Anda di halaman 1dari 16

Kelas Interpretasi – PSAK (E)

Kelompok 10

INTERPRETASI – PSAK

Nomer: 102

Tentang

“Akuntansi Syariah (Murabahah)”

dan

Kasus

“PT Bank Syariah Indonesia Tbk.”

Disusun Oleh:

1. Yunita Sulistyani (201910170311118)


2. Syaira Adiba Firdausi (201910170311193)
3. Wulan Aprilia Hariyadi (201910170311201)
4. Wiwit Siska Indahyani (201910170311211)

Dosen Koordinator : Novitasari Agus Saputri, S.Pd., M.Pd

Dosen Pengampu : Tri Wahyu Oktavendi, SE., MSA

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Malang

April 2022
BAB I

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1.1 Company Profile


Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia,
memiliki potensi untuk menjadi yang terdepan dalam industri keuangan syariah.
Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap halal matter serta dukungan
stakeholder yang kuat, merupakan faktor penting dalam pengembangan ekosistem
industri halal di Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah Bank Syariah.
Keberadaan industri perbankan syariah di Indonesia sendiri telah mengalami
peningkatan dan pengembangan yang signifikan dalam kurun tiga dekade ini. Pada
1 Februari 2021 yang bertepatan dengan 19 Jumadil Akhir 1442 H setelah mendapat
izin dari dari OJK dengan nomor SR-3/PB.1/2021 tertanggal 27 Januari 2021
menjadi penanda sejarah bergabungnya Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan
BRI Syariah menjadi satu entitas yaitu Bank Syariah Indonesia (BSI). Penggabungan
ini akan menyatukan kelebihan dari ketiga bank syariah sehingga menghadirkan
layanan yang lebih lengkap, jangkauan lebih luas, serta memiliki kapasitas
permodalan yang lebih baik. Penggabungan ketiga bank syariah tersebut merupakan
ikhtiar untuk melahirkan bank syariah kebanggan umat, yang diharapkan menjadi
energi baru pembangunan ekonomi nasional serta berkontribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat luas.
PT Bank Syariah Indonesia sendiri bergerak di bidang keuangan dan syariah.
Guna untuk mensejahterakan masyarakat dengan menghadirkan layanan yang lebih
lengkap, PT Bank Syariah Indonesia menyediakan sejumlah produk yang dapat
dimiliki oleh para nasabah. Berikut beberapa merupakan produk yang dimiliki PT
Bank Syariah Indonesia (BSI):
1. Tabungan
a. BSI Tabungan Valas
b. BSI Tabungan Haji Indonesia
c. BSI Tabungan Easy Mudharabah
d. BSI Tabungan Easy Wadiah
e. BSI Tabungan Pendidikan
f. BSI Tabungan Bisnis
g. BSI TabunganKu
h. BSI Tabungan Pensiun
i. BSI Tabungan Efek Syariah
j. BSI Tabungan Smart
k. BSI Tabungan Prima
l. BSI Tapenas Kolektif
m. BSI Tabungang Payroll
n. BSI Tabungan Mahasiswa
o. BSI Tabungan Junior
p. BSI Tabungan Simpanan Pelajar
q. BSI Tabungan Rencana
r. Rekening Autosave dan Qurban

2. Giro
a. BSI Giro Rupiah
b. BSI Giro Valas
c. BSI Giro Optima
d. Giro DHE SDA
e. Giro SBSN
f. BSI Giro Pemerintah
g. BSI Giro Ekspor SDA
h. Giro Vostro

3. Pembiayaan
a. Pembiayaan Rekening Koran Syariah
b. Pembiayaan Modal Kerja
c. Pembiayaan Yang Diterima (PYD)
d. BSI Bilateral Financing
e. BSI Cash Collateral
f. BSI Distributor Financing
g. BSI Griya Hasanah
4. Kartu
a. Kartu Debit
- BSI Kartu Haji
- BSI Debit GPN
- BSI Debit Visa
- BSI Debit SaBi
- BSI Debit OTP
- BSI Debit SimPel
b. Kartu Kredit
- BSI Hasanah Card

