CV EMN Media
ii
Judul:
Pesan untuk Matahari
Penulis:
Muttaqin, Nifsi Nisya Ruslina, Ni Made Dewi Fatmawati,
dkk
ISBN: 978-623-98858-3-0
Editor:
Tim Event Menulis Nasional
Penyunting:
Ardy Nugraha, S.M.
Penerbit:
CV EMN Media
Redaksi:
Jalan Marga Sinar Banten No. 18
Sumber Rejo, Kemiling, Kota Bandar Lampung
085789976195
Email: eventmenulisnasional@gmail.com
KATA PENGANTAR
Terima kasih
Hormat Kami
Penulis
DAFTAR ISI
Selesai.
Pesan untuk Matahari | 11
Batu Loncatan
langit dan berpikir hal hal seperti itu lagi hingga larut
malam.
Hal tersebut membuat Ayra menjadi pribadi yang
berbeda dengan sebelumnya, dia sudah mempunyai
pendirian sendiri dan menganggap bahwa setiap orang
jenius, namun mereka jenius pada bidangnya masing
masing dan tidak ada orang yang bodoh. Melalu
pertemanan dengan Ilham dikelas 8 akhirnya Ayra
mendapatkan seorang teman lagi bernama Levi, dia
merupakan teman dekat Ayra dikelas 9 dimana
sebenarnya Levi juga merupakan temannya dikelas 7
namun mereka tidak terlalu dekat. Dikelas 9 ini terkadang
Ayra dan Levi juga sering membicarakan hal-hal seperti
yagn dibicarakan dengan ilham, namun jika dengan Levi
pembicaraannya mengarah kepada ilmu pengetahuan
fisika ketimbang “filsafat”. Hingga pada akhirnya mereka
berdua selalu membuat pemikiran pemikiran yang berada
diluar mata pelajaran. Dan karena sangking seringnya
pemikiran itu dibicarakan, ketika UAS Ayra berada pada
urutan kedua terakhir dan Levi berada di urutan terakhir
setelah Ayra, namun hal tersebut tidak membuat Ayra
lengah mendekati Ujian Nasional Ayra sudah mempunyai
beberapa gambaran hidup dan pendirian yang kokoh,
sehingga apapun yang menghalangi Ayra dapat
menangkisnya dengan mudah, berkat lingkungan
pertemanan yang bagus pula. Akhirnya Ayra dapat fokus
dengan Ujian Nasional dan sudah muak akan perasaannya
ketika di Sekolah Dasar, hingga pada akhirnya dia
mendapatkan nilai Bahasa Indonesia tertinggi diantara
mata pelajaran ujian nasional yang lainnya, dan itu
Pesan untuk Matahari | 20
Si Hati Baja
gue sedih aja sih, sampe nangis waktu itu tapi makin lama
gue mikir kalo orang itu datang dan pergi, datang di waktu
ga tentu dan pergi di waktu yang ga tentu juga, bahkan
orang terdekat kita juga begitu, jadi sekarang gue udah
ikhlasin mereka, mereka jauhin gue yauda itu kemauan
mereka dan gue gamungkin kan mohon mohon, nangis
nangis buat temenan lagi, jatohnya malah gue yang gaada
harga diri kalo begitu. Tapi satu yang gue inget, fakta kalo
gue dan mereka dulu perna bertemen deket itu gabisa
diubah dan fakta kalo gue dan mereka pernah ngebuat
memori indah bareng, itu juga gabakal bisa gue lupain,
kayak lo aja ret kenangan kita main main waktu kecil juga
gabakal gue lupain.” , Reta yang mendengar perkataan
Aleta sangat tersentuh, Reta tersenyum bangga kepada
Aleta teman masa kecilnya itu. “Tapi Leta, lo kenapa
baikkkkkkkkk banget sihh sama orang, jangan terlalu baik
sama orang bahkan ke gue, gue takut lo dimanfaatin, plis
ta, jangan terlalu baik sama orang..” Reta bersuara lagi,
“ehei gue ga baik ko ret, buktinya tadi gue ketus ke lo pas
nanya gue lagi ngapain disini,” jawab Leta cengengesan,
Reta yang melihat Aleta ketawa tawa padahal lagi serius
malah kesal “ih gue serius Aleta!!!” , Aleta menjawab “iya
