PMT CPTu
DMT
VST
However, we can save 700 lire and two months by not doing a geotechnical investigation!
Jenis struktur Jumlah minimum penyelidikan tanah
Gedung tinggi 8 lantai • Satu titik setiap 300m2 dalam pola grid dengan jarak 10m sampai 30m dengan minimum 3 titik per blok menara.
• Dalam hal beberapa menara terletak berdekatan, dijadikan satu kesatuan dan digunakan kaidah yang sama.
• Tambah titik apabila hasil investigasi menunjukkan anomali lapisan tanah
Gedung 4 – 7 lantai • Satu titik setiap 400m2 dalam pola grid dengan jarak 15m sampai 40m dengan minimum 2 titik per gedung.
• Dalam hal beberapa gedung terletak berdekatan, dijadikan satu kesatuan dan digunakan kaidah yang sama.
• Tambah titik apabila hasil investigasi menunjukkan anomali lapisan tanah
Gedung < 4 lantai atau bangunan • Satu titik setiap 600m2 dalam pola grid dengan jarak 25m sampai 50m dengan minimum 1 titik per gedung.
pabrik (di luar rumah tinggal) • Dalam hal beberapa gedung terletak berdekatan, dijadikan satu kesatuan dan digunakan kaidah yang sama.
• Tambah titik apabila hasil investigasi awal menunjukkan anomali lapisan tanah.
Bangunan < 4 lantai dengan tapak • Satu titik setiap 2500m2 dalam pola grid dengan jarak 50m sampai 100m.
sangat luas > 25,000m2 • Tambah titik untuk dapat menghasilkan potongan tanah pada orientasi.
Struktur memanjang (jalan raya, • Satu titik per 50 sampai 200m, kecuali runway/taxiway jarak maksimum dibatasi 100m. Jarak yang besar dapat dipakai
rel kereta, kanal, tanggul, runway pada investigasi awal.
dan taxiway) • Tambah titik di antara jika hasil investigasi awal menunjukkan adanya variasi tanah yang perlu diinvestigasi lebih detail.
Terowongan transportasi • Satu titik setiap 10 – 75m pada daerah pemukiman dan 20 – 200m pada daerah terbuka. Jarak yang besar dapat dipakai
pada investigasi awal.
• Tambah titik di antaranya jika hasil investigasi awal menunjukkan adanya variasi tanah yang perlu investigasi lebih detail.
• Pada setiap portal minimum 1 titik.
Besmen dan/atau DPT • 1 titik setiap 15 sampai 40m
• Tinggi < 6m • 1 titik setiap 10 sampai 30m
• Tinggi ≥ 6m
Jembatan • Untuk jembatan konvensional dengan bentang < 50m: minimum 1 titik pada tiap abutmen dan pilar per 2 lajur lalu lintas
• Untuk jembatan khusus dengan bentang ≥ 50m atau jembatan di laut: ditentukan oleh tenaga ahli geoteknik
Konstruksi khusus (menara, • 1 per 300m2 tapak konstruksi, dengan minimum 1 titik.
fondasi mesin berat, tanki)
Bendungan besar • Pada tahap perencanaan awal, minimum 5 titik, 3 pada sumbu bendungan dan 2 titik, masing-masing di hulu dan hilir
• Pada tahap perencanaan detail, penambahan titik bor disesuaikan kondisi geologi yang ditemukan pada penyelidikan
tahap perencanaan. Minimum 1 titik setiap 50m sepanjang sumbu bendungan
• Tambahkan titik pada pintu air, terowongan pengelak, spillway, outlet, power house dll.
Stabilitas lereng, galian dalam, • 3 – 5 titik pada potongan kritis untuk menghasilkan model saat dilakukan analisis. Jumlah potongan kritis tergantung
dan timbunan tinggi dengan tingkat masalah stabilitas.
ketinggian > 6m untuk tanah • Untuk kelongsoran yang masih aktif, minimum satu titik pada sisi atas lereng yang longsor.
