Anda di halaman 1dari 8

JAPRA

Jurnal Pendidikan Raudhatul Athfal


P-ISSN. 2527-4325 E-ISSN. 2580-7412

Strategi Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Bagi Anak Usia Dini


Penderita Tunarungu

Rema Asyril Washilah1


1
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. Cimencrang Gedebage Kota Bandung 40292
Email: remaasyrilwashilah@gmail.com1,

Naskah diterima: .............., direvisi: ................, diterbitkan: .......................

Abstrak

Keterampilan membaca Al-Qur’an merupakan keterampilan penting di tahap awal


memahami isi Al-Qur’an. Terlebih pada saat ini banyak sekali baik dari orang tuanya
maupun dari anak itu sendiri keinginan untuk menghafal Al-Qur’an. Keinginan menjadi
seorang penghafal Al-Qur’an (Hafidz) datang dari banyak kalangan usia, terutama pada
anak usia dini. Tidak sedikit dari mereka adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan
(Anak Berkebutuhan Khusus), salah satunya penderita tunarungu. Tujuan dalam
penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui strategi pengajaran membaca huruf-huruf
hijaiyah pada anak usia dini penderita tunarungu dan strategi menyusun susunan huruf
hijaiyah menjadi sebuah kalimat serta strategi dalam penerapan hafalan Al-Qur’an.
Metode yang digunakan adalah studi literatur. Pengumpulan data yang digunakan
berasal dari textbook, jurnal, artikel ilmiah, skripsi, literature review yang berisikan
tentang konsep yang diteliti. Analisis data dimulai dengan materi hasil penelitian yang
secara sekuensi diperhatikan dari yang paling relevan, relevan, dan cukup relevan. Hasil
pembahasan dan kesimpulan.

Kata kunci: Al-Qur’an, Strategi Pembelajaran Tahfidz, Anak Usia Dini, Tunarungu

Abstract

Abstrak in English, italic style.

Keywords: keywords1, keywords2,...


Nama Penulis Tiga kata pertama judul…

Pendahuluan

Manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang dibentuk sejak usia
dini. Anak usia dini merupakan fase awal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami setiap manusia yang dikenal dengan istilah golden age. Golden age atau yang
biasa disebut sebagai periode keemasan dimana pada usia ini, anak memiliki
kemampuan menerima rangsangan dari luar lebih cepat, sehingga perlu diarahkan
kepada hal-hal yang bersifat positif (Muhadi, 2016). Hal-hal baik dan positif yang perlu
ditanamkan sejak usia dini dalam lingkup keislaman yang paling mendasar diantaranya
adalah belajar membaca dan mempelajari Al-Qur’an.

Al-Qur’an merupakan suatu dasar pedoman hidup bagi umat Muslim. Al-Qur’an
mengatur seluruh tatanan hidup, baik tentang hukum, hubungan manusia dengan Allah
(Hablumminallah) maupun hubungan antar sesama manusia (Hablumminannaas) dan
manusia dengan mahluk ciptaan Allah SWT lainnya (Hablumminal ‘aalam) (Widodo et
al., 2017). Belajar membaca Al-Qur’an merupakan satu kewajiban agama karena setiap
muslim harus melakukan shalat. Dalam shalat seorang harus membaca surah Al-Fatihah
dan juga bacaan tasyahhud. Keduanya menjadi rukun dalam shalat. Dengan demikian
maka mempelajari Al-Qur’an mutlak menjadi kewajiban umat Islam. Oleh karena itu
pembelajaran Al-Qur’an baik itu baca maupun tulis yang dilakukan sejak dini, sangatlah
penting guna meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an.

Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak merupakan salah satu stimulasi


pengembangan potensi anak yaitu pengembangan kemampuan membaca serta menulis.
Salah satu keterampilan membaca adalah membaca Al-Qur’an. Membaca Al-Qur’an
menjadi dasar dalam mempelajari dan memahami isi Al-Qur’an itu sendiri. Dalam
mengajarkan Al-Qur’an perlu adanya strategi pembelajaran atau tahapan atau cara
pembelajaran yang terencana secara detail agar segala prinsip dasar dapat terlaksana dan
mampu mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Peningkatan kemampuan membacaan Al-Qur’an merupakan tuntutan mendesak


bagi anak didik saat ini. Masalah pokok yang sering dihadapi oleh anak didik adalah
lemahnya kemampuan membaca Al-Qur’an. Hal ini ditandai dengan indikasi seperti: (a)
lemahnya anak didik di dalam mengenal huruf hijaiyah, (b) kesulitan anak dalam
membedakan hurufhuruf hijaiyah tertentu seperti tsa-sa, dha-dza, (3) anak-anak

2 JAPRA Volume ..., Nomor ...., (Bulan) (Tahun)


Nama Penulis Tiga kata pertama judul…

kesulitan dalam membedakan panjang pendeknya harokat/tanda baca (Suriah, 2018).


Pelatihan teknik membaca Al-Qur’an kepada anak-anak memerlukan cara tersendiri
apalagi jika anak tersebut adalah anak berkebutuhan khusus. Kesulitan membaca Al-
Qur’an yang dialami oleh anak berkebutuhan khusus belum mendapat perhatian khusus
(Maudi, 2019). Padahal semua anak, baik yang normal maupun yang berkebutuhan
khusus memiliki hak yang sama dalam menempuh pendidikan, salah satunya adalah
Pendidikan Agama seperti peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an (Maudi,
2019). Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an merupakan salah satu upaya peningkatan
pengalaman nilai-nilai agama untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

Pembelajaran baca tulis Al-Qur’an bertujuan untuk memberikan motivasi,


bimbingan, pemahaman, kemampuan, dan penghayatan terhadap isi yang terkandung
dalam Al-Qur’an sehingga dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari sebagai
manifestasi iman dan takwa kepada Allah Swt. Keterampilan membaca Al-Qur’an
merupakan keterampilan penting di tahap awal memahami isi Al-Qur’an. Terlebih pada
saat ini banyak sekali baik dari orang tuanya maupun dari anak itu sendiri keinginan
untuk menghafal Al-Qur’an. Keinginan menjadi seorang penghafal Al-Qur’an (Hafidz)
datang dari banyak kalangan usia, terutama pada anak usia dini. Tidak sedikit dari
mereka adalah anak-anak yang memiliki keterbatasan (Anak Berkebutuhan Khusus),
salah satunya penderita tunarungu. Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui
penerapan strategi yang dilakukan dalam mengajarkan dan membimbing anak
tunarungu dalam menghafal Al-Qur’an.

Tujuan dalam penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui strategi pengajaran
membaca huruf-huruf hijaiyah pada anak usia dini penderita tunarungu dan strategi
menyusun susunan huruf hijaiyah menjadi sebuah kalimat serta strategi dalam
penerapan hafalan Al-Qur’an. Manfaat dari penulisan artikel ini diantaranya adalah
sebagai tambahan wawasan dalam melatih kemampuan membaca dan menghafal Al-
Qur’an bagi anak penderita tunarungu.

Secara umum, anak berkebutuhan khusus tunarungu membutuhkan media


pembelajaran yang sama dengan anak normal. Akan tetapi, karena anak tunarungu

3 JAPRA Volume ..., Nomor ...., (Bulan) (Tahun)


Nama Penulis Tiga kata pertama judul…

memiliki hambatan dalam mendengar dan juga berbicara, maka mereka memerlukan
alat bantu khusus. Berikut ini adalah beberapa alat bantu khusus bagi anak tunarungu:

