Anda di halaman 1dari 53

Rangkuman Materi

UJIAN NASIONAL
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Disusun Berdasarkan Topik Materi Per Bab

Matematika SMP
Distributed by :
Pak Anang
Matematika

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Ø Sifat operasi penjumlahan pada bilangan bulat.
a. Tertutup

1 Bilangan Untuk a, b ∈ B maka a + b ∈ B


dengan “ ∈ ” dibaca “anggota himpunan”.
b. Komutatif
a+b=b+a
A. MACAM-MACAM BILANGAN
c. Asosiatif
1. Bilangan Asli
1, 2, 3 , 4, 5, 6, … , dan seterusnya. (a + b) + c = a + (b + c)
2. Bilangan Cacah d. Identitas
0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7… , dan seterusnya. a+0=0+a=a
3. Bilangan Prima dengan “0” adalah unsur identitas.
Bilangan prima yaitu bilangan asli yang tepat e. Invers (lawan)
mempunyai 2 faktor, yaitu 1 dan bilangan itu
sendiri. Yaitu: 2, 3, 5, 7, 11, … , dan seterusnya. a + (–a) = (–a) + a = 0
dengan “–a” adalah invers dari a.
4. Bilangan Bulat
…, –2, –1, 0, 1, 2, 3, … , dan seterusnya. Ø Sifat operasi pengurangan pada bilangan bu-
5. Bilangan Rasional lat, yaitu tertutup.

Bilangan rasional yaitu bilangan dalam bentuk a – b = a + (–b)


a Ø Sifat operasi perkalian pada bilangan bulat.
, dengan a dan b anggota bilangan bulat a. Tertutup
b
à a = 1 dan b = 4.
1 Untuk a, b ∈ B maka a × b ∈ B
dan b ≠ 0. Contoh:
4
b. Komutatif
a × b=b × a
B. SIFAT OPERASI PADA BILANGAN BULAT
c. Asosiatif
Misalkan:
(a × b) × c = a × (b × c)
B = { … ,–3 ,–2 ,–1 ,0 ,1 ,2 ,3 , … }
d. Identitas
adalah himpunan bilangan bulat. a × 1=1 × a=a
dengan “1” adalah elemen identitas terhadap perkalian.

2 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


e. Invers D. BILANGAN PECAHAN
3
1 1 Contoh: Bilangan , dengan 3 (tiga) sebagai
a× = × a=1 4
a a pembilang dan 4 (empat) sebagai penyebut.
1 1. Macam-macam Bentuk Pecahan
dengan “ ” adalah invers dari a terhadap perkalian.
a
f. Distributif terhadap penjumlahan dan
pengurangan 1 2 4
a. Pecahan biasa. Contoh: , , , dll.
4 3 9
(a + b) × c = (a × c) + (b × c)
(a – b) × c = (a × c) – (b × c) 1 4
b. Pecahan campuran. Contoh: 2 , 4 .
Ø Sifat operasi pembagian pada bilangan bulat. 4 5
c. Pecahan desimal. Contoh: 0,5; 0,75; dll.
1 d. Persen (%) atau per seratus. Contoh:
a:b=a × 25% , 47% ,75%, dll.
b e. Permil (0/00) atau per seribu. Contoh:
Sifat yang berlaku adalah sifat distributif ter- 50/00, 200/00, 860 0/00, dll.
hadap penjumlahan dan pengurangan, yaitu:
2. Operasi pada Bilangan Pecahan
(a + b) : c = (a : c) + (b : c) a. Penjumlahan
(a – b) : c = (a : c) – (b : c) l Jika penyebut dua pecahan sama:

a b a+b
C. KPK DAN FPB + = , c≠0
c c c
1. KPK (Kelipatan Persekutuan Terkecil)
2. FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) 1 2 1+ 2 3
Contoh: + = =
Contoh: 7 7 7 7
Tentukan KPK dan FPB dari 12 dan 40!
l Jika penyebut dua pecahan berbeda:
Faktorisasi dari bilangan 12 dan 40 dapat di-
Cara 1: menggunakan perkalian silang.
tuliskan:
12 = 2 × 2 × 3 = 22 × 3 dan a c ( a × d) + (b × c )
+ = ; b,d ≠ 0
40 = 2 × 2 × 2 × 5 = 2 × 5 3 b d b×d
l KPK dari 12 dan 40: 23 × 3 × 5 = 120.
l FPB dari 12 dan 40: 2 = 4.
2

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 3


Cara 2: menyamakan penyebutnya. Sifat pengurangan bilangan pecahan
Contoh: sama seperti sifat pengurangan pada
1 5 bilangan bulat.
+ = ....
8 12 c. Perkalian
Cara 1: menggunakan perkalian silang. a c a×c
1 5 1× 12 + 5 × 8 12 + 40 52 13 × = ; b,d ≠ 0
+ = = = = b d b×d
8 12 8 × 12 96 96 24
d. Pembagian
Cara 2: menyamakan penyebutnya.
KPK dari 8 dan 12 adalah 24. a c a:c
: = ; b, c, d ≠ 0
1 5 3 + 10 13 b d b:d
+ = =
8 12 24 24 atau
Sifat penjumlahan bilangan pecahan a c a×d
sama seperti sifat penjumlahan pada : = ; b, c, d ≠ 0
b d b×c
bilangan bulat.
l Komutatif 3. Mengurutkan Pecahan
l Menyamakan penyebut
a c c a Semakin besar nilai pembilangnya, maka
+ = +
b d d b pecahan tersebut akan bernilai semakin
l Asosiatif besar dan berlaku sebaliknya.
l Menyamakan pembilang
a c e a c e
b + d + f = b +d + f  Semakin kecil nilai penyebutnya, maka
    pecahan tersebut bernilai semakin besar
b. Pengurangan dan berlaku sebaliknya.
l Jika penyebut kedua pecahan sama
Contoh:
a b a−b
− = , c≠0 Perhatikan kelompok pecahan berikut.
c c c
l Jika penyebut dua pecahan berbeda 15 15 15 15
, , ,
Cara 1: menggunakan perkalian si- 43 51 42 49
lang.
Jika diurut dari pecahan terkecil ke pecahan
a c ( a × d) − (b × c ) terbesar menjadi:
− = ; b,d ≠ 0
b d b×d 15 15 15 15
, , , .
Cara 2: menyamakan penyebutnya. 51 49 43 42

4 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


E. PEMANGKATAN
(a × b)
m
= am × bm
am × an = am + n
Catatan:
a0 = 1, 0a = 0
2 Bentuk Aljabar
am 00 = tidak terdeinisikan
n
= am − n
a
( −a ) = am , m genap,
m
m
a
m
a A. PENGERTIAN
( −a ) = −am , m ganjil,
m
b = m
Ø Variabel adalah suatu besaran matematika
  b
1
(a ) a −m =
n
m
= amn yang nilainya dapat berubah-ubah.
Ø Koeisien adalah suatu nilai yang dilengkapi
am
dengan variabel.
Ø Konstanta adalah suatu nilai yang tetap tidak
F. PENARIKAN AKAR
p
a×b = a × b
p p bergantung pada variabel.

a
p
a Contoh:
= 1. a3 = a × a × a
p
p
b b
q
pqr = p × q × r
p
aq =a p
2. x 2 + y 2 + 2xy + 10xy + 15
( a) Bentuk aljabar tersebut terdiri dari:
c
= ac
l variabel: x dan y,
l konstanta: 15,
G. BENTUK BAKU l koeisien dari x2 adalah 1, koeisien dari
2xy adalah 2, dan koeisien dari 10xy
1. Bilangan lebih dari 10.
adalah 10,
a × 10n l derajat bentuk aljabar adalah derajat
2. Bilangan antara 0 dan 1. yang tebesar yaitu 2,
l suku-suku sejenis adalah suku-suku
a × 10 −n
yang mempunyai variabel sama dan de-
dengan 1 ≤ a ≤ 10 , n bilangan asli. rajat sama, yaitu: 2xy dan 10xy, x2 dan
Contoh: y2 bukan merupakan suku sejenis karena
l 3,750 = 3,75 × 10
3
variabelnya berbeda.
l 0,00432 = 4,32 × 10
–3

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 5


B. OPERASI BENTUK ALJABAR Contoh:
(2ab)2 = 2ab × 2ab = (2 × 2) × (ab × ab)
1. Penjumlahan dan Pengurangan Suku Sejenis = 4(ab)2 = 4a2b2
Bentuk aljabar dapat dijumlahkan atau di- Ø Pemangkatan bentuk aljabar dengan
kurangkan hanya jika suku-sukunya sejenis. bentuk a + b.
Contoh:
Contoh:
(a + b)2 = (a + b)(a + b)
l 4x + 2x = (4 + 2)x = 6x
= (a + b)a + (a + b)b
l a2 + b2 + 12ab – 10ab + 3b2
= a2 + ab + ab + b2
Pada bentuk aljabar tersebut, suku-suku
= a2 + 2ab + b2
Ø Pemangkatan bentuk aljabar dengan
yang sejenis adalah b2 dan 3b2. Selain itu
juga 12ab dan 10ab. Jadi
bentuk a – b.
a2 + b2 + 12ab − 10ab + 3b2 Contoh:
= a2 + b2 + 3b2 + 12ab − 10ab (a – b)2 = (a – b)(a – b) = a2 – 2ab + b2
= a2 + (1 + 3 ) b2 + (12 − 10 ) ab
Segitiga Pascal.
= a2 + 4b2 + 2ab 1
2. Perkalian dan Pembagian 11
1+1
a. Perkalian
Operasi perkalian bentuk aljabar dapat 12 1
1+ 2 2+1
dilakukan pada suku yang tidak sejenis.
Contoh: 1
3 
3 1
3+3 3 +1
4p × 4q × 4pq
1+3

= (4 × 4 × 4) × (p × q × p × q) = 64p2q2 1 4 6 4 1

b. Pembagian
Contoh: dan seterusnya
Penggunaannya adalah sebagai berikut.
a 2b a × a × b
a2b : ab = = =a Perpangkatan bentuk aljabar (a + b)n.
ab a×b l (a + b)0 = 1
3. Pemangkatan (gunakan baris 1 pola bilangan Pascal)
Sifat-sifat pemangkatan bilangan bulat juga l (a + b)1 = a + b
berlaku pada pemangkatan bentuk aljabar. (gunakan baris 2 pola bilangan Pascal)

6 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


l (a + b)2 = a2 + 2ab + b2 Operasi pada pecahan bentuk aljabar.
(gunakan baris 3 pola bilangan Pascal) 1. Penjumlahan dan Pengurangan
l (a + b)3 = a3 + 3a2b + 3ab2 + b3 Contoh:
(gunakan baris 4 pola bilangan Pascal)
a a 2a a 3a
l + = + =
Pemangkatan bentuk aljabar (a – b)n juga 2 4 4 4 4
mengikuti pola segitiga Pascal. Bedanya, tan- a 2 a2 2b a2 − 2b
l − = − =
da koeisiennya selalu berganti dari (+) untuk b a ab ab ab
suku ganjil dan (–) untuk suku genap.
(a – b)0 = 1 2. Perkalian dan Pembagian
(a – b)1 = a – b Perkalian pecahan bentuk aljabar:
(a – b)2 = a2 – 2ab + b2 a c ac
(a – b)3 = a3 – 3a2b + 3ab2 – b3 × =
b d bd
C. FPB DAN KPK BENTUK ALJABAR Pembagian pecahan bentuk aljabar:
a c a d ad
Contoh: : = × =
Tentukan KPK dan FPB dari 12a3b2c2 dan 6a2c3. b d b c bc
Jawab: Contoh:
12a3b2c2 = 22 × 3 × a3 × b2 × c2 l
3y x 3xy
× =
6a2c3 = 2 × 3 × a2 × c3 z 2z 2z 2
l KPK = 22 × 3 × a3 × b2 × c3 = 12a3b2c3 p 2 p qr pqr
l FPB l : = × =
s qr s 2 2s
Faktor-faktor yang sama: 22 dengan 2, 3 den-
gan 3, a3 dengan a2, c2 dengan c3. Selanjut- 3. Pemangkatan
nya diambil faktor-faktor yang berderajat ter- Pemangkatan pecahan bentuk aljabar adalah
kecil, kemudian dikalikan sehingga diperoleh: perkalian pecahan bentuk aljabar tersebut
FPB = 2 × 3 × a2 × c2 = 6a2c2 dengan dirinya sendiri sebanyak n kali.
2
D. PECAHAN BENTUK ALJABAR  y  y y y2
Contoh:   = × = 2
 3z  3z 3z 9z
Bentuk aljabar juga dapat berupa pecahan.
a 2x 5x + x 3
Contoh: , , , dan sebagainya.
2b y + z xy + xz

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 7


E. PEMFAKTORAN Ubah 3x menjadi penjumlahan dua suku,
misalnya x + 2x.
1. Bentuk distributif 2x2 + 3x + 1 = 2x2 + x + 2x + 1
ax + ay = a(x + y) = (2x2 + x) + (2x + 1)
ax – ay = a(x – y) = x(2x + 1) + (2x + 1)
(sifat distributif)
dengan a bisa koeisien atau variabel.
Contoh: = (x + 1)(2x + 1)
l 5x + 10y = 5(x + 2y), a berbentuk koeisien.
l xy – xz = x(y – z), x berbentuk variabel.
F. PENYEDERHANAAN PECAHAN BENTUK ALJABAR
2. Selisih kuadrat
Contoh:
a2 – b2 = (a + b)(a – b)
a 2b a × a × b
l a2b : ab = = =a,
Contoh: ab a×b
x2 – 9 = (x + 3)(x – 3)
dilakukan operasi pembagian.
3. Kuadrat sempurna
4x + 8x 3 4x(1 + 2x 2 )
2 2 2 l = = 1 + 2x 2 ,
a + 2ab + b = (a + b) 4x 4x
a2 – 2ab + b2 = (a – b)2
dilakukan operasi pemfaktoran dan pembagian.
Contoh:
l x2 + 6x + 9 = (x + 3)2 x 2 − 3x + 2 (x − 1)(x − 2)
l = = x−2,
l x2 – 6x + 9 = (x – 3)2 (x − 1) (x − 1)
4. Bentuk: x2 + bx + c = (x + p)(x + q), dilakukan operasi pemfaktoran dan pembagian.
dengan p + q = b dan pq = c
Contoh:
x2 + 3x + 2 = (x + 1)(x + 2)

5. Pemfaktoran ax2 + bx + c dengan a ≠ 1


Contoh:
2x2 + 3x + 1 bila difaktorkan menjadi
(2x + 1)(x + 1).
Cara pemfaktorannya sebagai berikut.

