Anda di halaman 1dari 40

PEMBUATAN DAN ANALISA KEKERASAN DAN

STRUKTUR MIKRO LOGAM PADUAN ALUMINIUM


DENGAN ADITIF 6 Fe – 1 Ni (% BERAT)

Indra Irwana
Mahasiswa Teknik Mesin, Universitas Pamulang, Indonesia

Abstrak : Pembuatan Dan Analisa Kekerasan Dan Struktur Mikro Logam Paduan
Aluminium Dengan Aditif 6 Fe – 1 Ni (% Berat). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui nilai kekerasan serta struktur mikro pada logam paduan antara Al-Fe-
Ni. Logam paduan AlFeNi ini memiliki komposisi 9,3 gram Alumunium, 0,6
gram Fero dan 0,1 gram Nikel dibuat dengan metode Metalurgi Serbuk dan
pemanasan (sintering) dengan temperatur bervariasi pada 600°C, 650°C sampai
700°C. Pemanasan pada temperatur tersebut dapat berdampak pada perubahan
struktur mikro, fasa, dan nilai kekerasan logam paduan. Pengujian kekerasan
logam paduan AlFeNi dilakukan dengan menggunakan metode Vicker, dan
menghasilakan nilai kekerasan yang cukup tinggi. Analisis struktur fasa dilakukan
berdasarkan pola difraksi sinar X (XRD), dan pada hasil penelitian terbentuk
senyawa-senyawa baru pada sampel uji yang melalui proses sintering pada suhu
650°C dan pada sampel 700°C. Serta analisis mikro struktur menggunakan
mikroskop optik (OM).

Kata Kunci : Paduan Al-Fe-Ni, metode Vicker, struktur mikro, struktur fasa

BAB I dibutuhkan. Sehingga membuat


PENDAHULUAN manusia mencari bahan-bahan yang
cocok untuk dijadikan bahan baku.
1.1 Latar Belakang
Di zaman yang modern ini logam
Semakin berkembangnya
banyak digunakan, baik dalam
peradaban manusia, semakin
bidang industri maupun di kehidupan
beragam pula barang-barang yang
sehari-hari.seperti logam aluminium

1
2

yang sangat umum digunakan proses fisika dan kimia serta


sebagai bahan dasar untuk untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
membuat produk. Akan tetapi sifat-sifat fisik dan kimia logam
karakteristik aluminium kurang murni maupun paduan. Metode yang
sesuai dengan kebutuhan, sehingga sekarang terus dikembangkan dalam
aluminium harus dipadupadankan proses manufaktur adalah metalurgi
dengan logam lain, yang sering serbuk, metalurgi serbuk yang dapat
disebut dengan logam paduan mencapai bentuk komponen akhir
aluminium. dengan mencampurkan serbuk secara
bersaman dan dikompaksi dalam
Berbagai upaya telah banyak
cetakan, dan selanjutnya disinter di
dilakukan untuk menciptakan
dalam tungku pemanas.
teknologi baru, misalkan dengan
membangun laboratorium yang
Salah satu cara untuk menetahui
mendukung penelitian, lomba sience,
kekuatan dan ketahanan suatu
maupun memberikan beasiswa –
material dan sebagai pendukung bagi
beasiswa bagi mahasiswa
spesifikasi suatu material adalah
berprestasi. Duina permesinan
dengan metode uji kekerasan.
berperan penting dalam
Walaupun uji tarik, uji puntir, dan
perkembangan teknologi yang ada
mekanika perpatahan pun tidak dapat
saat ini, disatu sisi sebagai produsen
ditinggalkan, uji kekerasan dianggap
teknologi baru yang ada disatu sisi
lebih spesifik untuk mengetahui
juga sebagai produsen teknologi
ketahanan suatu material terhadap
dalam proses produksi. Penelitian
deformasi, yang untuk logam
terus dilakukan untuk menghasilka
terdapat sifat untuk menyatakan
teknologi baru dengan tujuan untuk
ukuran ketahanan sifat untuk
meningkatkan kesejahteraan
menyatakan ukuran ketahanannya
manusia, sehingga mempermudah
terhadap deformasi plastic dan
manusia dalam melakukan sesuatu.
deformasi permanen.

Metalurgi adalah ilmu yang Walaupun demikian, pada


mempelajari cara-cara untuk pengujian kekerasan memiliki
memperoleh logam (metal) melalui ketahanan terhadap indentasi akibat
3

beban dinamis atau statis pada bahan dengan metode metalurgi serbuk,
yang sama dapat diklasifikasikan pengujian struktur mikro,
berdasarkan kekerasannya, dengan mengetahui kekuatan material
kekerasan tersebut dapat ditentukan dengan metode Vicker, dan Analisa
penggunaan bahan tersebut. Oleh fasa. Apabia terjadi kekurangan pada
karena itu dalam skripsi ini penulis batasan masalah maupun pembuatan
mengambil judul “Pembuatan Dan skripsi ini, mohon ditambahkan.
Analisa Kekerasan Dan Struktur
Mikro Logam Paduan Aluminium 1.4 Identifikasi Masalah
Dengan Aditif 6 Fe – 1 Ni (% Dalam menganalisa kekerasan
Berat) ”. dan struktur mikro logam paduan
aluminium dengan aditif 6% Fe –
1.2 Rumusan Masalah 1%Ni dengan menggunakan metode
Bagaimana menganalisa
uji Vicker dapat meliputi beberapa
kekerasan, stuktur mikro dan struktur
masalah, diantaranya adalah :
fasa pada logam paduan aluminium
1. Apa itu uji kekerasan
dengan aditif 6% Fe – 1% Ni dengan
dengan meode Vicker ?
menggunakan metode Vickers. Hasil
2. Apa itu uji Mikro Struktur ?
Tugas Akhir Mahasiswa dengan
3. Apa itu Analisa Fasa ?
menggunakan pengujian Standart 4. Bagaimana pencampuran
Laboratorium agar mendapat hasil bahan dengan menggunakan
yang spesifik terhadap uji kekerasan metode Metalurgi Serbuk ?
Vicker dan pembuatan logam paduan
5. Bagaimana karateristik
dengan metode Metalurgi Serbuk.
bahan yang akan diuji ?

1.3 Batasan Masalah


1.5 Tujuan
Untuk membatasi masalah yang
1. Penelitian bertujuan
ada, penulis memberikan suatu
membuat logam paduan Al
batasan – batasan mengenai
– Fe - Ni
pengetahuan dasar tentang pengujian
2. Penelitian bertujuan untuk
kekerasan dengan penetrasi beban
mengetahui nilai pengujian
statis, pengetahuan bahan yang akan
kekerasan bahan dengan
diuji, prosedur pembuatan sampel uji
metode pengujian vicker
4

3. Penelitian bertujuan untuk BAB II TEORI DASAR


mengetahui Struktur Mikro Pada bab ini akan
pada logam yg mengandung dijelaskan mengenai
Al-Fe-Ni pengertian teori
4. Penelitian bertujuan untuk pendukung dari uji
mengetahui struktur fasa kekerasan secara umum,
dengan pengujian XRD. serta klasifikasi bahan uji
menurut unsur logam
1.6 Manfaat
secara mendasar, serta
1. Untuk mengetahui
beberapa pengetahuan
karateristik bahan material
yang akan diuji untuk menunjang

2. Untuk mendapatkan data pengujian.

yang kongkrit dari suatu BAB III IMPLEMENTASI


bahan material yang akan DAN PENGUJIAN
diuji dengan menggunakan Pada bab ini akan
metode Vicker dijelaskan mengenai
3. Sebagai data dukung untuk tentang penerapan dan
pengembangan pembuatan juga pengujian dari uji
bahan struktur atau logam. kekerasan dengan metode
pengujian Vicker secara
1.7 Sistematika Penulisan
lebih mendalam.
Skripsi ini disusun memiliki
BAB IV ANALISA DAN
sistematika sebagai berikut :
PEMBAHASAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan
Bagian pendahuluan ini
dijelaskan mengenai
berisi latar belakang,
perhitungan – perhitungan
rumusan masalah, batasan
mengenai uji kekerasan
masalah, identifikasi
vicker serta analisis
masalah, tujuan, manfaat,
terhadap hasil perhitungan
sistematika penulisan.
tersebut.
5