1. Audiometer
Audiometer merupakan alat elektronik untuk mengukur taraf kehilangan
pendengaran seseorang. Dengan audiometer ini dapat diketahui sejauh mana sisa
pendengaran anak yang masih bisa difungsikan.
2. Hearing Aids (Alat bantu dengar)
Cara bekerja alat ini yakni: suara (energi akustik) diterima michrophone, kemudian
diubah menjadi energi listrik dan dikeraskan melalui amplifer, kemudian diteruskan
ke receiver (telephone) yang mengubah kembali energi listrik menjadi suara seperti
alat pendengaran pada telepon dan diarahkan kegendang telinga. Adanya alat bantu
dnegar ini anak tuna rungu bisa berlatih mendnegar baik secra individual maupun
kelompok.
3. Komputer
Komputer dapat memberikan informasi secara visual. Hal ini sangat beguna bagi
anak tunarungu yang mengalami kelainan berta. Disamping itu, anak tunarungu
terlebih dahulu harus bisa membaca atau paling tidak bisa menginterpretasikan
simbol-simbol yang dipakai.
4. Audiovisual
Audiovisual sangat berguna bagi anak tunarungu, karena dengan itu anak tunarungu
bisa memperhatikan sesuatu yang ditampilkan walaupun dalam kemampuan
mendengar yang terbatas. Hal ini bisa berupa film, video-tapes, TV.
5. Tape Recorder
Alat ini berguna untuk mengontrol ucapan yang sudah direkam, sehingga dapat
mengetahui perkembangan bahasa anak tunarungu dari hari kehari.
6. Spatel
Spatel adalah alat bantu untuk membetulkan posisi organ bicara. Dengan
menggunakan spatel, kita dapat membetulkan posisi lidah anak tunarungu, sehingga
mereka dapat berbicara dengan benar.
7. Cermin
Cermin bermanfaat bagi anak tunarungu untuk belajar mengucapkan sesuatu
dengan artikulasi yang baik. Selain itu, anak bisa menyamakan ucapan melalui

4 JAPRA Volume ..., Nomor ...., (Bulan) (Tahun)


Nama Penulis Tiga kata pertama judul…

cermin dengan apa yang diucapkan oleh guru artikulator. Dengan cermin,
artikulator bisa mengontrol Gerakan-gerakan yang tidak tepat dari anak, sehingga
mereka sadar dalam mengucapkan konsonan, vocal, kata-kata, atau kalimat secara
benar.

Pada proses pendidikan, metode pembelajaran sangat penting bagi peserta didik.
Bahasa memegang peran baik bagi bentuk lisan, tulisan maupun isyarat. Berikut adalah
metode yang digunakan bagi anak berkebutuhan khusus tunarungu:

1. Metode Oral
Metode oral adalah salah satu bentuk untuk melatih anak tunarungu agar bisa
berkomunikasi secara lisan (verbal) dengan lingkungan orang mendengar.
Pentingnya dukungan dari lingkungan anak yakni dengan cara melibatkan anak
tunarungu berbicara secara verbal dalam setiap kesempatan. Dengan diberikannya
kesempatan, secara tidak langsung anak termotivasi untuk membiasakan berbicara
secara lisan.
2. Metode Membaca
Ujaran Membaca ujaran atau membaca gerak bibir (lips reading) yakni suatu
kegiatan yang meliputi pengamatan visual dari bentuk dan Gerakan bibir lawan
bicara sewaktu proses bicara. Dengan membaca gerak bibir dapat memberikan
makna pada apa yang diucapkan lawan bicara, dimana ekspresi muka dan
pengetahuan bahasa ikut berpean.
3. Metode Manual
Metode manual adalah suatu cara mengajar atau melatih berkomunikasi anak
tunarungu dengan isyarat atau ejaan jari. Bahasa manual atau bahasa isyarat
mempunyai unsur gesti atau bahasa tangan yang ditangkap melalui penglihatan atau
suatu bahasa yang menggunakan modalitas gesti-visual.
4. Metode Ejaan Jari
Salah satu komponen atau unsur yang menunjang terhadap bahasa isyarat adalah
ejaan jari atau disebut juga abjad jari. Penerapan sistem ejaan jari antara lambing
manual dengan lambing tulisannya terdapat suatu hubungan sehingga terjadi pula
hubungan kata demi kata dengan kegiatan membaca dan menulis.
5. Metode Komunikasi Total

5 JAPRA Volume ..., Nomor ...., (Bulan) (Tahun)


Nama Penulis Tiga kata pertama judul…

Komunikasi total adalah kesleuruhan spektrum cara bahasa yang lengkap, gesti
anak, bahasa isyarat, membaca ujaran, ejaan jari, membaca dan menulis,
pengembangan sisa pendengaran guna memajukan keterampilan berbicara dan
membaca ujaran.

