Anda di halaman 1dari 4

Tugas Individu

Mata Kuliah Kebijakan dan Manajemen Kesehatan

STUDI KASUS
KEBIJAKAN PENANGANAN COVID-19

Dosen:
Prof. Dr. Amran Razak, M.Sc.

OLEH
NURUL ILMI IDRUS
K012221025

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
STUDI KASUS
KEBIJAKAN PENANGANAN COVID-19

Kebijakan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2022


Tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
Level 1 serta Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona
Virus Diseases 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk
Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 di
Wilayah Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi,
Maluku dan Papua
Isi Kebijakan Kebijakan tersebut merupakan instruksi kepada Kepala
Daerah baik Gubernur maupun Bupati/Walikota untuk
melaksanakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) pada kondisi Corona Virus Disease
2019 sesuai dengan kriteria level situasi pandemic
berdasarkan asesmen oleh Kementeria Kesehatan.

PPKM Level 1 pada Kabupaten dan Kota sebagaimana


dimaksud pada kebijakan ini dilakukan dengan menerapkan
kegiatan sebagai berikut :
 Pelaksanaan pembelajaran di satuan Pendidikan dapat
dilakukan melalui pembelajaran tatap muka terbatas
dan/atau pembelajaran jarak jauh.
 Pelaksanaan kegiatan perkantoran/tempat kerja dengan
menerapkan WFO (Work From Office) sebesar 100%
dengan menerapkan protocol kesehatan dan pengaturan
waktu kerja secara bergantian.
 Pelaksanaan kegiatan pada sektor esensial seperti
kesehatan, bahan pangan, makanan, minuman,
komunikasi dan teknologi informasi, keuangan,
perbankan, logistik, perhotelan, tempat yang
menyediakan kebutuhan sehari-hari yang berkaitan
dengan kebutuhan pokok masyarakat tetap dapat
beroperasi 100% dengan peraturan jam operasional.
 Pasar tradisional, pedagang kaki lima, toko kelontong,
agen/outlet voucher, barbershop, laundry, pedagang
asongan, pasar loak, pasar unggas, pasar basah, pasar
batik, bengkel kecil, cucian kendaraan, dll yang sejenis
diizinkan buka.
 Pelaksanaan kegiatan makan/minum di tempat umum
pada warung makan/warteg diizinkan buka.
 Pelaksanaan kegiatan makan/minum di tempat umum
pada rumah makan/restoran kafe diizinkan buka dengan
ketentuan :
a. Makan/minum di tempat sebesar 100% dari
kapasitas
b. Jam operasional dibatasi sampai dengan pukul
22.00 waktu setempat
c. Untuk restoran yang hanya melayani
pesar-antar/dibawa pulang dapat beroperasi 24 jam.
 Pelaksanaan kegiatan pada pusat perbelanjaan
diizinikan sampai dengan pukul 22.00 waktu setempat
dengan kapasitas pengunjung sebesar 100%.
 Pelaksanaan kegiatan bioskop wajib menggunakan
aplikasi PeduliLindungi untuk melakukan skrining
dengan kapasitas maksimal 100%.
 Pelaksanaan kegiatan ibadah pada tempat ibadah dapat
dilakukan paling banyak 100% dari kapasitas.
 Pelaksanaan kegiatan pada area public diizinkan dibuka
dengan pembatasan kapasitas maksimal 100%.
 Resepsi pernikana dan kegiatan hajatan diizinkan paling
banyak 75% dari kapasitas.
 Pelaksanaan kegiatan rapat, seminar dan pertemuan
luring diizinkan dnegan pembatasan kapasitas maksimal
100%.
 Transportasi umum diberlakukan dengan pengaturan
kapasitas maksimal 100%.
 Penggunaan masker dengan benar dan konsisten adalah
protocol kesehatan paling minimal yang harus
diterapkan setiap orang, namun apabila masyarakat
beraktivitas diluar ruangan atau pada area terbuka yang
tidak padat orang diberlakukan ketentuan :
a. Dapat tidak menggunakan masker
b. Masyarakat kategori rentan disarankan untuk tetap
menggunakan masker
c. Masyarakat dengan gejala batuk dan pilek harus
menggunakan masker.
Konteks Kebijakan ini disusun sebagai bentuk pencegahan penularan
penyakit infeksi baru dan kedaruratan masyarakat yang
dikenal dengan COVID-19. Harapannya agar masyarakat
dapat mematuhi aturan-aturan yang tertera pada kebijakan
ini dengan tujuan supaya masyarakat dapat terhindar dari
infeksi penyakit COVID-19.
Masalah Kebijakan Kebijakan ini merupakan langkah pemerintah dalam
mencegah penularan COVID-19. Seperti yang kita ketahui
bahwa COVID-19 yang muncul pada akhir tahun 2019
merupakan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
Meresahkan Dunia (KKMMD) dan telah ditetapkan sebagai
pandemi oleh WHO. Hal ini mewajibkan kepada kita untuk
melakukan kesiapsiagaan dalam menghadapi penyakit
infeksi baru, baik melalui kemampuan pencegahan,
penemuan hingga kemampuan respon.

Terhitung sejak September 2022, aturan mengenai


Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM)
sudah tidak seketat PPKM pada tahun-tahun sebelumnya
mengingat kasus COVID-19 sekarang ini juga sudah mulai
terkendali. Sebagian besar akitifitas masyarakat seperti
proses pembelajaran di sekolah, aktifitas di pasar hingga
aktifitas ibadah di rumah-rumah ibadah sudah diizinkan
dengan kapasitas 100%. Bahkan Presiden sudah
memperbolehkan masyarakat untuk membuka masker
apabila berada diluar ruangan yang tidak padat orang.
Namun, semua itu tetap dilakukan dengan prokotol
kesehatan yang ketat.

Akan tetapi pada kenyataannya, masih banyak masyarakat


yang kurang patuh dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah tersebut. Masyarakat saat ini sudah mulai
mengabaikan protokol kesehatan. Bahkan untuk kegiatan di
dalam ruangan yang padat orang pun, sebagian besar
diantaranya tidak lagi menggunakan masker. Hal ini tentu
masih menjadi tantangan besar untuk pemerintah mengingat
status pandemic COVID-19 sampai saat ini belum dicabut.
Aktor Kebijakan Kebijakan ini disusun oleh Menteri Dalam Negeri dengan
mempertimbangkan instruksi dari Menteri Kesehatan,
Menteri Agama dan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi.

Sasaran dari kebijakan ini ialah Kepala Daerah


(Gubernur/Bupati/Walikota) beberapa daerah di Indonesia
untuk kemudian mereka sebarluaskan kepada masyarakat
setempat.
Usulan Solusi Terkendalinya kejadian penyakit COVID-19 saat ini tidak
lepas dari peran masyarakat yang patuh akan protokol
kesehatan dan berpartisipasi pada kegiatan vaksinasi
COVID-19. Oleh karena itu, diharapkan agar masyarakat
mampu mempertahankan kebiasaan untuk mematuhi
protokol kesehatan hingga status pandemi COVID-19 dapat
dilalui dan kehidupan dapat kembali normal seperti sedia
kala.

Untuk mencapai tujuan tersebut, peran dari pemerintah


setempat tentunya sangat diperlukan. Perlu adanya
koordinasi dan kolaborasi yang baik antara pemerintah pusat
dan daerah serta lintas sektor terkait untuk terus
menggaungkan isi dari kebijakan penanganan COVID-19
yang berlaku saat ini serta pentingnya menjaga protokol
kesehatan kepada masyarakat luas melalui berbagai media,
salah satunya yakni media sosial. Selain itu, tentunya
pemerintah dan sektor terkait harus memberikan contoh
yang baik kepada masyarakat dengan terus menaati protokol
kesehatan yang sesuai dengan kebijakan yang berlaku saat
ini sehingga masyarakat dapat termotivasi dan berpartisipasi
dalam melawan kasus COVID-19.

Anda mungkin juga menyukai