BAB V PENUTUP produk campuran serbuk berbagai


Pada bab ini akan
logam atau dapat pula terdiri dari
diuraikan tentang
campuran bahan bukan logam untuk
kesimpulan dan saran dari
meningkatkan ikatan partikel dan
apa yang telah penulis
mutu benda jadi secara keseluruhan.
uraikan dalam bab – bab [7]

sebelumnya.
Serbuk logam jauh lebih mahal

BAB II harganya dibandingkan dengan


logam padat dan prosesnya, yang
TEORI DASAR
hanya dimanfaatkan untuk produksi
2.1 Metalurgi Serbuk massal sehingga memerlukan die dan
mesin yang mahal harganya.
Metalurgi serbuk merupakan
 Sifat – sifat khusus serbuk
proses pembentukan benda kerja
logam[1]
komersial (baik yang jadi ataupun
a. Ukuran Partikel
setengah jadi) dari logam dimana
Ukuran partikel haruslah
logam dihancurkan dahulu berupa
tidak terlalu panjang dan
tepung, kemudian tepung tersebut
tidak terlalu pendek.
ditekan di dalam cetakan (mold) dan
Partikel yang terlalu
dipanaskan di bawah temperatur
panjang tidak
leleh serbuk sehingga terbentuk
menunjukkan struktur
benda kerja. Sehingga partikel-
yang diinginkan yang
partikel logam memadu karena
sering menjadi alasan
mekanisme transportasi massa akibat
dalam memilih rute
difusi atom antar permukaan partikel.
serbuk. Partikel yang
Pemanasan selama proses penekanan
terlalu kecil juga sulit
atau sesudah penekanan yang dikenal
ditangani dan cenderung
dengan istilah sinter menghasilkan
menumpul. Metoda
pengikatan partikel halus. Dengan
untuk menentukan
demikian kekuatan dan sifat-sifat
ukuran partikel antara
fisis lainnya meningkat. Produk hasil
lain dengan pengayakan
metalurgi serbuk dapat terdiri dari
6

atau pengukuran dalam milimeter ,adalah


mikroskopik.
15 dibagi dengan jumlah
mesh). Dengan sebaran
b. Bentuk Partikel
ukuran partikel
Merupakan faktor yang
ditentukan jumlah
dalam menentukan
partikel dari setiap
pemrosesan dan dibahas
ukuran standar dalam
dalam ISO Standart
serbuk tersebut.
3252. Bentuk partikel
serbuk tergantung pada Pengaruh sebaran

cara pembuatannya, terhadap mampu alir,

dapat bulat, tidak teratur, berta jenis semu dan

dendritik, pipih atau porositas produk cukup

bersudut tajam. besar. Sebaran tidak


dapat diubah tanpa
c. Sebaran Ukuran Partikel mempengaruhi ukuran
Dianalisis dengan benda tekan.
melewatkan serbuk
d. Mampu Alir
melalui serangkaian
Mampu alir merupakan
saringan dari ukuran
karakteristik yang
lubang yang dikurangi
menggambarkan alir
secara berangsur-angsur
serbuk dan kemampuan
(peningkatan jumlah
memenuhi ruang cetak.
lubang persatuan luas).
Dapat digambarkan
Fraksi partikel- partikel
sebagai laju alir melalui
yang melewati saringan
suatu celah tertentu.
tertentu diberikan dalam
presentase (biasanya % e. Sifat Kimia
berat). Ukuran saringan Terutama menyangkut
dinyatakan dalam jumlah kemurnian serbuk,
mesh (untuk jumlah jumlah oksida yang
mesh 50 atau diperbolehkan dan kadar
lebih,diameter partikel elemen lainnya. Pada
7

metalurgi serbuk Untuk lebih jelasnya mengenai


diharapkan tidak terjadi karakteristik dan sifat partikel
akan dijelaskan dalam tabel
reaksi kimia antara sebagai berikut :
matrik dan penguat.
 Langkah – langkah Powder
f. Kompresibilitas Metalurgi
Kompresibilitas adalah a. Pembuatan Serbuk
perbandingan volum b. Mixing
serbuk dengan volum c. Compaction
benda yang ditekan. Nilai d. Sintering
ini berbeda-beda dan e. Finishing
dipengaruhi oleh
distribusi ukuran dan 2.2 Pengertian Kekerasan

bentuk butir, kekuatan Kekerasan suatu bahan sampai


tekan tergantung pada saat ini masih merupakan
kompresibilitas. peristilahan yang kabur, yang
mempunyai banyak arti tergantung
g. Berat Jenis Curah
pada pengalaman pihak-pihak yang
Berat jenis curah atau
terlibat. Pada umumnya, kekerasan
berat jenis serbuk
menyatakan ketahanan terhadap
dinyatakan dalam
deformasi, dan untuk logam dengan
kilogram per meter
sifat tersebut merupakan ukuran
kubik. Harga ini harus
ketahanannya terhadap defornasi
tetap, agar jumlah serbuk
plastik atau deformasi permanen.
yang mengisi cetakan
Untuk orang-orang yang
setiap waktunya tetap
berkecimpung dalam mekanika
sama.
pengujian bahan, banyak yang

h. Sinter mengartikan kekerasan sebagai

Sinter adalah proses ukuran ketahanan terhadap lekukan.


pengikatan partikel Untuk para insinyur perancang,
melalui proses
pemanasan dengan suhu kekerasan sering di artikan sebagai
0.7 - 0.9 dari titik ukuran kemudahan dan kuantitas
lelehnya.
khusus yang menunjukkan sesuatu
8

mengenai kekuatan dan perlakuan goresan diukur sesuai dengan skala


panas dari suatu logam. Adapun Mohs. Skala ini terdiri atas 10
definisi kekerasan sangat standar mineral disusun
tergantung pada cara pengujian berdasarkan kemampuannya untuk
tesebut dilakukan. Beberapa dari digores. Mineral paling lunak pada
definisi tersebut adalah sebagi skala ini adalah talk (kekerasan
berikut[2] : goresan 1), sedangkan intan
a. Ketahanan identasi mempunyai kekerasan 10. Kuku-
permanen terhadap beban jari mempunyai kekerasan sekitar
dinamis atau statis 2, tembaga yang di lunakkan
kekerasan identasi. kekerasannya sekitar 3, dan
b. Energi yang diserap pada martensit 7. Namun Skala Mohs
beban impact (kekerasan tidak cocok untuk logam, karena
pantul) interval skala pada nilai kekerasan
c. Kekerasan terhadap goresan yang tinggi, tidak benar. Logam
(kekerasan goresan) yang paling keras mempunyai harga
d. Ketahanan terhadap abrasi kekerasan pada skalaMohs, antara 4
(kekerasan abrasi) sampai 8. Suatu jenis lain
e. Ketahanan terhadap
pengukuran kekerasan goresannya
pemotongan atau adalah mengukur kedalaman atau
pengeboran (mampu mesin)
lebar goresan- pada permukaan
f. Untuk logam hanya benda uji yang di buat oleh jarum
kekerasan lekukan yang penggores yang terbuat dari intan
banyak menarik dalam dan yang di beri beban yang
kaitannya dibidang rekayasa terbatas. Cara ini merupakan
metode yang sangat berguna untuk
Kekerasan goresan merupakan
mengukur kekerasan relatif
perhatian utama para ahli mineral.
kandungan-kandungan mikro, tetapi
Dengan mengukur kekerasan,
metode ini tidak memberikan
berbagai mineral dan bahan-bahan
ketelitian yang besar atau kemampu-
yang lain, disusun berdasarkan
ulangan yang tinggi. Pada
kemampuan goresan yang satu
pengukuran kekerasan
terhadap yang lain. Kekerasan
9

dinamik, biasanya penumbuk di


2.3 Macam – Macam Pengujian
jatuhkan ke permukaan logam dan
Kekerasan
kekerasan dinyatakan sebagai
1. Pengujian Kekerasan
energi tumbuknya. Skeleroskop
dengan Penetrasi Beban
Shore yang merupakan contoh
Dinamis
paling umum dari suatu alat penguji
Pengujian dengan beban
kekerasan dinamik, mengukur
dinamis diantaranya :
kekerasan yang sinyatakan dengan
a. Shore Scleroscop
tinggi lekukan atau tinggi pantulan.
b. Herbert
Hasil pengujian kekerasan tidak
c. Hammer Poldi dan
dapat langsung digunakan dalam
sebagainya
desain seperti halnya hasil
pengujian tarik. Namun demikian 2. Pengujian Kekerasan
uji kekerasan banyak dilakukan, dengan Penetrasi Beban
sebab hasilnya dapat digunakan Statis
sebagai berikut : Pada umumya pengujian
a. Pada bahan yang sama dapat kekerasan yang sering
diklasifikasikan berdasarkan dilakukan adalah pengujian
kekerasannya. Dengan yang berdasarkan penetrasi
kekerasan tersebut dapat di akibat beban statis.
tentukan penggunaan dari Pengujian kekerasan ini
bahan tersebut. berdasarkan material yang
b. Sebagai kontrol kualitas suatu lebih keras dapat
produk. Seperti mengetahui menggores material yang
homogenitas akibat suatu lebih lunak. Oleh sebab itu
proses pembentukan dingin, hasil pengujian bersifat
pemaduan, heat treatment, relatif. Angka kekerasan
case hardening dan dinyatakan dengan skala
sebagainya. Mohs yaitu dari material
yang terlunak dengan
angka 1, dan Diamond
10

material yang terkeras penumbuknya piramid, maka


dengan angka 15. pengujian ini sering dinamakan uji
kekerasan piramida intan. Angka
Adapun pengujian dibagi
kekerasan piramida intan (DPH),
dua yaitu :
atau angka kekerasan Vickers
1. Untuk mengukur
(VHN atau VPH), didefinisikan
kekerasan bagian kecil
sebagai beban dibagi luas
(fasa pada struktur
permukaan lekukan. Pada
mikro) atau lapisan-
prakteknya luas ini dihitung dari
lapisan tipis dari suatu
pengukuran mikroskopik panjang
material digunakan
diagonal jejak. HV (Hardness
pengujian kekerasan
Vickers) dapat di tentukan dari
Microhardness.
2. Untuk spesimen yang persamaan berikut[6] :

cukup tebal digunakan P


Hv  dimana
pengujian kekerasan A
Rockwell, Vickers, das
d2 d2
Brinell.

A 1,8544
2 cos
o
22
2.4 Pengujian Kekerasan Vicker P
Jadi, Hv = 1,8544
Uji kekerasan Vickers d2
menggunakan penumbuk piramida Dimana : Hv = Angka

intan yang dasarnya berbentuk kekerasan Vickers

bujur sangkar. Besarnya sudut (kg/mm2)

antara permukaan-permukaan P = Beban yang

piramid yang saling berhadapan besarnya (5, 10,

adalah 136°. Sudut ini dipilih, 20, 50, 100 atau

karena nilai tersebut mendekati 200 kg) tergantung

sebagian besar nilai pebandingan ketebalan

yang diinginkan antara diameter spesimen.

lekukan dan diameter bola A = Luas indentasi

penumbuk pada uji kekerasan (mm2).

Brinell. Karena bentuk


11

d = Diagonal rata-rata tergantung kepada kekerasan yang


d d akan diuji. Hal-hal yang
d 1 2 2
menghalangi keuntungan
Uji kekerasan Vickers banyak pemakaian metode Vickers adalah
dilakukan penelitian, karena uji kekerasan Vickers tidak dapat
metode tersebut memberikan hasil digunakan untuk pengujian rutin
serupa kekerasan yang kontinyu, karena pengujian tersebut lamban,
untuk suatu beban tertentu dan memerlukan persiapan permukaan
digunakan pada logam yang sangat benda uji yang hati-hati dan
lunak, yakni HV-nya 5 hingga terdapat pengaruh kesalahan
logam yang sangat keras, dengan manusia yang besar pada penentuan
HV 1500. Dengan uji kekerasan panjang diagonal. Lekukan yang
Rockwell, yang telah dijelaskan, benar yang dibuat oleh penumbuk
atau uji kekerasan Brinell, biasanya piramida intan harus bebentuk
diperlukan perubahan beban atau bujur sangkar. Akan tetapi,
penumbuk pada nilai kekerasan penyimpangan yang telah
tertentu, sehingga pengukuran pada dijelaskan secara berkala karena
suatu skala kekerasan yang ekstrim keadaan demikian terdapat pada
tidak bisa di bandingkan dengan logam-logam yang dilunakkan dan
skala kekerasan yang lain. mengakibatkan pengukuran panjang
diagonal yang berlebihan. Bentuk
Karena jejak yang dibuat
demikian diakibatkan oleh
dengan penumbuk piramida serupa
penimbunan diatas logam-logam di
secara geometris dan tidak terdapat
sekitar pemukaan penumbuk.
persoalan mengenai ukurannya,
maka HV tidak tergantung pada
beban.

Pada umumnya hal ini


dipenuhi, kecuali pada beban yang
sangat ringan. Beban yang biasanya
di gunakan pada uji Vickers
berkisar antara 1 hingga 120 kg, Gambar 2.1 Pengujian Kekerasan
Vicker[6]
12

 Keuntungan dan
kekurangan pengujian
kekerasan Vickers[6]
Dibandingan dengan
pengujian kekerasan
lainnya, pengujian dengan
menggunakan metode
Gambar 2.2 Alat Pengujian
Vicker mempunyai
Vicker[6]
kekurang dan keuntungan

Pada umunya ada 3 jenis sebagai berikut :

bentuk jejak (lengkukan) yang a. Keuntungan

dihasilkan oleh indentor yaitu - Menggunkan hanya

bentuk persegi sempurna, bantuk satu jenis indentor

bantal dan jejak berbentuk tong. untuk menguji


material lunak
hingga keras
- Pembacaan ukuran
jejak dapat
dilakukan lebih
Gambar 2.3 Bentuk – bentuk
akurat
jejak[6]
- Jenis pengujian

Jejak dengan bentuk dihasilkan yang relatif tidak

oleh indentor intan berbentuk merusak

piramid yang sempurna. Jejak - Metode vicker

bantal dihasilkan karena adanya dapat digunakan

pengerutan disekitar permukaan. hampir pada semua

Dan jejak tong umumnya logam

didapatkan pada logam – logam b. Kekurangan

yang dikerjakan dingin (cold - Secara keseluruhan,

working) sehingga menghaslkan waktu pelaksanaan

bentuk bubungan. pengujian lama


13

- Memerlukan d. Bebaskan gaya dan


pengukuran lepaskan indetor dari
diagonal jejak benda uji
secara optik e. Ukur diagonal lekukan
- Permukaan benda (belah ketupat) yang
uji harus terjadi menggunkan
dipersiapkan mikroskop pengukur
dengan baik (ukur dengan teliti dan
cari rata-ratanya)
 Langkah – langkah
f. Masukkan data-data
pengujian Vicker[6]
tersebut kedalam
a. Persiapan alat dan
rumus.
bahan pengujian
- Mesin uji
2.5 Karateristik Material Uji
kekerasan vicker
Dari pengujian diatas dapat
- Indentor piramida
diklasifikasikan beberapa bahan
intan
untuk pengujian yang meliputi
- Benda uji yang
Aluminium, Fero, dan Nikel.
sudah digerinda
Berikut penjelasannya :
- Amplas halus
- Stopwatch 1. Aluminium

- Mikroskop Aluminium adalah unsur

pengukur kimia, lambang aluminium adalah

b. Indentor ditekan ke Al dan nomor atomnya 13.

benda uji/material Alumiunium merupakan logam

dengan gaya tertentu. yang melimpah, dengan warna

(rntang micro antara logam putih perak dan tergolong

10g-1000g dan rentang ringan yang mempunyai masa jenis

micro antara 1kg- 2,7 gr/cm3. Aluminium murni

100kg). adalah logam yang lunak, tahan

c. Tunggu hingga 10-20 lama, ringan dan dapat ditempa

detik (biasanya 15 dengan penampilan luar bervariasi

detik)
14

antara keperakan hingga abu-abu,


tergantung kekerasannya.[5]

Aluminium meerupakan
logam yang paling banyak
ditemukan di kerak bumi (8,3%)
dan terbanyak ketiga setelah
oksigen (45,5%) dan silicon
(25,7%). Aluminium sangat reaktif
Gambar 2.4 Struktur
khususnya dengan oksigen,
Aluminium[6]
sehingga unsur aluminium tidak
pernah dijumpai dalam keadaan Keterangan[5] :
bebas di alam, melainkan sebagai - Simbol : Al
senyawa yang merupakan penyusun - Nomor atom : 13
utama dari bahan tambang bijih - Fase pada suhu kamar
bauksit yang berupa campuran : Padat
oksida dan hidroksida aluminium. - Berat jens : 2,70
Aluminium juga ditemukan di g/cm3
granit dan mineral–mineral lainnya. - Kapasitas panas:
Aluminium ada di alam dalam 24.200 J/(mol.K)
bentuk silikat maupun oksida. - Entalpi penguapan :
294.0 kJ/mol
Aluminium merupakan
- Titik leleh :
konduktor yang baik. Terang dan
933.47 °K (660.2 °C,
kuat. Merupakan konduktor yang
1220.58 °F)
baik juga buat panas. Dapat
- Titik didih : 2792
ditempa menjadi lembaran, ditarik
°K (2519 °C, 4566 °F)
menjadi kawat dan diekstruksi
menjadi batangan dengan bermacam-  Sifat – Sifat
macam penampang. Aluminium[5]
Sifat – sifat yang
dimiliki alumunium antara
lain :
15

a. Ringan, tahan korosi dan penggunaan yang luas


tidak beracun maka banyak sehingga sering kali
digunakan untuk alat rumah aluminium dipadukan
tangga, seperti panci, wajan dengan logam lain.
dan lain lain.
b. Reflektif dalam bentuk b. Aluminium Paduan
aluminium foil digunakan Elemen paduan yang umum
sebagai pembungkus digunakan pada aluminium
makanan, obat dan rokok. adalah silikon, magnesium,
c. Daya hantar listrik dua kali tembaga, seng, mangan,
lebih besar dari Cu maka Al danjuga lithium sebelum
digunakan sebagai kabel tahun 1970. Secara umum
tiang listrik.00 penambahan paduan logam
d. Paduan Al dengan logam hingga konsentrasi tertentu
lainnya menghasilkan logam akan meningkatkan
yang kuat seperti Duralium kekuatan tensil dan
(campuran Al, Cu, mg) kekerasan, serta menurunkan
untuk pembuatan badan titik lebur akan naik disertai
pesawat. tingkat kerapuhan akibat
e. Al sebagai zat reduktor utuk terbentuknya senyawa,
oksida MnO2 dan Cr2O3 kristal, atau granula dalam