8 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Untuk mencari penyelesaian dari PLSV dapat di-
lakukan dengan cara berikut.
Persamaan dan Pertidak-
3 samaan Satu Variabel
1. Menambah atau mengurangi kedua ruas
persamaan dengan bilangan yang sama.
Contoh:
x–2=4
⇔x–2+2=4+2
A. PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL (PLSV)
Ø Persamaan linear adalah suatu persa-
(kedua ruas ditambah 2)
⇔x=6
maan yang variabel/peubahnya berpangkat
2. Mengalikan atau membagi kedua ruas persa-
(berderajat) paling tinggi 1 (satu).
Ø Persamaan linear satu variabel artinya suatu
maan dengan bilangan yang sama.
Contoh:
persamaan yang variabel/ peubahnya ber-
3x = 9
pangkat (berderajat) paling tinggi 1 (satu)
dan hanya mempunyai satu variabel. ⇔ 3x : 3 = 9 : 3 (kedua ruas dibagi 3)
⇔x=3
Bentuk Umum Persamaan Linear Satu Variabel
3. Gabungan dari operasi 1 dan 2.
ax + b = c Contoh:
Dengan: 3x – 3 = 7 + x
l a ≠ 0 dengan x disebut variabel/peubah, ⇔ 3x – 3 + 3 = 7 + x + 3
l semua suku di sebelah kiri tanda “=” disebut (kedua ruas ditambah 3)
ruas kiri, ⇔ 3x = 10 + x
l semua suku di sebelah kanan tanda “=” ⇔ 3x – x = 10 + x – x
disebut ruas kanan.
(kedua ruas dikurangi x)

2. Operasi Persamaan Linear Satu Variabel ⇔ 2x = 10


Ø Kedua ruas dalam satu persamaan dapat di- ⇔ 2x : 2 = 10 : 2
tambah (+), dikurang (–), dikali ( × ), dibagi (:) (kedua ruas dibagi 2)
dengan bilangan yang sama. ⇔ x=5
Ø Setiap perpindahan ruas dari ruas kiri ke ruas Jadi, x = 5 adalah penyelesaian dari
kanan atau sebaliknya selalu diikuti dengan 3x – 3 = 7 + x.
perubahan tanda bilangan (dari positif (+)
menjadi negatif (–) dan sebaliknya).

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 9


B. PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL
(PtLSV)
Pertidaksamaan linear satu variabel artinya
suatu pertidaksamaan yang variabel/pe-ubahnya
4 Aritmetika Sosial
berpangkat (berderajat) paling tinggi 1 (satu) dan
hanya mempunyai satu variabel.
Contoh: x + 3 > 4; x ≥ 3x − 1 A. HARGA PEMBELIAN, HARGA PENJUALAN,
Untuk mencari penyelesaian dari pertidak-sa- UNTUNG, DAN RUGI
maan linear satu variabel (PtSLV) dapat dilaku- 1. Harga pembelian yaitu harga yang didapat-
kan dengan cara: kan oleh seorang pedagang ketika membeli
1. menambah atau mengurangi kedua ruas barang-barang dagangan.
dengan bilangan yang sama; 2. Harga penjualan yaitu harga yang ditentu-
2. mengalikan atau membagi kedua ruas den- kan oleh seorang pedagang ketika menjual
gan bilangan yang sama dengan catatan jika barang-barang dagangan ke pembeli.
dikalikan atau dibagi bilangan negatif, tanda 3. Untung (Laba) terjadi jika harga penjualan
pertidaksamaannya dibalik. lebih besar (lebih tinggi) daripada pembelian.
Contoh:
4. Rugi terjadi jika harga penjualan lebih kecil
x ≥ 3x + 4 (lebih rendah) daripada harga pembelian.
⇔ x − 3x ≥ 3x − 3x + 4 (kedua ruas dikurangi 3x)
⇔ −2x ≥ 4 UNTUNG
1 1 Syarat: harga penjualan > harga pembelian
⇔ −2x × ≤ 4× Untung = harga penjualan – harga pembelian
−2 −2
untung
(kedua ruas dikali 1 , akibatnya tanda pertidaksamaan- % untung = × 100%
−2 harga pembelian
nya dibalik)
⇔ x ≤ −2 RUGI
Jadi, x ≤ −2 adalah penyelesaian dari
Syarat: harga penjualan < harga pembelian
x ≥ 3x + 4 .
Rugi = harga pembelian – harga penjualan
rugi
% rugi = × 100%
harga pembelian

10 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


HARGA PENJUALAN DAN HARGA PEMBELIAN C. BUNGA TABUNGAN (BUNGA BANK)
Jika untung: Misalnya:
Harga penjualan = harga pembelian + untung Besarnya uang yang ditabung adalah M,
Harga pembelian = harga penjualan – untung Besar bunga yang diberi bank adalah p%,
Lama menabung adalah t tahun.
Jika rugi:
Diperoleh:
Harga penjualan = harga pembelian – rugi
Harga pembelian = harga penjualan + rugi Bunga selama 1 tahun = p% × M
Bunga selama t tahun = ( p% × M) × t
B. RABAT (DISKON), BRUTO, TARA, DAN NETTO
n
Ø Rabat atau diskon adalah potongan harga.
Bunga selama n bulan = × p% × M
12
Diskon = harga semula – harga yang dibayar Jumlah tabungan seluruhnya = M + bunga
diskon Perhitungan suku bunga dalam persen
% diskon = × 100%
harga semula bunga dalam setahun
Suku bunga = × 100%
Ø Bruto adalah berat kotor barang.
M

Ø Netto adalah berat bersih barang.


Ø Tara adalah berat kemasan.
Contoh:
Seorang nasabah menabung pada sebuah bank
Bruto = netto + tara
sebesar Rp1.500.000,00 dengan suku bunga
Netto = bruto – tara
12% per tahun. Besarnya tabungan setelah 6 bu-
Tara = bruto – netto
lan adalah ….
tara
%Tara = × 100% Jawab:
bruto 6
Bunga = × 12% × Rp1.500.000,00
Contoh: 12
Dalam sebuah peti kemasan mangga terdapat = 6% × Rp1.500.000,00 = Rp90.000,00
keterangan: Bruto = 100 kg dan tara = 5 %. Di- Tabungan setelah 6 bulan
peroleh: = tabungan awal + bunga
Bruto = 100 kg = Rp1.500.000,00 + Rp90.000,00
Tara = 5% . 100 kg = 5 kg = Rp1.590.000,00
Netto = Bruto − tara = 100 − 5 = 95 kg

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 11


Contoh:
1. Sebuah lapangan sepak bola berbentuk persegi

5 Perbandingan panjang berukuran panjang 100 m dan lebar 80 m.


Jika dibuat model dengan skala 1 : 500 maka luas
lapangan bola pada model adalah ….
Jawab:
Panjang sebenarnya = 100 m = 10.000 cm
A. SKALA Lebar sebenarnya = 80 m = 8.000 cm
pgambar  gambar
ukuran pada gambar (peta) Skala = =
Skala = psebenarnya  sebenarnya
ukuran sebenarnya pmodel = skala × psebenarnya
Skala 1 : n artinya 1 cm pada peta mewakili n cm 1
pada ukuran sebenarnya = × 10.000 cm = 20 cm
500
Contoh:
Skala 1 : 100.000 artinya 1 cm mewakili 100.000  model = skala ×  sebenarnya
cm atau 1 km jarak sebenarnya. 1
= × 8.000 cm = 16 cm
500
B. PERBANDINGAN SENILAI DAN BERBALIK NILAI Ukuran pada model adalah
1. Perbandingan Senilai panjang = 20 cm dan lebar = 16 cm.
Luas = panjang × lebar
a anaik a turun
= = = 20 cm × 16 cm = 320 cm2.
b bnaik b turun 2. Untuk menjahit 5 karung beras diperlukan benang
Contoh: sepanjang 25 m, maka untuk menjahit 120 karung
Banyak liter BBM dan jarak yang ditempuh. beras diperlukan benang sepanjang ….
2. Perbandingan Berbalik Nilai Jawab:
Misalkan panjang benang yang diperlukan untuk
a dan b dikatakan berbanding berbalik nilai
menjahit 120 karung beras adalah A. Maka:
jika saat nilai a naik maka nilai b turun, begitu
juga sebaliknya jika a turun maka nilai b naik. 5 25
=
Contoh: 120 A
Banyak pekerja proyek dan lama waktu ⇔ 5A = 25 × 120
mengerjakan proyek. ⇔ 5A = 3.000
⇔ A = 600

12 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


1. Menuliskan sifat anggotanya.
A = {bilangan genap kurang dari 15}
6 Himpunan 2. Memberikan notasi pembentuk
himpunan.
A = {x | x < 15, x ∈ bilangan genap}
Ø Himpunan adalah kumpulan benda-benda Dibaca: “Himpunan A beranggotakan x, den-
atau objek yang mempunyai ciri yang sama. gan x kurang dari 15 dan x anggota himpu-
Ø Nama himpunan ditulis dengan nama huruf nan bilangan genap”.
kapital dan anggotanya ditulis di antara ku- 3. Menyatakan semua anggotanya.
rung kurawal ({ }). A = {2, 4, 6, 8, 10, 12, 14}

A. ANGGOTA HIMPUNAN C. MACAM-MACAM HIMPUNAN


Ø Anggota himpunan dilambangkan dengan
1. Himpunan Kosong
“ ” dan jika bukan anggota dilambangkan
Himpunan kosong adalah himpunan yang ti-
dengan “ “.
Ø Banyaknya anggota himpunan A dinotasikan
dak mempunyai anggota. Himpunan kosong
dilambangkan dengan { } atau .
dengan n(A).
Contoh:
Contoh:
K himpunan nama hari yang diawali huruf
1. Himpunan bilangan bulat, ditulis:
z. Karena tidak ada nama hari yang diawali
B = {bilangan bulat} = {… , –2, –1, 0, 1, 2, …}
huruf z maka K = { }.
2. Himpunan bilangan ganjil kurang dari 10, ditulis:
A = {bilangan ganjil kurang dari 10} atau 2. Himpunan Terhingga
A = {1, 3, 5, 7, 9}, Himpunan terhingga adalah himpunan yang
maka 1 A, 3 A, 5 A, 7 A, 9 A sedang- banyak anggotanya terhingga atau terbatas.
kan 2 A, 4 A. Contoh:
Banyaknya anggota himpunan A adalah L himpunan bilangan asli kurang dari 5. Ditu-
n(A) = 5. lis: L = {1, 2, 3, 4}
3. Himpunan Tak Terhingga
B. MENYATAKAN SUATU HIMPUNAN Himpunan tak terhingga adalah himpunan
yang banyak anggotanya tak terhingga atau
Contoh: A adalah himpunan bilangan genap tak terbatas.
kurang dari 15. Ditulis: Contoh: Himpunan bilangan asli. Ditulis:
A = {1, 2, 3, 4, …}

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 13


4. Himpunan Semesta D. DIAGRAM VENN
Himpunan semesta adalah himpunan yang
memuat semua anggota himpunan (objek) Diagram Venn adalah diagram yang digunakan
yang sedang dibicarakan. Notasi “S”. untuk menyatakan beberapa himpunan atau
Contoh: hubungan antarhimpunan.
M = {apel, mangga, pisang, stroberi, anggur} Contoh:
Himpunan semesta yang mungkin dari him- Buatlah diagram Venn dari himpunan-himpunan
punan di atas adalah: S = {nama buah}. berikut!
A = {1, 2, 3, 4, 5}; B = {2, 3, 5, 7}
5. Himpunan Bagian S = {bilangan asli kurang dari 8}
Himpunan bagian adalah himpunan yang Dari soal, diperoleh S = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7}
merupakan anggota dari himpunan keselu- S A B
ruhan. Himpunan bagian dilambangkan den-
4 2 7
gan “ ”.
Ø Himpunan kosong merupakan himpunan
1 3
6 5
bagian dari setiap himpunan.
Ø Setiap himpunan merupakan himpunan
bagian dari himpunan itu sendiri. E. HUBUNGAN ANTARHIMPUNAN
Diketahui himpunan A dengan banyak ang-
gota n(A) maka banyaknya himpunan bagian 1. Himpunan Ekuivalen
yang mungkin dari himpunan itu adalah Himpunan A ekuivalen dengan himpunan B
jika n(A) = n(B).
2n(A) Contoh: A = {1, 2, 3, 4}; B = {5, 6, 7, 8}
Karena n(A) = n(B) maka himpunan A ekuiva-
Contoh:
len dengan himpunan B.
Diketahui himpunan A = {1, 3, 5} 2. Himpunan Sama
Banyak himpunan bagian yang mungkin dari Himpunan A dikatakan sama dengan himpu-
himpunan A adalah nan B jika anggota himpunan A sama den-
2n(A) = 23 = 8 gan anggota himpunan B atau sebaliknya.
Himpunan bagian dari A adalah Jika himpunan A sama dengan B maka dapat
ditulis A = B.
A, ∅ , {1}, {3}, {5}, {1, 3}, {1, 5}, {3, 5}.
Contoh: A = {a, d, i} dan B = {i, d, a}
A = B.

