Makalah Nanoemulsi
Makalah Nanoemulsi
PENDAHULUAN
Emulsi merupakan sediaan yang mengandung dua fase yang tidak tercampur,
biasanya air dan minyak, dimana cairan yang satu terdispersi menjadi tetesan-tetesan
kecil(droplet) dalam cairan lainnya yang distabilkan dengan zat pengemulsi atau
surfaktan yang cocok (Anief, 2000). Sistem emulsi umumnya mudah rusak dengan
penambahan energy serta seiring berjalannya waktu. Masalah ini dapat diatasi dengan
memperkecil ukuran droplet serta penggunaan stabilizer. Memperkecil ukuran droplet
dapat dilakukan dengan pembuatan nanoemulsi .
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui definisi nanoelmusi dan keuntungannya.
2. Agar mengetahui metode pembuatan nanoelmusi secara umum dan komponen-
komponennya serta uji yang terdapat pada nanoemulsi.
3. Agar mengetahui pengujian minyak zaitu dalam nanoemulsi serta alat dan bahan, dan
cara pembuatannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Uji Ph
Sediaan nanoelmusi yang ditunjukan untuk pemakaian secara topikal harus di
desain agar tidak menimbulkan iritasi dan sensitiv pada kulit. Oleh karna itu, ph
sediaan harus berada pada ph 4-6 yang merupakan ph kulit.
C. Uji Persen Transmitan
Dilakukan untuk mengukur kejerniaan nanoemulsi yang terbentuk.
Pengukuran persen transmitan merupakan faktor penting dalam melihat sifat fisik
nanoemulsi yang terbentuk. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
stektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 650nm dan menggunakan aquadest
sebagai blangko. Jika hasil persen transmitan sampel mendekati persen transmitan
aquadest yakni 100%, maka sampel tersebut memiliki kejernihan atau transparasi
yang mirip dengan air.
D. Uji Viskositas
Menunjukan sifat dari cairan untuk mengalir. Mankin kental suatu cairan,
maka emakin besar kekuatan yang diperluhkan agar cairan dapat mengalir. Besar
nya viskositas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, ukuran molekul,
konsetrasi larutan, serta gaya tarik menarik antar molekul.
E. Uji Ukuran Partikel
Dilakukan untuk mengetahui ukuran partikel yang terbentuk. Memenuhi
kriteria ukuran partikel nanoemulsi yaitu 50-500nm. Pengujian ukuran partikel
menggunakan PSA (Particle Size Analyzer) dengan tipe Dynamic Light Scattering.
Prinsip ini adalah sampel yang akan di tembak dengan sinar laser dan akan terjadi
penghamburan cahaya. Penghamburan cahaya di deteksi pada sudut tertentu secara
cepat. Hasil pengukuran droplet dinyatakan sebagai diameter yang terdapat pada
medium dispers.
4
BAB III
ISI
3.2 Metodologi
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis
(Shimadzu UV-1800), timbangan analitik (OHAUS), magnetic stirrer
(Cimarec),ultrasonic (Elmasonic), vortex (Labinco L46), rotary vacum evaporator,
dan alat-alat gelas (glassware) (Pyrex) untuk analisis.
5
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak zaitun (Brataco, Indonesia),
vitamin C, Tween 80 (Brataco, Indonesia), sorbitol 70% (Brataco, Indonesia) semua
berkualitas farmasetika dan aquademineralisata (Brataco, Indonesia). Pereaksi kima
yang digunakan adalah etanol, toluen, n-heksan, dan DPPH (2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil) semua berkualitas p.a.
6
4. Uji peredaman radikal bebas DPPH (Uji kuantitatif)
Larutan sampel sebanyak 1 mL ditambah 4 mL DPPH 40 ppm kemudian
diinkubasi dalam tabung tertutup rapat agar terlindung dari cahaya pada suhu ruang
selama operating time. Campuran sampel DPPH dihomogenkan dengan vortex selama
1 menit agar reaksi berjalan sempurna. Hasil inkubasi diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang optimumnya dibandingkan dengan
minyak zaitun dan vitamin C yang diperlakukan sama dengan sampel.
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
4.3 Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH
Aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dinyatakan dalam
IC50 atau konsentrasi yang mampu menginhibisi DPPH sebesar 50%. Semakin kecil
IC50 suatu sampel, maka semakin kuat aktivitas antioksidan sampel tersebut (Molyneux,
2004). Gambar 3 menunjukkan hasil campuran DPPHsampel sebelum dan sesudah
inkubasi.
Dari gambar 3 terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi sampel, maka warna
larutan akan semakin kuning pucat. Pemudaran warna akan mengakibatkan penurunan
nilai absorbansi sinar tampak dari spektrofotometer UV-Vis (Novandinar, 2010).
Semakin pudarnya warna DPPH setelah direaksikan dengan antioksidan menunjukkan
kapasitas antioksidan yang semakin besar pula. Hal tersebut terjadi karena semuaradikal
bebas DPPH menjadi berpasangan ketikaterjadinya reaksi antara larutan DPPH dengan
zat antioksidan dalam sampel yang dapat mendonorkan atom hidrogen. Reaksi radikal
DPPH dengan senyawa antioksidan dapat dilihat pada Gambar 4.