 Klasifikasi Alumunium logam. Namun kekuatan

Alumunium dalam bahan paduan aluminium


pembagiannya ada beberapa tidak hanya bergantung pada
jenis. Antara lain: konsentrasi logam
a. Alumunium Murni paduannya saja, tetapi juga
Aluminium 99% tanpa bagaimana proses
tambahan logam paduan perlakuannya hingga
apapun dan dicetak biasa, aluminium siap digunakan,
hanya memiliki kekuatan apakah dengan penempaan,
tensil sebesar 90 Mpa, perlakuan panas,
terlalu lunak untuk penyimpanan, dan
sebagainya.
16

c. Paduan Aluminium - Silikon rendah, dimana kebanyakan


Paduan aluminium dengan logam akan mengalami
silikon hingga 15% akan failure pada temperature
memberikan kekerasan dan tersebut.
kekuatan tensil yang cukup
besar, hingga mencapai 525 e. Paduan Aluminium –
Mpa pada aluminium yang Tembaga
dihasilkan pada perlakuan Paduan aluminium tembaga
panas. Jika konsentrasi juga menghasilkan sifat
silikon lebih tinggi dar 15% yang keras dan kuat, namun
tingkat kerapuhan logam rapuh. Umumnya untuk
akan meningkat secara kepentingan penempaan,
drastis akibat terbentuknya paduan tidak boleh memiliki
kristalgranula silika. konsentrasi tembaga diatas
5,6% karena membentuk
d. Paduan Aluminium - senyawa CuAl2 dalam logam
Magnesium yang menjadikan rapuh.
Keberadaan magnesium
hingga 15,35% dapat f. Paduan Aluminium –
menurunkan titik lebur Mangan
logam paduan cukup drastis. Penambahan mangan akan
Dari 660°C hingga 450°C. berefek pada sifat
Namun hal ini tidak pengerasan tegangan (work
menjadikan aluminium hardening) sehingga dengan
paduan dapat ditempa mudah didapatkan paduan
menggunakan panas dengan dengan kekuatan tensil yang
mudah karena korosi akan tinggi namun tidak terlalu
terjadi pada suhu diatas rapuh. Selain itu
60°C. Keberadaan penambahan mangan akan
magnesium juga meninkatkn titik lebur pada
menjadiikan logam paduan aluminium.
dapat bekerja dengan baik
pada temperatur yang sangat
17

g. Paduan Aluminium – Seng masa jensi paduan sebanyak


Paduan alauminium dengan 3% dan peningkatan
seng merupakan paduan modulus elastisitas sebesar
yang paling terkenal karena 5%. Namun aluminium –
merupakan bahan pembuat lithium tidak diproduksi lagi
badan dan sayap pesawat akibat tingkat reaktivitas
terbang. Paduan ini memliki lithium yang tinggi yang
kekuatan tertinggi dapat meningkatkan biaya
dibandingkan paduan keselamatan kerja.
lainnya, aluminium dengan
5,5% seng dapat memiliki i. Paduan Aluminium –
kekuatan tensil sebesar 580 Skandium
Mpa dengan elongasi Penambahan skandium ke
sebesar 11% dalam setiap aluminium membatasi
50mm bahan. Dibandingkan pemuaian yang terjadi pada
dengan aluminium 1% paduan, baik ketika
magnesium yang memiliki pengelasan maupun ketika
kekuatan tensil 410 Mpa paduan berapa di lingkungan
namun memiliki elongasi yang panas. Paduan ini
6% setiap bahan 50 mm. semakin jarang diproduksi,
karena terdapat paduan yang
lain yang lebih murah dan
lebih mudah diproduksi
h. Paduan Aluminium –
dengan kaateristik yang
Lithium
sama, yaitu paduan titanium.
Lithium menjadikan paduan
Paduan Al-Sc pernah
aluminium mengalami
digunakan sebagai bahan
pengurangan masa jenis dan
pembuat peasawat tempur
peningkatan modulus
Rusia, MIG, dengan
elastisitas hingga
konsentrasi Sc antara 0,1-
konsentrasi sebesar 4%
0,5%
lithium, setiap penambahan
1% lithiun akan mengurang
18

j. Paduan Aluminium – Besi lelah yang dapat


Besi (Fe) juga kerap kali diperkirakan seperti baja
muncul dalam aluminium yang berarti failure akibat
paduan sebagai suatu fatigue dapat muncul dengan
“kecelakaan”. Kehadiran tiba-tiba bahkan pada beban
besi umumnya terjadi ketika siklik yang kecil. Suatu
pengecoran dengan kelemahan murni yang sulit
menggunakan cetakan besi diperkirakan secara visual
yang tidak dilapisi batuan kapan aluminium akan mulai
kapur atau keramik. Efek melebur, karena aluminium
kehadiran Fe dalam paduan tidak menunjukkan tanda
adalah berkurangnya visual seperti baja yang
kekuatan tensil secara bercahaya kemerahan
signifikan, namun diikuti sebelum melebur.
dengan penambahaan
kekerasan dengan jumlah 2. Besi (Fero)
yang sangat kecil. Dalam Besi adalah unsur kimia
paduan 10% silikon, dengan simbol Fe (fero) dan nomor
keberadaan Fe sebesar atom 26. Yang merupakan logam
2,08% mengurangi kekuatan deret transisi pertama. Ini adalah
tensil dari 217 hingga 78 unsur yang paling umum dibumi
Mpa, dan menambah skala berdasarkan massa, membentuk
brinel dari 62 hingga 70. Hal sebagian besar bagian inti luar dan
ini terjadi karen bumi. Besi adalah unsur keempat
terbentuknya kristal Fe-Al- terbesar pada kerak bumi.
X, dengan X adalah paduan Kelimpahannnya pada planet
utama aluminium selain Fe. berbatu seperti bumi karena
Kelemahan aluminium melimpahnya produksi akibat
paduan adalah pada reaksi fusi dalam bintang bermassa
ketahanannya terhadap lelah besar, dimana produksi nikel-56
(fatigue). Aluminium (yang meluruh isotop besi palig
paduan tidak memiliki batas menyeluruh) adalah reaksi fusi
nuklir terakhir yang bersifat
19

eksothermal. Akibatnya, nikel manusia. Besi murni relatif lembut


radioaktif adalah unsur terakhir tetapi tidak bisa dapat peleburan.
yang diproduksi sebeum reruntuhan Material ini mengeras dan
hebat supernova. Keruntuhan diperkuat secara sigmifikan oleh
tersebut menghaburkan prekusor kotoran, karbon khususnya, dari
radionuklida besi keangkasa raya. [4]
proses peleburan. Dengan proporsi
karbon yang tertentu (antara
Seperti unsur golongan 8
0,002% dan 2,1%) menghasilkan
lainnya, besi berada rentang tingkat
baja yang lebih keras dari besi
oksidasi yang lebar, -2 hingga +6,
murni, mungkin sampai 1000 kali.
meskipun +2 dan +3adalah yang
Logam besi mentah diproduksi
paling banyak. Unsur besi terdapat
ditanur tinggi, dimana biji besi
dalam meteroit dan lingkungan
direduksi dengan batu bara menjadi
rendah oksigen lainnya, tetapi
pig iron yang memiliki kandungan
reaktif dengan oxigen dan air.
karbon tinggi. Pengolahan lebih
Permukaan besi segar tampak
lanjut dengan oksigen mengurangi
berkilau abu – abu keperakan,
kandungan karbon sehingga
tetapi teroksidasi dalam udara
mencapai proporsi yang tepat
normal menghasikan besi oksida
dalam pembuatan baja. Baja dan
hidrat, yang dikenal sebagai karat.
paduan besi berkadar karbon
Tidak seperti logam lain yang
rendah bersama dengan lain (baja
membentuk lapisan oksida
paduan) sejauh ini merupakan
pasivasi,oksidasi besi menempati
logam yangpaling umm digunakan
lebih banyak tempat dari pada
dalm indutri, karena lebarnya
logamnya sendiri dan kemudian
rentang sifat-sifat yang didapat dan
mengelupas, mengekspos
kelimpahan batuan yang
permukaan segar untuk korosi.
mengandung besi.
Logam besi telah digunakan
sejak jaman purba meskipun Senyawa kimia besi memiliki

