Disusun Oleh :
DONI IRAWAN
XII TKJ
Penulis
BAB I
OPERASI BILANGAN REAL
a
b
bilangan irrasional. Bilangan rasional dapat dinyatakan dalam bentuk
dengan a, b bilangan bulat dan b 0. Bilangan rasional dapat berupa bilangan
bulat, bilangan yang dapat dinyatakan dengan pecahan atau bentuk desimal,
dan campurannya. Untuk selanjutnya jika a/b pecahan maka a dinamakan
pembilang dan b dinamakan penyebut. Berdasarkan definisi tersebut maka ada
dua macam pecahan yaitu : pecahan mumi bila
a
, a b , b 0
b
dan pecahan tidak murni ( campuran)
a
, a b , b 0
b
bila
Dalam bentuk desimal, bilangan rasional berupa pecahan desimal
berulang. Sedangkan bilangan irrasional adalah bilangan yang tidak dapat
a
b
dinyatakan dalam bentuk , dengan a, b bilangan bulat dan b # 0, misalnya:
2, log 3, ,
bilangan e dan sebagainya. Himpunan bilangan riil (nyata)
sering dinyatakan dengan R. Bilangan riil (R), yaitu gabungan himpunan
semua bilangan rasional dengan himpunan semua bilangan irrasional.
12 8
Contoh: Sederhanakan x
n a n b n a.b
Dengan menggunakan sifat =
12 8 96 16x6 4 6
maka didapat x = = =
12 8 2 3 2 2 4 6
cara lain x = x =
3. Merasionalkan Penyebut Pecahan
a
b
a. Pecahan-pecahan berbentuk
6 6 2 6 2
2 2 2 2 3 2
contoh : i ) = x = =
3 3 3 2 6
2 2 2 2 2
ii) = = x =
1 1
a b a b
b. Pecahan-pecahan berbentuk dan
b b
Bentuk-bentuk akar seperti (a + ) dan ( a - ) dinamakan bentuk-
bentuk akar yang sekawan. Hasil perkaliannya adalah rasional, sebab hasil
b b
dari (a + ) (a - ) = a2 – b bilangan pada ruas kanan tersebut adalah
rasional. Sifat bentuk akar yang sekawan ini digunakan untuk
merasionalkan penyebut pecahan- pecahan yang berbentuk seperti diatas.
Contoh:
4 4 3 1 4 3 1
3 1 3 1 3 1 3 1 3 1
i) = x = =2( )
1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 32 2
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 23
ii) = x = = =
a c
log b
a = c
pada bentuk log b = c : a = b dengan a > 0, a 1 dan b
a disebut bilangan pokok ( dasar) logaritma ( untuk bilangan pokok 10
biasanya tidak ditulis, misal 10log 3 ditulis log 3)
b disebut bilangan yang diambil logaritmanya
c disebut basil logaritma
Dari hubungan pangkat dan logaritma tersebut maka dapat ditemukan
beberapa sifat — sifat logaritma yang perlu diketahui yaitu:
Jika a > 0 , a 1 , m > 0 , n > 0 dan x R, maka :
a
1. log ax = x
2. a a log n = n
p
q
3. aq log ap =
a
4. log ( mn ) = alog m + alog n
m
n
a
5. log = alog m - alog n
a
6. log mx = x. alog m
g log m
g log a
a
7. log m = bila g > 0 , g 1
Contoh:
1). Hitunglah 21og4 + 2log 12 - 21og6
4x12
6
Jawab : 21og4 + 2log 12 - 2log6 = 2log
= 2log 8
=3
2). Jika log 2 = 0,3010 ; log 3 = 0,4771, hitunglah log 15
3x10
2
Jawab: logl5 = log
=log3 + log l0 - log2
= 0,4771 + 1 - 0,3010
= 1,1761
BAB II
PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR
1. Eliminasi
x y 2 x3 3x 3 y 6
3 x 7 y 2 x1 3 x 7 y 2
4y = 8
y =2
x y 2 x7 7 x 7 y 14
3 x 7 y 2 x1 3 x 7 y 2
4x = 16
x= 4
2. Substitusi
Dari persamaan (1) y = x – 2 disubstitusikan ke persamaan (2)
diperoleh
3x – 7(x – 2) = -2
3x – 7x + 14 = -2
-4x = -16
x=4
Untuk x = 4 disubstitusikan ke persamaan (1)
4–y=2
y =4–2
=2
3. Campuran Eliminasi dan Substitusi
x y 2 x3 3x 3 y 6
3 x 7 y 2 x1 3 x 7 y 2
4y = 8
y =2
y = 2 disubstitusikan ke persamaan (1)
x–2=2
x = 4
4. Grafik
3x – 7y = -2
(4,2)
2
x–y=2
-2
BAB III
FUNGSI LINIER, FUNGSI KUADRAT, PROGRAM LINIER
DAN PERTIDAKSAMAAN LINER
A. Fungsi Linier
y f (x) f ( x) ax b( a, b R, a 0)
Fungsi linier adalah fungsi dengan
untuk semua x dalam daerah asalnya. Fungsi linier juga dikenal sebagai fungsi
polinom atau fungsi sukubanyak berderajat satu dalam variable x.