14 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


G. IRISAN DAN GABUNGAN DUA HIMPUNAN H. SIFAT-SIFAT OPERASI HIMPUNAN
Ø Irisan dua himpunan A dan B adalah himpu- 1. Komutatif
nan yang anggota-anggotanya merupakan A B = B A
anggota himpunan A sekaligus B. A B = B A
A  B = {x | x ∈ A dan x ∈ B} 2. Asosiatif

Ø Gabungan dua himpunan A dan B adalah ( A  B )  C = A  (B  C )


himpunan yang anggota-anggotanya me- ( A  B )  C = A  (B  C )
rupakan anggota himpunan A saja atau ang-
3. Distributif
gota B saja.
A  B = {x | x ∈ A atau x ∈ B} A  (B  C ) = ( A  B )  ( A  C )

Irisan dan gabungan dua himpunan dalam dia- A  (B  C ) = ( A  B )  ( A  C )


gram Venn.
4. Dalil De Morgan
S A B S A B
( A  B)
c
= A c  Bc

( A  B)
c
= A c  Bc
A∩B A∪B

Contoh: Diketahui: Contoh:


A = {bilangan genap kurang dari 11} dan
B = {faktor dari 10}. 1. Dalam suatu kelas terdapat 40 anak, 24 anak
Tentukan irisan dan gabungan himpunan A dan B! gemar menari, 21 anak gemar menyanyi,
Dari soal diketahui: dan 10 anak gemar keduanya. Banyaknya
A = {2, 4, 6, 8, 10} dan B = {1, 2, 5, 10} anak yang tidak gemar keduanya adalah .…
Jawab:
S A B S A B Misalkan:
4 2 1 4 2 1 S = {anak yang ada di kelas}à n(S) = 40
6 6 A = {anak yang gemar menari}à n(A) = 24
B = {anak yang gemar menyanyi} à n(B) = 21
10 5 10
8 8 5

A∩B A∪B A ∩ B = {anak yang gemar menari dan me-


nyanyi} à n(A ∩ B) = 10
A ∩ B = {2, 10} dan A ∪ B = {1, 2, 4, 5, 6, 8, 10}

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 15


A ∪ B = {anak yang gemar menari atau me-

(A ∪ B)c = {anak yang tidak gemar menari


nyanyi}

atau menyanyi}
Dengan menggunakan rumus diperoleh:
7 Sudut dan Garis
n(A B) = n(A) + n(B) − n(A B)
= 24 + 21 − 10 = 35
A. Garis
n(S) = n(A B) + n(A B)c
⇔ 40 = 35 + n(A B)c Garis adalah deretan/kumpulan titik-titik yang
⇔ n(A B)c = 5 banyaknya tak terhingga, yang saling bersebe-
Jadi, banyaknya anak yang tidak gemar menari lah-an dan memanjang ke dua arah.
atau menyanyi adalah 5 anak.
Dalam diagram Venn dapat digambarkan 1. Dua Garis Berpotongan
S A B Garis g dan  berpotongan di titik P.
g
14 10 11

5 P
l
2. Diketahui himpunan berikut.
A = {b, u, n, d, a} 2. Dua Garis Sejajar
B = {i, b, u, n, d, a} Garis g dan  tidak berpotongan.
C = {lima bilangan asli yang pertama} g
l
D = {bilangan cacah kurang dari 6}
Jawab:
A = {b, u, n, d, a} à n(A) = 5
3. Dua Garis Berimpit
B = {i, b, u, n, d, a} à n(B) = 6 Garis g dan  mempunyai lebih dari satu
C = {lima bilangan asli yang pertama} titik potong.
= {1, 2, 3, 4, 5 } à n(C) = 5 g l
D = {bilangan cacah kurang dari 6}
= { 0, 1, 2, 3, 4, 5 } à n(C) = 6 B. Sudut
Karena n(A) = n(C) = 5 dan n(B) = n(D) = 6,
Sudut adalah daerah yang dibatasi oleh dua
maka pasangan himpunan yang ekuivalen
buah penggalan garis lurus yang bertemu pada
adalah A dengan C dan B dengan D.
satu titik pangkal.

16 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Unsur dan nama sudut 2. Hubungan Antarsudut

A Keterangan: Ø Dua sudut berpelurus (bersuplemen)


O = titik pangkal sudut α + β = 180o
β α
OA, OB = kaki sudut
∠ AOB = sudut
O B A O B
1. Jenis Sudut Berdasarkan Besar Sudut Sudut dan berpelurus dan
jumlahnya 180o.
Jenis Gambar Keterangan Ø Dua sudut berpenyiku (berkomplemen)
sudut
Sudut Sudut yang A Sudut dan
lancip A besarnya
antara 0o dan berpenyiku dan
90o. jumlahnya 90o.
β
α
B B
O O α + β = 90o
Sudut A Sudut yang
siku-siku besarnya 90o.
Contoh:
Perhatikan gambar di bawah. Besar ∠ABD
O B adalah ....

Sudut Sudut yang D


tumpul
A besarnya lebih
dari 90o.

7xo 5xo
O B A B C
Sudut Sudut yang

∠ABD + ∠BCD
lurus besarnya 180o.
Jawab:
A O
= 180°
B
7x + 5x = 180
12x = 180

Besar ∠ABD adalah 7 . 15° = 105°.


x = 15

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 17


Ø Dua sudut bertolak belakang n Dua sudut dalam berseberangan mem-
Dua sudut dan besarnya sama yaitu = punyai besar sudut yang sama.
∠A4 dengan ∠B1 ∠A3 dengan ∠B2,
A D
∠A4 = ∠B1 ∠A3 = ∠B2
n Dua sudut luar berseberangan mem-
O punyai besar sudut yang sama.
B
C ∠A2 dengan ∠B3 ∠A1 dengan ∠B4
Berdasarkan gambar di atas diperoleh: ∠A2 = ∠B3 ∠A1 = ∠B4
n ∠AOC bertolak belakang dengan ∠BOD,
n Dua sudut dalam sepihak jumlah
sehingga ∠AOC = ∠BOD.
n ∠AOD bertolak belakang dengan ∠BOC,
sudutnya adalah 180o.
∠A4 dengan ∠B2 ∠A3 dengan ∠B1
sehingga ∠AOD = ∠BOC.
Ø Sudut-sudut yang terbentuk oleh dua
∠A4 + ∠B2 = 180o ∠A3 + ∠B1 = 180o

n
garis sejajar dipotong sebuah garis Dua sudut luar sepihak besar jumlah
l sudut-nya adalah 180o.
A 1 2 ∠A1 dengan ∠B3 ∠A2 dengan ∠B4
g
3 4
∠A1 + ∠B3 = 180o ∠A2 + ∠B4 = 180o

1 2
h Contoh:
B 3 4
Perhatikan gambar di bawah ini!
l

n Dua sudut sehadap mempunyai besar A 1 2 Jika besar ∠A1


g
sudut yang sama. 3 4 = 105o maka
∠A1 dengan ∠B1 ∠A2 dengan ∠B2 besar sudut ∠B4
∠A3 dengan ∠B3 ∠A4 dengan ∠B4 adalah ….
∠A1 = ∠B1 ∠A3 = ∠B3
1 2
h
B 3 4

∠A2 = ∠B2 ∠A4 = ∠B4 Jawab:


Sudut ∠A1 dan ∠B4 merupakan sudut luar berse-
berangan, maka ∠A4 = ∠A1 = 105o

18 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


3. Himpunan pasangan berurutan
Contoh:

8 Relasi dan Fungsi Diketahui A = {1, 2, 3} dan B = {1, 3, 6}. Relasi


“faktor dari” dari himpunan A ke himpunan B
dapat dinyatakan dalam himpunan pasangan
berurutan sebagai berikut.
{(1, 1), (1, 3), (1, 6), (2, 6), (3, 3), (3, 6)}
A. RELASI
Relasi dari himpunan A ke himpunan B adalah B. FUNGSI (PEMETAAN)
pemasangan anggota himpunan A dengan ang- 1. Pengertian Fungsi (Pemetaan)
gota himpunan B. Fungsi (pemetaan) dari A ke B adalah suatu
Menyatakan Relasi relasi yang lebih khusus yang menghubung-
1. Diagram panah kan setiap anggota A dengan tepat satu ang-
Contoh: gota B.
Diketahui A = {1, 2, 3} dan B = {1, 3, 6}. Maka Contoh:
relasi yaitu “faktor dari” dari himpunan A ke A B
himpunan B dapat dinyatakan dengan dia-
gram panah sebagai berikut:

1 1
2 3
Pada contoh, setiap anggota di A dipasang-
3 6 kan dengan tepat satu anggota di B.
2. Domain, Kodomain, dan Range
Ø domain adalah daerah asal atau daerah
2. Diagram Cartesius

deinisi fungsi itu,


Ø kodomain adalah daerah kawan,
Contoh:
6
Ø range atau daerah hasil adalah himpun-
Diketahui A = {1, 2, 3} dan
B = {1, 3, 6}. Relasi“faktor
dari” dari himpunan A ke 3 an bagian dari daerah kawan atau kodo-
himpunan B dapat din- main.
1
yatakan dalam diagram 1 2 3
Cartesius disamping.