Metodologi

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi literatur
adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka,
membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian (Zed, 2008:3). Studi
kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya
penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis
maupun aspek manfaat praktis. Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan
tujuan utama yaitu mencari dasar pijakan/fondasi utnuk memperoleh dan membangun
landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukandugaan sementara atau disebut juga
dengan hipotesis penelitian. Sehingga para penelitidapat menggelompokkan,
mengalokasikan mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam
bidangnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman
yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti. Melakukan studi
literatur ini dilakukan oleh peneliti antara setelah mereka menentukan topik penelitian
dan ditetapkannya rumusan permasalahan, sebelum mereka terjun ke lapangan untuk
mengumpulkan data yang diperlukan (Darmadi, 2011).
Data yang digunakan berasal dari textbook, jurnal, artikel ilmiah, skripsi,
literature review yang berisikan tentang konsep yang diteliti. Analisis data dimulai
dengan materi hasil penelitian yang secara sekuensi diperhatikan dari yang paling
relevan, relevan, dan cukup relevan. Cara lain dapat juga, misalnya dengan melihat
tahun penelitian diawali dari yang paling mutakhir, dan berangsung-angsur mundur ke
tahun yang lebih lama. Membaca abstrak dari setiap penelitian lebih dahulu untuk
memberikan penilaian apakah permasalahan yang dibahas sesuai dengan yang hendak
dipecahkan dalam penelitian. Mencatat bagian-bagian penting dan relevan dengan
permasalahan penelitian, Untuk menjaga tidak terjebak dalam unsur plagiat, para
peneliti hendaknya juga mencatat sumber-sumber informasi dan mencantumkan daftar
pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide atau hasil penelitian orang lain.
Membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara sistematis sehingga

6 JAPRA Volume ..., Nomor ...., (Bulan) (Tahun)


Nama Penulis Tiga kata pertama judul…

penelitian dengan mudah dapat mencari kembali jika sewaktu - waktu diperlukan.
(Darmadi, 2011).

Hasil dan Diskusi

1. Strategi Pengajaran Membaca Huruf-Huruf Hijaiyah Pada Anak Usia Dini


Penderita Tunarungu

2. Strategi Menyusun Susunan Huruf Hijaiyah menjadi Sebuah Kalimat


3. Strategi dalam Penerapan Hafalan Al-Qur’an pada Anak Usia Dini Penderita
Tunarungu

Penutup

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai strategi pembelajaran tahfidz Al-


Qur’an bagi anak usia dini penderita tunarungu dapat di simpulkan sebagai berikut:

Daftar Pustaka

Tulis daftar pustaka yang menjadi sumber rujukan, jangan memasukkan sumber yang
tidak dikutip dalam daftar pustaka. Secara umum, penulisan daftar pustakan mengacu
kepada sistem APA Style dengan modifikasi di bagian tertentu demi kepraktisan,
contoh:

Chatib, M. dan Fatimah, I. N. 2015. Kelasnya Manusia: Memaksimalkan Fungsi Otak


Belajar dengan Manajemen Display Kelas. Bandung: Kaifa.
Diyanti, A. O., Amiuza, C. B., dan Mustikawati, T. 2014. Lingkungan Ramah Anak
pada Sekolah Taman Kanak-Kanak. Jurnal Ruas, 12 (2): 54-68.
Fadliyani. 2012. Warna dalam al-Qur’an (Kajian Tematik). Skripsi. Semarang: Fakultas
Ushuluddin IAIN Walisongo.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun
2014 Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Tanuwidjaja, G., Juanda, N. W. I., Himdojo, S. I., Sunjoyo, E., Tondayana, Y. A.,
Kevin, S., Pratama, O., dan Sanjaya, T. 2015. Pengaruh Warna dalam Desain
Fasilitas Perawatan Gigi Ramah Anak di Amerika. Makalah disajikan dalam
Seminar Nasional Teknologi, Institut Teknologi Nasional, Malang, 17 Januari.
Thomson, A 1998. The Adult and The Curriculum, http://www.ed.uiuc.edu/SPS/FES-
Yearbook/1998/thomson.hotmail (diunduh tanggal 15 Februari 2012).

7 JAPRA Volume ..., Nomor ...., (Bulan) (Tahun)


Nama Penulis Tiga kata pertama judul…

Biodata Penulis

Tuliskan nama penulis dan biografi singkat mengenai penulis (cukup 1 paragraf).

8 JAPRA Volume ..., Nomor ...., (Bulan) (Tahun)

Anda mungkin juga menyukai