Kelompok 9 Kelas F
Di Susun oleh :
FAKULTAS KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBINANAN ALIH JENJANG
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
TAHUN 2023
COVID-19 merupakan masalah yang tidak diinginkan oleh semua penduduk
di bumi ini. Seluruh komponen kehidupan penduduk dunia terhambat, tidak
terkecuali pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terdepan di
masyarakat.
Kehamilan di masa pandemi COVID-19 sangat berisiko tinggi. Selain karena
ibu hamil sangat rentan terinfeksi dengan virus SARS-CoV-2, pandemi juga telah
mengakibatkan terganggunya sistem pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan.
Sehingga, hal tersebut berdampak terhadap terganggunya akses ibu hamil pada
pelayanan Kesehatan.
Apabila pelayanan Kesehatan ikut ditutup maka akan berdampak terhadap
kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak, sehingga Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak memastikan bahwa, pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan terhadap kaum perempuan terus berjalan meski
pandemic covid-19 masih melanda Indonesia. Berkaitan dengan keberlangsungan
pelayanan terhadap kaum perempuan, maka untuk melindungi tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan tersebut dalam hal ini adalah bidan, mereka dapat
menggunakan alat perlindungan diri (APD) sesuai dengan ketentuan.
Mengingat resiko yang dihadapi oleh bidan dan juga pasien saat memberikan
pelayanan di era pandemi, maka dipandang perlu penyesuaian pemberian pelayanan
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, sehingga mereka terhindar dari penularan.
Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir setahun lamanya, bahkan semakin
kebelakang angka positif makin bertambah signifikan.
1. Ibu hamil tanpa demam dan gejala influenza like illnesses dan tidak ada
riwayat kontak erat atau tidak ada riwayat perjalanan dari daerah yang telah
terjadi transmisi lokal, serta hasil rapid test negatif (jika mungkin dilakukan),
dapat dilayani di FKTP oleh bidan/dokter yang wajib menggunakan APD
level-1.
2. Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan PDP harus
DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada surat rujukan bahwa
diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan PCR serta
penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.
3. Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi normal
(sesuai SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara ditinda pada ibu
dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi bahwa
episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai
kasus risiko tinggi
4. Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO:
5. Ibu hamil diminta untuk
a. Kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1 direkomendasikan
oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor risiko (HIV, sifilis, Hepatitis
B). Jika kunjungan pertama ke bidan, maka setelah ANC dilakukan maka
ibu hamil kemudian diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter.
b. Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan sebelum
taksiran persalinan) harus oleh dokter untuk persiapan persalinan.
c. Kunjungan selebihnya dapat dilakukan atas nasihat tenaga kesehatan dan
didahului dengan perjanjian untuk bertemu.
d. Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.
e. Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu hamil
dapat menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (misalnya Sehati tele-
CTG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll) dan edukasi berkelanjutan
melalui SMS Bunda.
Lalu, apa yang harus kita persiapkan untuk mrlakukan kebiasan adaptasi baru
dalam kegiatan kita sehari-hari ? Secara pribadi, persiapkan mental untuk menerima
segala perubahan kebiasaan yang akan terjadi. Semua orang diminta berperilaku
hidup sehat dan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 yang
selama ini sering didengungkan.
Transisi untuk berada pada fase penerapan new normal harus menjadi perhatian
yang serius. Transisi merupakan keadaan di mana pembatasan yang sebelumnya
diterapkan secara masif, bergerak menuju kondisi yang lebih aman, sehat, dan
produktif (Kynoch, 2005; Plattner, 2014; Pieralli et al., 2020).