5. Digital
a. BSI Mobile
b. BSI Internet Banking
c. BSI Smart Agent
d. BSI Aisyah
e. Solusi Emas
f. BSI JadiBerkah.id
g. BSI ATM CRM
h. BSI Merchant Business
i. BSI API Platform
j. BSI Payment point
k. BSI QRIS
l. Buka Rekening Online
m. BSI Net
n. Mitraguna Online
o. BSI Debit Card
p. BSI Debit OTP
BAB II

RINGKASAN PSAK NO. 102

2.1 Pengakuan dan Pengukuran


Dalam PSAK No. 102 dinyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran murabahah
sebagai berikut (IAI, 2013):
1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan.
2. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut:
a. Jika murabahah pesanan mengikat, maka:
(i) Dinilai sebesar biaya perolehan; dan
(ii) Jika terjadi penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya
sebelum diserahkan ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui sebagai
beban dan mengurangi nilai asset
b. Jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak mengikat,
maka:
(i) Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat
direalisasi, mana yang lebih rendah; dan
(ii) Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
3. Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai:
a. Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad
murabahah;
b. Kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai
akad yang disepakati menjadi hak pembeli;
c. Pendapatan operasi lain jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak
diperjanjikan dalam akad.
4. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian akan tereliminasi pada
saat:
a. Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan
setelahdikurangi dengan biaya pengembalian; atau
b. Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual.
5. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan
aset murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode
pelaporan keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.
6. Keuntungan murabahah diakui:
a. Pada saat terjadinya penyerahan barangjika dilakukan secara tunai atau
secara tangguh yang tidak melebihi satu tahun; atau
b. Selama periode akad seseuai dengan tingkat risiko dan upaya untuk
merealisasikan keuntungan tersebut untuk transaksi tangguh lebih dari
satutahun. Metode-metode berikut ini digunakan dan dipilih sebagai yang
paling sesuai dengan karakteristik risiko dan upaya transakasi
murabahahnya:
(i) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini terapan
untuk murabahah tangguh dimana risiko penagihan kas dari piutang
murabahah dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.
(ii) Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih
dari piutang murabahah. Metode ini terapan untuk transaksi murabahah
tangguh dimana risiko piutang tidak tertagih relatif besar dan/atau beban
untuk mengelola dan menagih piutang tersebut relative besar juga.
(iii) Keuntungan diakui saat seluruhpiutang murabahah berhasil ditagih.
Metode ini terapan untuk transaksi murabahah tangguh dimana risiko piutang
tak tertagih dan beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
Dalam praktek, metode ini jarang dipakai, karena transaksi murabahah
tangguh mungkin tidak terjadi bila tidak ada kepastian yang memadai akan
penagihan kasnya.

7. Pengakuan keuntungan pada poin sebelumnya (b) (ii), dilakukan secara


proporsional atas jumlah piutang yang berhasil ditagih dengan mengalikan
persentase keuntungan terhadap jumlah piutang yang berhasil ditagih. Persentase
keuntungan dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya perolehan
aset murabahah.
8. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang
melunasi secara tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui
sebagai pengurang keuntungan murabahah.

9. Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dapat dilakukan dengan


menggunakan salah satu metode berikut:
a. Diberikan pada saat pelunasan, yaitu penjual mengurangi piutang murabah
dan keuntungan murabahah; atau
b. Diberikan setelah pelunasan, yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari
pembeli dan kemudian membayarkan potongan pelunasannya kepada
pembeli.
10. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut:
a. jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu, maka
diakui sebagai pengurang keuntungan murabahah;
b. jika disebabkan oleh penurunan kemampuan pembayaran pembeli, maka
diakui sebagai beban.
11. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai
dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
12. Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut:
a. uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah
yangditerima;
b. jika barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagianpokok);
c. jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada
pembeli setelah diperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan
oleh penjual.

2.2 Penyajian
Penyajian Transaksi Murabahah Dalam PSAK No. 102 dinyatakan bahwa
akuntansi untuk penjual sebagai berikut (IAI, 2013):
1. Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan,
yaitu saldo piutang murabahah dikurangi penyisihan kerugian piutang.
2. Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra
account) piutang murabahah.
3. Beban murabahah tangguhan disajikan sebagai pengurang (contra account)
hutang murabahah.

2.3 Penilaian

Tidak ada penjelasan terkait perlakuan akuntansi pada bagian penilaian


berdasarkan PSAK 102.

2.4 Pengungkapan
Pengungkapan Transaksi Murabahah Dalam PSAK No. 102 dinyatakan bahwa
pengungkapan transaksi murabahah sebagai berikut (IAI, 2013):
1. Penjual mengungkapkan hal-hal yangterkait dengan transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada:
a. Harga perolehan aset murabahah;
b. Janji pemesanan dalam murabahahberdasarkan pesanan sebagai
kewajibanatau bukan; dan
c. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian
LaporanKeuangan Syari’ah.
2. Pembeli mengungkapkan hal-hal yangterkait dengan transaksi murabahah,
tetapi tidak terbatas pada:
a. Nilai tunai aset yang diperoleh dari transaksi murabahah;
b. Jangka waktu murabahah tangguh.
pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan
Syari’ah.
BAB III

INTERPRETASI KASIS DI PERUSAHAAN

PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

3.1 Implementasi PSAK No. 102 di PT Bank Syariah Indonesia


Laporan keuangan PT Bank Syariah Indonesia Tbk disusun dan disajikan sesuai
dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), yaitu PSAK No. 101
(revisi 2019) tentang “Penyajian Laporan Keuangan Syariah)”, PSAK No. 102
(revisi 2019) tentang “Akuntansi Murabahah”, PSAK No. 105 tentang “Akuntansi
Mudhrabah”, PSAK No. 106 tentang “Akuntansi Musyarakah”, PSAK No. 107
(revisi 2021) tentang “Akuntansi Ijarah”, PSAK No. 110 (revisi 2020) tentang
“Akuntansi Sukuk”, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI
revisi 2013) dan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK) No. VIII. G. 7 tentang “Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik” yang terlampir dalam surat keputusan
No. KEP-347/BL/2012 yang sekarang peraturan tersebut merupakan regulasi dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

3.1.1 Pengakuan dan Pengukuran


Pengakuan dan pengukuran murabahah berpedoman pada PSAK 102,
dimana dalam PSAK 102 dijelaskan Murabahah adalah akad jual beli antara
nasabah dengan Bank, dimana Bank membiayai kebutuhan konsumsi,
investasi dan modal kerja nasabah yang dijual dengan harga pokok ditambah
dengan keuntungan yang diketahui dan disepakati bersama. Pembayaran atas
pembiayaan ini dilakukan dengan cara mengangsur dalam jangka waktu yang
ditentukan.
a. Piutang
Pengukuran piutang murabahah pada awalnya diukur pada nilai
bersih ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dan merupakan biaya tambahan untuk memperoleh aset
keuangan tersebut dan setelah pengakuan awal diukur pada biaya
perolehan diamortisasi menggunakan metode margin efektif dikurangi
dengan cadangan kerugian penurunan nilai.
b. Pendapatan Pengelolaan Dana oleh Bank Sebagai Mudharib
Pendapatan usaha musyarakah yang menjadi mitra aktif diakui
sebesar haknya sesuai dengan kesepakatan, sedangkan pendapatan usaha
untuk mitra pasif diakui sebagai hak pihak mitra pasi atas bagi hasil dan
liabilitas.
Pendapatan usaha mudharabah diakui dalam periode terjadinyaa hak
bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati dan tidak diperkenankan
mengakui pendapatan dari proyeksi hasil usaha.
Pendapatan istishna’ akan diakui apabila telah terjadi penyerahan
barang dan pendapatan ijarah diakui selama masa akad secara
proporsional.
3.1.2 Penilaian

Perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan


yang dinilai secara kolektif dikelompokkan berdasarkan karakteristik risiko
piutang yang sama dengan mempertimbangkan segmentasi piutang
berdasarkan pengalaman kerugian masa lalu (probability of default). Bank
menggunakan metode analisis migrasi yang merupakan suatu metode analisis
statistik, untuk menilai cadangan kerugian penurunan nilai atas piutang yang
diberikan secara kolektif. Bank menggunakan data historis 5 (lima) tahun
dalam menghitung Probability of Default (PD) dan Loss of Given Default
(LGD).
3.1.3 Penyajian

PT Bank Syariah Indonesia Tbk telah menyajikan piutang murabahah


pada laporan posisi keuangannya, seperti yang terlampir pada Annual Report
atau Laporan Keuangan perusahaan.

