Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH JOURNAL READING

BEHAVIOUR MANAGEMENT IN PEDIATRIC DENTISTRY

Dosen Pembimbing:
drg. Renie Kumala Dewi, Sp.KGA

Ditulis Oleh:
Syaiful Haq Prasetya (2031111310008)
Syifa Syara Fina (2031111320097)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
BANJARMASIN

Maret 2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................1
2.1 Anak dengan Kecemasan Dental........................................................................1
2.2 Teknik Manajemen Perilaku..............................................................................1
2.2.1 Tell Show Do.............................................................................................1
2.2.2 Peningkatan Kontrol..................................................................................1
2.2.3 Kontrol Suara............................................................................................1
2.2.4 Positive Reinforcement..............................................................................1
2.2.5 Distraksi....................................................................................................1
2.2.6 Bimbingan Komunikasi............................................................................1
2.2.7 Positive Previsit Imagery..........................................................................1
2.2.8 Ask Tell Ask...............................................................................................1
2.2.9 Restrukturisasi Memori.............................................................................1
2.2.10 Teach Back..............................................................................................1
2.2.11 Motivational Interviewing.......................................................................1
2.2.12 Penundaan Perawatan..............................................................................1
2.2.13 Positive Stabilization...............................................................................1
2.2.14 Hand Over Mouth Exercise (HOME) ....................................................1
2.2.15 Sedasi......................................................................................................1
2.2.16 Anestesi Umum.......................................................................................1
2.2.17 Inhalasi Nitogen Oksida/Oksigen...........................................................1
2.3 Orang Tua di Kedokteran Gigi Anak.................................................................1
2.4 Strategi Tim Kedokteran Gigi............................................................................1
BAB 3 PEMBAHASAN.........................................................................................1
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
menunjukkan bahwa prevalensi masalah gigi dan mulut di Indonesia sebesar
57,6%. Prevalensi anak usia 5-9 tahun yang berobat ke dokter gigi sebesar
17,8%. Tingginya angka anak yang tidak berobat ke dokter gigi salah satunya
disebabkan oleh kecemasan dental. Prevalensi kecemasan anak terhadap
perawatan gigi dan mulut di Indonesia mencapai 22%. Kecemasan dental
adalah keadaan tentang rasa takut terhadap perawatan gigi yang terjadi
sebelum atau saat dilakukan prosedur perawatan gigi. Kecemasan sering
terjadi pada kunjungan pertama ke dokter gigi. Rasa cemas dan takut menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi emosi anak sehingga kurang kooperatif
selama proses perawatan ketika berkunjung ke dokter gigi. (Allo dan
Gunawan, 2016; RISKESDAS, 2018; Maharani et al, 2012)
Menjalin hubungan dengan anak, keluarga dari anak serta tim dokter gigi
merupakan proses yang saling berhubungan. Proses ini dimulai sebelum
pasien mendapat perawatan pembedahan serta dapat memberikan informasi
tertulis pada orang tua pasien serta pertukaran gagasan, nada suara, bahasa
tubuh, ekspresi wajah dan sentuhan pada pasien anak. Perkembangan dan
berbagai pandangan terhadap perawatan gigi sangat penting bagi dokter gigi
untuk memiliki berbagai macam teknik manajemen perilaku dan teknik
komunikasi untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Terdapat beberapa
metode manajemen perilaku anak yang terdiri dari farmako dan non farmako,
contoh dari metode nonfarmako adalah tell show do, kontrol suara, distaksi,
positive reinforment, positive previsit imagery,ask tell ask, teach back,
restrukturisasi memori. Metode farmako yang terdiri dari sedasi, anastesi
umum, dan inhalasi nitrogen oksida dan oksigen (Sing et al, 2014; Acharya et
al, 2020).
Tujuan dari manajemen perilaku adalah untuk: 1) membangun
komunikasi, 2) mengurangi ketakutan dan kecemasan pada anak, 3)
meningkatkan kesadaran pasien dan orang tua akan perlunya kesehatan mulut
yang baik dan proses pencapaiannya, 4) mempromosikan sikap positif anak
terhadap perawatan kesehatan mulut, 5) membangun hubungan saling percaya
antara dokter gigi, anak, dan orang tua, 6) memberikan perawatan kesehatan
mulut yang berkualitas dengan cara yang nyaman, aman, dan efektif (Sing et
al, 2014; Acharya et al, 2020).
Berdasarkan latar belakang diatas maka akan dilakukan penulisan makalah
journal reading behaviour management in pediatric dentistry untuk
mengetahui tentang berbagai macam behaviour management pada pasien
anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak dengan Kecemasan Dental


