Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung


jawab seluruh warga Indonesia. Dalam Prakteknya, Masyarakat ikut serta
tidak hanya secara materi dan moral, tetapi juga memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap pengelolaan pendidikan. Dalam hal ini, lembaga
pendidikan atau universitas telah muncul sebagai bentuk lembaga
pendidikan publik.

Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya


Islam ke Indonesia. Menurut catatan sejarah masuknya Islam ke Indonesia
dengan damai berbeda dengan daerah-daerah lain kedatangan Islam dilalui
lewat peperangan, seperti Mesir, Irak, Parsi dan beberapa daerah lainnya.
Peranan para pedagang dan mubaligh sangat besar sekali andilnya dalam
proses Islamisasi itu adalah pendidikan (Daulay, 2019, hlm. 3).

Pendidikan Islam pada dasarnya adalah pendidikan yang bertujuan


untuk membentuk pribadi muslim yang seutuhnya, mengembangkan
seluruh potensi manusia baik yang berbentuk jasmani maupun rohani
(Daulay, 2004, hlm. 153).

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. At-Taubah/9: 122 berikut:

‫َو َم ا َك اَن اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن ِلَيْنِفُرْو ا َك ۤا َّف ًۗة َفَل ْو اَل َنَف َر ِم ْن ُك ِّل ِفْر َق ٍة ِّم ْنُهْم َطۤا ِٕىَف ٌة ِّلَيَتَفَّقُه ْو ا ِفى الِّدْيِن َوِلُيْن ِذ ُرْو ا‬
‫ࣖ َقْو َم ُهْم ِاَذ ا َر َج ُع ْٓو ا ِاَلْيِهْم َلَع َّلُهْم َيْح َذ ُرْو َن‬

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi


(ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara
mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,
agar mereka dapat menjaga dirinya” (https://bersamadakwah.net/surat-at-
taubah-ayat-122/).

1
Berdasarkan pernyataan tersebut, jelaslah bagi bangsa Indonesia bahwa
tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan yang bermutu terletak pada
lembaga pendidikan Islam, yang juga merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan nasional. Pesantren merupakan salah satu jenis
pendidikan Islam Indonesia yang bersifat tradisional untuk mendalami
ilmu agama Islam atau disebut tafaqquh fi Ad-din dan mengamalkannya
sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya
akhlakul al kharimah dalam hidup bermasyarakat (Hasan, 2007, hlm. 2).
Tidak ada cerita pesantren yang dapat memisahkan berbagai
kekurangan dan kesederhanaannya. Ternyata pesantren memiliki keunikan
tersendiri. Salah satunya adalah pembacaan kitab kuning, salah satu ciri
dan simbol tradisi pendidikan islam, yang masih dipertahankan, terutama
di beberapa pesantren tradisional. Dengan kata lain, pesantren dan kitab
kuning bagaikan dua sisi yang saling bersangkutan dengan makna yang
sama, sehingga keberadaan pesantren paling sering diidentikkan dalam
kitab kuning yang banyak mengandung khasanah keilmuan.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran agama,


umumnya dengan cara nonklasikal, dimana seorang kyai mengajarkan
ilmu agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis
dalam bahasa arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri biasanya
tinggal di pondok (asrama) dalam pesantren tersebut. Salah satu dari ciri
utama pesantren adalah sebagai pembeda lembaga keilmuan yang lain
adalah kitab kuning, yaitu kitab-kitab Islam klasik yang ditulis dalam
bahasa Arab baik yang ditulis dalam bahasa Arab yang ditulis tokoh
muslim Arab maupun pemikir muslim Indonesia (Sejarah pertumbuhan
dan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia, 2001,
hlm. 104).

Sebagian besar pesantren berkembang dari adanya dukungan


masyarakat, dan secara sederhana muncul atau berdirinya pesantren
merupakan inisiatif masyarakat baik secara individu maupun kolektif.
Begitu pula sebaliknya pemahaman sosial dalam masyarakat merupakan

2
dinamika kegiatan pondok pesantren dalam dunia pendidikan dan
kemasyarakatan (Ghazali, 2001, hlm. 28).

Pendidikan di lingkungan Pesantren, sistem pendidikan Pesantren


menggabungkan perolehan sumber-sumber ajaran islam yang berakar pada
Allah SWT. Ini akan menjadi aktivitas Islam individu yang berlaku untuk
kehidupan sosial. Untuk waktu yang lama, pesantren jelas terwakili di
sekitar tiga kutub utama, yaitu:

Kecakapan atau kedalaman pemahaman agama, perangai, watak,


karakter dan kecakapan, operasional. Jika pendidikan merupakan upaya
perubahan, maka yang dirubah tiga ranah tersebut, tentu saja perubahan
kearah yang baik (Nafi, 2007, hlm. 33).

Pegertian metode pengajaran yaitu suatu cara penyampaian bahan


pelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka fungsi metode
mengajar tidak dapat diabaikan, karena metode mengajar tersebut turut
menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar dan
merupakan bagian integral dalam suatu sistem pengajaran (Usman, M.
Basyiruddin, 2002, hlm. 31).

Selama mengajar kitab-kitab kuning, kami mengalami berbagai


macam metode pembelajaran. Salah satunya adalah menghafal. Cara ini
umumnya dianggap sangat statis ketika menerjemahkan kitab kuning ke
dalam bahasa Jawa. Metode tersebut merupakan kegiatan pembelajaran
bagi santri yang menitik beratkan pada pengembangan pribadi di bawah
bimbingan kyai dan asatidz. Kitab-kitab kuning yang menjadi rujukan
utamanya dikelompokkan berdasarkan pertimbangan tingkat kemudahan
dan kesulitan dalam mempelajarinya dalam tiga tingkatan: "kitab kecil"
atau kitab dasar, kitab "sedang" atau kitab tingkat menengah, kitab "besar"
atau kitab tingkat tinggi (Fahham, 2015, hlm. 22).

Sedangkan kegiatan pembelajaran di masa sekarang kebanyakan pesantren


telah memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian

3
penting dalam untuk meneruskan tujuan utama pesantren, yaitu untuk
mendidik dan mencetak calon-calon ulama (Dhofier, 2011, hlm. 50).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka fokus penelitian


dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran kitab kuning Al-Imrity


dengan metode hafalan untuk meningkatkan daya ingat dan pemahaman
santri di pondok pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo tahun
2021?

2. Faktor apa yang mempengaruhi dalam implementasi pembelajaran kitab


kuning Al-Imrity dengan metode hafalan untuk meningkatkan daya ingat
dan pemahaman santri di pondok pesantren Miftahul Huda Al-Azhar
Citangkolo tahun 2021?

3. Bagaimana dampak implementasi pembelajaran kitab kuning Al-Imrity


dengan metode hafalan untuk meningkatkan daya ingat dan pemahaman
santri di pondok pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo tahun
2021?

C. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana untuk mengembangkan ilmu


pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Penelitian merupakan
suatu bagian pokok dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih
mengetahui dan lebih mendalami segala segi kehidupan (Tanzeh, 2009,
hlm. 12).

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran mendalam tentang


implementasi pembelajaran kitab kuning AL Imrity dengan metode
hafalan untuk meningkatkan daya ingat dan pemahaman santri di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo kota Banjar Tahun 2022.
Untuk mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, perbuatan
dan dokumentasi yang diamati secara menyeluruh dan apa adanya, penulis

4
menggunakan pendekatan kualitatif ini berdasarkan beberapa
pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah
apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini
menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan
responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap polapola nilai
yang dihadapi (Meleong, 1989, hlm. 9).

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning AL IMRITY

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi


dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang
terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi
dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah
setiap orang(H uda, 2013, hlm. 2–3). Salah satu bentuk pembelajaran
adalah mengolah sebuah informasi. Itu bisa dilakukan oleh pikiran atau
otak kita, yang bertindak sebagai komputer tempat informasi dimasukkan
dan disimpan. Apa yang dilakukan otak kita adalah cara untuk
mendapatkan informasi berupa gambar dan teks. Bentuk lain dari belajar
adalah modifikasi yang sering dikaitkan dengan perubahan tingkah laku.
Misalnya, memahami dan mengamalkan cara membaca Al-Qur'an yang
benar dan benar dapat mengubah sikap seseorang.

Dalam uraian singkat tentang pembelajaran di atas dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai proses
modifikasi dalam kapasitas manusia atau perubahan kapasitas yang bisa
dipertahankan dan ditingkatkan levelnya. Selama proses ini, seseorang
bisa memilih untuk melakukan perubahan atau tidak sama sekali terhadap
apa yang ia lakukan.

Contoh perubahan adalah ketika seorang santri yang awalnya takut


pada suatu topik ternyata menjadi percaya diri untuk memecahkan masalah
dalam pelajaran itu. Jika belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku,
atau jalur, konsekuensinya jelas. Dengan kata lain, anda bahkan dapat
mengamati dan memverifikasi pembelajaran itu sendiri sebagai objek.

6
2. Pengertian Kitab Kuning

Dalam dunia pesantren asal-usul penyebutan belum diketahui


secara pasti, bahkan dalam sebuah kitab-kitab dari semua kitab yang ada,
tidak ada kitab satupun yang membahas asal usul mengapa dinamakan
kitab kuning. Namun para Kyai ketika akan mengawali mengkaji sebuah
kitab terlebih dahulu biasanya menceritakan biografi pengarang kitab
tersebut, dan mengapa dinamakan kitab kuning.

Adapun pengertian umum di kalangan pesantren adalah bahwa


ditulis oleh Ulama kuno dengan menggunakan bahasa arab dan membahas
tentang keilmuan-keilmuan tertentu, seperti Kitab Fatkhul Qorib yang di
dalamnya membahas tentang fiqih, Kitab Fathul Izar membahas tentang
lingkup pernikahan dan seterusnya.

Di kalangan pesantren sendiri, disamping istilah “kitab gundul”


terdapat juga istilah “kitab klasik” (Al-kutub Al-qadimah), karena kitab
yang ditulis merujuk pada karya-karya tradisional ulama berbahasa Arab
yang gaya dan bentuknya berbeda dengan buku modern (Turmudi, 2004,
hlm. 36). Dan karena rentang kemunculannya sangat panjang maka kitab
ini juga disebut dengan kitab kuno. Bahkan kitab ini di kalangan pesantren
juga kerap disebut dengan Kitab Gundul.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa, kitab


kuning adalah sebuah kitab yang ditulis para Ulama Syalaf dengan
menggunakan bahasa arab, yang berisi tentang sebuah ilmu sebagai
pengembangan atau penjelasan dari kitab suci Al-Quran dan Hadits agar
mudah dipelajari dan pahami oleh generasi sesudahnya.

Pengertian umum di kalangan pemerhati masalah pesantren adalah


bahwa kitab selalu dipandang sebagai kitab-kitab keagamaan berbahasa
arab atau huruf arab, sebagai produk pemikiran ulama-ulama masa lampau
yang ditulis dengan format pra-modern, sebelum abad ke-17an M. Dalam

7
rumusan yang lebih rinci, definisi kitab kuning adalah kitab-kitab yang
ditulis oleh ulama-ulama asing, yang dipedomani oleh para ulama
Indonesia sebagai karya tulis yang independent, dan ditulis oleh ulama
Indonesia sebagai komentar atau terjemahan atas kitab-kitab karya ulama
asing (Siradj dkk., 1999, hlm. 222).

Ciri-ciri yang melekat pada Pondok Pesantren adalah isi kurikulum


yang terfokus pada ilmu-ilmu agama, misalnya tafsir, hadits, nahwu,
sharaf, tauhid, tasawuf, dan lain sebagainya. Literatur-literatur tersebut
memilik ciri-ciri sebagai berikut: (1) kitab-kitabnya menggunakan bahasa
Arab, (2) umumnya tidak memakai syakal (tanda baca atau baris), bahkan
tanpa memakai titik, koma, (3) berisi keilmuan yang cukup berbobot, (4)
metode penulisannya dianggap kuno dan relevansinya dengan ilmu
kontemporer kerap kali tampak menipis, (5) lazimnya dikaji dan dipelajari
di Pondok Pesantren, dan (6) banyak diantara kertasnya berwarna kuning
(Muhaimin, 2011, hlm. 300).

Selain itu, ciri-cirinya yaitu pertama: penyusunannya dari yang


lebih besar terinci ke yang lebih kecil seperti kitabun, babun, fashlun,
far’un, dan seterusnya. Kedua: tidak menggunakan tanda baca yang lazim,
tidak memakai titik, koma, tanda seru, tanda tanya, dan lain sebagainya.
Ketiga: selalu digunakan istilah (idiom) dan rumus-rumus tertentu seperti
untuk menyatakan pendapat yang kuat dengan memakai istilah
Almadzhab, Al-ashlah, as-shalih, Al-arjah, Al-rajih, dan seterusnya, untuk
menyatakan kesepakatan antar Ulama beberapa madzhab digunakan istilah
ijmaan, sedang untuk menyatakan kesepakatan antar Ulama dalam satu
madzhab digunakan istilah ittifaaqan (Mahfudh dkk., 2012, hlm. 264).

Dari paparan ciri-ciri di atas dapat di simpulkan bahwa kitab ditulis


dalam kertas kuning dan tidak diberikan harokat, titik, koma, tanda tanya
dan seterusnya.

Dari keseluruhannya, diklasifikasikan ke dalam empat kategori,


yaitu a) dilihat dari kandungan maknanya, b) dilihat dari kadar

8
penyajiannya, c) dilihat dari kreatifitas penulisannya, dan d) dilihat dari
penampilan uraiannya.

a) Dilihat dari kandungan maknanya dapat dikelompokkan


menjadi dua macam, yaitu:

1) Kitab yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu


secara polos (naratif) seperti sejarah, hadits, dan tafsir.

2) Kitab yang menyajikan materi yang berbentuk


kaidahkaidah keilmuan seperti nahwu, ushul fikih, dan
mushthalah Alhadits (istilah-istilah yang berkenaan dengan
hadits).

b) Dilihat dari kadar penyajiannya dapat dibagi tiga macam, yaitu:

1) Mukhtashar, yaitu kitab yang tersusun secara ringkas dan


menyajikan pokok-pokok masalah, baik yang muncul
dalam benuk nadzam atau syi’ir (puisi) maupun dalam
bentuk nasr (prosa).

2) Syarah, yaitu kitab yang memberikan uraian panjang lebar,


menyajikan argumentasi ilmiah secara komparatif, dan
banyak mengutip ulasan para ulama dengan argumentasi
masing-masing yang penyajian materinya tidak terlalu
ringkas, tapi juga tidak terlalu panjang (mutawasithah).

3) Dilihat dari kreatifitas penulisanya dikelompokan menjadi 7


macam, yaitu:

a) Kitab yang menampilkan gagasan-gagasan baru, seperti


Kitab Ar-Risalah (kitab ushul fikih) karya Imam
Syafi’i, Al-Arud wa Al-Qawafi (kaidah-kaidah
penyusunan sya’ir) karya Imam Khalil bin Ahmad
AlFarahidi, atau teori-teori ilmu kalam yang

9
dimunculkan oleh Washil bin Atha’, Abu Hasan Al-
Asy’ari, dan lainlain.

b) Kitab yang muncul sebagai penyempurna terhadap


karya yang telah ada, seperti kitab nahwu (tata bahasa)
karya As-Sibawaih yang menyempurnakan karya Abul
Aswad Ad-Duwali.

c) Kitab yang berisi komentar (syarah) terhadap Kitab


yang telah ada, seperti Kitab Hadits karya Ibnu Hajar
AlAsqalani yang memberikan komentar terhadap kitab
Sahih Al-Bukhari.

d) Kitab yang meringkas karya yang panjang lebar, seperti


Alfiyah Ibnu Malik (buku tentang nahwu yang disusun
dalam bentuk sya’ir sebanyak 1.000 bait) karya Ibnu
Aqil dan Lubb Al-Usul (buku tentang usul fikih) karya
Zakariya Al-Anshari sebagai ringkasan dari Jam'al
Jawami (buku tentang usul fikih) karangan As- Subki.

e) Kitab yang berupa kutipan dari berbagai kitab lain,


seperti Ulumul Quran (buku tentang ilmu-ilmu Al-
Qur’an) karya Al-‘Aufi.

f) Kitab yang memperbaharui sistematika Kitab-Kitab


yang telah ada, seperti Kitab Ihya’ Ulum Ad-Din karya
Imam Al-Ghazali.

g) Kitab yang berisi kritik seperti Kitab Mi’yar Al-‘Ilm


(sebuah buku yang meluruskan kaidah-kaidah logika)
karya Al-Ghazali.

c. Dilihat dari penampilan uraiannya kitab mempuyai 5 pilar,


yaitu:

10
a) Mengulas pembagian sesuatu yang umum menjadi
khusus, sesuatu yang ringkas menjadi terperinci, dan
seterusnya.

b) Menyajikan redaksi yang teratur dengan menampilkan


beberapa pernyataan dan kemudian menyusun
kesimpulan.

c) Membuat ulasan tertentu ketika mengulangi uraian yang


dianggap perlu, sehingga penampilan materinya tidak
semrawut dan pola pikirnya dapat lurus.

d) Memberikan batasan-batasan jelas ketika penulisnya


menurunkan sebuah definisi.

e) Menampilkan beberapa ulasan dan argumentasi


terhadap pernyataan yang dianggap perlu.

Berdasarkan penjelasan di atas, Kitab Kuning adalah kitab yang


ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama islam dari tahun ketahun dan berisi
tentang ilmu yang merupakan pengembangan atau tafsir Al Quran dan
hadits. Agar mudah dipelajari dan dipahami untuk generasi berikutnya.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi


Kitab Kuning akan terus berlanjut, khususnya di lingkungan pesantren di
Sarafi.
Namun, di perguruan tinggi Islam modern dan sekolah umum
seperti sekarang ini, banyak yang telah berubah, tidak hanya ditulis di
kertas kuning saja namun ada yang ditulis / dicetak di dalam kertas putih,
diberi kharokat, koma, titik dan terjemahanterjemahan, dengan tujuan agar
mudah dipahami oleh pembaca. Namun perubahan tersebut tidak
mengurangi makna-makna yang telah terkandung di dalamnya, hanya saja
pengembangan pengembangan dari kitab-kitab tersebut.

Model Pembelajaran Kitab Al-Imrity diPondok Pesantren Metode


adalah cara (jalan) yang dilakukan seorang guru dalam rangka mengatasi

11
kegiatan pengajaran untuk merealisasikan sampainya pengetahuan-
pengetahuan kepada para santri dengan cara yang lebih mudah dengan
waktu serta biaya yang lebih sedikit.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh


warga Indonesia. Dalam Prakteknya, Masyarakat ikut serta tidak hanya secara materi dan
moral, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengelolaan
pendidikan. Dalam hal ini, lembaga pendidikan atau universitas telah muncul sebagai
bentuk lembaga pendidikan publik. Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung
sejak masuknya Islam ke Indonesia. Adapun pengertian umum di kalangan pesantren
adalah bahwa ditulis oleh Ulama kuno dengan menggunakan bahasa arab dan membahas
tentang keilmuan-keilmuan tertentu, seperti Kitab Fatkhul Qorib yang di dalamnya
membahas tentang fiqih, Kitab Fathul Izar membahas tentang lingkup pernikahan dan
seterusnya. Di kalangan pesantren sendiri, disamping istilah "kitab gundul" terdapat juga
istilah "kitab klasik" (Al-kutub Al-qadimah), karena kitab yang ditulis merujuk pada
karya-karya tradisional ulama berbahasa Arab yang gaya dan bentuknya berbeda dengan
buku modern.

B. Kritik Dan Saran

Demikianlah makalah komprehensif ini saya buat, semoga dapat bermanfaat


bagi siapa saja yang membacanya. Apabila ada kesalahan dari segi isi maupun dalam
penulisan, itu merupakan kelemahan serta kekurangan kami sebagai insan biasa.

13
DAFTAR PUSTAKA

ovatif.
Ahsin W. (2000). Bimbingan praktis menghafal al-Quran. Bumi Aksara.
n Kreativitas
Arifin, M. (2014). Ilmu pendidikan Islam: Tinjauan teoretis dan praktis
berdasarkan pendekatan interdisipliner.
us.
Daulay, H. P. (2004). Pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional di
Indonesia. Kencana.
Daulay, H. P. (2019). Pendidikan Islam di Indonesia: Historis dan eksistensinya
(Cetakan ke-1). Kencana.
buhan dan
Dhofier, Z. (2011). Tradisi pesantren: Studi pandangan hidup kyai dan visinya
mengenai masa depan Indonesia (Cet. 8 rev). LP3ES.
Dryden, G., & Vos, J. (2000). Revolusi cara belajar (The learning revolution)
belajar akan efektif kalau anda dalam keadaan “fun” ; Bagian II: Sekolah
masa depan. Kaifa.
Fahham, A. M. (2015). Pendidikan pesantren: Pola pengasuhan, pembentukan
karakter, dan perlindungan anak (Cetakan pertama). P3DI Setjen DPR RI
dan Azza Grafika.
Ferry Efendi, Makhfudli. (2009). Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba
Medika.
Ghazali, M. B. (2001). Pendidikan pesantren berwawasan lingkungan: Kasus
Pondok Pesantren An-Nuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Madura (Cet. 1).
Pedoman Ilmu Jaya.
Hadi, S. (2004). Metode Research 1 (Vol. xii, 94 p. : il.; 24 cm.). Yayasan
Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

14

Anda mungkin juga menyukai