3.1.4 Pengungkapan

Berdasarkan pada Annual Report/ Laporan Keuangan PT. Bank


Syariah Indonesia. T.bk yang menjelasakn terkait pengungkapan penjualan
terhadap karyawan.
Pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib terdiri dari
pendapatan dari transaksi piutang murabahah, istishna, pendapatan dari
ijarah, pendapatan bagi hasil dari pembiayaan mudharabah dan musyarakah
dan pendapatan usaha utama lainnya. Pendapatan atas piutang murabahah
menggunakan metode setara tingkat imbal hasil efektif (margin efektif).
Margin efektif adalah margin yang secara tepat mendiskontokan estimasi
pembayaran atau penerimaan kas di masa datang selama perkiraan umur dari
piutang murabahah.

Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai


dengan yang diperjanjikan, Bank Syariah akan mengenakan denda kecuali
jika dapat dibuktikan bahwa nasabah tidak mampu melunasi dana dari denda
diperuntukan sebagai dana kebajikan atau dana sosial. Denda dikenakan jika
pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda
yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan. (Index: Laporan Sumber
dan Penggunaan Dana Kebajikan dalam Sumber dana Kebajikan (Denda)
sebesar 14,329.)

3.2 INTERPRETASI PSAK NO. 102


3.2.1 Pengakuan dan Pengukuran
Pada saat piutang murabahah diakui sebesar harga pokok ditambah
margin atau keuntungan yang disepakati. Pada saat akad murabahah, piutang
murabahah diakui sebesar nilai perolehan ditambah keuntungan yang
disepakati, dan pengukuran pada PT. Bank Syariah Indonesia telah
dicantumkan pada CALK (Catatan Laporan Atas Keuangan).

3.2.2 Penilaian
PT Bank Syariah Indonesia Tbk melakukan penilaian pada cadangan
kerugian penurunan nilai piutang murabahah saja, dimana Perhitungan
cadangan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara
kolektif dikelompokkan berdasarkan karakteristik risiko piutang yang sama
dengan mempertimbangkan segmentasi piutang berdasarkan pengalaman
kerugian masa lalu (probability of default).

3.2.3 Penyajian

Laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan penghasilan


komprehensif lain, laporan arus kas, seta laporan perubahan ekuitas
merupakan laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial Bank
sesuai prinsip syariah (Piutang murabahah sdisajikan sebesar nilai bersih
yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah dikurangi
penyisihan kerugian piutang yang sudah disajikan di laporan posisi
keuangan).
3.2.4 Pengungkapan
Pinjaman karyawan yang diikat dengan akad murabahah adalah
pinjaman yang diberikan kepada karyawan untuk pembelian rumah,
kendaraan dan keperluan lainnya dengan jangka waktu antara 1 (satu) sampai
dengan 15 (lima belas) tahun dan dibayar kembali melalui pemotongan gaji
setiap bulan.
BAB IV
SIMPULAN

Akuntansi syariah merupakan akuntansi yang pada dasarnya berkaitan dengan


hukum Islam. Menurut PSAK No. 102, Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan
harga jual sebesar biaya perolehan ditambah dengan keuntungan atau margin yang telah
disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada
pembeli.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan kami mengenai Akuntansi Syariah


(Murabahah) pada PT Bank Syariah Indonesia Tbk berdasarkan pada PSAK No. 102 maka
dapat disimpulkan bahwa kegiatan transaksi yang berkaitan dengan Murabahah pada PT
Bank Syariah Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan PSAK No. 102, dimana masih
ada masalah terkait pengungkapan pada transaksi Murabahah. Akan tetapi, PT Bank Syariah
Indonesia Tbk telah menjelaskan terkait pengukuran dan pengakuan berdasarkan PSAK No.
102 yang terbukti pada bagian Catatan Laporan Arus Kas (CALK) di laporan posisi
keuangan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai