Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik


persoalan yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang
berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena
ilmu memiliki Fungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi
orang yang ada dalam kegelapan. Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam
hadits nabi, yaitu :

ِ ‫رواه إبن عبد البر)) طَلَبُ ْال ِع ْل َم فَ ِري‬


‫ْضةٌ َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة‬

Artinya :

Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat”(HR. Ibnu Abdil
Bari)

Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu
itu diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada
perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya
wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan
ketentuan Islam.

Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi Allah dan


Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah agar umatnya mau menuntut
ilmu, seperti yang terdapat dalam Qs Al Mujadalah ayat 11:

ٍ ‫يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّ ِذينَ ُأوتُوا ْال ِع ْل َم د ََر َجا‬
‫ت َوهللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ُُر‬

Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan


orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.s. al-
Mujadalah :11)

1
Dari penjelasan ayat Al-qur’an dan Hadist di atas kita dapat
menyimpulkan betapa pentingnya menuntut ilmu pengetahuan, sehingga berkali-
kali Allah SWT dan Rasul-Nya menegaskan pada hambanya untuk menuntut
ilmu.
Matematika salah satu pelajaran yang diberikan di sekolah memegang
peranan penting dalam membentuk calon intelektual untuk berpikir analitis,
kritis,dan sistematis. Soedjadi (dalam Muhsetyo, 2009:1.2) menyatakan bahwa
keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep,
operasi, dan prisnsip. Ini berarti perlu ada jembatan yang dapat menghubungkan
keilmuan matematika tetap terjaga dan matematika dapat lebih mudah dipahami.
Persoalan mencari jembatan tersebut merupakan tantangan, yaitu tantangan
pendidikan matematika untuk mencari dan memilih model matematika yang
menarik, mudah dipahami siswa, menggugah semangat, menantang terlibat, dan
pada akhirnya menjadikan siswa cerdas matematika (Muhsetyo, 2009:1.2).
Apabila seorang guru tidak menguasai berbagai macam pendekatan dan
metode pembelajaran serta tidak berkompeten bagaimana siswa akan
mendapatkan sesuatu yang semestinya meraka dapatkan. Rasulullah SAW
menerangkan hal tersebut dalam hadistnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
RA yang berbunyi:
ْ‫ا ْنت َِظر‬jjَ‫ ِه ف‬jِ‫ر َأ ْهل‬j ‫ُأ‬
ِ j‫ ُر ِإلَى َغ ْي‬j‫ضا َعتُهَا يَا َرسُو َل هَّللا قَا َل ِإ َذا ْسنِ َد اَأْل ْم‬
َ ‫ت اَأْل َمانَةُ فَا ْنتَ ِظرْ السَّاعَة قَا َل َك ْيفَ ِإ‬
ْ ‫ضيِّ َع‬
ُ ‫ِإ َذا‬
‫السَّاعَة‬
Artinya: Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi. Ada
seorang sahabat bertanya; bagaimana maksud amanat disia-siakan? Nabi
menjawab Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah
kehancuran itu.

Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang penting


penerapannya dalam ilmu untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan sendiri, tetapi banyak
ilmu-ilmu lain yang penemuan dan pengembangannya juga tergantung dari
matematika. Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antara

2
lain abstrak, deduktif, konsisten, hirearkis, dan logis. Matematika sering disebut
sebagai ratunya ilmu sebab merupakan kunci utama dari pengetahuan lain yang
dipelajari di sekolah, karena pelajaran eksak lainnya seperti fisika dan kimia
melibatkan konsep-konsep dasar matematika (Suherman, 2001:17).

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa di


Indonesia. Faktor tersebut dapat berasal dari siswa itu sendiri dan faktor yang
datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan (Sudjana, 2009:39). Guru yang
cenderung memandang matematika sebagai produk akan memberikan efek
samping terhadap proses pembelajaran matematika diantaranya akan membuat
pelajaran tersebut tidak bermakna bagi siswa. Lain halnya jika guru yang
memandang matematika adalah sebuah proses, dia akan mengarahkan siswa untuk
melalui tahapan-tahapan dalam proses tersebut untuk mendapatkan hasil, sehingga
pembelajaran yang mereka lakukan akan lebih bermakna. Jika hal ini tidak diatasi
maka akan menimbulkan keprihatinan terhadap kondisi lulusan yang kurang siap
bersaing dan para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk
mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan kreativitasnya, bahkan akan
memunculkan kesan kuat bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan
tidak menarik, sehingga para siswa tidak termotivasi untuk belajar dan akan
berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan di indonesia. Kondisi seperti ini
terjadi juga di SD Ingatius Global School Palembang dimana proses
pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional yang
mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan guru di SD Ingatius Global


School Palembang, ditemukan beberapa permasalahan pada pembelajaran
matematika diantaranya:

1. Proses pelaksanaan pembelajaran matematika selama ini masih


menggunakan model pembelajaran konvensional, sehingga siswa kurang
berpartisipasi aktif saat proses pembelajaran, seperti bertanya dan menjawab
pertanyaan.

3
2. Hasil belajar matematika siswa rendah Hanya 50% siswa yang nilainya
memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) di mana telah ditetapkan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika adalah
75, berarti 50% sisanya siswa tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Hal ini dikarenakan proses pembelajaran matematika masih
menggunakan model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil uraian di atas, maka salah satu upaya yang dianggap
dapat memecahkan masalah tersebut adalah dengan melakukan suatu inovasi
dalam proses pembelajaran dengan penentuan model pembelajaran yang tepat
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Ada salah satu
model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dan memberi
kesempatan siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif.
Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan
oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan
semakin baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang
terstruktur dengan baik (Solihatin, 2007:5).
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. Proses pembelajaran
kooperatif tipe Two Stay Two Stray mengarahkan siswa aktif bekerja dalam
kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini, siswa
bekerja dalam kelompok secara bersama-sama untuk menuntaskan materi
belajarnya sehingga siswa mampu mengkontruksi sendiri pemahamannya
mengenai konsep-konsep dari suatu pokok bahasan yang diajarkan dalam
pembelajaran matematika.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ini, setiap
kelompok hanya terdiri dari empat orang dan setiap anggota kelompok diberi
kesempatan untuk belajar dan berdiskusi dalam kelompoknya masing-masing,
kemudian hasil belajar dan diskusi kelompok tersebut akan dijelaskan kembali ke
kelompok lain (Lie,2007). Dengan demikian setiap anggota kelompok mendapat

4
peranan masing-masing dan hal ini akan mendorong mereka untuk aktif dalam
belajar.
Model Two Stay Two Stray ini berfungsi memberikan pemerataan dalam
suatu kerja kelompok dan setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran
anggota lain. Dengan penerapan model kooperatif tipe “Two Stay Two Stray” ini
setiap siswa dituntut untuk aktif baik dalam mendengar, melihat, mengemukakan
pendapat, bertanya dan juga mengingat semua yang ia dapat dalam diskusi
kelompoknya, serta mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan aktifitas belajar matematika pada siswa kelas V SD Ignatius
Global School Palembang ?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat
meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Ignatius Global
School Palembang ?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray dapat meningkatkan aktifitas belajar matematika pada siswa kelas V SD
Ignatius Global School Palembang.
2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two
Stray dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD
Ignatius Global School Palembang.

5
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Peneliti, sebagai pengalaman untuk dapat menjadikan model kooperatif tipe


Two Stay Two Stray sebagai alternatif strategi pembelajaran guna
memperbaiki proses pembelajaran dimasa yang akan datang.
2. Siswa, dapat menambah ilmu pengetahuan dan mempermudah dalam proses
pemahaman materi.
3. Guru, memperoleh pengetahuan guna meningkatkan dan mengembangkan
mutu kegiatan belajar mengajar sehingga dicapai hasil belajar yang lebih
baik.
4. Sekolah, dapat dijadikan masukan dalam memotivasi guru untuk
meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah dengan diterapkannya
pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Anda mungkin juga menyukai