta tetapi tidak melakukan pengujian cukup mengambil sekitar 10% - 15% atau

276
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

20% - 25% dari jumlah sampel observasi bukanlah sekedar mencatat,


(Arikunto,2005:91). tetapi juga mengadakan pertimbangan
Data primer adalah data yang diperoleh kemudianmengadakan penelitian
melalui lapangan atau daerah penelitian dari kedalam suatu skala bertingkat. Dengan
hasil wawancara mendalam dengan informan demikian, observasi dilakukan untuk
dan observasi langsung. Peneliti turun mengetahui keadaan lapangan
langsung ke daerah penelitian untuk sebenarnya yang berhubungan dengan
mengumpulkan data dalam berbagai bentuk. permasalahan yang telah dirumuskan
Dari proses wawancara peneliti berharap dalam fokus penelitian. Dalam hal ini,
akan mendapatkan data-data seperti, yang diobservasi ialah Akuntabilitas
akuntabilitas kinerja Satpol PP di Kabupaten Kinerja Satpol PP di Kab.Sidenreng
Sidrap serta faktor–faktor yang Rappang.
mempengaruhinya. 2. Kuesioner
Penulis selain turun ke lapangan, juga Menurut Sugiyono (2002:162) bahwa
melakukan telaah pustaka, yakni kuesioner merupakan tehnik
mengumpulkan data dari buku, jurnal, koran, pengumpulan data yang dilakukan
dan sumber informasi lainnya yang erat dengan cara memberi seperangkat
kaitannya dengan masalah penelitian yakni pertanyaan tertulis kepada responden
akuntabilitas kinerja Satpol PP di Kabupaten untuk dijawabnya. Jadi kuesioner adalah
Sidrap. salah satu tehnik pengambilan data
Untuk memperoleh data-data yang dengan memberikan pertanyaan-
dibutuhkan sesuai permasalahan yang pertanyaan tertulis untuk memperoleh
diteliti. Maka penulis akan menggunakan informasi dari responden. Dalam
teknik pengumpulan data sebagai berikut: penelitian ini, kuesioner diperuntukkan
1. Observasi (pengamatan) bagi semua sampel yang diambil.
Menurut Sugiyono (2002:166), bahwa 3. Wawancara
observasi digunakan apabila penelitian Menurut Sugiyono(2002:157), bahwa
berkenaan dengan prilaku manusia, wawancara sebagai tehnik pengumpulan
proses kerja, gejala-gejala alam dan data apabila peneliti ingin mengetahui
responden yang diamati tidak terlalu hal-hal dari responden yang lebih
besar. Sedangkan, menurut Arikunto mendalam dan jumlah respondennya
(2006:229), bahwa mencatat data sedikit/kecil. Dengan demikian,

277
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

wawancara adalah sebuah dialog yang H. HASIL PENELITIAN.


dilakukan oleh pewawancara untuk Dalam penelitian ini penulis mengacu
memperoleh informasi dengan pada pendapat Surjadi (2009:66) mengenai
mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
jawaban-jawabannya direkam atau akuntabilitas kinerja adalah sebagai berikut :
dicatat. Dalam penelitian ini wawancara
1. Tingkat ketelitian
ditujukan kepada para informan yang
Tanggapan responden mengenai
antara lain, Kepala Kantor Satpol PP,
tingkat ketelitian anggota Satuan Polisi
Kepala Seksi Pengendalian Operasional,
Pamong Praja (Satpol PP) dalam
Kepala Seksi Pengembangan Kapasitas,
melaksanakan tugasnya dapat diketahui
Kepala Seksi Pemeriksaan dan
bahwa responden lebih banyak
Penyidikan PNS, dan Kepala Sub Bagian
memberikan jawaban tinggi mengenai
Tata Usaha, pada kantor Satuan Polisi
tingkat ketelitian anggota satpol PP
Pamong Praja Kabupaten Sidenreng
dalam melaksanakan tugasnya dengan
Rappang.
persentase 52,77%. Ini membuktikan
4. Studi Kepustakaan (library research)
bahwa anggota Satpol PP Kab.Sidrap
Guna memperoleh landasan teori
sangat memperhatikan ketelitian dalam
yang berhubungan dengan masalah yang
melaksanakan tugasnya di lapangan.
akan diteliti yang dapat mendukung
Dalam melaksanakan tugasnya anggota
dalam penelitian ini yang diambil dari
Satpol PP dituntut untuk berpikir secara
beberapa literatur, karangan/tulisan
logis, kemampuan berpikir logis pada
ilmiah, serta hasil penelitian sebelumnya
anggota Satpol PP bertujuan untuk
yang terkait dengan permasalahan yang
menemukan sebuah kesimpulan dari
dibahas.
hubungan sebab akibat dari sebuah
Analis yang digunakan adalah melalui peristiwa atau kejadian, selain karena
pendekatan deskriptif, yaitu menjawab dan faktor genetik, kemampuan berpikir,
memecahkan masalah-masalah dengan tingkat penalaran,tingkat berpikir juga
melakukan pemahaman dan pendalaman sangat bergantung pada intensitas
secara menyeluruh dan utuh dari obyek yang berlatih (diklat).
diteliti agar diperoleh data yang jelas. Apabila hasil penilaian responden
tersebut dikaitkan dengan interval