normal dan > 3m pada tanah lunak
Reklamasi • 1 per 1000 m2 luas timbunan
Petunjuk Kedalaman Penyelidikan Tanah (1/3)
d a d
a
Zi d+3b L Zi d+L+b
c=2b
6m d+L+3Dp
dipakai terdalam dari d+L+5m
2 kriteria diatas dipakai terdalam dari
3 kriteria diatas
d d b
a=d+L+b
d b 2/3 L Zi d+L+b
a L
d+2/3L+1,5b
d+L+5m
Zi d+1,5b c= 1,5b
c=1,5b dipakai terdalam dari
3 kriteria diatas
Petunjuk Kedalaman Penyelidikan Tanah (2/3)
h Zi 1,4h Zi h+0,7b
h
h+t+2m h+2m
dipakai terdalam dari dipakai terdalam dari
t 2 kriteria diatas 0,7 b 2 kriteria diatas
h Zi h+hw+2m
h+t+2m d Zi d+2m
hw
dipakai terdalam dari
t 2 kriteria diatas
Tanah kedap air
Petunjuk Kedalaman Penyelidikan Tanah (3/3)
Timbunan Terowongan
h
a b d Zi d+2b
c=2b
Zi 2b
1,2h b
6m
dipakai terdalam dari
3 kriteria diatas
Notasi:
Galian a = kedalaman pengaruh daya dukung atau kestabilan
b
b = lebar terpendek
h c = kedalaman pengaruh penurunan
a Zi 1,4h
h+2m d = kedalaman tertanam
dipakai terdalam dari Dp = diameter/lebar tiang
2 kriteria diatas
h = tinggi timbunan atau galian
hw = tinggi air tanah
Jalan atau lapangan terbang L = panjang tiang
t = kedalaman tertanam dinding dari dasar galian
Zi 2m
Zi = kedalaman penyelidikan tanah
4. Penyelidikan Tanah:
Palu 623 N
Tinggi jatuh 0,76 m
Landasan
ASTM D1586
Split barrel
Perlu dikoreksi 15 cm
terhadap referensi 15 cm
Nilai N-SPT adalah total pukulan
untuk memasukkan sampler
energi 60% 15 cm
pada penetrasi 30 cm terakhir
(ASTM D4633)
Cone Penetration Test (CPT)
• Penekanan secara
Hidrolik menerus
dengan kecepatan CPT Elektrik
20mm/s
• Penambahan ic= inclination
batang tekan setiap
interval 1m
fs
um um= tekanan air pori
qt
qc= tahanan ujung konus
Pembacaan dilakukan
qt= tahanan total konus terkoreksi
setiap 1 – 5 cm
Cone Penetration Test (CPT)
3
7 8 6 5 3 4 3 2 1
4
CPTu
4
35,6 mm
1
A
S
-
T
1 Konus, 10 cm2
M
2 Load cell 5
3 Strain gauges 7
4 Friction sleeve 7
5 Adjustment ring 8
6 Waterproof bushing
7 Cable
8 Connection
DilatoMeter Test (DMT)
DMT
• Penekanan secara hidrolik
Kalibrasi kekakuan menerus dengan kecepatan
membran di ‘udara’: 20mm/s
ΔA= 10 – 30 kPa (suction) • Pengujian dilakukan setiap
ΔB= 30 – 80 kPa (inflate) 200-300 mm
kabel
ASTM
selang 14 mm
D6635 pneumatic
P0 P1
1,1 mm
membran
membran
95 mm
PressureMeter Test (PMT)
Batang bor
tipe A atau N
Pompa:
1. Setiap 1 putaran penuh dari piston memberi D
sebuah peningkatan volume dari air ke A
Probe probe PMT 4
2. ukur tekanan pada setiap kedalaman uji S
D: 73 mm
3. Membran karet dari probe akan
7
L: 440 mm T
mengembang dan dievaluasi dengan teori 1
cylindrical cavity expansion M
Kontrol Volume 9
Kotak monitor
Plot tekanan vs perubahan volume (atau
Manometer
regangan volumetric atau regangan cavity)
Gas
bertekanan untuk memperoleh parameter pressuremeter
(Nitrogen)
selang
P0 : lift-off pressure
tanah Masukkan probe dan E : modulus elastisitas
beri udara bertekanan
probe Tmax : kuat geser
Tipikal susunan
alat uji dan sensor
PL : tekanan batas
Vane Shear Test (VST)
Vane rod
D
A
VS 4-blade 2
D: 62,5 mm Tinggi S
H: 130 mm blade, H 5
e: 2mm
T
7
M
Diameter
3
lubang, B Df 4B
R1 R2 R3 R4 R4 R3 R5 R5 R2 R1
BT-1
