a. Gen Resiko
Gen risiko meningkatkan kemungkinan perkembangan penyakit namun
tidak menjamin terjadinya penyakit, yaitu apolipoprotein
b. Gen Determinan
Gen determinan secara langsung menyebabkan demensia alzheimer, terdiri
dari tiga protein yaitu amyloid precursor protein (APP), presenilin-1
(PSEN-1), dan presenilin-2 (PSEN2).
Gejala Klinis yang sering dijumpai pada anak autis ( Sunartini, 2000):
1. Gangguan Fisik
a. Kegagalan lateralisasi karena kegagalan atau kelainan maturasi otak
sehingga terjadi dominasi serebral
b. Adanya kejadian dermatoglyphics yang abnormal
c. Insiden yang tinggi terhadap infeksi saluran nafas bagian atas, infeksi
telinga, sendawa yang berlebihan, kejang demam dan konstipasi
2. Gangguan Perilaku
a. Gangguan dalam interaksi sosial: Anak tidak mampu berhubungan
secara normal baik dengan orang tua maupun orang lain
b. Gangguan komunikasi dan bahasa: Kemampuan komunikasi dan bahasa
sangat lambat dan bahkan tidak ada sama sekali.
c. Gangguan perilaku motoris: Terdapat gerakan yang stereotipik seperti
bertepuk tangan, duduk sambil mengayun-ayunkan badan kedepan-
kebelakang.
d. Gangguan emosi, perasaan dan afek: Rasa takut yang tiba-tiba muncul
terhadap objek yang tidak menakutkan.
e. Gangguan persepsi sensoris: seperti suka mencium atau menjilat benda,
tidak merasa sakit bila terluka atau terbentur dan sebagainya.
A. Patofisiologi
1) Faktor genetika Penelitian faktor genetik pada anak autistik masih terus
dilakukan. Sampai saat ini ditemukan sekitar 20 gen yang berkaitan
dengan autisme. Namun kejadian autisme baru bisa muncul jika terjadi
kombinasi banyak gen. Bisa saja gejala autisme tidak muncul meskipun
anak tersebut membawa gen autisme (Budhiman, M; Shattock, P; Ariani,
E, 2002). Jumlah anak berjenis kelamin laki-laki yang menderita autis
lebih banyak dibandingkan perempuan, hal ini diduga karena adanya gen
atau beberapa gen atau beberapa gen pada kromosom X yang terlibat
dengan autis.
DAFTAR PUSTAKA
Daulay, N.-. (2017). Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan
Gangguan Spektrum Autis: Kajian Neuropsikologi. Buletin Psikologi, 25(1),
11–25. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.25163
Handayani, N., Arif, I., Khotimah, S. N., Haryanto, F., & Taruno, W. P. (2015).
Review : PerkembanganTeknologi Neuroimaging Sebagai Modalitas Deteksi
Dini Penyakit Alzheimer. (June). Retrieved from
https://www.researchgate.net/profile/Nita_Handayani2/publication/31667924
8_Review_PerkembanganTeknologi_Neuroimaging_Sebagai_Modalitas_Det
eksi_Dini_Penyakit_Alzheimer/links/590be56caca272db9ca563c6/Review-
PerkembanganTeknologi-Neuroimaging-Sebagai-Modalit
Hidayatul, N., & Sinuraya, R. K. (2013). BIOMARKER miRNA-146a SEBAGAI
DETEKSI DINI YANG EFEKTIF UNTUK ALZHEIMER. Farmaka, 4, 1–
15.
Ii, B. A. B., Pustaka, A. T., Autism, A., & Asd, S. D.-. (2013). BAB II TINJAUAN
PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Autisme (. 2, 8–37.
Ii, B. A. B., & Umum, T. (2009). Gambar 2. 1 Perbandingan otak normal dan
Alzheimer Sumber: https://www.alz.org/braintour/healthy_vs_alzheimers.asp
14. 14–32.
Nisa, K. M., & Lisiswanti, R. (2016). Faktor Risiko Demensia Alzheimer.
Majority, 5(4), 86. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/890
Nugraheni, S. A. (2016). Menguak Belantara Autisme. Buletin Psikologi, 20(1-2),
9–17. https://doi.org/10.22146/bpsi.11944
Putri Purnama Sari, A., Amin, M., & Lukiati, B. (2017). Review: Penyebab
Gangguan Autis Melalui Jalur Neuroinflamasi. Bioeksperimen: Jurnal
Penelitian Biologi, 3(2), 1.
https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v3i2.5177