Kecemasan dental atau kecemasan pada praktik kedokteran gigi adalah
keadaan tentang rasa takut terhadap perawatan gigi yang terjadi sebelum atau
saat dilakukan prosedur perawatan gigi. Anak dengan kecemasan dental akan
mengalami hambatan dalam perawatan gigi yang diberikan karena cenderung
menghindar dan menolak untuk dilakukan perawatan sehingga tidak
kooperatif. Rasa cemas terhadap praktik kedokteran gigi diekspresikan oleh
anak dengan tidak sabar, mudah menangis, memberontak, berteriak, dan
menjerit (Campbell, 2017; Marwansyah et al., 2018).

2.1.1 Tahap Perkembangan, Kognitif, dan Psikososial Anak


Perkembangan
Usia Emosional Komunikasi Kognitif
Fisik
6 bulan - Mengetahui - Merespon - Memperhatikan - Berguling-
wajah suara dengan keadaan sekitar guling
familiar dan suara - Memasukkan - Memulai
orang asing - Merespon sesuatu ke duduk tanpa
- Senang terhadap mulut bantuan
bermain namanya - Penasaran - Berdiri
dengan orang - Bersuara terhadap suatu dengan
lain untuk hal, dan bantuan
- Merespon menunjukkan mencoba - Merangkak
pada emosi rasa senang memegangnya
orang lain - Merespon - Mulai
- Suka melihat terhadap menggunakan
cermin percakapan sesuatu mulai
sederhana dari satu tangan
ke tangan lain
12 bulan - Takut atau - Merespon - Bergoyang, - Dapat duduk
malu pada pada melompat tanpa
orang asing percakapan - Mendapatkan bantuan
- Menangis sederhana benda - Berdiri
ketika - Menggunakan tersembunyi dengan
ditinggal oleh gesture dengan mudah berpegangan
ayah atau ibu sederhana, - Dapat pada benda
- Memiliki seperti menunjukkan - Mungkin
benda dan melambai dirinya pada dapat
orang yang - Membuat foto melangkah
disukai suara dengan - Menirukan beberapa
- Menunjukkan tone yang gestur langkah
rasa takut berbeda - Memulai tanpa
- Memberikan - Mencoba sesuatu dengan bantuan
Anda buku mengatakan benar; seperti - Dapat berdiri
jika ingin “mama’, minum dengan sendiri
mendengar “dada” gelas
cerita - Mencoba - Mendapatkan
- Mengulangi mengatakan benda tanpa
suara untuk kata yang kita bantuan
mendapat katakana - Mengikuti
perhatian perintah
- Bermain sederhana
games
24 bulan - Mengikuti - Mengetahui - Dapat - Berdiri
orang lain, nama dann menemukan dengan
seperti orang wajah sesuatu yang berjinjit
tua atau anak familiar tersembunyi - Menendang
lain - Dapat - Dapat memilih bola
- Bersemangat mengatakan bentuk dan - Berlari
terhadap anak kalimat dari 2 warna - Memanjat
lain – 4 kata - Melengkapi dan
- Lebih - Mengikuti kalimat pada melompati
menunjukkan instruksi buku familiar furniture
kemandirian sederhana - Dapat membuat - Menangkap
- Menunjukkan - Mengulangi permainan bola
beberapa percakapan simple - Dapat
kebiasaan - Menunjuk - Menyusun membuat
- Bermain hal-hal ke gedung mainan gambar garis
bersama anak dalam buku hingga 4 tower dan
lain atau lebih lingkaran
- Menggunakan
salah satu
tangan lebih
dominan
- Dapat
menunjukkan
nama yang
benar pada
buku; seperti
kusing, anjing,
burung dll
36 bulan - Meniru orang - Mengikuti - Dapat bermain - Memanjat
tua dan teman instruksi yang dengan boneka, - Berlari
- Menunjukkan panjang binatang, dan dengan
kasih sayang - Dapat orang lain mudah
tanpa menamai - Dapat - Mengendarai
dorongan benda-benda mengerjakan sepeda roda
orang lain familiar puzzle dengan 3
- Memberikan - Mengerti kata 3 hingga 4 - Naik turun
perhatian “di dalam” potongan tangga
pada teman “di atas” “di - Menirukan dengan satu
yang bawah” lingkaran kaki pada
menangis - Bias dengan pensil setiap anak
- Menunjukkan mengatakan atau crayon tangga
beberapa nama, usia, - Mengembalika
tingkat jenis dan jenis n halaman buku
emosi kelamin pada saat yang
- Berpisah dari - Bicara sama
ibu dan ayah dengan baik - Menyusun
dengan pada orang gedung mainan
mudah asing hingga 6 tower
- Mengenakan - Percakapan atau lebih
dan melepas terdiri dari 2- - Melepas pasang
pakaian 3 kalimat tutup toples
atau membuka
tutup pintu
48 bulan - Senang - Mengetahui - Mengetahui - Berdiri
melakukan beberapa jenis warna dan dengan satu
hal baru aturan kata bisa berhitung kaki selama
- Bermain sapaan, - Memahami 2 detik
peran seperti “dia” penggunaan - Menangkap
- Lebih kreatif “kamu” waktu bola yang
dalam - Menyanyikan - Dapat memantul
bermain lagu atau menggambar - Menuang
- Lebih berpuisi manusia dengan serta
memilih - Menceritakan 2 hingga 4 menumbuk
bermain cerita bagian makanan
bersama - Dapat - Mengingat sendiri
teman menyebutkan bagian dari
dibandingkan nama lengkap sebuah cerita
bermain - Menggunakan
sendiri gunting
- Kooperatif - Bermain papan
terhadap anak atau kartu
lain - Memberitahu
- Mengatakan apa yang ia
hal yang pikirkan
menarik dan tentang
disukai kelanjutan
sebuah cerita
-
60 bulan - Ingin - Berbicara - Berhitung - Berdiri
menolong dengan jelas hingga 10 atau dengan 1
teman - Menceritakan lebih kaki hingga
- Ingin seperti cerita - Dapat 10 detik atau
teman sederhana menggambar lebih
- Lebih patuh dengan manusia dengan - Melompat
terhadap kalimat 6 bagian - Dapat
aturan lengkap - Dapat berjungkir
- Senang - Menggunakan menggambar balik
menyanyi, kalimat untuk segi tiga dan - Dapat
menari, dan menyatakan gambar menggunaka
berakting keadaan masa geometri lain n sendok dan
- Dapat depan - Mengatahui garpu
membedakan - Dapat benda yang - Dapat
sesuatu yang menyebutkan digunakan menggunaka
nyata dan nama dan sehari-hari, n toilet
tidak alamat seperti uang - Memanjat
- Sadar gender dan makanan
- Lebih
mandiri
- Sewaktu-
waktu dapat
menjadi
sangat
kooperatif
2.2. Teknik Manajemen Perilaku
2.2.1 Tell Show Do
Merupakan teknik manajemen di mana anak dibawa secara bertahap
dan diperkenalkan dengan instrumen serta prosedur perawatan (Singh et al,
2014).
 Tell : Menjelaskan prosedur dengan menggunakan bahasa yang dapat
diterima oleh anak
 Show : Menunjukkan prosedur dengan cara hati hati dan tidak
mengancam anak.
 Do : Melakukan prosedur yang sesuai dengan instruksi dan penjelasan
yang telah diberikan sebelumnya.

(Gambar 1. Dokter Gigi Menjelaskan Instrumen pada Anak)


2.2.2 Peningkatan Kontrol
Manajemen ini dilakukan dengan cara memberikan instruksi kepada
pasien untuk memberikan aba-aba berhenti selama perawatan. Misalnya
memberikan instruksi kepada pasien untuk memberikan mengangkat tangan
saat merasa sakit, dan dokter gigi harus dengan cepat merespon pasien.
Teknik ini biasanya dilakukan pada pasien anak yang sudah mampu untuk
menyampaikan instruksi dan biasanya tidak bisa dilakukan pada balita.
(Singh et al, 2014).

2.2.3 Kontrol suara


Kontrol suara adalah teknik untuk mendapatkan perhatian anak dengan
volume suara dokter gigi. Pada teknik ini dilakukan pada anak yang tidak
kooperatif untuk memperoleh perhatian anak, atau menghindari perilaku
negatif anak. Pada teknik ini dokter gigi akan mengontrol volume suara
dengan membuat permintaan dengan volume normal. Jika permintaan ini
tidak diabaikan oleh anak, dokter gigi dapat mengganti dengan volume yang
lebih keras atau menjadi bisikan untuk mendapatkan perhatian anak (Singh
et al, 2014).

2.2.4 Positive Reinforcement


Merupakan pemberian penguatan pada anak agar berperilaku sesuai
yang diharapkan. Dilakukan dengan ekspresi sosial, seperti pujian,
ekspresi wajah, suara positif, dan pelukan (Singh, 2014).

(Gambar 2. Positive Reinforcement antara Dokter Gigi dan Anak)

2.2.5 Distraksi

Teknik di mana perhatian pasien dialihkan. Contohnya termasuk:


 Distraksi dengan audio-visual (misalnya menonton kartun),
dikombinasikan dengan penguatan negatif (misalnya kartun dimatikan
ketika pasien menunjukkan perilaku penolakan), telah terbukti
mengurangi perilaku pasien yang mengganggu.
 Distraksi dengan audio, misalnya musik atau buku audio.
 Perangkat lain yang dapat mengalihkan perhatian, misalnya buku
(Singh, 2014; Campbell, 2017).

2.2.6 Bimbingan Komunikasi


Penggunaan komunikasi yang tepat telah digunakan sejak lama sebagai
metode pendekatan baik itu pada anak yang kooperatif dan tidak kooperatif.
Dokter gigi harus berusaha untuk membuat pasien nyaman dengan
komunikasi dan komunikasi nonverbal. Berusaha untuk mejalin komunkasi
dengan anak adalah langkah awal untuk menciptakan perawatan dental yang
nyaman bagi anak (Acharya et al, 2020).

2.2.7 Positive Previsit Imagery


Pada teknik ini dilakukan dengan cara memberikan gambaran positif
dan menyenangkan pada anak sebelum anak mengunjungi klinik dokter gigi
dan sebelum perawatan kedokteran gigi dimulai. Penjelasan tentang
gambaran positif ini bisa dilakukan pada saat anak di rumah. Pada tindakan
ini juga berfungsi agar anak dan orang tua tahu tentang tindakan yang akan
dilakukan, pada anak yang kooperatif tindakan ini dapat menyebabkan anak
yang mengajukan pertanyaan kepada dokter gigi tentang prosedur yang
dilakukan (Acharya et al, 2020).

2.2.8 Ask Tell Ask


Teknik ini dilakukan dengan cara bertanya kepada anak tentang
bagaimana perasaan anak terhadap prosedur yang direncanakan (Ask).
Dokter gigi akan menjelaskan prosedur melalui peragaan tentang tindakan
yang akan dilakukan dengan bahasa yang sesuai dengan tingkat pemahaman
pasien (tell). Dokter gigi kemudian menanyakan lagi pada anak apakah anak
tersebut mengerti dan bagaimana perasaannya anak tentang pengobatan
(Ask) (Acharya et al, 2020).

2.2.9 Restrukturisasi Memori


Restrukturisasi memori adalah pendekatan manajemen perilaku di mana
anak memiliki kenangan yang tidak menyenangkan (misalnya anestesi lokal,
dan ekstraksi). Restrukturisasi memori negatif tersebut diubah menjadi
ingatan yang menyenangkan. Restrukturisasi melibatkan empat bagian: (1)
pengiat visual (2) positive reinforcement menggunakan verbal (3) concrete:
pemberian mengkodekan detail sensorik; dan (4) pemberian apresiasi.
Pengingat visual dapat berupa memberikan foto yang diambil di dokter gigi.
Positive reinforcement melalui verbalisasi dapat berupa menanyakan pada
anak tentang perilaku apa yang baik di klinik gigi. Concrete contoh
menunjukkan bagaimana dia mengikuti perintah yang diberikan oleh dokter
gigi dan dalam melakukan prosedur perawatan dental dia mau membuka
mulutnya. Tujuan dari teknik ini adalah untuk menghilangkan ingatan
negatif anak saat ke dokter gigi (Acharya et al, 2020).

2.2.10 Teach Back


Tindakan ini dilakukan dengan cara menginstruksikan kembali pasien
untuk memperagakan tindakan yang telah kita jelaskan dan peragakan.
Contohnya setelah memberikan edukasi kepada pasien tentang cara
penggunaan benang gigi, kita minta kepada pasien untuk memperagakan
kembali cara membersihkan gigi tersebut (Acharya et al, 2020).

2.2.11 Motivational Interviewing


Motivational interviewing adalah wawancara motivasi yang mencoba
mengubah perilaku pasien dengan membantu mereka berubah. Metode ini
tidak memperkuat perubahan tetapi memanfaatkan otonomi pasien
sehingga rasa percaya diri mereka meningkat. Motivational interviewing
menempatkan tanggung jawab pada pasien untuk berubah. Metode yang
disertakan adalah pertanyaan terbuka, afirmasi, mendengarkan reflektif,
dan meringkas (Acharya et al, 2020).

2.2.12 Penundaan Perawatan


Masalah gigi jarang mengancam jiwa dan terkadang dalam kondisi
seperti situasi COVID-19 saat ini, masalah ini juga dapat ditunda.
Perawatan darurat dapat diberikan untuk mengurangi rasa. Terkadang
pengobatan harus ditunda ketika tiba-tiba anak yang kooperatif menjadi
tidak kooperatif dan histeris saat mendapatkan pengobatan. Penilaian risiko
karies harus dilakukan pada setiap pasien sebelum pengobatan dapat
ditunda. Tindakan kebersihan mulut harus diberitahukan kepada pasien dan
orang tua(Acharya et al, 2020).
2.2.13 Positive Stabilization
Imobilisasi pergerakan pasien yang dilakukan dengan bantuan mulai
dari anggota keluarga atau pengasuh yang memegang tangan anak dan
dapat juga menggunakan alat stabilisasi (misalnya pedi wrap dan papoose
board). Teknik ini dilakukan harus dengan persetujuan anggota keluarga
(Singh, 2014).

(Gambar 3. Pedi Wrap)

2.2.14 Hand Over Mouth Exercise (HOME)


Teknik manajemen anak yang dilakukan dengan meletakkan tangan
dokter pada mulut pasien (hidung jangan ditutup) lalu berbicara dengan
lembut bahwa tangannya akan diangkat jika tangisan berhenti. Jika pasien
mau menurut, dokter gigi harus memujinya. Penggunaan HOME harus
digunakan dengan benar serta mendapat persetujuan orang tua (Singh,
2014; Marwah, 2014).

(Gambar 4. Hand Over Mouth Exercise)


Indikasi:
Anak sehat yang mampu memahami dan bekerja sama tetapi
menunjukkan perilaku menantang, mengganggu, atau histeris terhadap
perawatan gigi serta tidak berhasil menggunakan teknik yang lain
(Marwah, 2014).
Kontraindikasi:
- Anak terlalu kecil (belum mengerti perintah).
- Ketika teknik dapat mencegah anak bernapas.
- Ketika dokter gigi terlibat secara emosional dengan anak (Marwah,
2014).

2.2.15 Sedasi
Sedasi adalah pemberian obat yang dapat digunakan secara aman dan
efektif untuk pasien yang tidak dapat bekerja sama karena kurangnya
kematangan psikologis, emosional, kondisi mental, fisik, atau medis.
Pilihan teknik tertentu, agen sedatif, dan cara pemberian harus dibuat
pada pertemuan sebelumnya yang disesuaikan dengan kondisi anak
(Cameron, 2013; AAPD, 2020).
Penggunaan sedasi pada anak-anak membuat tantangan tambahan
bagi dokter. Selama sedasi, respons anak lebih tidak terduga daripada
orang dewasa. Tubuh mereka yang lebih kecil kurang toleran terhadap
obat penenang mudah dibius secara berlebihan (Cameron, 2013).

2.2.16 Anestesi Umum


Anestesi umum adalah keadaan tidak sadar yang terkontrol disertai
dengan hilangnya refleks pelindung, termasuk kemampuan untuk
mempertahankan jalan napas secara mandiri dan merespons rangsangan
fisik atau perintah verbal dengan sengaja (AAPD, 2020).
(Gambar 5. Perawatan dental dengan anestesi umum)
Indikasi:
- Anak yang tidak dapat bekerja sama karena kurangnya kematangan
psikologis, emosional, cacat mental, fisik, atau medis;
- Ketika anestesi lokal tidak efektif karena adanya infeksi akut, variasi
anatomi, atau alergi;
- Anak yang sangat tidak kooperatif, takut, atau cemas;
- Anak atau remaja prekomunikatif atau non-komunikatif;
- Membutuhkan prosedur pembedahan yang dikombinasikan dengan
prosedur perawatan gigi untuk mengurangi jumlah paparan anestesi;
- Jika penggunaan anestesi umum dapat mengurangi risiko medis;
- Membutuhkan perawatan mulut dan gigi yang segera dan menyeluruh
(misalnya, karena trauma gigi, infeksi / selulitis parah, nyeri akut)
(AAPD, 2020).
Kontraindikasi
- Pasien yang sehat dan kooperatif dengan kebutuhan gigi minimal;
- Pasien yang sangat muda dengan kebutuhan gigi minimal yang dapat
ditangani dengan intervensi terapeutik atau penangguhan pengobatan;
- Kenyamanan pasien / praktisi;
- Kondisi medis predisposisi yang akan membuat anestesi umum tidak
disarankan. (AAPD, 2020)

2.2.17 Inhalasi Nitrogen Oksida/Oksigen


Penghirupan nitrogen oksida - oksigen adalah teknik yang aman dan
efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan komunikasi yang
efektif. Onset kerjanya cepat, efeknya mudah dititrasi, dan pemulihannya
cepat. Selain itu, inhalasi nitrous oksida - oksigen memediasi tingkat
variabel analgesia, amnesia, dan pengurangan refleks muntah (AAPD,
2020).
Indikasi:
- Pasien yang ketakutan, cemas, atau obstreperous;
- Pasien berkebutuhan khusus;
- Pasien yang refleks muntahnya mengganggu perawatan gigi;
- Pasien yang tidak dapat menggunakan anestesi lokal;
- Prosedur perawatan gigi yang lama (AAPD, 2020).
Kontraindikasi:
- Pasien dengan penyakit paru obstruktif kronik;
- Sedang mengalami infeksi saluran pernapasan bagian atas;
- Gangguan / pembedahan telinga tengah baru-baru ini;
- Gangguan emosional yang parah atau ketergantungan terkait obat;
- Trimester pertama kehamilan;
- Pengobatan dengan bleomycin sulfate;
- Defisiensi reduktase methylenetetrahydrofolate;
- Defisiensi cobalamin (vitamin B-12) (AAPD, 2020).
-
2.3 Orang Tua di Kedokteran Gigi Anak
Kecemasan dalam kedokteran gigi adalah hal umum yang dijumpai di
berbagai unit pelayanan kesehatan, misalnya puskesmas, rumah sakit, maupun
praktik dokter gigi. Salah satu faktor penyebab kecemasan dental yaitu pola
asuh orang tua (Pujiana and Anggraini, 2019).
Pola asuh orang tua sangat penting dalam mengajarkan pendidikan
kesehatan kepada anak dan kebersihan diri. Pola asuh orang tua terdiri tiga,
yaitu demokratis, permisif, dan otoriter. Pola asuh demokratis adalah sikap
orang tua yang terbuka pada anak, menghargai pendapat anak, dan memiliki
kerja sama yang baik dengan anak. Pola asuh otoriter yaitu orang tua yang
mendesak anak untuk mengikuti semua arahan atau perintah mereka. Orang
tua dengan pola asuh otoriter sering memberikan hukuman dan batasan
kepada anak. Pola asuh permisif adalah orang tua yang tidak terlibat pada
kehidupan anak (Pujiana and Anggraini, 2019).

2.4 Strategi Tim Kedokteran Gigi


Strategi pengelolaan rasa takut pada anak adalah dasar untuk memulai
perawatan dengan tujuan untuk mengembangkan sikap anak yang mau
menjalankan perawatan sehingga dicapai kesehatan gigi dan mulut tanpa
menimbulkan rasa takut. Selain itu, komunikasi merupakan dasar dari setiap
perawatan yang akan dilakukan. Efektivitas komunikasi dokter gigi-pasien
dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan kepuasan serta kenyamanan
pasien. Strategi dalam berkomunikasi sangat menguntungkan, dimana dokter
gigi dapat bekerja sama dengan baik dengan pasien karena pasien menjadi
kooperatif (Hamudeng, 2014).
Dokter gigi diharapkan untuk mengenali secara efektif cara perawatan
gigi pada anak baik berupa pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya
selama menjalani pendidikan. Pengobatan yang aman dan efektif sering
membutuhkan modifikasi tingkah laku anak. Panduan tingkah laku diarahkan
pada sebuah komunikasi interaksi yang mendidik yang melibatkan dokter gigi
dan timnya, pasien, serta orangtua. Pemberian pemahaman tentang pentingnya
menjaga kesehatan gigi dan mulut perlu dilakukan untuk meringankan rasa
takut serta kecemasan (Hamudeng, 2014).
Pengelolaan tingkah laku dalam kedokteran gigi penting dilakukan
untuk membangun komunikasi yang efektif, mengurangi rasa takut dan
kecemasan pasien serta membangun hubungan saling percaya dengan anak,
sehingga dokter gigi dapat memberikan perawatan gigi yang berkualitas dan
mempromosikan kepada anak sikap positif terhadap perawatan gigi dan
kesehatan mulut (Hamudeng, 2014).
BAB III
PEMBAHASAN

Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu masalah yang
dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada anak-anak, gangguan tersebut akan
mengurangi aktivitas, frekuensi kehadiran di sekolah, mengganggu konsentrasi
belajar, serta memengaruhi nafsu makan dan asupan gizi.
Untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut yang dialami oleh
anak, orang tua mengajak anak berobat ke dokter gigi namun dalam prakteknya,
kebanyakan anak-anak kurang kooperatif selama proses perawatan sehingga
dokter gigi mengalami kesulitan menangani anak. Kesulitan untuk menangani
anak tidak hanya berhubungan dengan proses perawatan, tetapi juga perbedaan
emosional. Rasa gelisah dan takut merupakan emosi yang paling sering
ditunjukkan oleh anak selama perawatan di dokter gigi.
Kecemasan dalam perawatan gigi atau dental anxiety didefinisikan sebagai
ketakutan ketika mengunjungi dokter gigi untuk melakukan perawatan preventif
atau terapeutik. Kecemasan tersebut mungkin terkait psikologis, kognitif, dan
perilaku anak. Selain itu, orang yang cemas cenderung melebih-lebihkan rasa
sakit, ketidaknyamanan yang disebabkan oleh perawatan gigi, dan sering harus
melakukan intervensi yang lebih kompleks yang berhubungan dengan
pengobatan.
Kecemasan perawatan gigi dapat menjadi kendala utama bagi anak-anak
untuk menerima perawatan gigi. Anak-anak memiliki keterampilan komunikasi
yang terbatas dan kurang mampu mengekspresikan ketakutan dan kecemasan
mereka. Perilaku mereka adalah cerminan dari ketidakmampuan mereka untuk
mengatasi kecemasan dan manajemen perilaku adalah panduan yang dapat
memberikan strategi koping yang tepat untuk pasien anak.
Teknik manajemen perilaku terdiri dari teknik farmakologis dan
nonfarmakologis. Teknik nonfarmakologis diantaranya Tell-Show-Do, enhancing
control, voice control, modeling, positive reinforcement, distraction, positive
stabilization, dan HOME. Sedangkan teknik nonfarmakologis diantaranya
pemberian sedasi, general anesthesia, dan inhalasi N2O/O2. Pemilihan teknik
manajemen disesuaikan dengan karakter dan sikan masing-masing anak dan orang
tua.
Dokter gigi anak diharapkan dapat untuk mengidentifikasi dan mengobati
penyakit gigi anak secara efektif. Perawatan yang efektif dan efisien harus
diberikan kepada anak sehingga orang tua juga harus memahami peran mereka.
Fungsi utama di balik manajemen perilaku oleh dokter gigi anak adalah untuk
mendapatkan kepercayaan dari orang tua dan anak. Anak-anak memiliki
ketakutan yang berbeda dibandingkan orang dewasa. Semua metode yang
digunakan untuk memanajemen perilaku anak harus sesuai dengan usia dan jenis
kelamin anak. Kita tahu bahwa metode manajemen dental telah banyak berubah
belakangan ini. Pola asuh lama tidak lagi tepat jika digunakan saat ini, sehingga
diperlukan pemahaman khusus untuk dapat melakukan perawatan dental yang
efektif dan efisien pada anak.
BAB IV
PENUTUP

Kecemasan dental atau dental anxiety adalah keadaan tentang rasa takut
terhadap perawatan gigi yang terjadi sebelum atau saat dilakukan prosedur
perawatan gigi. Teknik manajemen perilaku terdiri dari teknik farmakologis dan
nonfarmakologis. Teknik nonfarmakologis diantaranya Tell-Show-Do, enhancing
control, voice control, modeling, positive reinforcement, distraction, positive
stabilization, dan HOME. Sedangkan teknik nonfarmakologis diantaranya
pemberian sedasi, general anesthesia, dan inhalasi N2O/O2. Pemilihan teknik
manajemen disesuaikan dengan karakter dan sikan masing-masing anak dan orang
tua.
Diharapkan peran orang tua untuk membiasakan anak melakukan
kunjungan berkala ke dokter gigi sejak dini minimal 6 bulan sekali, sehingga anak
terbiasa dengan perawatan gigi dan dapat mengendalikan rasa takut terhadap
dokter gigi. Dokter gigi bersikap lebih ramah, memberi kesan menarik dan
mengakrabkan diri dengan pasien anak agar terjalin rasa percaya dan mengurangi
rasa takut pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya dkk. Newer Behaviour Management Techniques in Children. 2020;
14(4): 8817-8820.
American Academy of Pediatric Dentistry. 2020. Behavior Guidance for the
Pediatric Dental Patient. The Reference Manual Of Pediatric Dentistry.
Chicago; 292- 310.
Cameron AC., Widmer RP. 2013. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th ed.
Mosby Elsevier.
Campbell C. 2017. Dental Fear and Anxiety In Pediatric Patients. Switzerland:
Springer.
Hamudeng AM. 2014. Metode Pengelolaan Tingkah Laku Secara
Nonfarmakologi pada Perawatan Gigi Anak di RSGM Unhas. Jurnal
PDGI Makassar.
Marwah N. 2014. Textbook of pediatric dentistry. New Delhi : Jaypee Brothers,.
Medical Publishers Pvt. Limited.
Nowak JA, Christensen JR, Mabry TR, Townsend JA, Wells MH. 2019.
Pediatric Dentistry: Infancy Through Adolescence 6th Edition.
Philadelphia: Elsevier.
Pujiana D and Anggraini S. 2019. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan
Penentuan Kebutuhan Dasar Personal Hygiene Anak Usia 6-7 Tahun.
Jurnal ‘Aisyiyah Medika; 3(2).
Singh H, Rehman R, Kadtane S, Dalai DR, Jain CD. 2014. Techniques for the
Behaviors Management in Pediatric Dentistry. International Journal of
Scientific Study; 2(7).
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Balitbang.
Allo CBB, Lampus BS, Gunawan PN. 2016. Hubungan Perasaan Takut Anak
Terhadap Perawatan Gigi dengan Kebersihan Gigi dan Mulut di RSGM
Unsrat Manado. Jurnal e-Gigi (eG); 4(2): 167-172.
Maharani et al. 2020. Pengaruh Manajemen Perilaku Kombinasi Tell-Show-Do
Dan Penggunaan Game Smartphone Sebelum Prosedur Perawatan Gigi
Terhadap Tingkat Kecemasan Dental Anak (literature review). Dentin
Jurnal kedokteran gigi; 5(1): 26-31.

Anda mungkin juga menyukai