iya, gue itu bukan orang pinter ret, gue bukan anak yang
dibanggain guru, gue bukan anak aktif juga, gue dikelas aja
pendiem, jadi seengaknya kalo gue ga pinter, gue jadi
orang yang baik aja, walaupun orang orang banyak yang
gakenal gue tapi gue mau dan tetap berusaha untuk baik
ke semua orang.” AAAAAA, untuk kedua kalinya Reta
sangat tersentuh dengan jawaban Aleta, “tapi janji sama
gue jangan baik ke semua orang, setidaknya lo harus
Pesan untuk Matahari | 28
The Chaser
CYCLE OF REVENGE
By: Cendra Samitri
PULANG
Oleh: Cendra Samitri
Aku cantik, aku pintar, dan aku percaya diri. Kata- kata
yang selalu didokrin terhadapku oleh kedua sahabat dan
orang tuaku. Yang sedang coba ku terima pada diriku
sendiri. Memang mudah diucapkan namun belum tentu
mudah untuk dilakukan. Sebisa mungkin aku mencoba
untuk mencintai diri sendiri dan mencoba untuk
menerima apa pun segala kekuranganku. Didokrin sebagai
pribadi yang baik di mata orang sekitar membuatku syok.
Terkadang ketika aku hanyut dalam lamunan dan dalam
benakku terbayang. Apakah benar sosokku seperti itu di
mata mereka?. Entah, aku pun merasa aku hanya
melakukan hal yang kurasa baik untuk dilakukan.
Ohhh.. iya perkenalkan namaku Delanna Kalayya biasa
dipanggil Kala ya begitulah teman-temanku memanggilku.
Aku seorang siswa SMK kelas 11 disalah satu sekolah
kejuruan teknik industri di kota pelajar kadang dikenal
dengan sebutan kota gudeg. Setelah beberapa tahun aku
tinggal kota yang baru ada suatu momen yang tak akan
pernah aku lupakan hingga kini aku kelas 11 SMK.
Pada Senin pagi tahun 2017 disitulah perjalananku
sebagai anak SMP dimulai, bersiap dari rumah dengan
seragam biru putih kukenakan dan rambut terikat rapi,
aku bergegas berangkat sekolah. Sesampainya di sekolah
aku langsung memarkirkan sepedaku dan menuju ke aula
untuk melihat daftar pembagian kelas. Di sana aku melihat
sahabatku sejak SD, ia juga sedang melihat papan
pembagian kelas. Ternyata kita terbagi dalam kelas yang
sama, aku begitu senang ia pun juga sama senangnya.
Pesan untuk Matahari | 46
Menjadi Tangguh
“Ih engga gitu, Ay. Kok jadi insecure si, sini aku
bantu cariin gebetan ya. Biar nanti kamu hidupnya ga
mikirin kampus aja terus, bucin bisa kali”
Ayana hanya tersenyum melihat niat konyol
sahabatnya itu. Ayana bukan tidak suka sama siapapun di
kampus, tapi saat ini dia terlalu lelah berharap dengan
laki-laki yang bahkan kita ga tahu bakal jadi jodoh kita
atau ga.
“Dah pulang sana,Sya. Aku ke sekret dulu ya. Hati-
hati”
Di Sekret…
“Ayana, rundown buat acara minggu depan udah dibagi ke
grup belum?” tanya Raihan, ketua pelaksana.
“Udah han, Insya Allah udah bener. Oh iya, Haikal
kemana ya,Han? Aku ga liat dia dari pagi tadi. Biasanya
kan di sekret terus.”
“Ihiyy kenapa ni nyariin Haikal? Mencium bau-bau
cinlok satu divisi ga si” usil Raihan.
“Ga usah bikin rumor ya, Han. Aku tu ada perlu mau
revisian sama Haikal”
“Hahaha, canda Ay. Haikal lagi ke fakultas tetangga “
“Lah? Ngapain? Tumben kelayapan” tanya Ayana heran.
“Katanya tadi ada perlu aja, tapi ga tahu ngapain.
Kenapa ga coba chat aja,Ay?”
“Centang satu, Han. Ni anak tumben banget gini.” Ujar
Ayana sibuk kembali menghubungi Haikal lewat
Whatsapp.