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 19


Contoh: b. Rumus fungsi linear
B
A f(x) = ax + b
1 - Domain:
1
4 A = {1, 2, 3} x variabel dan f(x) nilai fungsi.
2 - Kodomain: Contoh:
8
3 B = {1, 4, 8, 9} f(x) = 2x + 1
9 Nilai fungsi untuk x = 1 adalah
- Range:
{1, 4, 9} f(1) = (2 × 1) + 1 = 3
c. Graik fungsi linear
3. Banyak Fungsi (Pemetaan)
Contoh:
Diketahui banyak anggota himpunan A
Diketahui fungsi f(x) = 2x + 1.
adalah n(A) dan banyak anggota himpunan
Gambarkan fungsi linear tersebut ke
B adalah n(B), maka:
dalam bentuk graik!
Ø Banyak fungsi dari A ke B = n(B)n(A)
Diambil nilai x = 0 dan x = 1.
Untuk x = 0 à y = 2 × 0 + 1 = 1. Maka,
Ø Banyak fungsi dari B ke A = n(A)n(B)
l
diperoleh koordinat (0, 1)
Contoh: l Untuk x = 1 à y = 2 × 1 + 1 = 3. Maka,
Diketahui A = {1, 2, 3} dan B = {A, B, C, D}, diperoleh koordinat (1, 3)
maka n(A) = 3 dan n(B) = 4. y
a. Banyak fungsi yang mungkin dari A ke B
= n(B)n(A) = 43 = 64.
b. Banyak fungsi yang mungkin dari B ke A
= n(A)n(B) = 34 = 81. (1, 3)
4. Notasi dan Rumus Fungsi Linear (0, 1)
a. Notasi fungsi linear x
1
Fungsi linear dinotasikan dengan
f : x  ax + b
x variabel. Contoh:
Keterangan: Diketahui pemetaan f : x à 2 – 3x. Jika daerah
f = nama fungsi
x = anggota daerah asal asalnya {–2, –1, 0, 1, 2} maka daerah hasilnya
ax + b = bayangan dari x adalah ….
Jawab:

20 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Diketahui pemetaan f : x à 2 – 3x, dengan dae-
rah asal {–2, –1, 0, 1, 2}.
Persamaan Garis
Maka diperoleh:
f : –2 à 2 – (3 × (–2)) = 2 + 6 = 8
f : –1 à 2 – (3 × (–1)) = 2 + 3 = 5
9 Lurus
f:0 à 2 – (3 × 0) = 2 – 0 = 2
f:1 à 2 – (3 × 1) = 2 – 3 = –1
à 2 – (3 × 2) = 2 – 6 = –4
Bentuk umum persamaan garis lurus:
f:2
Daerah hasilnya adalah {–4, –1, 2, 5, 8}. y = mx + c
Keterangan:
C. KORESPONDENSI SATU-SATU m = gradien
c = konstanta
1. Pengertian Korespondensi Satu-satu
Himpunan A dikatakan berkorespondensi Persamaan garis dapat dinyatakan dalam berb-
satu-satu dengan himpunan B jika setiap agai bentuk dan variabel.
anggota A dipasangkan dengan tepat satu Contoh: y = 3x + 1 dan a = b + 2
anggota B dan setiap anggota B dipasang-
kan dengan tepat satu anggota A. Dengan
A. GRADIEN
demikian, pada korespondensi satu-satu dari Gradien (m) adalah nilai yang menyatakan ke-
himpunan A ke himpunan B, banyak anggota miringan suatu garis.
himpunan A dan himpunan B harus sama. 1. Garis melalui dua titik A(x1, y1) dan B(x2, y2)
2. Banyak Korespondensi Satu-satu y
Diketahui n(A) = n(B) = n. Maka banyaknya
korespondensi satu-satu yang mungkin an- A(x1, y1)
tara himpunan A dan B adalah
1× 2 × 3 × ... × (n − 1) × n x
O
Contoh:
B(x2, y2)
Diketahui himpunan A = {1, 2, 3} dan B =
{a, b, c}. Banyaknya korespondensi satu-
satu yang mungkin untuk himpunan A dan B y 2 − y1 y1 − y 2
m= =
adalah 1× 2 × 3 = 6. x 2 − x1 x1 − x 2

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 21


2. Gradien dua garis sejajar Contoh:
Garis g sejajar dengan garis h. Jika gradien
1. Gradien garis yang tegak lurus dengan garis h : 3x
garis h adalah mh, maka gradien garis g
adalah – 6y + 4 = 0 adalah ….
mg = mh Jawab:
3x − 6y + 4 = 0
3. Gradien dua garis tegak lurus ⇔ −6y = −3x − 4
⇔ y = 12 x + 2 3
−1
mg × mh = −1 atau mg =
mh Gradien garis h adalah mh = ½.
Misalkan garis yang ditanyakan adalah garis g,
maka gradien garis g adalah
B. RUMUS PERSAMAAN GARIS
1 1
1. Persamaan garis yang melaui titik A(x1, y1) mg = − = − = −2 .
mh 1
2
dan bergradien m.
y 2. Persamaan garis yang melalui titik A(2, 3) dan se-
A(x1, y1) jajar dengan garis 3x + 5y = 15 adalah .…
gradien m y − y1 = m ( x − x1 ) Jawab:
3
3x + 5y = 5 ⇔ y = − x + 3
5
O x
3
Gradien garis tersebut adalah m = − .
5
Karena garis yang dicari sejajar dengan garis 3x +
2. Persamaan garis yang melaui titik A(x1, y1)
dan B(x2, y2). 3
5y = 15, maka gradiennya juga m = − .
5
y y − y1 y 2 − y1 Karena melalui titik A(2, 3), maka persamaan
=
x − x1 x 2 − x1 garisnya adalah
y − y1 = m ( x − x1 )
A(x1, y1)

3
O x ⇔ y−3 = − ( x − 2)
5
3 6
B(x2, y2) ⇔ y−3 = − x+
5 5
⇔ 5y − 15 = −3x + 6
⇔ 3x + 5y = 21

22 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


amaan linear dua variabel tersebut dapat dilaku-
kan dengan metode berikut.
Sistem Persamaan
10 Linear Dua Variabel 1. Substitusi
Substitusikan persamaan y = 2x ke dalam
persamaan 2x + y = 8, diperoleh:
Ø Persamaan linear dua variabel adalah suatu 2x + y = 8 ⇒ 2x + 2x = 8
persamaan yang variabelnya berpangkat 4x = 8
(berderajat) paling tinggi 1 (satu) dan mem- x =2
punyai dua variabel. Substitusikan x = 2 ke persamaan
Contoh: y = 2x, diperoleh:
3x + 2y =3 x = 2 à y = 2x = 2 × 2 = 4
Ø Sistem persamaan linear dengan dua varia- Jadi, penyelesaiannya adalah x = 2 dan y = 4.
bel adalah suatu sistem persamaan yang
terdiri atas dua persamaan linear di mana 2. Eliminasi
masing-masing persamaan mempunyai dua Untuk menentukan nilai y maka x dieliminasi
variabel dan sistem tersebut mempunyai te-
x + y = 3 ×2 2x + 2y = 6
dengan cara:
pat satu penyelesaian.
2x − y = 0 ×1 2x − y = 0 −
Bentuk Umum Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel
3y = 6
a1x + b1y = c1 y =2
a2 x + b2 y = c 2
dengan x dan y adalah variabel. Untuk menentukan nilai x maka y dieliminasi
dengan cara:
Menentukan Penyelesaian Sistem Persamaan
2x − y = 0 +
x+y =3
Linear Dua Variabel
3x = 3 ⇔ x = 1
Contoh:
Carilah penyelesaian dari persamaan:
Jadi, penyelesaiannya adalah x = 1 dan y = 2.
y = 2x 

2x + y = 8 
Untuk menentukan penyelesaian dari sistem pers-

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 23


3. Graik Contoh:
l Menentukan titik potong garis
Harga 2 kg salak dan 3 kg jeruk adalah
x – y = 1 dengan sumbu x dan y.
Jika x = 0 maka y = –1. Rp32.000,00, sedangkan harga 3 kg salak dan
Jika y = 0 maka x = 1. 2 kg jeruk adalah Rp33.000,00. Harga 1 kg salak
Jadi, persamaan garis x – y = 1 melalui dan 5 kg jeruk adalah ....
titik (0, –1) dan (1, 0). Jawab:
l Menentukan titik potong garis Harga 2 kg salak dan 3 kg jeruk adalah
x + 2y = 4 dengan sumbu x dan y. Rp32.000,00, sedangkan harga 3 kg salak dan 2
Jika x = 0 maka y = 2. kg jeruk adalah Rp33.000,00.
Jika y = 0 maka x = 4. Dari permasalahan di atas, dapat diperoleh
Jadi persamaan garis x + 2y = 4 melalui sistem persamaan linear berikut.
(0, 2) dan (4, 0). Misalkan: harga 1 kg salak dilambangkan s;
Gambar graiknya:
y harga 1 kg jeruk dilambangkan j.

x−y=1
Diperoleh:
2s + 3j = 32.000 |× 3| 6s + 9j = 96.000
(2, 1)
3s + 2j = 33.000 |× 2| 6s + 4j = 66.000 –
(0, 2)
(4, 0) 5j = 30.000
x j = 6.000
(0, −1)
(0, 0)

Bila harga 1 kg jeruk adalah Rp6.000,00 maka:


2s + 3 . Rp6.000,00 = Rp32.000,00
Berdasarkan gambar graik tersebut, titik 2s + Rp18.000,00 = Rp32.000,00
potong garis x – y = 1 dan x + 2y = 4 2s = Rp14.000,00
adalah titik (2, 1). Jadi penyelesaiannya s = Rp7.000,00
adalah x = 2 dan y = 1.
Harga 1 kg salak dan 5 kg jeruk adalah
= Rp7.000,00 + 5 . Rp6.000,00
= Rp37.000,00.

24 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Panjang AB = BC
= AC.
Segitiga dan Teorema ∠A = ∠B = ∠C
11 Pythagoras Segitiga
sama sisi F
C

E
= 60o.
Mempunyai tiga
simetri lipat yaitu
A D B AE, BF, dan CD,
Segitiga adalah bangun yang dibatasi oleh tiga
serta mempunyai
ruas garis dan mempunyai tiga titik sudut. tiga simetri putar.
Perhatikan gambar berikut!
C Panjang AB ≠
C
Segitiga BC ≠ AC.
b a sembarang ∠A ≠ ∠B ≠
A B
∠C .
A c B 2. Jenis Segitiga Ditinjau dari Besar Sudutnya
Keterangan: a. Segitiga siku-siku, segitiga yang besar
Ø Gambar di atas merupakan segitiga ABC yang dibatasi salah satu sudutnya 90o.
oleh ruas garis AB = c, BC = a, AC = b dan mempunyai b. Segitiga lancip, segitiga yang besar tiap-
tiga titik sudut, yaitu sudut A ( ∠A ), sudut B ( ∠B ), dan tiap sudutnya kurang dari 90o.
sudut C ( ∠C ).
Ø Lambang sebuah segitiga biasanya dinotasikan dengan
c. Segitiga tumpul, segitiga yang besar
∆ . Jadi, segitiga ABC dapat ditulis dengan ∆ABC . salah satu sudutnya lebih dari 90o.
Ø Jumlah sudut-sudut suatu segitiga adalah 180o. Jadi,
∠A + ∠B + ∠C = 180o . B. MACAM-MACAM GARIS PADA SEGITIGA
A. JENIS-JENIS SEGITIGA Garis AE, BF, dan CD
C
merupakan garis tinggi
1. Jenis Segitiga Ditinjau dari Panjang Sisi- segitiga ABC. F E
sisinya Titik tinggi ∆ABC di
Panjang AC = BC. samping adalah titik O.
∠A = ∠B .
A D B

Mempunyai satu
C C
Segitiga Garis AE, BF, dan CD
sama kaki simetri lipat yaitu merupakan garis bagi F
segitiga ABC. E
CD, tetapi tidak
A D B mempunyai simetri Titik bagi ∆ABC di A
D B
putar. samping adalah titik O.

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 25


Garis AE, BF, dan CD C D. TEOREMA PYTHAGORAS
merupakan garis berat F
segitiga ABC.
E Teorema Pythagoras:
Titik berat ∆ABC di A Pada segitiga siku-siku, berlaku kuadrat sisi mir-
D B ing sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi pe-
samping adalah titik O.
Garis TE, TF, dan TD C nyikunya.
merupakan garis sumbu Perhatikan gambar berikut!
F E C
segitiga ABC. Titik sumbu T
∆ABC di samping adalah A Teorema Pythagoras untuk
titik T. D B
segitiga ABC dirumuskan
dengan:
C. KELILING DAN LUAS SEGITIGA
(BC ) = ( AB ) + ( AC )
2 2 2
A B
Perhatikan gambar di bawah ini!
C C C 1. Tripel Pythagoras
Tripel Pythagoras adalah tiga pasang bilang-
t = tinggi
an yang memenuhi teorema Pythagoras.
t a = alas
t t Misalkan untuk segitiga siku-siku ABC di
atas, tripel Pythagorasnya adalah
A a B A a B A a B
Tripel tersebut berlaku
AB AC BC juga untuk kelipatan-
Keliling segitiga ABC: 3 4 5 nya. Misalnya: 6, 8, 10
merupakan kelipatan
K = AB + BC + AC 5 12 13 dari 3, 4, 5. Maka 6, 8,
Luas segitiga ABC: 10 juga merupakan tripel
7 24 25
Pythagoras
1 1 8 15 17
L= × alas × tinggi = × a × t 11 60 61
2 2
20 21 29
L= s ( s − a )( s − b )( s − c ) ,
2. Jenis Segitiga Berdasarkan Ukuran Sisi-
1 sisinya
dengan s = (a + b + c) . a2 = b2 + c 2 ∆ABC segitiga siku-siku.
2
a2 < b2 + c 2 ∆ABC segitiga lancip.
a >b +c
2 2 2
∆ABC segitiga tumpul.

26 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Contoh:
1. Sebuah segitiga panjang alasnya adalah 6 cm dan
tingginya 10 cm. Luas segitiga itu adalah … cm2.
Jawab:
Diketahui: alas = 6 cm, tinggi = 10 cm
12 Bangun Datar
Luas segitiga:
1 1 A. PERSEGI
L= × alas × tinggi = × 6 × 10 = 30 cm2
2 2 D C
2. Sebuah segitiga ABC siku-siku di A. Jika AB = 12 Persegi adalah bangun datar
cm, dan AC = 16 cm maka panjang BC adalah …. yang dibatasi oleh 4 buah sisi
Jawab: O
yang panjangnya sama.
C A B
Diketahui segitiga ABC siku-
Ø Mempunyai 4 buah sisi yang sama panjang:
Keterangan:
siku di A, dengan panjang AB =
16 cm 12 cm dan AC = 16 cm.
Ø Mempunyai 2 pasang sisi yang saling sejajar:
AB = BC = CD = DA.