y f ( x) ax b
Grafik fungsi linier dalam bidang cartesius berupa garis
lurus yang tidak sejajar dengan sumbu X maupun sumbu Y. grafik fungsi linier
ini memotong sumbu Y di sebuah titik dengan ordinat y = b. Bilangan a
a tan ,
disebut gradient atau koefisien arah dari garis lurus tersebut, dan
adalah sudut yang dibentuk oleh garis lurus terhadap sumbu X positif.
B. Fungsi Kuadrat
Perhatikan beberapa fungsi berikut ini.
f ( x) x 2 1
f ( x) 2 x 2 6 x
f ( x) x 2 4 x 3
f ( x) 3 x 2 4 x 3
y f ( x) ax 2 bx c
Grafik fungsi kuadrat ditulis dalam notasi dan grafik
fungsi kuadrat disebut parabola.
ax 2 bx c 0
, yang merupakan persamaan kuadrat dalam x. Akar-
akar persamaan kuadrat itu merupakan absis titik-titik potongnya
dengan sumbu X.
ax 2 bx c 0
Nilai diskriminan persamaan kuadrat , yaitu
D b 2 4ac
, menentukan banyak titik potong dengan sumbu X.
b 2 4ac 0
1. Jika , maka grafik fungsi f memotong sumbu X di
dua titik yang berlainan.
b 2 4ac 0
2. Jika , maka grafik fungsi f memotong sumbu X di
dua titik berimpit. Dalam hal demikian, grafik fungsi f dikatakan
menyinggung sumbu X.
b 2 4ac 0
3. Jika , maka grafik fungsi f tidak memotong maupun
menyinggung sumbu X.
b. Titik potong dengan sumbu Y
Titik potong dengan sumbu Y diperoleh jika absis x = 0, sehingga
y a (0) 2 b(0) c c.
Jadi, titik potong dengan sumbu Y adalah
(0,c).
1. Jika c > 0, maka grafik fungsi f memotong sumbu Y di atas titik
asal O.
2. Jika c = 0, maka grafik fungsi f memotong sumbu Y tepat di titik
asal O.
3. Jika c < 0, maka grafik fungsi f memotong sumbu Y di bawah
titik asal O.
D. Program Linear
Program linear adalah suat metode atau suatu cara untuk memecahkan
masalah menjadi optimal (maksimum atau minimum) yang memuat batasan-
batasan yang dapat diubah atau diterjemahkan ke dalam bentuk sistem
pertidaksamaan linear. Penyelesaian pertidaksamaan linear terdapat dalam
daerah himpunan penyelesaian. Dari beberapa penyelesaian terdapat satu
penyelesaian terbaik yang selanjutnya disebut penyelesaian optimum dari
suatu fungsi. Fungsi ini disebut dengan fungsi tujuan atau objektif.
Contoh :
Sebuah pesawat terbang mempunyai kapasitas 48 buah tempat duduk yang
terbagi dalam dua kelas yaitu kelas A dan kelas B. Setiap penumpang kelas A
diberi hak yaitu membawa barang 60 kg, sedang penumpang kelas B diberi
hak membawa barang hanya 20 kg, tempat bagasi paling banyak dapat
memuat 1440 kg. Bila banyaknya penumpang kelas A sebanyak x orang
sedang kelas B sebanyak y orang. Tentukan model matematikanya.
Jawab :
Kelas A Kelas B
Bagasi 60 kg 20 kg
Penumpang x orang y orang
Bagasi : 60x + 20y 1440 3x + y 72
Penumpang : x+y 48
Banyak penumpang tidak pernah negatif : x 0, y 0
Sehingga diperoleh model matematikanya adalah :
3x + y 72
x+y 48
x 0
y 0
E. Pertidaksamaan Linear
Pertidaksamaan linear adalah suatu pertidaksamaan yang variabelnya paling
tinggi berderajat satu.
Bentuk umum :
ax + b (R) 0 ; a, b R, a 0
a = koefisien dari x
x = variabel
b = konstanta
(R) = salah satu relasi pertidakamaan ( , , , )
Contoh:
1) Selesaikan 6x + 2 4x + 10 !
Jawab:
6x + 2 4x + 10
6x + 2 – 2 4x + 10 - 2
6x 4x + 8
6x – 4x 4x – 4x + 8
2x 8
1 1
2 2
.2x .8
x4
Jawab:
a. 2x + 4 - 4 = x + 7 - 4
2x = x + 3
2x - x = 3
x=3
HP = {3}
8
Jadi HP = { x x 8, xB}
BAB IV
MATRIKS DAN VEKTOR
A. Operasi Matriks
1. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
Dua matriks dapat dijumlahkan bila kedua matriks tersebut berordo sama.
Penjumlahan dilakukan dengan menjumlahkan elemen–elemen yang seletak
a b k l a b k l
c d m n c d m n
Jika A = , dan B = , maka A + B = + =
ak bl
c m d n
B. Invers Matriks
Dua matriks A dan B dikatakan saling invers bila A×B = B×A = I, dengan
demikian A adalah invers matriks B atau B adalah invers matriks A.
a b
c d
Bila matriks A = , maka invers A adalah:
1 1 d b
A 1 Adj(A )
Det( A) ad bc c a
, ad – bc ≠ 0
Sifat–sifat invers dan determinan matriks
1) (A×B)–1 = B–1 ×A–1
2) (B×A)–1 = A–1 ×B–1
C. Operasi Vektor
1. Operasi Penjumlahan Vektor
Penjumlahan dua vektor dapat dikerjakan dalam dua cara yaitu cara grafis
dan analitis.
a. Cara Grafis
1) Dengan cara penjumlahan segitiga atau segitiga vektor
b a b
+
b
a a
b a
Cara: pangkal vektor digeser ke ujung vektor maka vektor hasil
a b a
+ adalah vektor yang menghubungkan pangkal vektor dengan
b
ujung vektor .
b
b a b
+
a a
b a
Cara: pangkal vektor digeser ke pangkal vektor , dilukis jajar
a b
genjang, maka diagonal dari ujung persekutuan adalah + .
b c a b c c
+ +
a b
b. Cara Analitis
1) Apabila kedua vektor diketahui mengapit sudut tertentu , maka dapat
digunakan perhitungan dengan memakai rumus aturan cosinus
seperti pada trigonometri.
a b
Apabila sudut antara dan adalah
, maka :
b a b a b a b ab
+ ( + )2 = 2 + 2 + 2 Cos
a b 2abCos
2 2
a b
( + ) =
a
Contoh:
2 4
a b
3 3 a b
a) Apabila dan maka + =
2 (4) 2
33 0
a b
b) Diketahui panjang vektor = 2 dan panjang vektor = 4,
a b
sudut antara vektor dan adalah 60, maka :
a b 2abCos
2 2
a b
+ =
2 2 4 2 2.2.4.Cos 60
=
4 16 16. 12
=
28 2 7
=
2. Pengurangan Vektor
b a
Memperkurangkan vektor dari vektor didefinisikan sebagai
b a a b a b
menjumlahkan vektor negatif pada vektor dan ditulis : = + (-
).
a a
b
a b
b
-
1
a a 2 a a
2 -3
Jawab:
Diketahui dua buah vektor sebagai berikut :
6
a 1
= a1 = 6 dan a2 = 1
2 2
a a1 a 2 6 2 12 36 1 37
= =
3
b 6
= b1 = 3 dan b2 = 6
2 2
b b1 b2 3 2 6 2 9 36 45
= =
a b a b
. = . . Cos
37 . 45
= .Cos 60
1
37 . 45 2
= .
2 185
3
=
3
2 185
Jadi, hasil kali kedua vektor adalah .
a b
. = a1b1 + a2b2
Contoh:
5 3
a 7 b 2 a
Diberikan vektor = dan = . Tentukan hasil kali vektor
b
dan !
Jawab:
5
a 7
Diketahui = a1 = 5 dan a2 = 7 , serta
3
b 2
= b1 = 3 dan b2 = -2
a b
. = a1b1 + a2b2
= 5.3 + 7(-2)
= 15 + (-14)
=1
a b
Jadi, hasil kali vektor dan adalah 1.
Sementara itu, dari dua buah vektor pada sistem koordinat
kartesius dapat kita cari besar sudut yang dibentuk oleh kedua vektor
yang dirumuskan sebagai berikut :
a 1 b1 a 2 b 2
ab
Cos =
BAB V
LOGIKA MATEMATIKA
Jawab:
a. Papan tulis ini warnanya bukan hitam.
b. 2 x 5 10
Contoh:
Tentukan ingkaran dari :
a. Semua orang di sini sedang belajar.
b. Ada beberapa orang di sini sedang melamun.
Jawab:
a. Beberapa orang di sini tidak sedang belajar.
b. Semua orang di sini tidak sedang melamun.
B. Menentukan Invers, Konvers atau Kontraposisi
Berdasarkan implikasi p q dapat diturunkan pernyataan – pernyataan baru
yang disebut Konvers, Invers, dan Kontraposisi.
Implikasi :pq
Konvers :qp
Invers : p q
Kontraposisi : q p
Contoh:
Tentukan konvers, invers, dan kontraposisi dari :
“Jika Andi naik kelas, maka ia diberi hadiah”
Jawab:
Konvers : Jika Andi diberi hadiah, maka ia naik kelas.
Invvers : Jika Andi tidak naik kelas, maka ia tidak diberi hadiah.
Kontraposisi : Jika Andi tidak diberi hadiah, maka ia tidak naik kelas.
Contoh :
Premis 1 : Jika Diana rajin belajar maka ia akan lulus ujian.
Premis 2 : Diana rajin belajar.________________________
Konklusi : Diana akan lulus ujian.
Contoh :
Premis 1 : Jika 10 habis dibagi 2 maka 10 bilangan genap.
Premis 2 : 10 habis dibagi 2.________________________
Konklusi : 10 bilangan genap.
2. Modus tollens
Cara penarikan kesimpulan dengan modus ponens (kaidah penolakan
akibat) yaitu dari premis-premis p q dan q dapat diturunkan konklusi
p.
Modus tollens dinyatakan dalam bentuk :
Premis 1 : p q (B)
Premis 2 : q (B)
Konklusi : p (B)
Contoh :
Premis 1 : Jika hari hujan maka langit mendung.
Premis 2 : Langit tudak mendung._____________
Konklusi : Hari tidak hujan.
Contoh :
Premis 1 : Jika ABCD sebuah belah ketupat maka AC BD.
Premis 2 : AC tidak tegak lurus BD.________________________
Konklusi : ABCD bukan belah ketupat.
3. Silogisme
Cara penarikan kesimpulan dengan silogisme yaitu dari premis p q
dan q r dapat ditarik konklusi p r. Kaidah silogisme menggunakan
sifat transitif dari implikasi.
Contoh :
Premis 1 : Jika saya lulus maka saya bekerja.
Premis 2 : Jika saya bekerja maka saya dapat uang._
Konklusi : Jika saya lulus maka saya dapat uang.
Contoh :
Premis 1 : Jika n bilangan ganjil maka n2 bilangan ganjil.
Premis 2 : Jika n2 bilangan ganjil maka n2 + 1 bilangan genap
Konklusi : Jika n bilangan ganjil maka n2 + 1 bilangan genap.
BAB VI
BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANG
2. Kerucut
Dalam kerucut berlaku rumus-rumus:
d = 2r atau r = ½ d
p2= t 2+ r 2
Lb= πr 2 = ¼πd2
L s= πrp = ½πdp
L p= Lb + L s= πr (r + p) =½ πd (d + p)
V = π/3 r 2 t
φ = r/p x 360
3. Kerucut Terpancung
Dalam kerucut terpancung berlaku rumus-rumus:
d1 = 2r1 atau r1 = ½ d 1
d2 = 2r2 atau r2 = ½ d 2
Lb= πr 12 = ¼ πd12
La= πr 22 = ¼ πd22
L s= πp (r 1+ r 2)= ½πp (d1+ d2)
L p= Lb + La+ L s= πp(r 1+ r 2) + π p(r 12+ r 22)
V = π/3 t (r1 2+ r22 + r 1r2)
4. Bola
Dalam bola berlaku rumus-rumus:
D = 2R atau R= ½ D
d = 2r atau r = ½ d
R2 = h2+ r 2
Lt = 2πRt = πDt
L p= 4πR 2= πD2
V = 4π/ 3 R3= π/ 3D3
Vt= πt2 (3R- t)
R = jari-jari bola
D = diameter bola
r = jari-jari bidang lingkaran
d = diameter bidang lingkaran
h = jarak pusat bola ke bidang lingkaran
t = jarak dari pusat bidang lingkaran ke kulit bola
Lp = luas permukaan bola
Lt = luas bidang lengkung tembereng
V = volume/ isi bola
Vt = volume/ isi tembereng bola
2. Balok
Dalam balok berlaku rumus-rumus:
d1= √ (p2 + l2)
d2= √ (p2 + t2)
d3= √ (l2 + t2)
dr= √ (p2 + l2+ t2)
Ls= 2 (p + l )t
Lp= 2 (pl + pt + lt)
V = plt
p = panjang balok
l = lebar balok
t = tinggi balok
d1 = panjang diagonal sisi alas/ atas
d2 = panjang diagonal sisi depan/ belakang
d3 = panjang diagonal sisi samping kiri/ kanan
dr = panjang diagonal ruang balok
Ls = luas selimut/ selubung balok
Lp = luas permukaan balok
V = volume/ isi balok
3. Prisma Tegak
Dalam prisma tegak berlaku rumus-rumus:
Luas selimut/ selubung prisma tegak = keliling alas x panjang rusuk tegak
Luas permukaan prisma tegak
Luas permukaan prisma tegak =
luas selimut + luas bidang alas + luas bidang atas
= luas selimut + 2 x luas bidang alas
= luas selimut + 2 x luas bidang atas
Volume prisma tegak= luas bidang bawah/ alas/ dasar x panjang rusuk
tegak (tinggi)
= luas bidang atas x panjang rusuk tegak (tinggi)
4. Limas (Piramida)
Dalam limas (piramida) berlaku rumus-rumus:
Luas permukaan limas = luas alas + jumlah sisi tegak = luas alas + n x luas
sisi tegak
Lp = Lb + n x L
Volume limas = 1/3 luas alas x tinggi
V = 1/3 Lb x t
BAB VII
TRIGONOMETRI
Sisi miring
a
b
A Sisi samping sudut B
c
sisi depan sudut b
sin
sisi miring a
1 a 1 a
cos ec sec
sin b cos c
cos c
cot an
sin b
y
Perhatikan gambar di samping !
y1 A ( x1 , y1 )
A ( x1 , y1 ) TITIK CARTESIUS
r
A (r , )
TITIK kutub
x
x1
Perhatikan bagan di bawah ini !
r x1 2 y1 2
x1 r. cos
y
tan 1 1
x1
y1 r . sin
A ( x1 , y1 ) A (r , )
BAB VIII
BARISAN DAN DERET
A. Barisan Aritmatika
Perhatikan barisan berikut.
1,3,5,7,…
2,6,10,40,30,…
60,50,40,30,…
1 2 3 n
Barisan ini adalah contoh dari barisan aritmatika U , U , U , …..U ialah
2 1 3 2 n n 1
barisan aritmatika,jika: U - U = U -U =…….= U - U = konstan
Konstan ini disebut beda dan dinyatakan dengan b.
Untuk 1, 3, 5, 7 bedanya ialah 3 – 1 = 4 – 3 =7 – 5 =….=
Untuk 60, 50, 40, 20,….bedanya ialah 50 - 60 = 40 – 50 = 30 – 40 = -10
a Rumus suku ke n.
n1
Jika suku pertama dinamakan a, kita mendapatkan:
2 1 2 1
U -U = b U =U - b=a+b
2 3 3 2
U -U = b U = U - b = (a + b) + b = a + 2b
U4 3 U4 3
-U = b = U + b = (a + 2b) + b = a + 3b
dan seterusnya.
Contoh 1
Carilah suku ke 40 dari barisan aritmatika 1, 6, 11, 16, …
Penyelesaian:
A = 1, b = 6 – 1, n = 40
un
= a + (n – 1) b
u 40
= 1 (40 – 1) 5 = 196.
Contoh 2
Carilah suku pertama dan bedanya, jika diketahui suku kesepuluh 41 dan
suku ketiga ialah 20.
Penyelesaian:
u10 u3
= a + ( 10 – 1) b = a ( 3 – 1) b
= a + 9b = a + 2b
a = 9b = 41…….(1) a + 2b = 20 …….(2)
Sistem persamaannya:
a + 9b = 41
a + 2b = 20
7b = 21
b = 3
B. Barisan Geometri
Perhatikan barisan:
1, 2, 4, 6, …….
27, -9, 3, -1, …..
-1, 1, -1, 1, ……
adalah contoh-contoh barisan geometri.
1 2 3 n
U , U , U , …..U ialah suatu barisan geometri, jika
U2 U3 Un
U1 U4 U n 1
= = …….. =
Konstanta ini dinamakan rasio, atau nisbah dan dinyatakan dengan r.
2 4 8
1 2 4
Untuk 1, 2, 4, 8, …….. , rasionya = = ……… = 2
9 3 1
27 9 3
27, -9, 3, -1, … , rasionya = ………. =
a. Rumus suku ke n.
1
Jika suku pertama U dinyatakan dengan a, kita mendapatkan:
U2
U1 2 1
= r U = U r = ar
U3
U2 3 2
= r U = U r = (ar)r =
ar 2
U4
U3 U4 3 ar 2
= r =U r=( )r =
ar 3
ar 2 ar 3 ar n 1
Ini memberi barisan geometri baku: ar, , , ….
n ar n 1
Perhatikan bahwa suku ke n adalah U =
Contoh 1
Tentukan suku ke 5 dari barisan geometri: 1, 2, 4, ………
Penyelesaian:
2
1
a = 1, r = = 2.
n 1
n ar
U =
U 5 ar 4 24 24
= = 1. = = 16
Contoh 2
Tentukan rumus suku ke n dari barisan geometri 2,6, 18, …….
Penyelesaian:
6
2
a = 2, r = =3
n ar n 1 3 n 1
U = = 2.
Contoh 3
Tentukan rasio r, jika diketahui suku-suku barisan geometri:
1 U4
U = 3 dan = 24.
Penyelesaian:
1
U a=3
U 4 ar 3
= = 24
3
ar
= 24
r3
=8
r = 2
BAB IX
PELUANG
4! 4! 1.2.3.4
24
(4 3)! 1! 1
ini dan notasi faktorial maka diperoleh
Teorema 2.1
Sampel Terurut
Jika sebuah bola diambil dari wadahnya sebanyak r kali maka yang dipilih
adalah sampel terurut berukuran r.
Kombinasi
Kombinasi adalah pengaturan sejumlah berhingga objek yang dipilih tanpa
memperhatikan urutannya.
Teorema 2.3
Banyaknya kombinasi dari n objek diambil r unsur pada suatu saat adalah
n Pr n!
r! r!(n r )!
nCr =
dalam kasus r = 0 atau n, nCo = 1 dan nCn = 1
n
r
Kombinasi nCr = C(n r) atau
BAB X
PENGUKURAN STATISTIK
Contoh soal
Dari hasil tes 10 siswa kelas XI diperoleh data: 3, 7, 6, 5, 3, 6, 9, 8, 7, dan
6. Tentukan rataan dari data tersebut.
Penyelesaian
Jadi, rataan nilai ulangan harian Matematika di kelas XI IPA adalah 6,05.
3) Mean data bergolong
Rata-rata untuk data bergolong pada hakikatnya sama dengan menghitung
ratarata data pada distribusi frekuensi tunggal dengan mengambil titik
tengah kelas sebagai xi. Perhatikan contoh soal berikut ini.
Contoh soal
Tentukan rataan dari data berikut ini.
Jadi, rataannya adalah 51.
Selain dengan cara di atas, ada cara lain untuk menghitung rataan yaitu
dengan menentukan rataan sementara terlebih dulu sebagai berikut.
a. Menentukan rataan sementaranya.
b. Menentukan simpangan (d) dari rataan sementara.
c. Menghitung simpangan rataan baru dengan rumus berikut ini.
d. Menghitung rataan sesungguhnya.
Contoh soal
Berdasarkan data hasil ulangan harian Matematika di kelas XI IPA, enam
siswa mendapat nilai 8, tujuh siswa mendapat nilai 7, lima belas siswa
mendapat nilai 6, tujuh siswa mendapat nilai 5, dan lima siswa mendapat
nilai 4. Tentukan rata-rata nilai ulangan harian Matematika di kelas
tersebut.
Penyelesaian
Tabel nilai ulangan harian Matematika kelas XI IPA.
Jadi, rataan nilai ulangan harian Matematika di kelas XI IPA adalah 6,05.
3) Mean data bergolong
Rata-rata untuk data bergolong pada hakikatnya sama dengan menghitung
ratarata data pada distribusi frekuensi tunggal dengan mengambil titik
tengah kelas sebagai xi. Perhatikan contoh soal berikut ini.
Contoh soal
Tentukan rataan dari data berikut ini.
BAB XI
LIMIT FUNGSI DAN TURUNAN
x 3
lim x 2 8 3 2
8 98
1
b. Pemfaktoran
Cara ini digunakan ketika fungsi-fungsi tersebut bisa difaktorkan
sehingga tidak menghasilkan nilai tak terdefinisi.
Perhatikanlah contoh berikut!
Contoh:
x2 9
lim
x 3 x 3
Tentukan nilai !
32 9 0
33 0
Jika x = 3 kita subtitusikan maka f (3) = .
Kita telah mengetahui bahwa semua bilangan yang dibagi dengan 0
x2 9
lim
x 3 x 3
x2 9 lim
x 3 x 3
lim
x 3 x 3 x 3 x 3
Jadi, =
lim x 3
x 3
=
=3+3=6
c. Merasionalkan Penyebut
Cara yang ke-tiga ini digunakan apanila penyebutnya berbentuk akar
yang perlu dirasionalkan, sehingga tidak terjadi pembagian angka 0
dengan 0.
Perhatikanlah contoh berikut!
Contoh:
x 2 3x 2
lim
x2 x2
Tentukan nilai !
Penyelesaian:
x 2 3x 2 x 2 3x 2 x 2
lim lim .
x 2 x2 x2 x2 x2
=
lim
x 2
3x 2 x2
x 2
x2 2
=
lim
x 1 x 2 x2
x2 x 2
=
lim x 1 x 2
x2
=
2 1. 22
=
=1.0
=0
d. Merasionalkan Pembilang
Perhatikanlah contoh berikut!
Contoh:
3x 2 4 x 3
lim
x 1 x 1
Tentukan nilai !
Penyelesaian:
3x 2 4 x 3
lim
x 1 x 1
3x 2 4 x 3 3x 2 4 x 3
lim
x 1 x 1 3x 2 4 x 3
= .
2
3x 2 4 x 3 2
lim
x 1 x 1
3x 2 4 x 3
=
x 1
x 1
lim
x 1 3x 2 4 x 3
=
x 1
x 1
lim
x 1 3x 2 4 x 3
=
1
lim
x 1 3x 2 4 x 3
=
1
3.1 2 4.1 3
=
1 1 1
1 1 11 2
= = =
Contoh 1:
=
lim 4
h 0
=
= 4
RUMUS-RUMUS TURUNAN
dy
dx
1. Turunan f(x) = axn adalah f’(x) = anxn-1 atau = anxn-1
2. Untuk u dan v suatu fungsi,c bilangan Real dan n bilangan Rasional berlaku
a. y = ± v → y’ = v’ ± u’
b. y = c.u → y’ = c.u’
c. y = u.v → y’ = u’ v + u.v’
u u ' v uv'
y y'
v v2
d.
e. y = un → y’ = n. un-1.u’
Contoh:
Soal ke-1
Jika f(x) = 3x2 + 4 maka nilai f1(x) yang mungkin adalah ….
Pembahasan
f(x) = 3x2 + 4
1
f (x) = 3.2x
= 6x
Soal ke-2
Nilai turunan pertama dari: f(x) = 2(x)2 + 12x2 – 8x + 4 adalah …
Pembahasan
f(x) = 2x3 + 12x2 – 8x + 4
f (x) = 2.3x2 + 12.2x – 8
1
= 6x2 + 24x -8
Soal ke-3
Turunan ke- 1 dari f(x) = (3x-2)(4x+1) adalah …
Pembahasan
f(x) = (3x-2)(4x+1)
f(x) = 12x2 + 3x – 8x – 2
f(x) = 12x2 – 5x – 2
1
f (x) = 24x – 5
Soal ke- 4
Jika f(x) = (2x – 1)3 maka nilai f1(x) adalah …
Pembahasan
f(x) = (2x – 1)3
f (x) = 3(2x – 1)2 (2)
1
BAB XII
KONSEP INTEGRAL
f ( x) dx F ( x) c
dy
dx
adalah g(x) maka turunan dari y= F(x) + G(x) adalah =f(x) + g(x),
dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
[f(x) + g(x)] dx = f(x) dx + g(x) dx
Sifat-sifat yang merupakan rumus-rumus dasar integral adalah sebagai
berikut.
1. dx = x + c
1
n 1
2. xn dx = xn+1 + c; n –1
a
a n 1
3. n
dx = xn+1 + c; n –1
a a
4. dx = + c
5. [f(x) + g(x)] dx = f(x) dx + g(x) dx
6. [f(x) – g(x)] dx = f(x) dx – g(x) dx
a a
7. f(x) dx = f(x) dx
Contoh:
1. Selesaikan pengintegralan dari x4 x dx.
Penyelesaian:
1
x
4
x x 2 dx
x4 x dx =
4 12
x dx
=
1 4 1 1
x 2 c
4 11
2
=
2 112
x c
11
=
b. Integral Fungsi Trigonometri
Karena integral adalah operasi kebalikan (invers) dari turunan
(diferensial), integral trigonometri dapat dirumuskan sebagai berikut:
sin x dx = –cos x + c
cos x dx = sin x + c
1
a
sin ax dx = – cos ax + c
1
a
cos ax dx = sin ax + c
1
a
sin (ax + b) dx = – cos (ax +b ) + c
1
a
cos (ax + b) dx = sin (ax +b ) + c
Integral Tentu
Misalkan f kontinu pada interval tertutup [a,b] atau a x b. Jika F
suatu fungsi sedemikian rupa sehingga F (x) = f(x) untuk semua x pada [a,b],
maka berlaku
x
a
f ( x)dx
tentu sehingga g(x) = = F(x) + c.
f ( x) g ( x) dx
b b b
a a
f ( x)dx g ( x)dx
a
d. =
c b b
a
f ( x)dx f ( x ) dx
a
a
f ( x)dx
e. = ; dengan a < c < b.