“Hafal banget kayaknya mu sama kebiasaan Haikal ya,
Ay”
Pesan untuk Matahari | 58
Assalamua’alaikum Baitullah
Nathan
Nathan
Nathan
Band Flawless
Fathimah Azka Yusuf
Ibu
Fathimah Azka Yusuf
Peduli
Fathimah Azka Yusuf
Namaku Yura Anindya Putri panggil saja aku Yura aku saat
ini kelas 3 SMA dan aku memilki teman bernama
Salsha,Anisa, Ella,dan Sabrina mereka satu sekolah
denganku di SMA Angkasa kami satu kelas. dikelas kami
selalu bersama-sama dalam hal dan kegiatan apapun kami
dianggap teman-teman sebagai geng padahal kami pun
tidak membedakan yang lainnya akan tetapi mereka
beranggapan kami ini pilih teman pada suatu hari ada
teman kami bernama Poppy dia izin tidak masuk kelas
dikarenakan sakit Aku, Salsha, Anisa, Ella dan Sabrina
mengusulkan untuk menjenguk Poppy dikelas kami
mengumumkan jika kami ingin pergi menjenguk Poppy
"Apakah ada yang mau ikut dengan kami untuk
menjenguk Poppy" kataku
lalu mereka terdiam heran karena tidak menyangka
bahwa kami mempunyai inisiatif untuk menjenguk Poppy
akhirnya mereka bersedia "Iya kami akan ikut dengan
kalian"kata mereka dan pada akhirnya kami
mengumpulkan dana untuk membelikan Poppy buah
tangan untuk dibawa kerumah Poppy.
Pada saat itulah mereka meminta maaf dan tidak
menganggap aku, Salsha, Anisa, Ella dan Sabrina pilih
teman dan saat kami mengikuti lomba antar kelas mereka
mendukung kami agar kelas kita menang dan pada
akhirnya kelas kami mendapat juara 1 dan kami semua
merayakannya dengan makan bersama direstoran.
By : Fitri Nur
Pesan untuk Matahari | 119
Sebuah Cita-Cita
No Rain, No Rainbow
Fitrotun Nadha Ar Rosyid
selisih nilaiku dan Awan hanya dua atau tiga nomor. Ayah
selalu menggemblengku untuk bisa menjadi seperti Awan.
Sehingga sejak saat itu aku selalu jatuh sakit saat
mendekati ulangan semester, karna terlalu lelah belajar
terus-menerus. Bagaimana jika nilaiku tak pernah bisa
melebihi yang Awan dapatkan juga banyak lagi
overthinking-overthinking yang lain yang selalu
menghantu pikiranku. Ibu selalu mengingatkan ayah
untuk berhenti membandingkanku dengan Awan karena
tentunya kemampuan kita berbeda. Namun ayah tetap
saja membandingkanku.
Jika kalian pikir ayahku itu sesosok manusia kejam
yang selalu menekan anaknya untuk menjadi seperti apa
yang ia inginkan, kalian salah. Sebenarnya keinginan ayah
sama saja dengan keinginanku. Namun entah mengapa
sangat sukar bagiku untuk mendapatkan keinginan-
keinginan itu. Itulah yang sering membuat ayah geram dan
membuatku semakin membenci diriku sendiri.
Hingga pada akhirnya aku dan Awan lulus dari SMA
dan kami berdua mengikuti tes seleksi masuk ke
Universitas Istanbul. Walaupun sebenarnya sebelum itu
aku sudah mendaftar di President University. Aku kembali
jatuh sakit saat itu. Ibu selalu mendampingiku belajar.
Sesekali ia mengingatkanku untuk jangan terlalu keras
dalam belajar agar aku tidak drop. Namun karena aku tak
ingin mengecewakan ayah juga diriku sendiri jadi aku
tetap belajar segiat mungkin.
Hari yang ditunggu-tunggu datang. Aku dan Awan
sedang menunggu hasil tes seleksi. Aku benar-benar takut.
Jika Awan diterima sedang aku tidak apa yang akan ayah
Pesan untuk Matahari | 123
LA ROSA
Oleh : Gabriel Kristiawan Suhassatya
RENJANA
Oleh: Gita Novi Hastari
“Nggak kak, apapun itu. Saya mau nunggu, sampai Kak Ita
mau.” Jawabnya pasti.
