Anda di halaman 1dari 4

Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS- CoV-2)

adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
Covid 19. Virus corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi
paru- paru yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory syndrome corona virus 2
(SARS- CoV-2) yang lebih dikenal dengan nama virus corona adalah jenis baru dari corona
virus yang menular ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak,
orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui(Handayani, 2020).
Adanya pandemi Covid-19 menuntut adanya kebiasaan-kebiasaan baru, merubah
banyak hal, membatasi ruang gerak. Kita tidak pernah membayangkan sebelumnya akan
terjadi wabah yang berdampak pada setiap sisi kehidupan kita salah satunya dalam hal
pekerjaan. Interaksi sosial sebagian besar dilakukan secara virtual. Pandemi ini telah
memunculkan kebiasan-kebiasaan baru yang melompati apa yang biasanya kita lakukan.
Banyak hal yang dulu dengan leluasa kita lakukan, saat ini sudah tidak dapat lagi kita
lakukan. 

Hal ini membuat kita harus mulai berfikir untuk memulai kehidupan baru dengan cara-cara
baru. Kita harus mulai melakukan perubahan dengan kreatifitas dan kegigihan untuk
membuat cara-cara yang dilakukan relevan dengan perubahan yang terjadi. Kompetensi SDM
yang harus dimiliki di abad 21 menurut “21 Century Partnership Learning
Framework” relevan untuk kita implementasi sehingga kita dapat survive dan melewati
episode pendemi ini. Kompetensi tersebut meliputi:
1. Critical Thinking dan Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah)
Di masa pandemi ini, kita dituntut untuk mampu memahami masalah yang saat ini sedang
dialami dan memunculkan perspektif baru dengan kemampuan mengkoneksikan satu
informasi dengan informasi lainnya dan menemukan solusi yang tepat untuk memulai
“kehidupan baru”.
2.  Creativity dan Innovation (Kreativitas dan Inovasi)
Di “kehidupan baru” kita dituntut mampu mengembangkan gagasan baru, bersikap responsif
dan menerima secara terbuka terhadap perspektif yang baru dan berbeda karena adanya
pandemi ini. Cara-cara lama sudah tidak relevan lagi untuk kita pertahankan, karena itu kita
dituntut mewujudkan ide-ide baru dan inovasi baru.
3. Collaboration (Kolaborasi)
Kita dituntut untuk bersinergi, bekerja sama secara produktif dengan pihak lain, beradaptasi
dalam berbagai tanggung jawab dan peran, menghormati perspektif yang berbeda serta
menempatkan empati di saat melewati masa-masa sulit penuh tantangan ini. Kolaborasi ini
akan memunculkan lebih banyak kelebihan yang dapat dikapitalisasi sehingga memunculkan
keunggulan kompetitif. 
4. Communication (Komunikasi)
Kita juga dituntut mampu mengkomunikasi informasi-informasi yang ada agar pesan kita
dapat diterima dan dimengerti oleh pihak lain. Di masa pandemi ini, komunikasi kita banyak
yang dilakukan secara virtual dan tanpa komunikasi secara langsung. Kita tentu tidak mampu
memahami secara jelas bahasa tubuh dari masing-masing pihak. Kita tentu juga harus
menunjukkan empati dalam berkomunikasi. Karena itu, dalam komunikasi di saat-saat
sekarang ini harus jelas, transparan dan rinci sehingga dapat tersampaikan dengan baik dan
tidak salah persepsi. 
Adaptasi kebiasaan baru adalah sebuah mekanisme moderasi agar kita tetap bisa
produktif dan berkarya tanpa harus dikalahkan pandemik. Dengan demikian, kita bisa
bekerja, dan beraktivitas lainnya dengan aman, sehat dan produktif. Adaptasi kebiasaan baru
yang dimaksud adalah:

 sering cuci tangan pakai sabun


 pakai masker
 jaga jarak
 istirahat cukup dan rajin olahraga
 makan makanan bergizi seimbang

Inilah pesan kunci yang perlu dilakukan secara disiplin, baik secara individu maupun kolektif
agar tujuan yang dimaksud dapat tercapai.

Selain itu adanya kebiasaan – kebiasaan baru yang harus dilakukan ketika bekerja yaitu
dengan memfasilitasi tempat kerja yang aman dan sehat dengan cara :

1. Memastikan kebersihan tempat kerja


2. Menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
3. Memberikan petunjuk lokasi sarana cuci tangan
4. Memasang poster edukasi cara memncuci tangan yang benar
5. Menyediakan handsanitizer di tempat-tempat yang diperlukan seperti pintu masuk,
ruang rapat, pntu lift dan lain-lain.

Menerapkan physical distancing dalam aktivitas kerja. Pengaturan jarak antar pekerja
minimal 1 meter pada setiap aktivitas kerja, dengan mengadakan pengaturan meja kerja atau
workstation, pengaturan kursi saat di kantin, dan lain-lain.

Tantangan bagi manajemen kinerja adalah adanya COVID-19 sangat memengaruhi


kinerja karyawan. Mengingat bahwa karyawan merupakan aset terpenting, sehingga harus
bijak menyikapi perubahan tersebut.
Selama masa pandemi Covid-19, banyak perusahan-perusahaan telah menerapkan pola
kerja Work From Home (WFH) untuk para pegawainya. Dalam pelaksanaannya, pola kerja
WFH menimbulkan banyak tantangan. Salah satunya adalah bagaimana cara mengukur
produktivitas pegawai. Selama ini, kita sering mendengar perdebatan mengenai tingkat
produktivitas pegawai ketika Work From Home (WFH) dan Work From Office (WFO). 

Selama penerapan WFO dan WFH, banyak terjadi penyesuaian terkait komunikasi tim dan
konsep work-life balance. Tantangan dalam komunikasi tim dengan pola WFO dan WFH
adalah kepercayaan antar anggota tim terkadang tidak stabil. Sedangkan konsep work life
balance  menjadi sulit diterapkan karena batas tempat dan waktu bekerja menjadi samar.
Dengan 2 faktor utama penyesuaian tersebut, membandingkan produktivitas ketika WFO dan
WFH kurang tepat jika tidak berdasar. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK-
467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja di Kementerian Keuangan, setiap pegawai
yang bekerja di Kementerian Keuangan wajib mempunyai Kontrak Kinerja. Dalam kontrak
kinerja, terdapat indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan salah satu elemen strategi
evaluasi organisasi. IKU memang belum dapat mengukur semua dimensi produktivitas kita,
tetapi IKU merupakan penjabaran teknis dari Sasaran Strategis, Peta Strategi, sampai dengan
Visi dan Misi Organisasi. Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan
produktivitas kita?
1.  Kenali Kontrak Kinerja
Kontrak kinerja merupakan hasil kesepakatan antara atasan langsung dengan bawahan. Kita
harus dapat memahami semua IKU yang ada dalam kontrak kinerja baik dari perhitungan
target, trajectory target, sampai dengan dampak IKU tersebut terhadap Sasaran Strategis
Organisasi, atau paling tidak dampak terhadap IKU pemilik peta strategi.
2. Buatlah Kertas Kerja Perhitungan Realisasi
Setelah memahami masing-masing IKU, buatlah kertas kerja perhitungan realisasi dari
masing-masing IKU tersebut. Semakin detail kertas kerja perhitungan akan semakin bagus
untuk mempermudah evaluasi kinerja kita. Contoh kertas kerja untuk IKU Indeks Ketepatan
Waktu Penyampaian Laporan minimal harus memuat lingkup laporan, identitas sumber data,
identitas produk laporan, batas waktu laporan sesuai ketentuan, dan durasi penyelesaian.
3. Buatlah Daftar Prioritas
Setelah memahami Kontrak Kinerja dan Manual IKU, maka kita bisa membuat daftar
prioritas tugas yang harus diselesaikan. Tidak bisa dipungkiri, pola kerja WFH membuat
pekerjaan tidak mempunyai batas ruang dan waktu. Dengan membuat daftar prioritas, kita
dapat lebih fokus dan dapat menyelesaikan tugas dengan lebih efisien. Membuat daftar
prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan struktur manajemen waktu 4D (Do, Delegate,
Defer, Delete).
4.  Jalinlah Komunikasi dengan Atasan dan Rekan Kerja
Meskipun selama masa pandemi kita tidak bisa berkomunikasi langsung dengan rekan kerja,
komunikasi virtual harus tetap dijaga. Dengan tetap menjaga komunikasi tim, informasi-
informasi terkait pekerjaan lebih cepat tersampaikan. Kita perlu aktif mencari informasi
terkini terkait pekerjaan agar dapat dijadikan pertimbangan dalam memutuskan apakah daftar
prioritas dan strategi dalam mencapai target sudah sejalan dengan arah organisasi.
5.  Lakukan monitoring progres pekerjaan
Progress pekerjaan adalah hal penting yang harus bisa dimonitor. Hasil monitoring dari kertas
kerja, dapat kita sampaikan kepada atasan secara berkala. Hal ini dapat digunakan sebagai
Early Warning System pencapaian target kinerja kita. Dengan mengetahui lebih cepat atas
kendala yang mungkin akan dihadapi, maka dapat mempermudah dalam mencari solusi.
6.  Jadikan poin 1 s.d. 5 menjadi sebuah budaya
Banyaknya tugas-tugas rutin, seringkali membuat kita abai dalam pemantauan kinerja
pribadi. Hal ini membuat early warning system tidak bisa berjalan dari level jabatan paling
rendah yang berakibat pada sulitnya mencari solusi apabila terjadi kendala. Dengan
menjadikan kegiatan pada poin 1 s.d. 5 sebagai kebiasaan, melakukan pemantauan kinerja
pribadi tidak lagi menjadi sebuah tugas tambahan di sela-sela tugas rutin yang kita jalankan.
Demikian, tips atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kinerja yang
dapat dilakukan pada pola WFO maupun WFH sehingga kita dapat mengahadapi tantangan di
masa pademi covid 19 saat ini.

Anda mungkin juga menyukai