Ø Mempunyai 4 buah sudut siku-siku (besarnya 90o).


A 12 cm B AB sejajar CD dan AD sejajar BC.
Dengan menggunakan teorema Pythagoras di- ∠A + ∠B + ∠C + ∠D = 90o
peroleh panjang BC, yaitu: Ø Mempunyai 4 sumbu simetri lipat dan 4 simetri putar.
(BC ) = ( AB ) + ( AC ) = 122 + 162
2 2 2
Ø Mempunyai 2 garis diagonal yang saling berpotongan
tegak lurus yang sama panjangnya.
= 144 + 256 = 400
Ø Mempunyai 8 cara untuk dipasangkan menempati
AC = BD dan AC BD.
BC = 400 = 20 cm bingkainya.

3. Pada segitiga ABC diketahui panjang sisi-sisi a Keliling dan Luas Persegi
: b : c = 5 : 7 : 8. Jika keliling segitiga ABC 200 cm Misalkan AB = BC = CD = AD = sisi = s
maka panjang sisi AC adalah … cm. Keliling persegi = 4s
Jawab: Luas persegi = s2
Misalkan: a = 5x, b = 7x, c = 8x
a + b + c = 200
5x + 7x + 8x = 200 B. PERSEGI PANJANG
20x = 200
x = 10 cm Persegi panjang adalah bangun datar yang diba-
Panjang AC = b = 7x = 7.10 cm = 70 cm. tasi oleh 4 buah sisi dengan sisi-sisi yang berha-

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 27


dapan sama panjang dan sejajar, serta sisi-sisi D C
yang bersebelahan saling tegak lurus.
D C
O
A B

Ø Mempunyai 4 buah sisi dengan sisi-sisi yang berhadapan


Keterangan:
A B

Ø Mempunyai 4 buah sisi dengan sisi-sisi yang berhadap- Ø Mempunyai 2 pasang sisi yang saling sejajar: AB sejajar
Keterangan: sama panjang: AB = CD dan AD = BC.

Ø Mempunyai 2 pasang sisi yang saling sejajar: AB sejajar Ø Mempunyai 4 buah sudut dengan susut-sudut yang
an sama panjang: AB = CD dan AD = BC. CD dan AD sejajar BC.

berhadapan sama besar: ∠A = ∠C dan ∠B = ∠D.


Ø Mempunyai 4 buah sudut siku-siku (besarnya 90o). Ø Jumlah dua sudut yang berdekatan adalah 180o.
CD dan AD sejajar BC.

∠A + ∠B + ∠C + ∠D = 90o. ∠A + ∠B = ∠B + ∠C = ∠C + ∠D = ∠A + ∠D = 180o.
Ø Mempunyai 2 buah sumbu simetri lipat dan 2 buah Ø Mempunyai 2 buah simetri putar tetapi tidak mempunyai

Ø Mempunyai 2 garis diagonal yang saling berpotongan yang Ø Mempunyai 2 garis diagonal yang saling berpotongan di
simetri putar. simetri lipat.

Ø Mempunyai 4 cara untuk dipasangkan menempati


panjangnya sama: AC = BD. titik O yang panjangnya tidak sama. Diagonal-diagonal
tersebut saling membagi sama panjang.

Ø Mempunyai 2 cara untuk dipasangkan menempati


bingkainya. AO = OC dan OB = OD.

Keliling dan Luas Persegi Panjang bingkainya.


AB = CD = panjang = p dan
Keliling dan Luas Jajargenjang
BC = AD = lebar =  AB = CD = panjang = p dan
BC = AD = lebar =  .
Keliling = 2 × (panjang + lebar)
= 2 × (p +  ) D C
Luas = panjang × lebar
t
= p×
A B

C. JAJARGENJANG
Keliling = 2 × (panjang + lebar)
Jajargenjang adalah bangun datar yang dibatasi = 2 × ( AB + AD )
oleh 4 buah sisi, dengan sisi-sisi yang saling ber-
Luas = panjang × tinggi
hadapan sama panjang dan sejajar. Sisi yang sa-
= AB × t
ling bersebelahan tidak saling tegak lurus.

28 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


D. BELAH KETUPAT E. LAYANG-LAYANG C
D
Belah ketupat adalah ba- Layang-layang adalah ba- D B
ngun datar segi empat yang d2
ngun datar yang dibatasi
C oleh 4 buah sisi yang pan- dibentuk oleh dua segitiga d1
A O
jangnya sama, sisi-sisi sama kaki dengan alas yang
yang saling berhadapan sa- sama panjang dan berimpit.
B ling sejajar, dan sisi-sisinya
tidak saling tegak lurus. A

Ø Mempunyai 4 buah sisi yang sama panjang:


Keterangan:
Ø Mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang:
Keterangan:

Ø Mempunyai dua pasang sisi yang saling sejajar: AB


AB = BC = CD = DA.
Ø Dibentuk oleh 2 buah segitiga sama kaki, yaitu:
AB = AD dan BC = CD.

Ø Mempunyai 4 buah sudut dengan susut-sudut yang


sejajar CD dan AD sejajar BC.
Ø Mempunyai 4 buah sudut yang sepasang sudutnya
segitiga ABD dan segitiga CDB.

berhadapan sama besar: ∠A = ∠C dan ∠B = ∠D. sama besar (∠B = ∠D) dan sepasang lainnya tidak.
Ø Jumlah dua sudut yang berdekatan adalah 180o. Ø Mempunyai 1 buah sumbu simetri lipat, yaitu AC.
∠A + ∠B = ∠B + ∠C = ∠C + ∠D = ∠A + ∠D = 180o. Ø Mempunyai 2 garis diagonal yang saling berpotongan
Ø Mempunyai 2 sumbu simetri lipat dan 2 simetri putar.
Ø Mempunyai 2 garis diagonal yang saling berpotongan
tegak lurus (AC BD), tetapi panjangnya berbeda.
Diagonal AC membagi diagonal BD sama panjang (OB
tegak lurus (AC BD), tetapi panjangnya berbeda.
Ø Mempunyai 2 cara untuk dipasangkan menempati
= OD).
Diagonal-diagonal tersebut saling membagi sama

Ø Mempunyai empat cara untuk dipasangkan menempati


panjang. AO = OC dan OB = OD. bingkainya.

bingkainya. Keliling dan Luas Layang-layang


Keliling dan Luas Belah Ketupat AB = AD = sisi pendek; BC = CD = sisi panjang
Misalkan AB = BC = CD = AD = s
Keliling = 2 × ( AB + BC )
Keliling = AB + BC + CD + AD = 4s

Luas = 1 d1 d2 Luas = 1 d1 d2
2 2

Dengan: Dengan:
d1 = diagonal 1 = AC d1 = diagonal 1 = AC
d2 = diagonal 2 = BD d2 = diagonal 2 = BD

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 29


F. TRAPESIUM Dengan menggunakan (i) diperoleh:
Luas jajargenjang ABCD = AB × DE
Trapesium adalah segi empat dengan sepasang
⇔ 96 = 12 × DE
sisi yang berhadapan sejajar.
D 96
C ⇔ DE = = 8 cm
12
t Dengan menggunakan (ii) diperoleh:
Luas jajargenjang ABCD = BC × DF
A B
⇔ 96 = 9 × DF
Jenis-jenis Trapesium 96 32
a. Trapesium siku-siku ⇔ DF = = cm
b. Trapesium sama kaki 9 3
c. Trapesium sembarang DE 8 3
= =
Keliling dan Luas Trapesium DF 32 4
3
Keliling = AB + BC + CD + AD 2. Diketahui belah ketupat ABCD dengan pan-
jang diagonalnya masing-masing adalah AC
1 = 24 cm dan BD = 18 cm. Keliling belah ketu-
Luas = × ( AB + CD ) × t
2 pat tersebut adalah ….
Jawab:
AB dan CD merupakan dua sisi sejajar. Salah satu sifat belah ketupat adalah keem-
pat sisinya sama panjang. Maka:
C
Contoh: AB = BC = CD = AD.
D C
1. Jika luas luas ja- AB = AO2 + BO2

24 cm
9 cm
jargenjang 96 cm2 D O B
= 12 + 9
2 2
8 cm

t F
maka DE : DF
adalah …. A B
= 144 + 81
E A
12 cm = 225 = 15 cm 18 cm
Jawab: Keliling belah ketupat
Luas jajargenjang ABCD = AB × DE … (i) = AB + BC + CD + AD
Luas jajargenjang ABCD = BC × DF … (ii) = 15 cm + 15 cm + 15 cm + 15 cm = 60 cm.

30 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Besar sudut-sudut pada persegi panjang
ABCD dan persegi panjang PQRS.
Kesebangunan dan Kekong-
13 ruenan Bangun Datar
Kedua bangun tersebut merupakan ban-
gun persegi panjang, sehingga setiap
sudutnya merupakan sudut siku-siku. Di-

∠A = ∠P; ∠C = ∠R; ∠B = ∠Q; ∠D = ∠S


peroleh:
A. KESEBANGUNAN BANGUN DATAR
1. Dua Bangun Datar yang Sebangun Dengan demikian, karena kedua syarat di-
Syarat: pernuhi, maka persegi panjang ABCD se-
a. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian pada bangun dengan persegi panjang PQRS.
bangun-bangun tersebut memiliki per- 2. Dua Segitiga yang Sebangun
bandingan yang senilai. Syarat:
b. Sudut-sudut yang bersesuaian pada ba- a. Panjang sisi-sisi yang bersesuaian memiliki
ngun-bangun tersebut sama besar. perbandingan yang sama. Syarat ini dising-
Contoh: kat s.s.s (sisi-sisi-sisi).
S R
D C b. Sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.
Syarat ini disingkat sd.sd.sd (sudut-sudut-
6 cm
3 cm sudut).
6 cm 12 cm c. Dua sisi yang bersesuaian memiliki perband-
A B P Q ingan yang sama dan sudut bersesuaian
Perhatikan bangun persegi panjang ABCD yang diapit sama besar. Syarat ini disingkat
dan bangun persegi panjang PQRS. s.sd.s (sisi-sudut-sisi).
Ukuran persegi panjang ABCD dan per- Kesebangunan dinotasikan dengan “ ~ “.
segi panjang PQRS.
n Perbandingan panjang kedua ban-
gun di atas adalah:
AB 6 1 a. b.
= =
PQ 12 2
n Perbandingan lebar kedua bangun di
atas adalah: c.
AD 3 1
= =
PS 6 2

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 31


Rumus: Jawab:
C
CD DE EC CD DE
= = =
AC AB BC AC AB
12 DE
=
D E 12 + 6 9
12 × 9
DE =
18
A B
DE = 6 cm
Jadi, panjang DE adalah 6 cm.
Contoh:
B. KEKONGRUENAN BANGUN DATAR
1. Perhatikan gambar di bawah. B
BD = 4 cm dan AD = 3 cm. Dua benda atau lebih yang memiliki bentuk dan
Panjang BC adalah .... ukuran yang sama disebut kongruen. Kekongru-
Pembahasan: enan dinotasikan dengan lambang “ “.
Perhatikan gambar berikut.
1. Dua Bangun Datar yang Kongruen
BD = 4 cm dan AD = 3 cm.
A C Dua bangun atau lebih dikatakan kongruen jika
AD = CD × BD bangun-bangun tersebut memiliki bentuk dan
3 = CD × 4 ukuran yang sama serta sudut-sudut yang ber-
sesuaian sama besar.
9 = 4CD
CD = 2,25
Contoh:
Panjang BC adalah
BD + CD = 4 cm + 2,25 cm = 6,25 cm. D C R S
105o x
2. Diketahui panjang CD = 12 cm, AD = 6 cm,
dan AB = 9 cm. Tentukan panjang DE.
C 75o 65o
A B Q P

E
Tentukan besar sudut R.
D
Perhatikan bangun trapesium ABCD dengan
bangun trapesium PQRS.
A B

32 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Jawab: a. Sisi-sisi yang bersesuaian sama panjang,
Agar dapat menentukan besar sudut R, terlebih disingkat s.s.s (sisi-sisi-sisi).
dahulu kita buktikan bangun trapesium ABCD b. Dua sisi yang bersesuaian sama panjang
kongruen dengan bangun trapesium PQRS. dan satu sudut yang diapit oleh kedua sisi
Bukti: tersebut sama besar, disingkat s.sd.s (sisi-
Berdasarkan gambar diperoleh keterangan bah- sudut-sisi).
wa panjang: c. Dua sudut yang bersesuaian sama besar dan
AB = PQ BC = PS satu sisi yang bersesuaian sama panjang,
AD = QR CD = RS disingkat sd.s.sd (sudut-sisi-sudut).
Panjang sisi-sisi pada bangun trapesium ABCD
ternyata sama panjang atau bersesuaian dengan
Contoh:
Perhatikan gambar di bawah. Jika ∆ABC dan
panjang sisi-sisi bangun trapesium PQRS.