“Atha belum pulang kak dari pagi. Ini aja aku ambil kunci di
parkiran fakultas. Kayanya sih pergi sama Rachel.” Jelas
Dean. Aku tersenyum dan menjawab singkat penjelasan
Dean lalu pergi meninggalkan bangunan sederhana dan
tidak terlalu besar itu.
Pesan untuk Matahari | 141
Jalur Misteri
Karya: I Veni
Aneh.
Berbeda dariku yang lebih memilih bungkam akan
kejanggalan itu, Lili justru memilih untuk
menyuarakannya, “Mbak, apa cuma perasaanku. Kok
kayaknya mobil putih itu bolak-balik terus ya?” bisik Lili
takut-takut.
“Dek, kamu banyak-banyak berdoa saja ya,” ujarku
mencoba menenangkan keadaan.
Di tengah keanehan itu, entah dorongan dari mana
kepalaku menengadah menatap langit malam yang indah
bertabur kilauan bintang.
“Dek, coba deh kamu lihat langitnya indah kan?”
Lili pun ikut menengadah bersamaku. Setelah puas
menatap langit malam Lili kembali berujar, “Kok tiba-tiba
aku haus ya, Mbak.”
“Eh, iya, Dek. Mbak juga."
Tidak lama berselang dari ucapanku tadi tampak sebuah
warung beberapa meter di depan sana. Langsung saja aku
menepikan motor. Di sana kami menjumpai seorang Ibu
dan Bapak yang sedang duduk-duduk di balai depan
warung sambil memandang kami dengan tatapan aneh,
juga ada seorang Nenek berambut panjang terurai agak
bergelombang memberi kesan berantakan yang ternyata
pemilik warung tersebut.
Kami hanya membeli dua botol air mineral dan bergegas
melanjutkan perjalanan. Air di botol milikku dan Lili
masih tersisa setengah, jadi kami membawanya dalam
perjalanan.
Sebenarnya aku merasa aneh ketika melihat ada warung
tersebut. Kenapa si Nenek tadi lebih memilih membuka
Pesan untuk Matahari | 155
Kata Petra
Jasmawarni
A glimmer of light
First I accept this oddity I can not fully accept. Like when I
first went back to school, I saw the light of my homeroom
teacher's life was very dim and about to go out. I
immediately told my friends at that time that we were
going to lose our homeroom teacher because he would die
Pesan untuk Matahari | 170
Losing U
feel the wet atmosphere caused by the rain. I can’t feel the
wind that’s causing the sight of dancing trees. Nothing is
coming to my avail, not even the roads I hold most dear.
The same roads I navigate through with her for a thousand
times. With the girl that magically appeared and put a
permanent disturbance in me. I was a nobody to anyone.
Then this girl swooped in out of nowhere, like she knew
me from a past life, like she knew I was meant to be in her
life. I hated it. I remembered all my thoughts were “I don’t
want this”, “I don’t ask for this”, “I don’t ask for you.”
However, even the firmest of all will fail. I guess I was no
exception. Never would’ve thought the perceived eternal
feeling of annoyance can transform into something so
curious and beautiful. The girl who has everything and me.
Why? We were so different, but we were each other. I
know her like I know all the bones in my body. She never
told me how She feels for me. I never did, we just connect.
Besides, all is well.
All was well. Now, as I reach home the only
thought I have is “Now or never.” Taking off my jacket and
letting go off my backpack never felt more relieving. All is
well. As much as I want that to be the case, it’s not. All was
well, before He showed up. The brilliant transfer, Farhan.
Automatically assigned to the Olympiad Team by the
teachers without a selection process. Automatically
causing a shift in the team. The shear amount of time we
spent as a team was enough for him to develop something
for Anien. It got me thinking, maybe I don’t deserve to feel
this way to her. Nobody knows the connection between
me and her. Cause apparently you need to put a status in
Pesan untuk Matahari | 190
it. And with me, she worked for it. I always know that. I
know that all along. Then, if it’s something so absolute,
why did I even go? This is how it all began. The endless
meaningless thought process that never actually came to
be. The unfathomable emergence of questions
accompanied by the wet atmosphere really intensifies the
sight of dancing trees. The scent of wet leaves slowly
switches to a vague scent of cheap classy perfume. I stop
and turn around. And there she stands. Frozen. I can
finally see her the way she deserves to be seen. I can see
her asking a lot of me. She approaches with eyes so clear
and intentions so firm.
“All I want is You.”
Pesan untuk Matahari | 192
Bittersweet
Mariana Putri
MUARA
Oleh: Muhammad Ghoni Hakiki
"Lah kmu gak tahu kah?, besok aku mau ke Loa Kumbar
mau ikut nggak?. Ujarnya bertanya kembali kepadaku.
"Nggak tau!, ayok gass... aku mau ikut!." Jawabku dengan
penuh semangat dan rasa ingin tahu.
"Ayok besok ya gaskan, besok kesana sama Hikmah juga
temanku. Dia tinggal disana jadi enak kita ke Loa Kumbar
ada orang dalam!, hahaha... " ucapnya sambil tertawa
bercanda bersamaku.
"Ahsiap ada orang dalam enak tu puas keliling Loa
Kumbar, hahaha.. " Jawabku sambil tertawa membalas
candaan Ardana. Kami sangat gembira bisa bercerita
banyak hal dan bercanda tawa bersama, rasanya sudah
lama kami tidak seperti ini. Ardana pun menginap
dirumahku untuk malam ini dan kami dapat melakukan
banyak hal yang ingin kami lakukan.
Keesokkan harinya, kami pun berangkat menuju
Loa Kumbar. Ternyata untuk ke Loa Kumbar kami harus
menyeberangi sungai Mahakam, tidak memerlukan
banyak waktu untuk menyeberang hanya butuh waktu 5
menit kami sudah tiba di Loa Kumbar. Setibanya disana
kami langsung disambut dengan hangat oleh Hikmah.
Hikmah adalah gadis cantik yang ramah dan ramah selalu
tersenyum dan kalau ditanya sangat sopan dalam
menjawab. Dia gadis asli Loa Kumbar, Hikmah lah yang
akan mengajak kami jalan-jalan keliling Loa Kumbar.
"Hai! teman-teman, gimana kabar?" ucapnya dengan
senyuman hangat ekpresi ceria.
"Hai juga!, alhamdulillah baik mah. Kalo kamu gimana
kabarnya?." jawab kami dan bertanya kembali dengan
membalas senyumannya.
Pesan untuk Matahari | 204
Takdir Ilahi
Monolog
***
Teruntuk Aiden, si mentari
Sejak awal aku sudah terpikat dengan senyummu.
Aku terkagum dengan keberanianmu mendekat, ketika
orang-orang selalu bilang kalau malam itu berbahaya. Dan
kau mengejek mereka karena menurutmu, bukan malam
yang berbahaya tetapi mereka saja yang penakut.
Terimakasih selalu menyediakan bahu walau tidak
kuminta. Terimakasih untuk uluran tanganmu meski
bibirku selalu kaku dan bisu untuk mengatakan tolong
terlebih dahulu. Jaketmu sudah kucuci dan kulipat rapi,
akan kukembalikan bersamaan dengan surat ini. Maaf aku
hanyalah seorang pengecut, jadi aku akan menitipkannya
pada Kalila.
Dua bulan yang kita lalui sangatlah indah dan tak
tergantikan. Entah sejak kapan sandiwara menjadi nyata
ketika aku kembali menatap matamu untuk kesekian
kalinya. Aku tahu kau pasti tertegun dengan senyumku di
akhir pementasan. Tapi satu hal yang perlu kau tahu, aku
melakukannya dengan tulus. Aku harap, para peri dalam
pementasan benar-benar membuatnya menjadi lebih indah,
setidaknya di matamu.
Terimakasih karena kau selalu membawa jaket
semenjak tahu aku mudah kedinginan dan selalu lupa
untuk membawanya. Terimakasih untuk selalu siaga meski
aku tak berkata-kata. Kamu terlalu baik untuk lukaku,
Aiden. Bagaimana bisa matahari bersanding dengan bulan
yang selalu mengemis akan cahayanya supaya bisa
terlihat?
Pesan untuk Matahari | 214
PERMATA BERHARGA
NOVIA WULANDARI
POTRET WAJAH
NOVIA WULANDARI