Profil Tanah
+120 +120
+110 +110
+100 +100
+90 +90
+80 +80
+70 +70
+60 +60
+50 +50
+40 +40
+30 +30
+20 +20
H
Daya Dukung Aksial
Pembebanan Lanjut
B
Penurunan
L Wp
Qs
D
Qp Ult
Qp
Qp
l
𝐮 𝐩+ 𝐬
𝐮
𝐚𝐥𝐥
qp Qp=Ap(c Nc +q Nq)
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Selimut – Tanah Lempung)
Dimana,
= Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
Cu = Cohesion (Undrained)
li = Tebal lapisan tanah
p (D ) = Keliling tiang
qp
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Selimut – Tanah Lempung)
– tiang pancang
Faktor Adhesi,
API 2, 1986
0,50
qp 0 25 50 70 75
Kuat geser Undrained, Cu (kPa)
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Selimut – Tanah Lempung)
Qs= D l ( cu) + D l (K0 ’v tan)
B
1,00
L < 10B
Pasir, kerikil berpasir
t
0,75
L = 20B
– tiang pancang
Tomlinson, 1977 & FHWA
0,50
L Lempung kaku
L > 40B
0,25
1,00
0,75
L > 40B L
0,50 Lempung sedang hingga kaku
0,25
qp L = 10B
– tiang bor
Kulhawy, 1984
1,0
Faktor adhesi, 𝛼
0,8
Kulhawy, 1984;
𝛼 = 0,21 + 0,26 𝑃 ⁄𝑆 (≤ 1)
0,6
0,4
0,2
0
50 100 150 200 250 300
qp Kuat geser undrained, Cu (kPa)
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Selimut – Tanah Lempung)
Dimana,
Ks = Koefisien tanah lateral (K0 – 1.75 K0)
’v = tegangan vertikal efektif (dianggap konstan setelah 15D)
tan = sudut geser terdrainase (2/3 f)
li = Tebal lapisan tanah
P (D ) = Keliling tiang Bahan Ks untuk Ks untuk
Tiang Dr rendah Dr tinggi
Baja 20° 0.5 1.0
qp
Beton 0.75 f 1.0 2.0
Kayu 0.67 f 1.5 4.0
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Selimut – Tanah Pasir)
Tiang Bor :
qs = 1 x (NSPT) (kN)
qp
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Selimut – Tanah Pasir)
1,2 1,2
Lempung Pasir
(Tiang Bor)
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑙𝑖𝑚𝑢𝑡
0,8 0,8
Kerikil
0,6 0,6
0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0
𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛, 𝜌 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛, 𝜌
qp
(%) (%)
𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟, 𝐷 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟, 𝐷
Standar Penetration Test (SPT)
Stang bor
katup
Alat Bor + SPT Jenis Hammer
lubang udara
kepala sampler
sekrup
casing
Pipa sampling
Contoh tanah
Thin-Wall Sampler
250
Morita
7N
200 5N
c (kPa)
150
100
50
0
5 10 15 20 25 30 N-SPT
Lu sedang
Konsistensi Sangat nak
kaku Sangat kaku
lunak
Hubungan SPT - Sudut Geser
Dunham
Osaki 𝜑 = 12𝑁 + 25
50°
𝜑 = 20𝑁 + 15
Meyerhof
Peck
40°
Dunham
𝜑 = 12𝑁 + 15
30° Dunham
φ (°)
𝜑 = 12𝑁 + 20
20°
10°
0
10 20 30 40 50 N-SPT
lepas
Kepadatan Sangat sedang padat Sangat
relatif lepas padat
Faktor Koreksi NSPT Lapangan
berdasarkan Metoda Pelaksanaan Test
Qp=Ap(c Nc +q Nq)
t
Dimana,
Ap = Luas Penampang Tiang
c = kohesi (Undrained)
q = Tekanan overburden
Nc, Nq = Faktor daya dukung
qp
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Ujung – Tanah Lempung)
1000
Qp=Ap(c Nc +q Nq)
Nc
t Kondisi undrained (f = 0) 100
Meyerhof, 1976
qe = cu Nc = 9 cu
Nc, Nq
dimana cu= kohesi (undrained),
Nc= 9
dengan catatan bahwa pile tertanam pada Nq
kedalaman paling sedikit 5D kedalam lapisan 10
pendukung.
Qe = qe Ae = 9 cu Ae
Bila rasio antara kedalaman dan
diameter tiang lebih kecil dari 4, maka 1
nilai Nc = 6. 0 20 40 60
Sudut geser (°)
qp
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Ujung – Tanah Lempung)
1000
Qp=Ap(c Nc +q Nq)
η’ η’
t Kondisi undrained (f = 0)
100
Janbu, 1976
η’= 105°
qe = cu Nc = 9 cu
Nc, Nq
η’= 90°
Qe = qe Ae = 9 cu Ae
η’= 90°
η’= 75°
t 25 100
Kulhawy, 1983
10
Nq
10
1
0 10 20 30 40 50
qp Sudut geser, f
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Ujung – Tanah Pasir)
t 0.4
& Limit
FHWA, 1976
20
, ( )
0.3
Rasio D/b
Batas tahanan ujung satuan
30
D= Panjang tiang tertanam
0.2
45 b= diameter tiang
(kPa)
0.1
15 20 25 30 35 40 45
φ, (°)
qp φ, (°)
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Ujung – Tanah Pasir)
Qp=Ap(40 x N SPT )
NSPT - Pancang
Meyerhof, 1956
Tiang pancang
t
Ndesain= ½ (N1 + N2)
B
N2 – rata-rata nilai N di 4B
qp
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Ujung – Tanah Pasir)
Referensi Deskripsi
Various
Hanya berlaku jika Db> 10D
Meyerhof (1976) 𝑞 = < 40. 𝑁 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑟 (kPa)
< 30. 𝑁 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑛𝑎𝑢 𝑛𝑜𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑠
20
𝑁 = 0.77𝑙𝑜𝑔 . 𝑁; untuk𝜎 /𝑃 ≥ 0,25
𝜎 /𝑃
Quiros & Reese = Touma & Reese (1974)
(1977)
Reese & Wright 𝑞 = 70 𝑁 (𝑘𝑃𝑎) untuk N < 60
qp (1977) 𝑞 = 4200 (𝑘𝑃𝑎) untuk N > 60
Reese & O’Neill untuk N ≤ 75
Qp=Ap(qp)
𝑞 = 63 𝑁 (𝑘𝑃𝑎)
(1988) 𝑞 = 4725 (𝑘𝑃𝑎) untuk N > 75
Daya Dukung Fondasi Tiang
(Ujung)
1,2 1,2
Lempung Pasir
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑈𝑗𝑢𝑛𝑔
𝑇𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑈𝑗𝑢𝑛𝑔
(Tiang Bor)
0,6 1,2
Rentang hasil
0,2 Trend Line 0,4
Trend Line
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10 0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0 10 11 12
𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛, 𝜌 𝑃𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛, 𝜌
qp
(%) (%)
𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟, 𝐷 𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟, 𝐷
Summary
Daya Lempung Pasir
Dukung
Pancang Tiang Bor Pancang Tiang Bor
Tiang pancang
• qp ≤ 50 Nq tan f (kN/m2) atau qe (kN/m2) ≤ 400 Ncor (pasir)
• qs (kN/m2) ≤ 100 (pasir)
• qs (kN/m2) ≤ 107 (Tomlinson-pasir)
• qs (kN/m2) ≤ 120 (DNV-pasir) dan qs (kN/m2) ≤ 200 (DNV-lempung)
• qs (kN/m2) ≤ 170 (Ensoft)
Tiang bor
• Coduto berdasarkan penurunan 5% Diameter, qp (kN/m2) ≤ 2900 (pasir)
• qe (kN/m2) ≤ 3830 (ASCE-lempung)
• O’Neill, qs (kN/m2) ≤ 190 (pasir)
• qs (kN/m2) ≤ 120 (DNV-pasir) dan qs (kN/m2) ≤ 200 (DNV-lempung)
• qs (kN/m2) ≤ 170 (Ensoft)
• DKI qe (kN/m2) ≤ 4500 (pasir) dan qe (kN/m2) ≤ 4000 (lempung)
Case 1a (Tiang Bor)
3 Silty Clay
γ =19,6 kN/m3
6 Su=86 kPa
9
Kedalaman (m)
18
21 N= 50
24
Case 1a (Tiang Bor)
N= 20
12 Qs2= .Su. i
Sand
15 N= 25 γ=18,1 kN/m3
18 b. Pasir
NSPT berbobot: [(20)(2,5)+(25)(6)]/8,5 =23,5
21 N= 50 Luas selimut= 2
24
Case 1a (Tiang Bor)
1. Touma & Reese (1974)
pakai k=0.6 (lihat tabel)
3 Silty Clay
γ=19,6 kN/m3 Kedalaman Titik 𝜎 ′ As N 𝜑 𝑄 = 𝐾. 𝜎 . 𝑡𝑎𝑛𝜑 . 𝐴
6 lapisan tengah
Su=86 kPa lapisan
(m) (m) (kPa) (m2) (°) (kN)
9
Kedalaman (m)
24
Case 1a (Tiang Bor)
1. Touma & Reese (1974)
pakai k=0,6 (lihat tabel)
N= 20
12 Sand 3. Quiros & Reese (1977)
γ=18,1 kN/m3 Qs3= 2,74 N.(21,4)= 1380 kN
15 N= 25
4. Reese & Wright (1977)
18 Qs3= 3,1 N.(21,4)= 1560 kN
21 N= 50
5. Reese & O’Neill (1988)
24 𝛽 = 1.5 − 0,245 𝑍 = 0,46
𝜎 = [(19,6)(5,1)+(9,8x4,4)+(8,3)(4,25)]=178 kPa
Qs3= 𝛽. 𝜎 . 21,4 = 0,46 178 21,4 = 1750 kN
Case 1a (Tiang Bor)
9 gunakan 𝑄 = 𝑁 5,38
Kedalaman (m)
Rekap HASIL
(kN) (kN) (kN) (kN) (kN)
9
Kedalaman (m)
N= 20
12 Sand
γ=18,1 kN/m3 Penurunan Tahanan Selimut Tahanan Ujung QT
15 N= 25 Trial
𝜌/D Q/Qs Q 𝜌/D Q/Qp Q
18 mm (%) (kN) (%) (kN) (kN)
21 N= 50 1 0,125 0,37 930 0,125 0,02 20 950
24 1.3 0,16 0,49 1230 0,16 0,03 20 1250
LEMPUNG kaku
γ =18,9 kN/m3
5 Su=95 kPa, PI= 15
10
Kedalaman (m)
LEMPUNG kaku
γ =18,9 kN/m3 1. Tahanan selimut (lapisan lempung 0-5m)
5 Su=95 kPa, PI= 15
a. API
10
Qs1= .Su. .D.li = (0,5)(95)kPa (3,14)(0,45)m(5)m
Kedalaman (m)
LEMPUNG kaku
γ =18,9 kN/m3 1. Tahanan selimut (lapisan pasir 5-20m)
5 Su=95 kPa, PI= 15
• Tekanan overburden efektif (p’) 0 to 5 m (18,9)(2,5)= 47,3 kPa
10
• Tekanan overburden efektif (p’) 5 to 10 m (18,9)(5)+(9,1)(2,5)= 117 kPa
Kedalaman (m)
PASIR padat & • Tekanan overburden efektif (p’) 10 to 15 m (18,9)(5)+(9,1)(7,5)= 163 kPa
KERIKIL kepasiran • Tekanan overburden efektif (p’) 15 to 20 m (18,9)(5)+(9,1)(12,5)= 208 kPa
15 γ=19,1 kN/m3
Qs= D l ( cu) + D l (Ks ’v tan)
φ= 36°
20
N= 23-28 API ~ FHWA
25 Qs2 = Ks ’v tan . π.D.li
= (2)(163)kPa.(tan(0,75)(36)).(3,14)(0,45)m(15)m
= 3522 kN
Case 1b (Tiang Pancang)
LEMPUNG kaku
γ =18,9 kN/m3 1. Tahanan Ujung
5 Su=95 kPa, PI= 15
• Tekanan overburden efektif (p’) @ 20m (18,9)(5)+(9,1)(15)= 231 kPa
• Nq=40
10 • Ap= (0,25)(π)(0,45)2= 0,159 m2
Kedalaman (m)
LEMPUNG kaku
γ =18,9 kN/m3
5 Su=95 kPa, PI= 15
Metode Qs2 Qs3 Qp Qult
Rekap HASIL
10
Kedalaman (m)
DISKUSI !!
KAPASITAS FORMULA DINAMIK
Formula Dinamik
Formula dinamik TIDAK digunakan lagi dalam perancangan
fondasi tiang (SNI 8460:2017 – art.9.7.2.3)
𝒖 𝒍 𝒓
4000
3500
Ru = ηEr /(s + sl)
3000
η = 1/3; sl = 2,5mm
Capacity in kN
2500
2000
1500
Ru = 1.6 Ep ½ log(10Blows/25mm) – 120 kN
1000
500
0
0 25 50 75 100 125 150 175 200
Blows/0.25 m
Tiang Pancang
bidang interface antara tanah-tiang dengan
model spring-dashpot
Output GRLWEAP
1. Bearing Graph, memberi informasi kapasitas tiang dari hasil jumlah pukulan
○ Kinerja hammer dimodelkan fix
○ 1 kedalaman rencana
○ Diasumsikan pada 10 nilai kapasitas
TensionStress(MPa)
pressiveStress(M
100 100
Skin Dam ping 0.259 s ec/m
Toe Dam ping 0.500 s ec/m
Pile Length 18.28 m
50 50 Pile Penetration 16.76 m
Pile Top Area 140.64 cm 2
Skin Friction
0 0
Pile Model Dis tribution
3.50
3.10
Stroke(m)
2.70
2.30
1.90
1.50
40 80 120 160 200 240 280
Res . Shaft = 30 %
Blow Count (blows /.25m ) (Proportional)
Drivability Result