∆PQR kongruen, panjang sisi PR adalah....


Jadi, terbukti jika bangun trapesium ABCD kong-
ruen dengan bangun trapesium PQRS, atau:
Trapesium ABCD trapesium PQRS. R
Berdasarkan sifat-sifat kekongruenan yang ber- C 10 cm

∠A = ∠Q = 75°
laku maka: B
Q

∠B = ∠P = 65° 6 cm

∠C = ∠S = 105°
7 cm

∠D = ∠R
A
P
Pada trapesium berlaku jumlah besar keempat
sudutnya adalah 360°.
Diketahui ∆ABC dan ∆PQR kongruen.
Jawab:

∠D = 360° – (105° + 65° + 75°) = 360° – 245°


Dengan demikian,
∠C = ∠R
∠A = ∠Q
Jadi, besar sudut ∠D adalah 115°.
= 115°
Dengan demikian, ∠B = ∠P
2. Dua Segitiga yang Kongruen Sehingga:
Bila dua buah segitiga kongruen maka dua segi- BC = PR = 10 cm
tiga tersebut dapat saling menutupi secara tepat. AC = QR = 6 cm
Dua buah segitiga dikatakan kongruen bila me- AB = PQ = 7 cm
menuhi syarat-syarat berikut. Panjang sisi PR adalah 10 cm

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 33


B. KELILING DAN LUAS LINGKARAN
Lingkaran dan Garis Keliling lingkaran: K = 2πr = πd
14 Singgung Lingkaran Luas lingkaran: L = πr 2 =
1 2
πd
4
22
A. UNSUR-UNSUR LINGKARAN Keterangan: π = atau π = 3,14 .
7
B
Juring Contoh:
D
O r Pada gambar di bawah ini, panjang diameter
d lingkaran besar adalah 28 cm. Keliling lingkaran
E
yang diarsir adalah ….
Apotema Tembereng
A
Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik
yang berjarak sama terhadap satu titik tetap yang
dise-but titik pusat lingkaran. Jawaban:
Unsur-unsur pada lingkaran adalah sebagai berikut.
Ø Titik O disebut pusat lingkaran
Ø Garis OA = OB = OD disebut jari-jari lingkaran dan 14 cm 14 cm
dilambangkan dengan r.
Ø Garis AB disebut diameter dan dilambangkan dengan d. 28 cm
Ø Garis lurus AD disebut tali busur. Diameter lingkaran besar: d1 = 28 cm.
Ø Garis lengkung AD dan BD disebut busur dan Diameter lingkaran kecil: d2 = 14 cm.
dilambangkan dengan AD  dan BD  .
Ø Garis OE disebut apotema.
Keliling daerah yang diarsir
Ø Daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari dan satu busur 1 
=  × K  besar  + K  kecil
disebut juring. Misalnya: BOD.
2 
Ø Daerah yang dibatasi oleh sebuah tali busur dan busur
disebut tembereng. Pada gambar, tembereng adalah 1   1 22  22
=  × πd1  + πd 2 =  × × 28  + × 14
daerah yang diarsir.  2   2 7  7
= 44 + 44
= 88 cm2

34 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


C. PANJANG BUSUR DAN LUAS JURING X
C
A Y ∠ACB , ∠AXB , dan ∠AYB
∠AOD
Panjang busur AD = × keliling lingkaran O
menghadap busur yang sama,
360o yaitu busur AB. Jadi
∠AOD ∠ACB = ∠AXB = ∠AYB
Luas juring AOD = × luas lingkaran B
360o
Luas tembereng = L.juring AOD – L. ∆ AOD Contoh:

Hubungan antara sudut pusat, panjang busur, D AC adalah diameter


dan luas juring. A lingkaran. Jika besar
∠AOD panjang busur AD luas juring AOD C ∠CBD = 20o maka besar
= = O
∠AOD adalah .…
360o keliling lingkaran luas lingkaran

Hubungan antara sudut pusat, panjang busur, B


dan luas juring. Jawab:
∠AOD panjang busur AD luas juring AOD ∠COD dan ∠CBD menghadap busur yang sama,
= =
∠BOD panjang busur BD luas juring BOD yaitu CD, di mana ∠COD sudut pusat dan ∠CBD
sudut keliling. Maka:
∠COD = 2 × ∠CBD = 2 × 20o = 40o.
D. SUDUT PUSAT DAN SUDUT KELILING ∠COD dan ∠AOD saling berpelurus, maka:
Besar sudut pusat adalah dua kali besar sudut
keliling yang menghadap busur yang sama. ∠COD + ∠AOD = 180o
Pada gambar, AOB adalah 40o + ∠AOD = 180o
C
A sudut pusat dengan sudut kel-
ilingnya salah satunya adalah ∠AOD = 140o
O ACB. Hubungan sudut pusat dan
sudut keliling dapat dituliskan: E. SEGI EMPAT TALI BUSUR DAN SUDUT AN-
B ∠AOB = 2 × ∠ACB TARA DUA TALI BUSUR
Besar dua sudut keliling yang menghadap busur Segi empat tali busur adalah segi empat yang di-
yang sama adalah sama. batasi oleh empat tali busur di mana keempat titik
sudutnya terletak pada lingkaran.

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 35


Pada segi empat tali busur, jumlah dua sudut 2. Garis Singgung Persekutuan Luar Dua Ling-
yang berhadapan adalah 180o. karan
A
D
C B
C
r1 − r2
r1
r2
O F O O

B
A
AB disebut garis singgung persekutuan luar
∠A + ∠C = 180o dua lingkaran O dan P dan panjangnya:
∠B + ∠D = 180o
AB = OP2 − ( r1 − r2 )
2

Pada gambar di atas, AB dan DC diperpanjang


sehingga berpotongan di titik E, maka: G. LINGKARAN DALAM DAN LINGKARAN LUAR
1
∠BEC = ∠AED = × ( ∠AOD − ∠BOC ) SEGITIGA
2
1. Lingkaran Dalam Segitiga
F. GARIS SINGGUNG LINGKARAN C

Garis singgung lingkaran adalah garis yang b F


rd E a
memotong lingkaran di satu titik dan tegak lurus O
dengan jari-jari yang melalui titik singgungnya.
rd
1. Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Ling- B
A D
karan
C c
A Misalkan panjang jari-jari dari lingkaran dalam
r1 + r2
r1 segitiga ABC adalah rd,AB = c, BC = a, AC = b
O O Luas ∆ABC
r2 rd =
B s
AB disebut garis singgung persekutuan dalam Dengan:
dua lingkaran O dan P dan panjangnya: Luas ∆ABC = s ( s − a )( s − b )( s − c )
AB = OP2 − ( r1 + r2 )
2
1
s= × (a + b + c )
2

36 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


2. Lingkaran Luar Segitiga
Misalkan panjang jari-jari dari lingkaran
dalam segitiga ABC adalah rL, maka
C 15 Bangun Ruang
rL a×b×c
b a rL =
O 4 × Luas ∆ABC
A. KUBUS
rL rL
H G
A c B
Kubus adalah suatu bangun E
ruang yang dibatasi oleh F
C
Contoh: enam buah bidang sisi yang D
kongruen berbentuk persegi. A B
Luas daerah yang
Ø Mempunyai 8 buah titik sudut, yaitu: A, B, C, D, E, F, G,
Keterangan:
diarsir adalah . . . . 16
cm
mc

(p = 3,14).
Ø Mempunyai 6 buah sisi yang kongruen berbentuk
dan H.
12

persegi, yaitu: ABCD, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE, dan


Jawab:
Ø Mempunyai 12 buah rusuk yang sama panjang, yaitu:
EFGH.
Panjang sisi miring segitiga di dalam lingkaran:
Ø Mempunyai 12 buah diagonal sisi (bidang) yang sama
AB, BC, CD, AD, BF, CG, AE, DH, EF, FG, GH, dan HE.
162 + 122 = 256 + 144 = 400 = 20 panjang, yaitu: AC, BD, BG, CF, CH, DG, AH, DE, EG,

Ø Mempunyai 4 buah diagonal ruang, yaitu: HB, DF, CE,


Untuk mencari jari-jari lingkaran luar segitiga dan FH.

dapat digunakan cara berikut. dan AG.


abc 16.12.20 Luas dan Volume Kubus
R= = = 10
4L∆ 1 Pada kubus dengan rusuk s, maka:
4. .16.12
2
Luas permukaan: L = 6s2
Jadi, jari-jari lingkaran luar segitiga adalah 10 cm. Volume: V = s3
1
Luas segitiga = × 12 × 16 = 96cm2 Rumus-rumus pada kubus:
2
Jumlah panjang rusuknya = 12s
Luas lingkaran = 3,14 × 10 × 10 = 314 cm2. Panjang diagonal sisi = s 2
Luas daerah yang diarsir = 314 – 96 = 218 cm2. Panjang diagonal ruang = s 3

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 37


B. BALOK C. PRISMA
H G
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh
E t 2 buah bidang berbentuk segi banyak sejajar
F
C
serta dibatasi oleh sisi-sisi tegak yang berbentuk
D segi empat. Macam-macam prisma.
l
A 1. Prisma segitiga (gambar 1).
p B
2. Prisma segi empat (gambar 2).
Balok adalah suatu bangun ruang yang dibatasi
3. Prisma segi-n (gambar 3 – prisma segi-5).
oleh 6 buah persegi panjang yang terdiri dari 3 I
J
pasang persegi panjang yang kongruen. F H G H

Ø Mempunyai 8 buah titik sudut, yaitu: A, B, C, D, E, F, G,


Keterangan: E F G
D E F

Ø Mempunyai 6 buah sisi yang berbentuk persegi panjang


dan H.

yang terdiri dari 3 pasang persegi panjang yang D


D C E C
kongruen, yaitu: ABCD dan EFGH, ABFE dan CDHG, C

Ø Mempunyai 12 buah rusuk yang dikelompokkan menjadi


serta BCGF dan ADHE. A B
A B A B
(1) (12) (3)
3 kelompok rusuk-rusuk yang sama dan sejajar, yaitu:
AB = CD = EF = GH = panjang = p,
Luas dan Volume Prisma
BC = AD = FG = EH = lebar =  ,

Ø Mempunyai 12 buah diagonal sisi (bidang), yaitu: AC,


AE = BF = CG = DH = tinggi = t.
Luas permukaan: L = (2 L.alas) + L. sisi tegak
Ø Mempunyai 4 buah diagonal ruang yang sama panjang,
BD, BG, CF, CH, DG, AH, DE, EG, dan FH. Volume: V = luas alas tinggi
yaitu: HB, DF, CE, dan AG.
D. LIMAS
Luas dan Volume Balok
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh
Luas permukaan: sebuah alas berbentuk segi-n dan sisi sam-ping
L = 2 × ((p ×  )+(p × t)+(  × t)) berupa segitiga yang bertemu di satu titik.
Volume: V = p ×  × t T
Jumlah panjang rusuknya = 4 (p +  + t)
Panjang diagonal sisi depan = p2 + t 2 t
D
Panjang diagonal sisi samping =  2 + t 2 C
Panjang diagonal sisi alas = p2 +  2 E
Panjang diagonal ruang = p2 +  2 + t 2 A B

38 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Luas dan Volume Limas F. KERUCUT
Luas permukaan: L = L.alas + L.sisi miring T
1 Kerucut adalah bangun ruang
Volume: V = × ( luas alas × tinggi ) s
berbentuk limas dengan alas-
3
t
nya berbentuk lingkaran.

E. TABUNG A O r
B

Ø Mempunyai
Keterangan:
r
Tabung adalah bangun ruang 2 buah bidang sisi, yaitu bidang alas dan

Ø Mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik sudut


bidang lengkung yang disebut selimut kerucut.
berbentuk prisma tegak ber-
t aturan yang alas dan tutupnya Ø Tinggi kerucut adalah jarak antara puncak kerucut
berupa lingkaran. dengan titik pusat lingkaran alas.

Luas dan Volume Kerucut


d
Diketahui s = r 2 + t 2 , maka:

Ø Mempunyai 3 buah bidang sisi, yaitu bidang alas, bidang


Keterangan: Luas permukaan:
Luas = luas alas + luas selimut
Ø Bidang alas dan bidang tutup berbentuk lingkaran.
tutup, dan sisi tegak.
= πr2 + πrs =πr(r + s)
Ø Sisi tegak berupa bidang lengkung dan disebut selimut
1 1 2
Ø Mempunyai 2 buah rusuk.
tabung.
Volume: V = × luas alas × tinggi = πr t
Ø Tinggi tabung adalah jarak antara titik pusat lingkaran 3 3

Ø Jari-jari lingkaran alas dan tutup besarnya sama.


alas dengan titik pusat lingkaran tutup.
G. BOLA
Luas dan Volume Tabung
Bola adalah bangun ruang
Luas permukaan: r
yang dibatasi oleh sebuah
Luas = 2.luas alas + luas selimut bidang sisi yang berbentuk
= 2πr2 + 2πrt lengkung.
=2πr(r + t) Keterangan:
Ø Mempunyai sebuah bidang sisi lengkung.
Ø Tidak mempunyai rusuk dan tidak mempunyai titik
Volume:
V = luas alas × tinggi = πr2t
sudut.
Ø Jari-jari bola adalah r.

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 39


Luas dan Volume Bola 2. Sebuah aquarium berbentuk tabung tanpa
Luas permukaan: L = 4πr 2 tutup dengan panjang jari-jari alas 14 cm
dan tinggi 100 cm. Jika aquarium terbuat dari
4
Volume: V = πr 3 kaca, luas kaca yang diperlukan untuk mem-
3 buat aquarium adalah ....
Jawab:
Diketahui aquarium terbuat dari kaca.
Contoh: Luas kaca yang diperlukan untuk membuat
aquarium adalah luas selimut + luas alas

= 2prt + pr2
1. Diketahui sebuah prisma tegak yang alasnya tabung. Diperoleh:
berbentuk belah ketupat dengan panjang di-
agonal 24 cm dan 10 cm. Jika luas permu-
kaan prisma 1.020 cm2, volume prisma terse- 22 22
=2. . 14 . 100 + . 142
but adalah . . . cm3. 7 7
Jawab: = 8.800 + 616
Luas alas prisma = luas tutup prisma yaitu: = 9.416
1 Jadi, luas kaca yang diperlukan 9.416 cm2.
× 24 × 10 = 120 cm2
2

kerangka balok yang berukuran 5 cm × 4 cm


Panjang sisi belah ketupat 3. Kawat sepanjang 10 m akan dibuat model

× 3 cm. Banyak model kerangka balok yang


2 2
1  1 
=  × 24  +  × 10  = 122 + 52
2  2  dapat dibuat adalah ….
= 144 + 25 = 169 = 13 cm Jawab:
Panjang kawat yang dibutuhkan untuk mem-
Misalkan tinggi prisma dilambangkan t. bentuk satu balok
Dengan demikian: = 5 cm (4) + 4 cm (4) + 3 cm (4)
2 . 120 + 4 . 13 . t = 1.020 = 20 cm + 16 cm + 12 cm
240 + 52t = 1.020 = 48 cm = 0,48 m = 0,5 m
52t = 780 Sedangkan kawat yang tersedia sepanjang 10m.
t = 15 Jadi dari kawat tersebut dapat dibentuk mo-
Volume prisma tersebut = 120 . 15 = 1.800 10
cm3. del balok sebanyak: = 20
0,5

40 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Contoh:

Statistika dan 1. Di bawah ini adalah nilai ulangan matematika

16 Peluang
dari 30 siswa SMP.
5 9 8 7 5 5 4 6 6 8
9 8 7 6 6 5 5 9 8 4
5 5 9 8 8 7 7 6 6 7
A. Statistika Tabel Frekuensi

Nilai Matematika Siswa SMP
Statistik adalah pengetahuan yang berhu-
Nilai Turus Frekuensi
bungan dengan cara-cara pengumpulan
4 II 2
data, pengolahan data, penyajian data, dan
5 IIII II 7
penarikan kesimpulan berdasarkan kumpul-
6 IIII I 6
an data yang dilakukan.

7 IIII 5
Data adalah suatu informasi yang diperoleh
8 IIII I 6
dari pengamatan atau penelitian.
9 IIII 4
Macam-macam data. Jumlah 30
1. Data kuantitatif adalah data berupa angka.
2. Misalnya, data berat badan 40 siswa sebagai
Contoh: data nilai matematika siswa SMP. berikut.
2. Data kualitatif adalah data yang berhubungan
dengan kategori yang berupa kata-kata (bukan Tabel berat badan 40 siswa

angka). Contoh: data tentang warna favorit. No. Berat Badan Banyak Siswa
1. 28 kg 5
1. Penyajian Data 2. 29 kg 15
Data dapat disajikan dengan: 3. 30 kg 6
a. Tabel Frekuensi 4. 31 kg 10
b. Diagram Batang 5. 32 kg 4
c. Diagram Garis Jumlah 40
d. Diagram Lingkaran Bentuk penyajian data dengan diagram
e. Piktogram batangnya seperti berikut.

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 41


Diagram Batang 15
Olahraga = × 360o = 135o.
40

m
20

en
ya
ga
10 10

ny
ra
15
Menyanyi = × 360o = 90o.

i
ah
Banyak Siswa

15

ol
40 menari
10
10 belajar 5
6 Belajar = × 360o = 90o. 10
5
4
40
5
Menari = × 360o = 45o.
28 29 30 31 32 40
Berat Badan (kg)
Piktogram
Diagram Garis
Piktogram adalah diagram yang disajikan dalam
20 bentuk gambar atau lambang.
15
Contoh:
Banyak Siswa

Nilai Frekuensi
10 4 ☺☺
6
5 ☺☺☺☺☺☺☺
5 6 ☺☺☺☺☺☺
4 7 ☺☺☺☺☺
8 ☺☺☺☺☺☺
28 29 30 31 32 9 ☺☺☺☺
Jumlah ☺ = mewakili 10 orang
Berat Badan (kg)
b. Ukuran Pemusatan data
Diagram Lingkaran
1) Mean ( x ) atau rata-rata
Perhatikan tabel frekuensi yang menyatakan
hobi dari 40 siswa SMP berikut. jumlah nilai data
Tabel Frekuensi
Rata − rata =
banyaknya data
Hobi 40 Siswa SMP
Hobi Frekuensi Contoh:
Olahraga 15 Tabel di bawah ini menyatakan nilai ulangan
Menyanyi 10
matematika.
Menari 5
Belajar 10 Nilai Jumlah Siswa
Jumlah 40 5 3

42 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


6 8 Contoh:
7 12 Diberikan data sebagai berikut.
8 10 2, 4, 4, 5, 9, 8, 7, 4, 6, 3
9 7 Jawab:
Banyak siswa yang mendapat nilai kurang dari Data setelah diurutkan:
nilai rata-rata adalah .... 2, 3, 4, 4, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Jawab: Diketahui n = 10. Karena n = 10 genap, maka:
Rata-rata nilainya adalah:
x10 + x10
( 5 × 3 ) + ( 6 × 8 ) + ( 7 × 12 ) + ( 8 × 10 ) + ( 9 × 7 ) Me = 2 2
+1
=
x5 + x 6 4 + 5
= = 4,5
3 + 8 + 12 + 10 + 7 2 2 2
15 + 48 + 84 + 80 + 63
= b) Kuartil (Q) adalah aturan membagi data
40
menjadi 4 bagian.
290
= = 7,25 Q1 = kuartil pertama (bawah)
40 Q2 = kuartil kedua (median)
Banyak siswa yang mendapat nilai kurang dari Q3 = kuartil ketiga (atas)
nilai rata-rata atau < 7,25 adalah Contoh:
12 + 8 + 3 = 23 orang. 4 5 6 7 8 9

2) Modus (Mo) Q1 Q2 Q3
Modus (Mo) adalah data yang paling sering
muncul atau data yang memiliki frekuensi ter- 6+7
besar. Q2 = Me = = 6,5
2
3) Median dan Kuartil
a) Median (Me) adalah nilai tengah dari c. Ukuran Penyebaran Data
kumpulan data yang telah diurutkan. Jangkauan data (range)

Data ganjil: Me = x n + 1 Range = data terbesar – data terkecil


2
Jangkauan kuartil (hamparan)
xn + xn
+ 1 H = Q3 – Q1
Data genap: Me = 2 2

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 43


B. Peluang a. Membuat tabel
Mata uang ke- Titik
1. Ruang Sampel dan Titik Sampel sampel
Percobaan adalah usaha yang memun-
1 2
A A AA
culkan kemungkinan-kemungkinan ter- A G AG
tentu. G A GA
Ruang sampel adalah himpunan semua
G G GG
A = muncul angka dan G = muncul gambar
hasil yang mungkin terjadi dari suatu per-
Misalkan, titik sampel AA berarti uang ke-1
cobaan.
Titik sampel adalah semua anggota ru-
muncul angka dan uang ke-2 muncul angka.
Ruang sampelnya adalah
ang sampel.
Banyaknya anggota ruang sampel dino-
S = {AA, AG, GA, GG} dan n(S) = 4.
tasikan dengan n(S). b. Membuat diagram pohon
Contoh:
A → AA
Pada percobaan melempar sebuah dadu, di- A
peroleh: G → AG
n Titik sampelnya adalah 1, 2, 3, 4, 5, dan 6. A → GA
n Himpunan ruang sampel, yaitu:
G
→ GG
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} à n(S) = 6.
G
Ruang sampelnya adalah
Menentukan Ruang Sampel Suatu Percobaan S = {AA, AG, GA, GG} dan n(S) = 4.

Untuk menentukan ruang sampel suatu perco- 2. Peluang Suatu Kejadian


baan dapat dilakukan dengan cara: Peluang suatu kejadian adalah perbandin-
a. membuat tabel, gan antara banyaknya kejadian yang diamati
b. membuat diagram pohon. dengan banyaknya kejadian yang mungkin.
Rumus:
Contoh:
n( A )
P ( A) =
Suatu percobaan melempar dua uang logam n(S )
yang sama dilakukan bersama-sama. Ruang
Keterangan:
sampelnya dapat ditentukan dengan cara seb-
P(A) = nilai peluang munculnya kejadian A.
agai berikut.
n(A) = banyaknya kejadian A.

44 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Diketahui adalah kejadian yang bukan 3. Frekuensi Harapan (Ekspektasi)
merupakan kejadian A, maka: Misalkan A adalah sebuah kejadian pada ruang
P(A) + P( ) = 1 sampel S dari suatu percobaan. Jika percobaan
tersebut dilakukan sebanyak n kali, maka frekue-
Contoh: nsi harapan kejadian A atau E(A) dari n kali per-
cobaan dirumuskan:
Pada pelemparan 3 buah mata uang secara
E ( A) = n × P ( A)
bersamaan, peluang munculnya 2 angka dan 1
Keterangan:
gambar adalah …. E(A) = frekuensi harapan A
Jawab: P(A) = nilai peluang munculnya kejadian A
Untuk menentukan ruang sampel dari pelem-
paran tiga buah mata uang, dilakukan dengan
membuat diagram pohon. G AGG Contoh:
 A → AAA  A → GAA Andi melempar koin sebanyak 100 kali. Frekuensi
A  A 
 G → AAG  G → GAG harapan munculnya angka adalah ….
A G Jawab:
G  A → AGA G  A → GGA
  → AGG  G → GGG
Pada pelemparan koin, ruang sampelnya
 G   adalah
A GAA S = {A, G}.
A
Ruang sampelnya adalah
n(S) = 2
S = {AAA, AAG, AGA, AGG, GAA, GAG, GGA, GGG}
n(A) = 1
n(S) = 8
Misalkan A = kejadian munculnya 2 angka dan n = 100 kali.
1 gambar. Peluang munculnya angka:
A = {AAG, AGA, GAA}, maka n(A) = 3. n( A ) 1
Jadi, peluang munculnya 2 angka dan 1 gambar P ( A) = =
n(S ) 2
pada pelemparan 3 buah mata uang secara ber-
samaan adalah Frekuensi harapan munculnya angka:
1
n( A ) 3 E ( A) = n × P ( A) = 100 × = 50
P ( A) = = . 2
n(S ) 8

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 45


7. Pola bilangan segitiga Pascal
1

17 Pola Bilangan 1 1
1 2 1
1 3 3 1
1 4 6 4 1
A. PENGERTIAN POLA BILANGAN Pola bilangan: 2n–1, n bilangan asli.
Pola bilangan adalah aturan terbentuknya se-
buah kelompok bilangan dengan suatu aturan B. BARISAN DAN DERET
yang telah diurutkan. 1. Aritmatika
1. Pola bilangan asli: 1, 2, 3, 4, 5,… Barisan aritmatika adalah barisan bilangan
Pola bilangan: n, n bilangan asli yang mempunyai beda suku yang berde-ka-
2. Pola bilangan genap: 2, 4, 6, 8,… tan sama.
Pola bilangan: 2n, n bilangan asli. Deret arimatika merupakan jumlah suku-su-
3. Pola bilangan ganjil: 1, 3, 5, 7,… ku pada barisan aritmatika.
Pola bilangan: 2n –1 , n bilangan asli. Beda = U2 – U1 = U3 – U2 = … = Un – Un–1
4. Pola bilangan persegi: 12, 22, 32, 42,… Suku ke-n barisan dan jumlahan n suku deret
aritmatika dicari dengan rumus:
Un = a + (n – 1)b
1 1
Pola bilangan: n2, n bilangan asli. Sn = (U1 + Un ) atau Sn = ( 2a + (n − 1)b )
2 2
5. Pola bilangan segitiga: 1, 3, 6, 10,…
Keterangan:
a = suku pertama
b = beda
Un = suku ke-n, dengan n = 1, 2, 3, ….
Sn = jumlah n suku bilangan, dengan n = 1, 2, 3, ….
Pola bilangan: 12 n(n + 1), n bilangan asli.
6. Pola bilangan persegi panjang: 2, 6, 12, … 2. Geometri
Barisan geometri adalah suatu barisan bi-
langan yang mempunyai rasio suku yang
berdekatan sama.
Pola bilangan: n(n + 1), n bilangan asli. Deret geometri merupakan jumlah suku-suku
pada barisan geometri.

46 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


U2 U3 U
Rasio = = = ... = n .
U1 U2 Un −1
Bilangan Berpangkat
Suku ke-n barisan dan jumlah n suku geome-
tri dicari dengan rumus: 18 dan Bentuk Akar
Un = arn – 1
a(r n − 1)
Sn = , untuk r > 1 A. Bilangan Berpangkat
r −1
Deinisi:
an = a × a × ... × a
a(1 − r n )
Sn = , untuk r < 1
1− r
n faktor

Keterangan: 1. Bilangan Berpangkat Sebenarnya


a = suku pertama; r = rasio
Bilangan berpangkat sebenarnya adalah bi-
langan yang diperoleh dengan melakukan
Contoh: perkalian berulang.
1. Diketahui pola bilangan 2, 6, 10, 14, …. Rumus
Contoh: 83, 108, 122.
suku ke-n dari pola bilangan tersebut adalah …. 2. Bilangan Berpangkat Tak Sebenarnya
Jawab: Bilangan berpangkat tak sebenarnya adalah
Diketahui suku pertama: a = 2
bilangan berpangkat yang tidak dapat di-
Beda: b = 6 – 2 = 10 – 6 = 4
Rumus suku ke-n adalah peroleh dengan perkalian berulang.
3 1
Un = a + (n − 1)b = 2 + (n − 1)4 = 4n − 2
Contoh: 2–5, 64 2 , 6 2 , 70.
2. Suku ke-10 dari barisan 512, 256, 128, … adalah
Sifat-sifat perpangkatan bilangan.
.…
Jawab: 1. (a × b)p = ap + bp
2. ap × bq= ap + q
Dari barisan tersebut diperoleh a = 512 dan
3. ap : aq = ap – q
U2 256 1
r= = = , maka: 4. (ap)q = apq
U1 512 2 5. a0 = 1, dengan a adalah bilangan real.
U10 = ar10 −1 = 512. ( 12 ) = 1
9
0a = 0
00 = tidak terdeinisikan

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 47


a
Catatan: tidak dapat dinyatakan ke dalam bentuk
b
(–a)p = ap, untuk p bilangan genap, dengan a, b merupakan anggota bilangan
(–a)p = –(ap), untuk p bilangan ganjil,
1 bulat, dan b ≠ 0. Contoh: 3, 7, 5 . Bentuk
a− p = p
( )
a bilangan seperti 3, 7, 5 disebut bentuk
akar.
Contoh:
Sifat-sifat bentuk akar seperti berikut.
Hasil dari 8–5 × 8–2 adalah....
Jawab: 1. ab = a × b , dengan a dan b
Menggunakan sifat pemangkatan:
merupakan bilangan real positif.
8–5 × 8–2 = 8–5 + (–2) = 8–7
Contoh: 21 = 7 × 3 .
B. Bentuk Akar a a
2. = , dengan a ≥ 0 dan b > 0.
1. Bilangan Rasional b b
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat 2 2 2 1
Contoh: = = = .
a 6 6 3× 2 3
dinyatakan ke dalam bentuk dengan a, b
b
merupakan anggota bilangan bulat, dan b ≠ 0. Operasi aljabar pada bentuk akar
1 3 9 mempunyai sifat-sifat seperti berikut.
Contoh: − , , . Sifat-sifat yang berlaku
2 5 2
1. a c + b c = ( a + b ) c , dengan a, b, c
pada bilangan bulat berpangkat bilangan
bulat berlaku juga pada bilangan rasional bilangan real dan c ≥ 0.
berpangkat bulat. 2. a c − b c = ( a − b ) c , dengan a, b, c
Contoh: bilangan real dan c ≥ 0.
4
3
64 3. a c × b d = ( ab ) cd , dengan a, b, c, d
 5  = 125 bilangan real dengan a ≥ 0 dan b ≥ 0.
 
c a c a
2. Bilangan Irasional 4. = , dengan a, b, c, d bilangan
d b d b
Bilangan irasional adalah bilangan yang
real dengan a ≥ 0 dan b ≥ 0.

48 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com



a
Bentuk akar dapat dirasionalkan
b 2− 3
2. Jika = a + b 6 dengan a dan b
dengan cara: 2+ 3
bilangan bulat, maka a + b = ....
a a b a
= × = b Jawab:
b b b b
2− 3
Diketahui = a+ b 6

c 2+ 3
Bentuk akar
a+ b
dengan a dan b bilangan bulat.
Sekawan penyebut a + b adalah.
2− 3
Bentuk rasional dari adalah:
c
=
c
×
a− b c a− b
=
( ) 2+ 3

a+ b a+ b a− b a−b 2− 3 2− 3 2− 3
= ×
2+ 3 2+ 3 2− 3
Catatan:
( ) ( )
2 2
2− 3 2− 3
Bila penyebutnya adalah a − b , maka bentuk = =
sekawannya adalah a + b . 2−3 −1

( ) ( )
2
= − 2− 3 = − 2−2 6 −3

= 1+ 2 6
Nilai a + b = 1 + 2 = 3.
Contoh:

1. Hasil dari 108 + 12 − 48 adalah ....


Jawab:
108 + 12 − 48
= 36 × 3 + 4 × 3 − 16 × 3
= 6 3 +2 3 −4 3 = 4 3

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 49


x2 + 4x + 3 = 0
⇔ (x + 1)(x + 3) = 0
Persamaan dan Pertidak-
19 samaan Kuadrat
⇔ x + 1 = 0 atau x + 3 = 0
⇔ x = –1 atau x = –3
Jadi, himpunan penyelesaiannya = {–1, –3}.
l Tentukan himpunan penyelesaian dari
A. PERSAMAAN KUADRAT persamaan 2x2 + 5x – 3 = 0.
Jawab:
Persamaan kuadrat adalah suatu persamaan Untuk memfaktorkan bentuk 2x2 + 5x – 3 = 0,
yang pangkat (derajat) tertingginya dari variabel/ terlebih dahulu dicari nilai dua bilangan yang
peubahnya adalah 2 (dua). mana:
v jumlahnya 5, (dari koeisien x)
v hasil kalinya –6. (hasil kali koeisien x2 den-
1. Bentuk Umum Persamaan Kuadrat
Persamaan kuadrat memiliki bentuk umum:
gan konstanta (2 × (–3) = –6))
ax2 + bx + c = 0 Bilangan-bilangan itu adalah –1 dan 6.
dengan a, b, c ∈ R dan a ≠ 0 dan x variabel. 2x2 + 5x – 3 = 0
Contoh: ⇔ 2x2 + 6x – x – 3 = 0
2x2 – 4x + 3 = 0, a = 2, b = –4, c = 3. ⇔ 2x(x + 3) – (x + 3) = 0
2. Mencari Akar-akar Persamaan Kuadrat ⇔ (2x – 1)(x + 3) = 0
Akar-akar dari persamaan kuadrat dapat ditentu- ⇔ 2x – 1 = 0 atau x + 3 = 0
kan dengan cara berikut. x = ½ atau x = –3
a. Pemfaktoran Jadi, himpunan penyelesaiannya = {½, –3}.
Contoh: b. Menggunakan Rumus ABC
l Tentukan himpunan penyelesaian dari Diketahui bentuk persamaan kuadarat
persamaan x2 + 4x + 3 = 0. ax2 + bx + c = 0. Rumus ABC:
Jawab: −b ± b2 − 4ac
Untuk memfaktorkan bentuk x2 + 4x + 3 = 0, x1,2 =
2a
dicari nilai dua bilangan yang mana:
v jumlahnya 4, (dari koeisien x) Contoh:
v hasil kalinya 3. Tentukan himpunan penyelesaian dari per-
(hasil kali koeisien x2 dengan konstanta) samaan x2 – 4x + 3 = 0.
Bilangan-bilangan itu adalah 1 dan 3. Jawab:

50 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com


Diektahui a = 1, b = –4, dan c = 3, maka: 3. Menyusun Persamaan Kuadrat Jika Dik-
−b ± b − 4ac
2 etahui Akar-akarnya
x1,2 = Diketahui x1 dan x2 adalah akar-akar per-sa-
2a
maan kuadrat. Persamaan kuadrat tersebut
− ( −4 ) ± ( −4 )
2
− 4.1.3 adalah:
=
2 ×1 (x – x1)(x – x2) = 0
4 ± 16 − 12 x2 – (x1 + x2)x + x1x2 = 0
=
2 Secara umum, bentuk persamaan kuadrat
4± 4 adalah:
=
2 b c
4±2 ax 2 + bx + c = 0 atau x 2 + x+ =0
= = 2 ±1 a a
2
x1 = 2 + 1 = 3, x2 = 2 – 1 = 1. Diperoleh:
Jadi, himpunan penyelesaiannya = {3, 1}. b c
x1 + x 2 = − dan x1.x 2 =
c. Melengkapkan Kuadrat Sempurna a a
Contoh: Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari persa- l Diketahui akar-akar persamaan kuadrat
maan x2 – 4x + 3 = 0. adalah 2 dan 4. Tentukan persamaan
Jawab: kuadratnya!
x 2 − 4x + 3 = 0 Jawab:
⇔ x 2 − 4x = −3 Diketahui x1 = 2 dan x2 = 4.
2 2
Persamaan kuadratnya adalah
 −4   −4  x2 – (x1 + x2)x + x1x2 = 0
⇔ x 2 − 4x +   = −3 +  
 2   2  ⇔ x2 – (2 + 4)x + 2.4 = 0
 −4  2 ⇔ x2 – 6x + 8 = 0
⇔ (x +  ) = −3 + 4 Jadi, persamaan kuadrat yang dimaksud
 2 
adalah x2 – 6x + 8 = 0
⇔ (x − 2)2 = 1
l Akar-akar persamaan kuadrat x2 – 2x +
⇔ x − 2 = ±1
2 = 0 adalah x1 dan x2.
x1 = 1 + 2 = 3 dan x 2 = −1 + 2 = 1 Tentukan nilai x1 + x2 dan x1.x2!
Jadi, himpunan penyelesaiannya = {3, 1}. Jawab:

Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com 51


Diketahui: x2 – 2x + 2 = 0. (iii) Tanda (–) diperoleh dengan memasukkan bilangan an-
tara –3 dan –1 misalnya –2. Masukkan nilai x = –2 ke x2
Diperoleh a = 1, b = –2, dan c = 2. + 4x + 3 sehingga diperoleh (–2)2+ 4.(–2) + 3 = –1 < 0.
b ( −2 )
x1 + x 2 = − =− =2 Jadi, himpunan penyelesaiannya adalah
a 1
{x | x > –1 atau x < –3}
c 2
x1.x 2 = = =2
a 1
Contoh penerapan
B. PERTIDAKSAMAAN KUADRAT
Hasil kali dua bilangan asli genap yang berurut-
Pertidaksamaan kuadrat adalah suatu pertidak- an adalah 360. Bilangan terbesarnya adalah .…
samaan yang variabel/peubahnya berpangkat Jawab:
(berderajat) paling tinggi 2 (dua). Misalkan:
Bilangan I = x
Contoh: Bilangan II = (x + 2)
Tentukan himpunan penyelesaian dari perti- Hasil kali dua bilangan asli genap yang berurut-
daksamaan x2 + 4x + 3 > 0. an adalah 360, maka:
Jawab: x(x + 2) = 360
Dengan menggunakan pemfaktoran diperoleh ⇔ x2 + 2x = 360
x2 + 4x + 3 > 0 ⇔ x2 + 2x – 360 = 0
⇔ (x + 1)(x + 3) > 0 ⇔ (x – 18)(x + 20) = 0
Harga nol dari (x + 1)(x + 3) = 0 adalah x = –1 ⇔ x = 18 atau x = –20
atau x = –3.
Kemudian dengan menggunakan garis bilangan Karena bilangan yang dimaksud adalah bilangan
diperoleh: cacah genap maka:

−−−
Bilangan I = x = 18
+++ +++ Bilangan II = x + 2 = 20
−3 −1 Bilangan yang terbesar di antara keduanya
Keterangan: adalah 20.
(i) Bilangan –1 dan –3 merupakan harga nol untuk
pertidaksamaan x2 + 4x + 3 > 0.
(ii) Tanda (+) diperoleh dengan memasukkan bilangan di
sebelah kanan –1 misalnya nol (0). Masukkan nilai x = 0
ke x2 + 4x + 3 sehingga diperoleh 02+ 4.0 + 3 = 3 > 0.

52 Downloaded from http://pak-anang.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai