Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEBIJAKAN DAN SISTEM PELAYANAN KEBIDANAN

Kelompok 9 Kelas F
Di Susun oleh :

Eulis Nafilah Nur Azizah F6222181


Elah Muhaeliah F226185
Dini Ulfa Azizah F622188
Ikah Siti Barkah F622190
Yuliana Fransiska F622193

FAKULTAS KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEBINANAN ALIH JENJANG
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
TAHUN 2023
COVID-19 merupakan masalah yang tidak diinginkan oleh semua penduduk
di bumi ini. Seluruh komponen kehidupan penduduk dunia terhambat, tidak
terkecuali pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terdepan di
masyarakat.
Kehamilan di masa pandemi COVID-19 sangat berisiko tinggi. Selain karena
ibu hamil sangat rentan terinfeksi dengan virus SARS-CoV-2, pandemi juga telah
mengakibatkan terganggunya sistem pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan.
Sehingga, hal tersebut berdampak terhadap terganggunya akses ibu hamil pada
pelayanan Kesehatan.
Apabila pelayanan Kesehatan ikut ditutup maka akan berdampak terhadap
kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak, sehingga Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak memastikan bahwa, pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan terhadap kaum perempuan terus berjalan meski
pandemic covid-19 masih melanda Indonesia. Berkaitan dengan keberlangsungan
pelayanan terhadap kaum perempuan, maka untuk melindungi tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan tersebut dalam hal ini adalah bidan, mereka dapat
menggunakan alat perlindungan diri (APD) sesuai dengan ketentuan.

Mengingat resiko yang dihadapi oleh bidan dan juga pasien saat memberikan
pelayanan di era pandemi, maka dipandang perlu penyesuaian pemberian pelayanan
Kesehatan ibu dan bayi baru lahir, sehingga mereka terhindar dari penularan.
Pandemi Covid-19 sudah berlangsung hampir setahun lamanya, bahkan semakin
kebelakang angka positif makin bertambah signifikan.

Adapun kebijakan pemerintah dalam Layanan Pemeriksaan Kehamilan


(ANC):

1. Ibu hamil tanpa demam dan gejala influenza like illnesses dan tidak ada
riwayat kontak erat atau tidak ada riwayat perjalanan dari daerah yang telah
terjadi transmisi lokal, serta hasil rapid test negatif (jika mungkin dilakukan),
dapat dilayani di FKTP oleh bidan/dokter yang wajib menggunakan APD
level-1.
2. Ibu hamil dengan status ODP dapat dilayani di FKTP, sedangkan PDP harus
DIRUJUK ke FKRTL. Beri keterangan yang jelas pada surat rujukan bahwa
diagnosa PDP dan permintaan untuk dilakukan pemeriksaan PCR serta
penanganan selanjutnya oleh dokter spesialis.
3. Ibu Hamil mendapatkan Jenis layanan ANC sama dengan situasi normal
(sesuai SOP), kecuali pemeriksaan USG untuk sementara ditinda pada ibu
dengan PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sampai ada rekomendasi bahwa
episode isolasinya berakhir. Pemantauan selanjutnya, ibu dianggap sebagai
kasus risiko tinggi
4. Konsultasi kehamilan dilakukan sesuai rekomendasi WHO:
5. Ibu hamil diminta untuk
a. Kunjungan wajib pertama dilakukan pada trimester 1 direkomendasikan
oleh dokter untuk dilakukan skrining faktor risiko (HIV, sifilis, Hepatitis
B). Jika kunjungan pertama ke bidan, maka setelah ANC dilakukan maka
ibu hamil kemudian diberi rujukan untuk pemeriksaan oleh dokter.
b. Kunjungan wajib kedua dilakukan pada trimester 3 (satu bulan sebelum
taksiran persalinan) harus oleh dokter untuk persiapan persalinan.
c. Kunjungan selebihnya dapat dilakukan atas nasihat tenaga kesehatan dan
didahului dengan perjanjian untuk bertemu.
d. Ibu hamil diminta mempelajari Buku KIA.
e. Jika memungkinkan, konsultasi kehamilan dan edukasi kelas ibu hamil
dapat menggunakan aplikasi TELEMEDICINE (misalnya Sehati tele-
CTG, Halodoc, Alodoc, teman bumil dll) dan edukasi berkelanjutan
melalui SMS Bunda.

Berdasarkan kebijakan di atas Para bidan selalu menerapkan protocol


kesehatan pada dirinya sebagai pemberi layanan dan kepada pasiennya untuk
mencegah penularan virus corona. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi
untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini,
pengobatan atau rujukan dari komplikasi tersebut, meskipun dalam situasi dan
kondisi yang sangat sulit, maka hal itu harus dijalankan tentunya disesuaikan
dengan situasi masa pandemic. Pasien sebagai penggunakan jasa bidan karena
merasa membutuhkan mereka tetap melakukan pemeriksaan sesuai dengan yang
disarankan oleh bidan dengan selalu menjalankan protocol kesehatan seperti,
menggunakan masker dan selalu mencuci tangan ketika sampai di tempat pelayanan
dan ketika akan pulang. Dengan menerapkan protocol kesehatan maka pasien tidak
merasa takut lagi datang ke pelayanan kesehatan khususnya ke Praktik Mandiri
Bidan.

Lalu, apa yang harus kita persiapkan untuk mrlakukan kebiasan adaptasi baru
dalam kegiatan kita sehari-hari ? Secara pribadi, persiapkan mental untuk menerima
segala perubahan kebiasaan yang akan terjadi. Semua orang diminta berperilaku
hidup sehat dan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 yang
selama ini sering didengungkan.

Protokol pencegahan itu di antaranya:

a. Selalu menggunakan masker jika bepergian ke luar rumah.


b. Memahami etika batuk.
c. Tidak ke luar rumah jika tak memiliki kepentingan mendesak.
d. Rajin mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun atau
menggunakan hand sanitizer dengan kadar alkohol minimal 60%.
e. Tidak bertukar barang dengan orang lain di tempat kerja, misalnya membawa
piring, gelas, dan sendok sendiri.
f. Menjaga jarak dan menghindari kerumunan

Demikian beberapa panduan protokol kesehatan yang dapat diterapkan dalam


mewujudkan adaptasi kebiasaan baru saat ini.

Transisi untuk berada pada fase penerapan new normal harus menjadi perhatian
yang serius. Transisi merupakan keadaan di mana pembatasan yang sebelumnya
diterapkan secara masif, bergerak menuju kondisi yang lebih aman, sehat, dan
produktif (Kynoch, 2005; Plattner, 2014; Pieralli et al., 2020).

Selama masa transisi tersebut diperlukan patisipasi masyarakat untuk pro-aktif


dalam melanjutkan kembali aktivitas, dan tetap memperhatikan protokol kesehatan
yang berlaku. Hal ini diharapkan bahwa selama periode transisi, jumlah kasus
berkurang dan tingkat produktivitas semakin membaik. Dalam periode transisi
penerapan new normal juga perlu memperhatikan norma-norma sosial yang berlaku
di masyarakat. Hal ini berimplikasi pada partisipasi masyarakat yang secara
bertahap dapat belajar dan beradaptasi melalui interaksi sosial tentang
keseimbangan dan fase-fase yang baru pada komunitas sosialnya (Munshi &
Myaux, 2006).

Sehingga norma sosial ikut mendorong perubahan dalam perilaku dalam


komunitas serta membangun karakterisasi sosial pada periode transisi new normal.
Adapun beberapa hal yang juga perlu diperhatikan selama periode transisi new
normal yaitu sebagai berikut :

Tes Medis Masyarakat atau individu yang melakukan aktivitas kerja


secara rutin di tempat umum, harus menjalani test kesehatan
secara berkala dan dilengkapi dengan adanya dokumen-
dokumen medis. Hal ini untuk meminimalisir risiko saat
penerapan new normal berlangsung. Sehingga produktivitas
dapat berjalan dengan baik. Hal ini juga diharapkan dapat
dilakukan oleh masyarakat umum lainnya agar tetap
memperhatikan prokol Kesehatan.

Protokol Protokol kebersihan harus tetap dijalankan di semua tempat


Kebersihan atau ruangruang publik lainnya. Seperti penggunaan
masker, sabun cuci tangan dan mengurangi kontak
langsung. Hal ini juga diharapkan agar semua fasilitas-
fasilitas umum untuk menyiapkan peralatan yang
mendukung sterilisasi dan kebersihan.

Protokol dalam Praktik dalam bekerja harus dapat meminimalkan kepadatan


bekerja jumlah orang dalam bekerja dalam satu ruangan.
Mengurangi kontak langsung. Mengatur jam kerja dan
beradaptasi pada cara kerja jarak jauh jika hal tersebut
diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai