MODUL PERKULIAHAN
U002100007 -
PENDIDIKAN
PANCASILA
Abstrak Sub-CPMK
14
Udjiani Hatiningrum, SH. M Si
PSIKOLOGI PSIKOLOGI
2. Pandangan Tokoh-tokoh Nasional tentang Sistem Ekonomi Pancasila
Pemerintah
Dalam hal ini, Pemerintah selaku pelaku ekonomi kerakyatan direpresentasikan oleh
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku perusahaan pemerintah, maka pemerintah
juga melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Kegiatan produksi.
Pemerintah dalam menjalankan perannya sebagai pelaku ekonomi mendirikan
perusahaan negara atau sering dikenal dengan sebutan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN). Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor. 19 Tahun
b. Kegiatan konsumsi.
Pemerintah juga berperan sebagai pelaku konsumsi karena pemerintah juga
membutuhkan barang dan jasa untuk menjalankan tugasnya, seperti ketika
pemerintah menjalankan tugasnya dalam melayani masyarakat, yaitu
mengadakan pembangunan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, atau
infrastruktur. Dalam kegiatan tersebut, tentu pemerintah akan membutuhkan
bahan-bahan bangunan seperti semen, pasir, aspal, dan membeli barang-barang
untuk administrasi pemerintahan, menggaji pegawai pemerintah, dan sebagainya
yang mana semua hal tersebut harus dikonsumsi pemerintah untuk menjalankan
tugasnya.
c. Kegiatan distribusi.
Selain kegiatan konsumsi dan produksi, pemerintah juga melakukan kegiatan
distribusi. Kegiatan distribusi dilakukan pemerintah dalam rangka menyalurkan
barang-barang yang telah diproduksi oleh perusahaan perusahaan negara kepada
masyarakat, misalnya pemerintah menyalurkan sembilan bahan pokok kepada
masyarakat miskin melalui Bulog. Penyaluran Sembako kepada masyarakat
Swasta
Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) yang didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta ini
juga merupakan salah satu kekuatan ekonomi kerakyatan di Indonesia dalam rangka ikut
mengelola sumber daya Indonesia dan sebagai perusahaan swasta tentu mempunyai
tujuan untuk memperoleh laba sebesar-besarnya, namun dalam pelaksanaannya tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengingat bahwa BUMS baik dalam bentuk perusahaan swasta nasional maupun
perusahaan swasta asing dalam melakukan perannya sangat mengandalkan kekuatan
kepemilikan modal maka pemerintah perlu mendorong perkembangan usaha BUMS
dengan berbagai kebijakan dan regulasi yang menarik agar pihak swasta tertarik untuk
berinvestasi di Indonesia dan bersama dengan pemerintah mewujudkan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Koperasi
Pada saat ini koperasi juga dapat digolongkan sebagai Badan usaha berbadan hukum
yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum lainnya dengan melandaskan
kegiatannya pada prinsip koperasi, sekaligus juga berperan sebagai pengerak ekonomi
rakyat yang berasaskan kekeluargaan. Mengingat bahwa koperasi lebih mengedepankan
asas kekeluargaan maka koperasi dikelola oleh dan untuk anggota koperasi itu sendiri,
sedangkan pemerintah berperan mendorong untuk semakin berkembangnya peran
koperasi melalui regulasi yang berpihak pada koperasi dalam menjalankan peran
mensejahterakan anggota koperasi.
Beberapa tokoh dapat kita lihat pandangannya tentang sistem ekonomi Pancasila,
antara lain:
Sikap yang harus ditanamkan dalam membangun sistem ekonomi adalah hidup
sederhana, hemat dan tidak boros terutama dalam keuangan Negara, kekayaan
Negara dan kekayaan alam berdasarkan dasar-dasar moral dan perikemanusiaan.
Landasan ekonomi terpimpin adalah UUD 1945 yaitu Pasal 33 berkaitan dengan
sistem ekonomi sebagai usaha bersama dengan asas kekeluargaan, (sistem
ekonomi koperasi), Pasal 27 ayat 2 mengenai hak-hak sosial warga Negara, dan
Pasal 34 mengenai tugas Negara (Subiakto: 68). Dalam sistem ekonomi pelaku
ekonomi yaitu Koperasi dengan memberi peluang perusahaan Negara (BUMN)
dan perusahaan swasta.
Emil Salim, juga berdasarkan UUD 1945 dan Garis-garis Besar Haluan Negara
(masa Orde Baru) menyebutkan lima ciri-ciri Pancasila (Subiakto:71-72), yaitu:
a) Usaha Negara dan swasta tumbuh berdampingan tanpa dominasi,
b) Hubungan kerja antara lembaga-lembaga ekonomi tidak didasari dominasi
modal seperti ekonomi kapitalis, tidak didasari pada dominasi buruh seperti
system ekonomi komunis melainkan derajat manusia seutuhnya.
4. Pemikiran Mubyarto
Liberalism Mutualisasi/kebersamaan
Individualism Kekeluargaan
Kompetitisme Kooperativisme
Daulat pasar Daulat rakyat
Mengacu pada Pasal 33 UUD 1945, ada tiga unsur demokrasi ekonomi yaitu aspek
produksi, aspek distribusi, dan aspek kepemilikan usaha bersama oleh rakyat. Adapun
garis besar substansinya dijelaskan sebagai berikut (Forum Ilmiah Volume 14 Nomor 2,
Mei 2017, Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan (Tinjauan Implementasi
Pancasila Dalam Sistem Ekonomi), Syahrial Syarbaini PAMU Universitas Esa Unggul,
Jakarta, hal 135)
a. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses produksi nasional.
Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam proses pembentukan produksi
nasional menempati kedudukan yang sangat penting dalam sistem ekonomi
kerakyatan. Hal itu sejalan dengan bunyi Pasal 27 UUD 1945 yang menyatakan,
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
b. Partisipasi seluruh anggota masyarakat dalam turut menikmati hasil produksi
nasional.
Artinya, dalam rangka ekonomi kerakyatan, harus ada jaminan bahwa setiap
anggota turut serta menikmati hasil produksi nasional, termasuk para fakir miskin
dan anak-anak terlantar. Hal itu antara lain dipertegas oleh Pasal 34 UUD 1945
yang menyatakan, Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Wujud kongkrit dari demokrasi ekonomi yaitu dengan tersedianya sistem jaminan
sosial nasional yang mencakup kaum fakir miskin dan anak-anak terlantar.
c. Kegiatan produksi dan pembagian hasil produksi nasional itu harus berlangsung di
bawah pimpinan atau pemilikan anggota-anggota masyarakat. Artinya, dalam
rangka perwujudan demokrasi ekonomi, anggota masyarakat tidak boleh hanya
menjadi obyek, namun harus diupayakan agar menjadi subyek perekonomian.
Sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat diuraikan secara singkat
sebagai suatu tata masyarakat adil dan makmur, sejahtera lahiriah batiniah, yang setiap
warga mendapatkan segala sesuatu yang telah menjadi haknya sesuai dengan hakekat
manusia adil dan beradab. Perwujudan dari sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat yang
merupakan pengamalannya, setiap warga harus mengembangkan sikap adil terhadap
sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajibanya serta menghormati hak-hak
orang lain.
Demikian pula perlu dipupuk sikap suka memberikan pertolongan kepada orang yang
memerlukan agar dapat berdiri sendiri dan dengan sikap yang demikian ia tidak
menggunakan hak miliknya untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain, juga tidak untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan hidup bergaya mewah serta
perbuatan-perbuatan lain yang bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Pemerataan perekonomian di Indonesia masih perlu dilaksanakan.Hal ini perlu
dikarenakan pertumbuhan ekonomi antar daerah masih berbeda. Jika pertumbuhan
perekonomian Indonesia tidak merata, ini menyebabkan ketertinggalan suatu daerah
dengan daerah lain. Pemerintah dalam mengatasi hal ini menggalakkan pemerataan
Sesuai dengan amanat alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan “…
untuk memajukan kesejahteraan umum…” merupakan tugas utama pemerintah untuk
mewujudkannnya melalui suatu pembangunan nasional. Pada dasarnya pembangunan
nasional adalah dari, oleh dan untuk rakyat yang dilaksanakan dalam semua aspek
kehidupan bangsa yaitu meliputi dan pertahanan keamanan.
Pembangunan nasional merupakan upaya kehendak rakyat secara terus menerus
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata
berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Dalam usaha mewujudkan cita-cita Negara
sebagaimana tersebut dalam pembukaan UUD 1945 maka dibutuhkan visi atau arah yang
menjadi tuntunan pembangunan nasional Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat
Indonesia yang bersatu, demokratis, adil, sejehtera, maju dan mandiri.
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka membangun manusia Indonesia
seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. Dan pembangunan itu tidak
hanya mengejar kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan, atau
juga tidak hanya ingin mengejar kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas
mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, rasa keadilan melainkan juga
menginginkan adanya keselarasan, keserasian serta keseimbangan lahir dan batin
secara berkelanjutan.
Pembangunan nasional bukan hanya untuk golongan tertentu atau sebagian kecil
masyarakat, tetapi harus diarahkan sebesar-besarnya untuk seluruh masyarakat dan
harus benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup yang
Alfian. (1992). Pancasila sebagai ideology dalam kehidupan politik. Dalam Oetojo
Oesman dan Alfian (Pnyt) Pancasila sebagai Ideologi: dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jakarta. BP7-Pusat.
https://bobo.grid.id/read/082913603/perwujudan-nilai-nilai-pancasila-dalam-bidang-
ekonomi?page=2
https://kbbi.lektur.id/perekonomian
https://www.kompas.com/skola/read/2022/05/18/073000869/sistem-ekonomi-pancasila--
pengertian-prinsip-dan-ciri-cirinya?page=all
http://ditpolkom.bappenas.go.id/?page=news&id=31
https://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/publikasi/ekonomi-pancasila-dalam-tinjauan-filsafat-
ilmu/
https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=94962