278
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

kategori, maka tingkat ketelitian anggota disiplin dalam menjalankan tugas yang
Satpol PP dalam menjalankan tugas dan dipercayakan oleh pimpinan, serta
fungsinya dapat dikategorikan sangat memperhatikan unsure kepatutan dan
baik (sangat tinggi) dengan hasil skor tidak bertindak sewenang-wenang atau
4,5. menyalahgunakan kekuasaan. Hal ini
tentunya sangat mendukung upaya
2. Profesionalitas petugas
menciptakan pemerintahan yang bersih
Tanggapan responden mengenai
dan bertanggung jawab.
profesionalitas petugas Satpol PP dalam
Apabila hasil penilaian responden
melaksanakan penegakan Perda dapat
tersebut dikaitkan dengan interval
diketahui bahwa profesionalitas petugas
kategori, maka profesionalitas petugas
Satpo PP dalam melaksanakan
Satpol PP dalam penegakan peraturan
penegakan Perda di Wilayah Kab.Sidrap
daerah dan keputusan Bupati dapat
adalah tinggi dengan persentase 55,52%.
dikategorikan sangat baik (sangat tinggi)
Hal ini menunjukkan adanya
dengan hasil skor 4,75.
peningkatan kearah yang lebih baik.
Besarnya rasa tanggung jawab yang 3. Sarana dan Prasarana
diemban sesuai dengan fungsi dan Dalam pemeliharaan sarana dan
perannya dan siap dituntut apabila terjadi prasarana jika ditinjau dari segi sifat
sesuatu dengan jiwa pengabdian yang maupun waktunya terdapat beberapa
dimilikinya tersebut, dapar mendorong macam yaitu: (1) ditinjau dari sifatnya,
dirinya untuk memiliki loyalitas dan antara lain pemeliharaan yang bersifat
kerelaan berkorban demi Negara, pengecekan, pencegahan, perbaikan
pemerintah dan institusi yang selama ini ringan, perbaikan berat, dan (2) ditinjau
menaunginya. Sikap pfofesionalitas dari waktu pemeliharaannya, yaitu
petugas Satpol PP yang berorientasi pada pemeliharaan sehari-hari dan
pelayanan, pengayoman, penyuluhan dan pemeliharaan secara berkala.
pengembangan partisipasi masyarakat Untuk mengetahui secara jelas
untuk melaksanakan ketentuan dalam tanggapan responden akan sarana dan
Perda. Dengan memberikan pelayanan prasarana yang dimiliki Kantor Satuan
yang lebih baik tanpa menuntut balas Polisi Pamong Praja kab.Sidrap dalam
jasa, memiliki ketegasan moral dan menunjang tugas dan Fungsi Satpol PP

279
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana terciptanya suasana aman dan upaya
untuk menunjang tugas dan fungsi penegakan Perda dapat dilihat pada hasil
Satpol PP berdasarkan jawaban olahan data bahwa kejelasan aturan
responden adalah tinggi dengan terhadap masyarakat pelanggar Perda
persentase 44,44%. Dari hasil jawaban untuk mendukung terciptanya suasana
responden ini dapat ditarik kesimpulan aman dan upaya penegakan Perda dapat
bahwa sarana dan prasarana yang dikategorikan sedang dengan persentase
dimiliki Kantor Satuan Polisi Pamong 52,77%. Dengan adanya kejelasan aturan
Praja Kab.Sidrap bisa dikatakan cukup terhadap masyarakat pelanggar Perda
memadai, hal ini diperkuat dari hasil bertujuan agar meningkatkan kesadaran
peninjauan langsung peneliti. Dari hasil dan partisipasi masyarakat untuk taat
tersebut peneliti dapat mencatat sarana pada peraturan yang berlaku serta
dan prasarananya antara lain: membangun komitmen masyarakat
1. Gedung kantor terhadap tujuan-tujuan Pemerintah
2. Rumah Dinas Kepala Kantor Kabupaten dengan menggunakan lebih
3. Mobil dinas (3 unit) banyak konsultasi dan penyuluhan akan
4. Motor dinas (3 unit) pentingnya Perda. Disamping itu,
5. Perlengkapan huru-hara (PHH) pelayanan di bidang ketentraman dan
6. Alat kejut ketertiban umum yang diberkan bersifat
7. Borgol jujur, terbuka, adil, dan tidak
8. HT diskriminatif untuk menumbuhkan
kepercayaan masyarakat terhadap aparat
Apabila hasil penilaian responden
Polisi Pamong Praja (Pol.PP). Dengan
tersebut dikaitkan dengan interval
adanya kepercayaan masyarakat
kategori, maka sarana dan prasarana
terhadap aparat, maka tingkat ketaatan
untuk menunjang tugas dan fungsi
terhadap Perda akan tumbuh dalam diri
Satpol PP dapat dikategorikan baik
masyarakat.
(tinggi) dengan hasil skor 3,25.
Jika hasil dari jawaban responden
4. Kejelasan Aturan
tersebut dikaitkan dengan interval
Tanggapan responden mengenai
kategori, maka kejelasan aturan terhadap
kejelasan aturan terhadap masyarakat
masyarakat pelanggar Perda untuk
pelanggar Perda untuk mendukung
mendukung terciptanya suasana aman

280
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

dan upaya penegakan Perda dapat Hasil analisis pada faktor-faktor yang
dikategorikan sangat baik (sangat tinggi) mempengaruhi akuntabilitas kinerja
dengan skor 4,25. Satpol PP di Kabupaten Sidrap secara
keseluruhan dapat dilihat pada hasil
5. Kedisiplinan
olahan data, di mana terlihat begitu
Tanggapan responden mengenai
besarnya pengaruh indicator kinerja
tingkat kedisiplinan anggota Satuan
terhadap akuntabilitas kinerja Satpol PP
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam
di Kabupaten Sidrap. Jika diurut dari
melaksanakan tugasnya dapat dilihat
nilai tertinggi dapat dijabarkan sebagai
pada hasil penelitian bahwa responden
berikut: nilai tertinggi adalah
lebih banyak memberikan jawaban
profesionalitas petugas dalam
tinggi mengenai tingkat kedisiplinan
melaksanakan tugasnya, faktor ini
anggota satpol PP dalam melaksanakan
mendapat nilai 4,75, kemudian tingkat
tugasnya dengan persentase 36,11%.
ketelitian anggota Satpol PP dalam
Mengingat tantangan tugas dari
melaksanakan tugasnya yang
perseoalan yang semakin kompleks
memperoleh nilai 4,5. Selanjutnya faktor
pimpinan dalam hal ini adalah Kepala
kejelasan aturan terhadap masyarakat
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
pelanggar Perda untuk mendukung
(Kasat.Pol.PP) merumuskan beberapa
terciptanya suasana aman dan upaya
sistem untuk para anggota Satpol PP
penegakan Perda mendapat nilai 4,25, di
dengan tujuan meningkatkan
tempat berikutnya faktor sarana dan
kedisiplinan. Dengan adanya sikap
prasarana untuk menunjang tugas dan
disiplin dalam pelaksanaan tugas di
fungsi Satpol PP memperoleh nilai 3,25,
lapangan maka tujuan dapat dicapai
sedangkan faktor kedisiplinan anggota
dengan efektif.
dalam melaksanakan tugas operasional
Apabila hasil penilaian responden
lapangan memperoleh nilai 2,75.
tersebut dikaitkan dengan interval
Dari hasil akumulasi nilai-nilai faktor
kategori, maka tingkat kedisiplinan
di atas maka diperoleh nilai rata 3,9 dan
anggota Satpol PP dalam melaksanakan
termasuk dalam kriteria sangat baik.
tugasnya dapat dikategorikan baik
Dari hasil itu pula dapat diperoleh
(tinggi) dengan skor penilaian 2,75.
kesimpulan bahwa kinerja anggota

281
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

Satpol PP di Kabupaten Sidrap termasuk dapat berjalan dengan lancar dan


dalam kriteria sangat baik. masyarakat dapat melakukan
kegiatannya dengan aman.
I. PENUTUP 2. Adapun faktor-faktor yang
Berdasarkan uraian pada pembahasan mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja
tentang akuntabilitas kinerja Satpol PP di Satuan Polisi Pamong Praja di
Kabupaten Sidrap, maka penulis dapat Kabupaten Sidenreng Rappang yakni
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut: tingkat ketelitian anggota Satpol PP
1. Secara sederhana akuntabilitas adalah dalam menjalankan tugasnya dimana
pertanggungjawaban dari hasil kerja mengingat tantangan tugas dari
yang dilakukan dalam waktu tertentu. persoalan yang semakin kompleks,
Dalam meningkatkan eksistensinya kecermatan anggota harus diutamakan
Satuan Polisi Pamong Praja yang sesuai dalam melaksanakan tugasnya secara
dengan tugas pokok dalam menciptakan optimal. Disamping itu anggota Satpol
ketentraman dan ketertiban umum PP sangat memerhatikan ketepatan
dengan tujuan terwujudnya suatu waktu dalam menjalankan tugas demi
kepatuhan masyarakat terhadap tercapainya tujuan keberhasilan dalam
Penegakan Peraturan Daerah dan menjalankan tugas operasional di
Keputusan Kepala Daerah sehingga akan lapangan. Kecermatan dan ketepatan
dapat memberi dampak pada kelancaran dalam bertugas untuk mencapai tujuan
pelaksanaan Pembangunan melalui yang efektif, didukung dengan sikap
upaya peningkatan Pendapatan Asli profesionalitas petugas Satpol PP dalam
Daerah (PAD). Meningkatnya kapasitas melaksanakan penegakan Perda dan
dan akuntabilitas kinerja Satuan Polisi Keputusan Bupati. Dari tanggung jawab
Pamong Praja didukung dengan tersebut anggota Satpol PP dituntut
anggaran yang memadai sesuai dengan memiliki sikap profesionalitas dalam
kebutuhan. Satuan Polisi Pamong Praja melaksanakan penegakan Perda menjadi
mempunyai misi strategis dalam hal yang sangat penting untuk dimiliki
membantu Kepala Daerah (Bupati) setiap anggota Satpol PP Kabupaten
untuk menciptakan suatu kondisi Daerah Sidrap untuk menjadi pegangan dalam
yang tentram, tertib dan teratur sehingga menjalankan tugas sesuai tanggung
penyelenggaraan roda pemerintahan jawabyang diembannya. Profesionalitas

282
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

petugas yang dimaksud adalah aparat dan partisipasi masyarakat untuk taat
penyelenggara pelayanan harus memiliki pada peraturan yang berlaku serta
kompetensi yang sesuai bidang membangun komitmen masyarakat
keahliannya. Dalam hal ini anggota terhadap tujuan-tujuan Pemerintah
Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya Kabupaten dengan menggunakan lebih
yakni menangani berbagai permasalahan banyak konsultasi dan penyuluhan akan
yang mengganggu kondisi ketentraman pentingnya Perda. Disamping itu,
dan ketertiban umum akibat pelayanan di bidang ketentraman dan
ketidaktaatan masyarakat terhadap Perda ketertiban umum yang diberkan bersifat
dan produk hukum yang berlaku. Maka jujur, terbuka, adil, dan tidak
daripada itu anggota Satpol PP bertindak diskriminatif untuk menumbuhkan
professional, bijak, dan tegas dalam kepercayaan masyarakat terhadap aparat
menangani kasus pelanggaran Perda. Polisi Pamong Praja (Pol.PP). Dengan
Tercapainya tujuan pelaksanaan tugas adanya kepercayaan masyarakat
operasional di lapangan tidak lepas dari terhadap aparat, maka tingkat ketaatan
dukungan sarana dan prasarana yang terhadap Perda akan tumbuh dalam diri
dimilki Kantor Satpol PP Kab.Sidrap masyarakat. Disamping itu tingkat
yang terbilang sudah cukup lengkap. kedisiplinan anggota Satpol PP dalam
Sarana adalah peralatan dan melaksanakan tugasnya, Wujud dari
perlengkapan yang secara langsung kedisiplinan yang tertanam dapat
dipergunakan dan menunjang proses dibuktikan dengan prilaku dan tingkah
kegiatan pelaksanaan tugas, adapun pola, mentaati jam kerja, melaksanakan
prasarana adalah fasilitas yang secara piket sesuai dengan jadwal. Dengan
tidak langsung menunjang jalannya demikian diharapkan disiplin kerja
proses kegiatan pelaksanaan tugas petugas Satpol PP akan meningkat,
operasional Satpol PP. Adapun kejelasan sehingga pelaksanaan pembinaan,
aturan masyarakat pelanggar Perda pengawasan, pelayanan terhadap
untuk mendukung terciptanya suasana masyarakat dan pelaksanaan kedinasan
aman dan upaya penegakan Perda. lainnya dapat terlaksana secara
Dengan adanya kejelasan aturan maksimal.
terhadap masyarakat pelanggar Perda
bertujuan agar meningkatkan kesadaran

283
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

DAFTAR PUSTAKA http:pusdiklatwas.bpkp.go.id/filenya/


Syamsuddin Haris, 2005, Desentralisasi dan namafile/251/AT_aip.pdf
Otonomi Daerah: Desentralisasi, http://www.unescap.org/pdd/prs/
Demokratisasi, dan Akuntabilitas ProjectActivities/Ongoing/gg/
Pemerintah Daerah. LIPI Press. governance.pdf
Jakarta http:/www.ditjenpum.go.id/artikel/
Yeremias T. Keban, 2008, Enam Dimensi 2011/1311699600/pencitraan-
Strategis Administrasi Publik. Gava satpol-pp-dan-satlinmas.
Media. Yogyakarta Dokumen-dokumen :
Surjadi, 2009, Pengembangan Kinerja Direktorat Ketentraman dan Ketertiban
Pelayanan Publik. PT Refika Umum,2003. Pedoman Prosedur
Aditama. Bandung Tetap Penyelenggaraan
Miriam Budiardji, 1998. Menggapai Ketentraman dan Ketertiban Umum,
Kedaulatan Untuk Rakyat. Mizan, Jakarta : Direktorat Jendral
Bandung Pemerintahan Umum Departemen
Hadari Nawawi, 2003, Manajemen Dalam Negeri.
Sumberdaya manusia. Gadjah Mada Undang-undang Republik Indonesia Nomor
University Press. Yogyakarta. 32 Tahun 2004, tentang
Masri Singarimbun dan Sofian Effendy, Pemerintahan Daerah. Sekertariat
2005. Metode Penelitian Survey. Negara RI, Jakarta.
LP3ES. Jakarta. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Tahun 2005, tentang Pedoman
Administrasi. Alfa Beta, Bandung. Prosedur Tetap Operasional Satuan
Yehezkel Dor, 2009. Peran Sat Pol PP Di Polisi Pamong Praja, Jakarta.
Era Otonomi Daerah. Central Java Peraturan Daerah Kabupaten Sidenreng
___________ 2009. Memberantas Tugas Rappang Nomor 04 Tahun 2008,
Polisi Atau Tugas Satpol PP. Radar tentang Organisasi dan Tata Kerja
Cirebon. Lembaga Teknis Daerah.
Internet : Peraturan Bupati Sidenreng Rappang Nomor
___________ 2009. Satpol, www. Jateng 36 Tahun 2008, tentang Tugas
Prov.go.id. document. 234 Pokok, Fungsi, Uraian Tugas, dan

284
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013
Akuntabilitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Sidenreng Rappang

Tata Kerja Kantor Satuan Polisi


Pamong Praja.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2010, tentang
Satuan Polisi Pamong Praja.
Jakarta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2010, tentang
Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan Dasar
Polisi Pamong Praja. Jakarta

285
PRAJA
Volume 2 | Nomor 2 | EDISI MILAD | April 2013

Anda mungkin juga menyukai