paduan tembaga yang memiliki titik banyak manfaat. Besi oksida

lebur yang lebih rendah, yang dengan serbuk aluminium dapat

digunakan lebih awal dalam sejarah dipantik umum reaksi termit, yang
digunakan dalam pengelasan dan
20

permunian biji. Besi membentuk


senyawa binner dengan helogen dan Besi teknik terbagi atas tiga
kalsogen. Senyawa macam yaitu :
organologamnya antara lain a. Besi mentah atau besi kasar
senyawa sandwich yang pertama yang kadar karbonnya lebih
kali ditemukan. besar dari 3,7%.
b. Besi tuang yang kadar
 Simbol : Fe karbonnya antara 2,3 sampai
 Nomor atom 26 3,6 % dan tidak dapat ditempa.
 Fase pada suhu kamar : Padat Disebut besi tuang kelabu
 Berat jens : 7.874 karena karbon tidak
g/cm3 bersenyawa secara kimia
 Kapasitas panas : 25.10 dengan besi melainkan
J/(mol.K) sebagai karbon yang lepas
 Titik leleh : 1811 yang memberikan warna abu-
°K (1538 °C, 2800 °F) abu kehitaman, dan disebut
 Titik didih : 3134 besi tuang putih karena karbon
°K (2862 °C, 5182 °F) [4]
mampu bersenyawa dengan
besi.
Besi merupakan logam yang
c. Baja atau besi tempa yaitu
penting dalam bidang teknik, tetapi
kadar karbonnya kurang dari
besi murni terlalu lunak dan rapuh
1,7 % dan dapat ditempa.
sebagai bahan kerja, bahan
konstruksi dll. Oleh karena itu besi Logam ferro juga disebut besi
selalu bercampur dengan unsur lain, karbon atau baja karbon. Bahan
terutama zat arang/karbon (C). dasarnya adalah unsur besi (Fe) dan
Sebutan besi dapat berarti[4] : karbon ( C) , tetapi sebenarnya juga
a. Murni dengan simbol kimia Fe mengandung unsur lain seperti :
yang hanya dapat diperoleh silisium, mangan, fosfor, belerang
dengan jalan reaksi kimia. dan sebagainya yang kadarnya relatif
b. Besi teknik adalah yang sudah rendah. Unsur-unsur dalam
atau selalu bercampur dengan campuran itulah yang mempengaruhi
unsur lain. sifat-sifat besi atau baja pada
umumnya, tetapi unsur zat arang
21

(karbon) yang paling besar


pengaruhnya terhadap besi atau baja
terutama kekerasannya.

Pembuatan besi atau baja


dilakukan dengan mengolah bijih
besi di dalam dapur tinggi yang akan
menghasilkan besi kasar atau besi
mentah. Besi kasar belum dapat
digunakan sebagai bahan untuk
membuat benda jadi maupun
Gambar 2.5 Cairan
setengah jadi, oleh karena itu, besi
Besi[4]
kasar itu masih harus diolah kembali
di dalam dapur-dapur baja. Logam b. Besi Tempa
yang dihasilkan oleh dapur baja Komposisi besi tempa terdiri
itulah yang dikatakan sebagai besi dari 99% besi murni, sifat
atau baja karbon, yaitu bahan untuk dapat ditempa, liat, dan tidak
membuat benda jadi maupun dapat dituang. Besi tempa
setengah jadi. antara lain dapat digunakan
Contoh logam ferro untuk membuat rantai jangkar,
diantaranya :
[4]
kait keran, dan landasan kerja
a. Besi Tuang pelat.
Komposisinya yaitu campuran
besi dan karbon. Kadar karbon
sekitar 4%, sifatnya rapuh
tidak dapat ditempa, baik untuk
dituang, liat dalam pemadatan,
lemah dalam tegangan.
Digunakan untuk membuat
alas mesin, meja perata, badan
ragum, bagian-bagian mesin
Gambar 2.6 Contoh
bubut, blok silinder, dan cincin
Besi Tempa
torak
22

c. Baja Lunak disepuh keras, dan dimudakan.


Komposisi campuran besi dan
Digunakan untuk membuat
karbon, kadar karbon 0,1%-
mesin bubut dan alat-alat
0,3%, mempunyai sifat dapat
mesin.
ditempa dan liat. Digunakan
untuk membuat mur, sekrup, 3. Nikel
pipa, dan keperluan umum Nikel adalah unsur kimia
dalam pembangunan. metalik dalam table periodic yang
memiliki symbol Ni dan Nomor
d. Baja Karbon Sedang atom 28. Nikel mempunyai sifat
Komposisi campuran besi dan tahan karat. Dalam keadaan murni,
karbon, kadar karbon 0,4%- nikel bersifat lembek, tetapi jika
0,6%. Sifat lebih kenyal dipadukan dengan besi, krom dan
daripada yang keras. logam lainnya dapat membentuk baja
Digunakan untuk membuat tahan karat yang keras. [9]
benda kerja tempa berat, poros,
dan rel baja. Unsur nikel berhubungan
dengan batuan basa yang disebut
e. Baja Karbon Tinggi norit. Nikel ditemukan dalam
Komposisi campuran besi dan mineral pentlandit, dalam bentuk
karbon, kadar karbon 0,7%- lempeng-lempeng halus dan butiran
1,5%. Sifat dapat ditempa, kecil bersama pyrhotin dan
dapat disepuh keras, dan kalkopirit. Nikel biasanya terdapat
dimudakan. Digunakan untuk dalam tanah yang terletak di atas
membuat kikir, pahat, gergaji, batuan basa.
tap, stempel, dan alat mesin
bubut. Di indonesia, tempat
ditemukan nikel adalah Sulawesi
f. Baja Karbon Tinggi Campuran tengah dan Sulawesi Tenggara. Nikel
Komposisi baja karbon tinggi yang dijumpai berhubungan erat
ditambah nikel atau kobalt, dengan batuan peridotit. Logam yang
khrom, atau tungsten. Sifat tidak ditemukan dalam peridotit itu
rapuh, tahan suhu tinggi tanpa sendiri, melainkan sebagai hasil
kehilangan kekerasan, dapat
23

lapukan dari batuan tersebut. Mineral


nikelnya adalah garnerit.

Nikel ditemukan oleh A. F.


Cronstedtpada tahun 1751,
merupakan logam berwarna putih
keperak-perakan yang berkilat, keras
dan mulur, tergolong dalam logam
peralihan, sifat tidak berubah bila Gambar 2.7 Nikel[9]

terkena udara, tahan terhadap


a. Keterangan Gambar[9] :
oksidasi dan kemampuan
 Simbol : Ni
mempertahankan sifat aslinya di
 Nomor atom : 28
bawah suhu yang ekstrim (Cotton
 Berat atom : 58,6934
danWilkinson, 1989).
 Klasifikasi :
Logam Transisi
Nikel digunakan dalam
 Fase pada Suhu Kamar
berbagai aplikasi komersial dan
: Padat
industri, seperti: pelindung baja
 Berat jenis
(stainless steel), pelindung tembaga,
: 8,9 gram per cm3
industri baterai, elektronik, aplikasi
 Volume Atom : 6.6
industri pesawat terbang, industri
cm3/mol
tekstil, turbin pembangkit listrik
 Struktur krista : fcc
bertenaga gas, pembuat magnet kuat,
 Konduktivitas listrik : 14.6
pembuatan alat-alat laboratorium
x 106 ohm-1cm-1
(nikrom), kawat lampu listrik,
 Elektronegativitas : 1.91
katalisator lemak, pupuk pertanian
 Konfigurasi elektron
dan berbagai fungsi lain (Gerberding
: [Ar]3d8 4s2
J.L., 2005).
 Formasi Entalpi
: 17.2 kj/mol
 Konduktivitas Panas
: 90.7 Wm-1K-1
24

 Potensial Ionisasi
c. Karateristik
: 7.635 V
 Logam keras, ulet, bisa
 Bilangan Oksidasi
ditempa, dan berwarna putih
: 2,3 keperakan.
 Kapasitas panas
 Konduktor panas dan listrik
: 0.444 jg-1K-1
yang cukupbaik.
 Entalpi penguapan
 Sebagian besar senyawa
: 377.5 kj/mol
nikel berwarna biru atau
 Titik leleh
hijau.
: 1455 ° C, 2651 ° F, 1728° K
 Nikel larut perlahan dalam
 Titik didih
asam encer namun, seperti
: 2913 ° C, 5275 ° F, 3186° K
besi menjadi pasif ketika
 Ditemukan oleh
dipaparkan dengan asam
: Axel Cronstedt pada 1751 nitrat

b. Sifat Nikel 2.6 Struktur Mikro


Nikel mempunyai sifat tahan
Struktur mikro merupakan
karat. Dalam keadaan murni,
struktur yang dapat diamati
nikel bersifat lembek, tetapi jika
dibawah mikroskop optik.
dipadukan dengan besi, krom,
Meskipun dapat pula diartikan
dan logam lainnya, dapat
sebagai hasil dari pengamatan
membentuk baja tahan karat
menggunakan scanning electron
yang keras.Perpaduan nikel,
microscope (SEM). Mikroskop
krom dan besi menghasilkan
optik dapat memperbesar struktur
baja tahan karat (stainless steel)
hingga 1500 kali.[11]
yang banyak diaplikasikan pada
peralatan dapur (sendok, dan Untuk dapat mengamati
peralatan memasak), ornamen- struktur mikro sebuah material oleh
ornamen rumah dan gedung, mikroskop optik, maka harus
serta komponen industry. dilakukan tahapan-tahapan sebagai
berikut :
1. Melakukan pemolesan secara
bertahap hingga lebih halus
25

dari 0,5 mikron. Proses ini


biasanya dilakukan dengan
menggunakan ampelas secara
betahap dimulai dengan grid
yang kecil (100) hingga grid Gambar 2.8 Contoh hasil
yang besar (2000). Dilanjutkan Pengujian Struktur mikro[11]
dengan pemolesan oleh mesin
poles dibantu dengan larutan 2.7 Pengujian X-Ray (XRD)
pemoles. XRD adalah proses analisa
2. Etsa dilakukan setelah menggunakan X-ray diffraction
memperluas struktur mikro. (XRD) merupakan salah satu metode
Etsa adalah membilas atau karakteristik material yang paling tua
mencelupkan permukaan dan paling sering digunakan hingga
material yang akan diamati ke sekarang. Teknik ini dugunakan
dalam sebuah larutan kimia untuk mengidentifikasi fasa kristalin
yang dibuat sesuai kandungan dalam material dengan cara
paduan logamnya. Hal ini menentukan parameter struktur kisi
dilakukan untuk memunculkan serta untuk mendapatkan ukuran
fasa-fasa yang ada dalam partikel. Sinar X merupakan radiasi
struktur mikro. elektromagnetik yang
memilikienergi tinggi sekitar 200 ev
Pengamatan struktur mikro
sampai 1 mev. Sinar X dihasilkan
dilakukan untuk mengetahui
oleh interaksi antara berkas elektron
kondisi mikro suatu logam.
eksternal dengan elektron pada kulit
Pengamatan ini biasanya
atom. Spectrum sinar X memiliki
melibatkan batas butir dan fasa-fasa
panjang glombang 10-10 s/d 5-10 nm,
yang ada dalam logam atau paduan
berfrekuensi 1017-1020 Hz dan
tersebut. Berikut beberapa hasil
memiliki energi103-106 ev. Panjang
pengujian strktur mikro,
sinar X memiliki orde yang sama
dengan jarak atom sehingga dapat
digunakan sebagai sumber difraksi
Kristal.[12]
26

XRD digunakan untuk analisa


BAB III
komposisi fasa atau senyawa pada
METODOLOGI
material dan juga karakteristik
Kristal. Prinsip dasar XRD adalah PENELITIAN
mendifrksikan cahaya yang melalui
celah Kristal. Ketika berkas sinar X 3.1 Diagram Alir

berinteraksi dengan suatu material, Metodologi penelitian adalah

maka sebagian berkas akan urutan dan langkah analisa, antara

diabsorbsi, ditransmisikan dan lain seperti berikut :

sebagian lagi dihamburkan


terdifraksi. Hamburan terdifraksi
inilah yang dideteksi oleh XRD.
Berkas sinar X yang dihamburkan
tersebut ada yang saling
menghilangkan karena fasanya
berbeda dan ada juga yang saling
menguatkan karena karena fasanya
sama. Berkas sinar X yang saling
menguatkan itulah yang disebut
sebagai berkas difraksi. [12]

Gambar 3.1 Metodologi


Penelitian
Diagram alir yang merupakan
Gambar 2.9 Ilustrasi gambaran besar secara berurutan
difraksi sinar X pada langkah – langkah yang dilakukan
XRD[12] dalam melaksanakan suatu penelitian
seperti pada gambar 3.1 antara lain
sebagai berikut :
27

1. Mulai 6. Analisa dan pembahasan


Memulai untuk melakukan
Hasil pengujian yang sudah
penelitian
dicatat kemudian dianalisa
2. Menyiapkan alat dan bahan
7. Kesimpulan dan saran
Mempersiapkan material, bahan
Dari analisa dan pembahasan
dan alat yang akan dipakai
data hasil pengujian kemudain
selama penelitian
ditarik kesimpulan penelitian,
3. Pembuatan Paduan serta penulisan untuk penelitian
Pencampuran paduan Al 93% - selanjutnya.
Fe 6% - Ni 1% 8. Selesai.
4. Pengujian dan pengambilan data
Pengujian dalam rangka 3.2. Tempat dan Waktu
memperoleh data yang Pengujian
dilakukan meliputi. 3.2.1. Tempat Pengujian
a) Uji kekerasan Pengujian dilaksanakan
Pengujian kekerasan dengan di lembaga ilmu penelitian
menggunkan alat uji Vickers indonesia (LIPI) di gedung
b) Uji struktur mikro pusat penelitian fisika kawasan
Pengujian struktur mikro puspitek gedung 440-442
dengan menggunakan alat uji serpong tangerang selatan. LIPI
mikroskop optik (OM) dipilih karena mempunyai alat-
c) Analisa Fasa alat untuk memadai dan
Pengujian atau pengamatan memiliki sertifikat ISO.
analisa fasa dengan
3.2.2. Waktu Pengujian
menggunkan sinar X-Ray
Pengujian ini
5. Hasil pengujian
dilaksanakan pada tanggal 23
Hasil pengujian kemudian
Mei 2018 pukul 10.00 WIB
dicatat sebagai data dengan
sampai dengan selesai.
cermat dan teliti
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan
pada penelitian ini sebagai berikut :
28

3.3.1 Alat :
c) Sendok (pengaduk)
a) Timbangan Digital
Untuk proses pengadukan
Timbangan digital
menggunkan sendok
digunkana untuk
laboratorium, agar proses
mengetahui seberapaberat
pencampuran bahan lebih
bahan yang akandigunakan
mudah.
pada penelitian

Gambar 3.4 Sendok


pengaduk paduan

d) Cetakan
Gambar 3.2 Timbangan
Cetakan ini digunakan
Digital
untuk proses pembentukan
b) Gelas bahan paduan menjadi
Gelas berikut digunakan bentuk bulat sperti pelet.
untuk mencampur bahan – Dengan cara dipress
bahan serbuk paduan antara meggunakan mesin press
Al-Fe-Ni hidraulik.

Gambar 3.5 Cetakan serbuk

Gambar 3.3 Gelas laboratorium


29

e) Hidraulik press g) Alat penguji Vickers


Hidraulik press digunakan
Alat uji Vickers, alat ini
untuk memadatkan paduan
digunakan untuk
material, sehingga
menentukan kekerasan
berbentuk bulat pipih
material dalam yaitu daya
sperti pellet.
tahan material terhadap
indentor intan yang cukup
kecil dan mempunyai
bentuk geometri berbentuk
pyramid.

Gambar 3.6 Mesin


hidraulik Press
Gambar 3.8 Alat uji Vickers
f) Tungku
h) Alat optical mikroscop
Tungku digunakan untuk
(OM)
proses sintering atau
Alat mikroskop optik (OM)
pembakaran sample
ini digunakan untuk
material.
pengamtan atau mengetahui
kondisi mikro dari suatu
logam material tersebut.
Pengamatan ini biasanya
melibatkan batas butir fasa-
fasa yang ada pada logam
atau paduan tersebut.

Gambar 3.7 Tungku sintering


30

3.3.2 Bahan
a) Alumunium serbuk

Gambar 3.9Alat optical


mikroscop (OM)
Gambar 3.11 Aluminium

i) Alat XRD (serbuk)

XRD merupakan alat sinar


b) Fero (besi)
X yang digunakan untuk
menentukan fase apa yang
ada didalam bahan dan
konsentrasi pada bahan –
bahan penyusunnya., juga
dapat mengukur macam –
macaam keacakan dan
penyimpangan kristal serta
karateriksasi material
Gambar 3.12 Fero (serbuk
kristal, serta dapat
besi)
mengidentifikasi mineral-
mineral yang berbutir halus c) Nickel
seperti tanah liat.

Gambar 3.10 Alat XRD (X-Ray) Gambar 3.13 Nickel (serbuk nickel)
31

pencampuran bahan Al-Fe-Ni, aduk


3.4 Proses Pembuatan Paduan menggunakan sendok secara merata
dan Pencetakan agar material serbuk tercampur
Dalam pembuatan paduan dengan rata secara keseluruhan,
diperlukan bahan dan alat sebagai proses pembuatan paduan selesai.
berikut :
a) Aluminium serbuk
b) Fero serbuk
c) Nickel Serbuk
d) Gelas
e) Sendok (pengaduk)
f) Timbangan digital
g) Cetakan Gambar 3.14 Proses
h) Hidraulik press
penimbangan bahan serbuk Al-
Fe-Ni
Langkah pertama proses
penimbangan material atau bahan
serbuk, Al 93% Fe 6% dan Ni 1%
,dimana antara 3 bahan tersebut kita
hanya memerlukan 10 gram dari
berat keseluruhan, jadi bisa diambil
9,3 gram Alumunium, 0,6 gram Fero
dan 0,1 gram Nickel, dalam
penimbangan perlu mengkalibrasi
Gambar 3.15 Proses
timbangan diangka nol setiap
pemcampuran bahan serbuk
penimbangan bahan paduan,
kemudian letakkan alas kertas diatas Langkah berikutnya, mencetak
timbangan agar bahan material tidak bahan paduan dengan menggunkan
berantakan. teknik press agar bahan menjadi
padat dan berbentuk bulat seperti
Setelah proses penimbangan
pelet. Pertama tuangkan paduan
masukkan bahan pada gelas
serbuk Al-Fe-Ni yang sudah melalui
laboratorium untuk proses
proses pencampuran pada cetakan
32

sebanyak 5 sendok untuk 1x cetak buah bahan paduan yang sudah jadi
(menjadi 1 material), kemudian press dalam bentuk pelet. Jadi dari 10 grm
dengan menggunakan mesin bahan paduan Al-Fe-Ni dapat
hidraulik press dengan tekanan 5 ton menjadi 3 buah bahan jadi,
dalam waktu 60 detik. selanjutnya untuk dilakukan proses
pengujian. Dalam proses pencetakan
bahan paduan selanjutnya adalah
sintering atau proses pembakaran
material paduan agar paduan antara
Al-Fe-Ni dapat membentuk struktur
yang sempurna, proses sintering
sendiri dilakukan dengan 3 variasi
Gambar 3.16 Proses penuangan
suhu pembakaran, 600°C , 650°C,
bahan paduan pada cetakan
dan 700°C. Dalam proses ini
merupakan pemanasan atau
pembakaran material/bahan dengan
cara memanaskannya tidak sampai
melampaui titik lelehnya. Untuk
proses pembakaran sendiri
Gambar 3.17 Proses tekan
diperlukan waktu 1 hari untuk 1
(press) dengan mesin hidraulik
suhu, jadi memerlukan 3 hari dalam
press
proses pembakaran karena adanya
variasi suhu pembakaran.

Gambar 3.18 Tekanan prees 5


ton dalam waktu 60 detik

Proses pencetakan sendiri


dilakukan sampai bahan paduan yang
dibuat habis, dalam pencetakan Gambar 3.19 Bentuk bahan yang

paduan ini mahasiswa memerlukan 3 sudah melalui proses pencetakan


33

3.5 Proses Pengujian Kekerasan


6. Masukan data-data tersebut
Alat – alat yang digunakan :
ke rumus.
1. Bahan Uji
2. Amplas 3.6 Proses Pembacaan Mikro
3. Mata Diamond Struktur
4. Mesin Uji kekerasan Alat – alat yang digunakan :
Vickers 1. Bahan uji
5. Alat tulis 2. Amplas halus dan amplas
kasar
Dalam hal ini sangat penting
3. Mikroskop optik (OM)
memperhatikan langkah – langkah
4. Flashdisk
pengujian terutama pada saat proses
5. Alat tulis
pengujian serta pencatatan hasilnya.
Adapun langkah – langkahnya Dalam hal ini sangat
sebagai berikut : memperhatikan langkah- langkah
1. Mempersiapkan Alat dan pengamatan terutama pada saat
Bahan Uji proses pengamatan struktur mikro
2. Indentor (piramida intan) di serta pencatatan hasil pengamatan
tekan ke benda uji/sampel tersebut serta pemindahan soft file
(dengan rentang micro 10g – dari computer pada Flashdisk.
1000g dan rentang 1kg – Adapun langkah – langkah sebagai
1000kg) berikut :
3. Tunggu hingga 10 – 20 detik 1. Permukaan sampel diamplas
(biasanya 15 detik) dengan kertas amplas dari
4. Bebaskan gaya dan lepaskan grid yang paling kasar
indentor dari benda uji (amplas alus grid 1000)
5. Ukur 2 diagonal lekukan 2. Permukaan sampel
persegi (belah ketupat) yang dipolishing (poles) dengan
terjadi menggunakan serbuk alumina selama 20
mikroskop pengukur (ukur menit
dengan teliti dan cari rata- 3. Siapkan larutan nital 3% dan
ratanya) etanol, kemudian teteskan
larutan nital ke permukaan
34

sampel selama 5 detik, f. Mencocokan data


setelah 5 detik segera dibilas difraktogram denagn data-
dengan etanol data refrence
4. Permukaan sampel g. Dengan pencocokan tersebut
dikeringkan lalu diamati dapat diketahui masing-
dibawah mikroskop optik masing puncak frasa yang
5. Atur pembesaran dan fokus terbentuk.
6. Setelah menemukan gambar
yang bagus, maka ambil BAB IV
gambar dan simpan
ANALISA DAN
7. Hasil metalografi siap
PEMBAHASAN
dianalisis.
4.1 Hasil pengujian Kekerasan
3.7 Proses Pembacaan X-Ray Vickers
Prosesdur pengujian Persamaan menghitung
menggunakan XRD Sebagai kekerasan Vickers :
berikut:
HV = 1,854 x (f /d2)
a. Tempatkan sempel uji pada
holder alat XRD Dimana :
b. Lakukan penyinaran sinar x HV = kekerasan vickers

dengan jangkauan sudut f = Beban (kg)

penyinaran (sudut difraksi) d = Panjang diagonal jejak

dari 0 o - 90o identor rata-rata (µm)

c. Dilakukan perekaman data-


Pada hasil pengujian ini, logam
data difraktogram
paduan Al-Fe-Ni yang sudah melalui
d. Data-data difaktrogram
proses sintering dengan tiga variasi
tersebut diannalisa
suhu yang berbeda antara, 600°C,
menggunakan software
650°C dan 700°C. Kemudian
e. Denagn menggunakan data-
dilakukan pengujian kekerasan
data refrence/standar untuk
dengan metode Vickers. Dimana dari
Al, Fe, Ni, AlNi dan FeNi
pengujian tersebut didapatkan hasil
sebagai berikut :
35

Tabel 4.1 Hasil pengukuran dan 700°C telah dihasilkan nilai


kekerasan
kekerasan yang bervariasi (table 4.1
dan Gambar 4.1). Dari grafik diatas
dapat dibaca semakin tinggi suhu
sintering pada logam paduan maka
Perhitungan : semakin tinggi nilai kekerasannya,
- Hasil pengujian kekerasan dengan
angka kekerasan pada grafik tersebut
suhu sintering 600°C
mencapai 207,45 HV. Dari data
HV = 1,854 x (f / d ) = 1,854 [0,4
2
inilah penulis menerangkan efek dari
/ 0.006466] = 114.70
proses sintering yang ada pada
- Hasil pengujian kekerasan dengan masing-masing logam paduan.
suhu sintering 650°C Adapun sebab efek ini penulis
HV = 1,854 x (f / d2) = 1,854 [0,4 menyimpulkan secara teori yaitu
/ 0.004921] = 150.70 apabila logam paduan dilakukan

- Hasil pengujian kekerasan dengan proses sintering maka kondisinya

suhu sintering 700°C adalah semakin tinggi suhu

HV = 1,854 x (f / d2) = 1,854 [0,4 pemanasan (sintering) maka kondisi

/ 0.003575] = 207.45 logam paduan akan semakin keras.


Dari hasil pengujian kekerasan diatas
220
200 disimpulkan sebagai berikut :
Kekerasa

180
160 - Pengujian logam paduan 93% Al
140
120 – 6% Fe – 1% Ni melalui proses
n

100
sintering dengan temperatur
550 600 650 700 750 600°C = Lunak
Suhu Sintering, oC - Pengujian logam paduan 93% Al
– 6% Fe – 1% Ni melalui proses
Gambar 4.1 Grafik hasil uji sintering dengan temperatur
kekerasan logam pduan Al-Fe-Ni 650°C = Sedang
- Pengujian logam paduan 93% Al
Perlu diketahui dalam pengujian
– 6% Fe – 1% Ni melalui proses
kekerasan (HV) setiap spesimen
sintering dengan temperatur
temperatur sintering 600°C, 650°C
700°C = Keras
36

4.2 Hasil pengujian Struktur


650°C, yang dilihat pada 50 μm
Mikro
(50 micrometer).
Hasil analisa morfologi dengan
menggunakan optical microscope AlNi
(OM) dari logam paduan Al-Fe-Ni
dengan komposisi 9,3 gram
Aluminium, 0,6 gram Fero dan 0,1 Ni/Fe
gran Nikel yang melalui proses
sintering dengan tiga variasi suhu
Al
berbeda.

- Hasil foto dengan optical


microscope (OM) pada logam Gambar 4.3 Foto OM sampel setelah
paduan Al-Fe-Ni yang melalui sintering dengan suhu 650°C

proses sintering dengan suhu - Hasil foto dengan optical


600°C, yang dilihat pada 50 μm microscope (OM) pada logam
(50 micrometer). paduan Al-Fe-Ni yang melalui
proses sintering dengan suhu
AlNi 700°C, yang dilihat pada 50
μm (50 micrometer).
Ni/Fe

AlNi

Al
Ni/Fe

Gambar 4.2 Foto OM sampel setelah


sintering dengan suhu 600°C Al

- Hasil foto dengan optical


microscope (OM) pada logam
paduan Al-Fe-Ni yang melalui Gambar 4.4 Foto OM sampel
proses sintering dengan suhu setelah sintering dengan suhu
700°C
37

4.3 Hasil pengujian X-Ray (XRD)


dan pada intensitas 230 cps pada
4.3.1 Hasil pengujian X-Ray sudut 76,80°.
sampel dengan suhu
4.3.2 Hasil pengujian X-Ray
sintering 600°C
sampel dengan suhu sintering
650°C

Gambar 4.5 Hasil pengujian X-Ray


sampel dengan suhu sintering 600°C
Gambar 4.6 Hasil pengujian X-
Ray sampel dengan suhu
Hasil analisa XRD pada sampel sintering 650°C
logam paduan Al-Fe-Ni dengan suhu
sintering 600°C memiliki fasa Hasil analisa XRD pada
dominan Aluminium (Al) dengan sampel logam paduan Al-Fe-Ni
struktur kubik tertinggi (berdasarkan dengan suhu sintering 650°C juga
data Cu-Ka1 (1.540590 A)). Hal memiliki fasa dominan Aluminium
tersebut dapat dilihat pada grafik (Al) dengan struktur kubik tertinggi
hasil pengujian X-Ray diatas, unsur (berdasarkan data Cu-Ka1 (1.540590
Al dominan dengan intensitas 800 A)). Hal tersebut dapat dilihat pada
cps pada sudut 38,50°, intensitas 740 grafik hasil pengujian X-Ray diatas,
cps pada sudut 45,00° dan intensitas unsur Al dominan dengan intensitas
300 cps pada sudut 65,40°. Selain itu 860 cps pada sudut 38,50°, intensitas
ada unsur Fe berada pada intensitas 860 cps pada sudut 45,00° dan 280
480 cps pada sudut 53,00° dan cps pada sudut 65,40°. Ada jg unsur
intensitas 170 cps pada sudut 46, Fe berada pada intensitas 160 cps
00°. Serta unsure Ni berada pada pada sudut 53,00°.
intensitas 200 cps pada sudut 52,00°
Selain itu pada suhu sintering
650°C terbentuk senyawa baru yang
38

muncul yaitu Al-Ni yang berada Selain itu pada suhu sintering
pada intensitas 300 cps pada sudut 700°C terbentuk senyawa baru yang
31,00° dan intensitas 180 cps pada muncul yaitu FeNi3 dengan
sudut 82,00°, serta senyawa FeNi3 intensitas 480 cps pada sudut 44,00°,
dengan intensitas 220 cps pada sudut intensitas 450 cps pada sudut 51,60°
44,00°. dan intensitas 90 cps pada sudut

4.3.3 Hasil pengujian X-Ray 75,80°. Serta senyawa Al-Ni berada


sampel dengan suhu sintering pada intensitas 500 cps pada sudut
700°C 55,20°.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan


analisa data yang mengacu pada
Gambar 4.7 Hasil pengujian X-Ray perumusan masalah, maka dapat
sampel dengan suhu sintering 700°C disimpulkan sebagai berikut :

Hasil analisa XRD pada 1. Pengujian kekerasan dengan

sampel logam paduan Al-Fe-Ni metode vickers yang dilakukan

dengan suhu sintering 700°C juga pada 3 sampel uji yang berbeda

memiliki fasa dominan Aluminium suhu sintering, yaitu pada suhu

(Al) dengan struktur kubik tertinggi 600°C, 650°C dan 700°C,

(berdasarkan data Cu-Ka1 (1.540590 didapatkan hasil nilai kekerasan

A)). Hal tersebut dapat dilihat pada yang bervariasi pada setiap

grafik hasil pengujian X-Ray diatas, sampelnya. Dimana semakin

unsur Al dominan dengan intensitas tinggi suhu sintering maka

1000 cps pada sudut 38,50°, semakin keras logam paduan

intensitas 720 cps pada sudut 45,00° tersebut, hal ini disebabkan

dan 400 cps pada sudut 65,40°. Ada karena tercampurnya unsur-

jg unsur Ni berada pada intensitas unsur pada proses sintering.

150 cps pada sudut 82,00°.


39

2. Pengujian struktur mikro pada impact strength juga bisa


logam paduan 93%Al - 6%Fe - ditambahkan untuk melengkapi hasil
1%Ni dengan 3 variasi suhu pengujian selanjutnya.
sintering dapat diprediksi
Dalam hal penggunaan alat
terbentuknya senyawa baru, hal
kerja bantu pada proses pengujian
ini terjadi karena efek sintering
seperti sarung tangan tahan api, kaca
yang membuat unsur-unsur
mata pelindung, ruang asam dan
bereaksi dan membentuk
peralatan bantu lainnya perlu
senyawa baru, hal ini juga dapat
dilengkapi dan untuk digunakan
merubah sifat fisik pada logam
selama penelitian demi menjaga
paduan.
keselamatan kerja (safety first).
3. Dari hasil pengujian XRD pada
3 sampel uji yang berbeda suhu
DAFTAR PUSTAKA
pemanasannya, didapatkan hasil
[1]. B.J.M Beuner, B.S
unsur yang dominan adalah
Anwir/Matondang, “
unsur Al pada ketiga sampel uji
Pengetahuan Bahan “, 3rd
dan pada sampel uji dengan
edition ., (Jakarta : Bhrata
suhu pemanasan 650°C dan
Karya Aksara, 1980).
700°C terbentuk senyawa baru
[2]. D. Tabor, “ The Hardness of
seperti AlNi dan FeNi3.
Metals “, 1st edition ., (New
5.2 Saran York : Oxford University Press,
1951).
Pada penelitian selanjutnya perlu
dicoba untuk meningkatkan suhu [3]. Drs. Edih Supardi, “Pengujian
perlakuan panas (sintering) yang Logam” Bab V, VI, XII, XIII,
lebih tinggi dari 700°C atau bisa Angkasa, Bandung 1996
lebih bervariasi, serta menambah [4]. Drs. Syamsul Arifin, “Ilmu
variasi komposisi logam paduan Logam” (Jakarta : Ghalia
terutama menambah unsur Fero yang Indonesia, 1977).
lebih banyak. Pengujian yang lain
[5]. Emira Eldina Ihsan, Gusdikal
seperti uji tarik (yield strength), uji
Candra, Nandi Firdaus, Setri
tekan (bending strength) dan mampu
Delvia Sari, Ananda Putra,
40

“Jurnal Aluminium” Univrsitas [10]. Prof. Ir. Tata Surdia Ms.


Negeri Padang, Indonesia. Met.E, dan Prof. Dr, Shinroku
[6]. E.R Petty, Hardness Testing, “ Saito, “Pengetahuan Bahan
In Techniques of Metals Teknik”, PT. Praditya
Research “, Vol 5, Pt. 2, R.F. Paramita, Jakarta 2005
Bunshaw (ed) ., (New York : [11]. R.Bagus Suryasa Majanasastra,
Wiley – Intercience, 1971). ”Pengaruh Variable Waktu

[7]. George E. Dieter, Sriati (Aging Heat Treatment)

Djaprie, “ Mechanical Terhadap Peningkatan

Metallurgy ”, 3rd edition ., Kekerasan Permukaan Dan

(Jakarta : Erlangga, 1990). Struktur Mikro Kepala Piston


Sepeda Motor Honda Vario”
[8]. Grant, N. M., & Suryanayana,
Jurnal Imiah Teknik Mesin, Vol.
C. (1998). X-Ray Difraction: A
3, No.2 Agustus 2015
Partical Approach, New York:
Universitas Islam 45 Bekasi
Plennum Press.
[12]. Suharyana, (2012), Dasar –
[9]. M. Carnes et al. (2009). "A
Dasar Dan Pemanfaatan
Stable Tetraalkyl Complex of
Metode Difraksi Sinar X,
Nickel(IV)". Angewandte
Surakarta: Universitas Sebelas
Chemie International Edition
Maret.
48: 3384.

Anda mungkin juga menyukai