9
Penggunaan vitamin C sebagai kontrol positif pada pengujian aktivitas
antioksidan ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat potensi antioksidan yang ada
pada minyak zaitun maupun nanoemulsi minyak zaitun jika dibandingkan dengan
vitamin C. Nilai IC50diperoleh dengan menggunakan persamaan regresilinear hubungan
antara konsentrasi sampel (x) dengan persentase inhibisi (y). Nilai IC50 minyak zaitun
yang diperoleh yaitu sebesar 55,79±3,64 ppm sedangkan nilai IC50 vitamin C yang
diperoleh sebesar 4,52±0,33 ppm seperti tersaji pada Tabel II.
Kurva hubungan antara persentase inhibisi dengan konsentrasi nanoemulsi tersaji pada
Gambar 5.
Nilai IC50 sampel nanoemulsi pada formula I, II, dan III dapat dilihat pada
Tabel II. Dari tabel tersebut terlihat bahwa formula III mempunyai aktivitas antioksidan
10
paling tinggi. Bila hasil tersebut digolongkan aktivitas antioksidannya berdasar nilai
IC50 (Miryanti et al, 2011) maka formula III mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat
sama dengan minyak zaitun, sedangkan aktivitas antioksidan formula II dikategorikan
sedang dan aktivitas antioksidan formula I termasuk lemah. Aktivitas antioksidan pada
tiap formula nanoemulsi seharusnya tidak berbeda karena tidak ada variasi konsentrasi
minyak zaitun yang berkontribusi memberikan aktivitas antioksidan. Jumlah minyak
zaitun yang ditambahkan pada tiap formula adalah sebanyak 5 g. Dalam formula yang
divariasikan adalah konsentrasi Tween 80 dan sorbitol sebagai surfaktan dan
kosurfaktan. Dari hasil IC50 tersebut terlihat bahwa perbedaan konsentrasi Tween 80 dan
sorbitol berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan. Uji Tukey menunjukkan bahwa
aktivitas antioksidan formula I berbeda bermakna dengan formula II, III dan minyak
zaitun, formula II berbeda bermakna dengan formula I, III dan minyak zaitun, formula III
berbeda bermakna dengan formula I, II namun berbeda tidak bermakna dengan minyak
zaitun. Dari hasil penelitian terlihat bahwa semakin besar konsentrasi Tween 80 maka
aktivitas antioksidan akan semakin kecil. Menurut Donnelly et al. (1998), emulsi yang
distabilkan dengan surfaktan non ionik memiliki kecepatan oksidasi lebih cepat pada
kondisi asam karena ion logam besi (prooksidan) lebih larut. Oksidasilipid akan
terhambat saat ion besi ditolak oleh droplet yang bermuatan positif (McClements and
Decker, 2000). Saat surfaktan non ionik menyelimuti droplet, droplet menjadi tidak
bermuatan sehingga ion logam besi yang bermuatan positif akan berada di dekat droplet.
Semakin banyak surfaktan non ionik yang ditambahkan, maka droplet akan semakin
tidak bermuatan sehingga ion logam besi (prooksidan) akan semakin banyak yang
mendekati droplet. Hasil ini sesuai dengan penelitian Arifianti (2012) tentang aktivitas
antioksidan nanoemulsi minyak jinten hitam yang semakin lemah pada peningkatan
konsentrasi Tween 80. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa semakin tinggi
konsentrasi Tween 80 yang ditambahkan, maka aktivitas antioksidan akan semakin
rendah.
Dari hasil penelitian juga terlihat bahwa semakin besar konsentrasi sorbitol yang
ditambahkan maka semakin besar pula aktivitas antioksidannya. Dalam penambahan
gula non pereduksi dan berbagai gula alkohol ke fase air dalam emulsi M/A yang
distabilkan oleh surfaktan anionik telah terbukti mengurangi tingkat oksidasi lipid.
Penggunaan sorbitol sebagai kosurfaktan juga berpengaruh terhadap ukuran droplet.
Semakin tinggi konsentrasi sorbitol dalam nanoemulsi maka diameter droplet akan
meningkat. Ukuran droplet dapat mempengaruhi kecepatan oksidasi lipid. Semakin kecil
11
ukuran droplet, luas permukaan menjadi lebih besar, sehingga akan semakin banyak
minyak yang kontak dengan fase air, akibatnya laju oksidasi lipid akan semakin cepat.
Sebuah penelitian tentang oksidasi emulsi asam dokosaheksaenoat menunjukkan bahwa
semakin kecil ukuran droplet maka laju oksidasi lipid akan meningkat (Gohtani et al.,
1999). Penambahan sorbitol yang semakin banyak dalam formula nanoemulsi
mempunyai kelemahan tersendiri. Meskipun dengan penambahan sorbitol yang semakin
banyak dapat meningkatkan aktivitasantioksidan, namun hal tersebut justru akan
meningkatkan diameter droplet nanoemulsi. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimasi
lebih lanjut untuk mendapatkan formula nanoemulsi minyak zaitun yang memiliki
aktivitas antioksidan yang sama dengan minyak zaitun sebelum diformulasi.
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Aktivitas antioksidan minyak zaitun dalam formulasi nanoemulsi lebih rendah
daripada aktivitas antioksidan minyak zaitun
2. Terdapat pengaruh variasi konsentrasi tween 80 dan sorbitol terhadapa aktivitas
antioksidan minyak zaitun dalam nanoemulsi
13
DAFTAR PUSTAKA
1. 1.http://repository.ump.ac.id/430/3/BAB%20II_DINDA%20SABILA%20ROSADA_FARMASI
%2716.pdf
2. http://farmasains.uhamka.ac.id/wp-content/uploads/2015/12/naskah-vol-2-no-5-223-
228.pdf
14