Anda di halaman 1dari 8

2

PENCIPTAAN
--------------
Pasal ini dialaskan atas Kejadian 1 dan 2.

"Oleh Firman Tuhan langit telah dijadikan, oleh napas dari mulut-Nya segala
tentaranya. Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah,
maka semuanya ada." Mazmur 33:6, 9. Ia "yang telah mendasarkan bumi di atas
tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya."
Mazmur 104:5 .

Tatkala bumi ini keluar dari tangan Khalik, keadaannya sangat indah sekali.
Permukaannya dihiasi gunung-gunung, bukit-bukit dan padang yang datar,
diselingi oleh sungai-sungai serta danau-danau yang indah; tetapi bukit-bukit
dan gunung-gunung itu tidaklah curam dan berbatu-batu, atau penuh dengan
tebing-tebing yang terjal serta mengerikan seperti halnya sekarang ini; batu-batu
bumi yang tajam dan kasar terpendam di bawah tanah yang subur, dan di
mana-mana tumbuh pepohonan yang hijau serta segar. Tidak ada rawa-rawa
yang menjijikkan atau padang pasir yang tandus. Ke mana saja pandangan
diarahkan kelihatan semak belukar dan bunga-bunga yang indah dan menarik.
Tempat-tempat yang tinggi dimahkotai oleh pepohonan yang lebih indah
daripada yang ada sekarang ini. Udara, bebas dari unsur-unsur yang
membahayakan, sangat segar dan menyehatkan. Seluruh permukaan bumi di
dalam keindahannya melebihi taman-taman bunga daripada istana yang paling
megah. Malaikat-malaikat menikmati pemandangan itu dengan kesukaan dan
bergembira melihat pekerjaan Tuhan yang ajaib itu.

Setelah bumi ini dengan binatang-binatang yang jinak dan tumbuh-tumbuhan


dijadikan, manusia, ciptaan Tuhan yang paling mulia itu, yang untuknya bumi
yang indah ini disediakan, muncul di panggung sejarah. Kepadanya telah
diserahkan pemerintahan atas segala sesuatu yang dapat dilihat oleh matanya;
oleh karena Tuhan bersabda, "Marilah Kita jadikan

manusia atas peta dan teladan Kita; supaya diperintahkannya . . . seisi bumi . . .
Demikianlah Tuhan menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut
gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya." Di
sini dengan jelas dinyatakan asal usul umat manusia; dan catatan Ilahi itu sangat
jelas sehingga tidak memberikan kesempatan untuk mengambil kesimpulan
yang salah. Tuhan telah menciptakan manusia di dalam peta-Nya sendiri. Di
dalam hal ini tidak ada rahasia yang tersembunyi. Tidak ada dasar bagi pendapat
yang mengatakan bahwa manusia itu bertumbuh pelahan-lahan dari bentuk
kehidupan binatang atau tumbuh-tumbuhan yang lebih rendah. Pengajaran
seperti itu merendahkan pekerjaan Khalik Yang Agung menjadi setaraf dengan
pemikiran manusia yang picik dan bersifat duniawi. Manusia begitu nekad untuk
menyisihkan Allah dari pemerintahan-Nya atas alam semesta sehingga mereka
menghinakan dirinya dan menyangkal asalnya yang mulia itu. Ia yang
menetapkan bintang-bintang di tempat yang tinggi dan dengan keahlian yang
sempurna menjadikan bunga-bunga di padang, yang memenuhi langit dan bumi
dengan keajaiban kuasa-Nya, bilamana Ia hendak memahkotai pekerjaan-Nya
yang mulia, untuk menetapkan seseorang sebagai pemerintah bumi yang indah
itu, tidak lupa untuk menciptakan suatu makhluk yang berpadan dengan tangan
yang telah memberikan hidup kepadanya. Silsilah umat manusia sebagaimana
dinyatakan oleh ilham, berasal bukan dari perkembangan kuman-kuman, kerang
dan binatang berkaki empat, tetapi dari Khaliknya yang Agung. Meskipun
dijadikan dari tanah, Adam adalah "anak Allah."

Ia telah ditetapkan, sebagai wakil Allah, di atas makhluk-makhluk yang tarafnya


lebih rendah. Mereka ini tidak dapat mengerti atau mengakui kekuasaan Tuhan,
tetapi mereka dijadikan dengan suatu kesanggupan untuk mencintai dan
melayani manusia. Pemazmur berkata: "Namun Engkau telah membuatnya
hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan
hormat, Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya
telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian,
juga binatang-binatang di padang." Mazmur 8:6-8.

Manusia harus menyatakan peta Allah, baik jasmani dan juga dalam tabiat.
Hanya Kristus saja yang merupakan "gambar wujud Allah" (Ibrani 1:3); tetapi
manusia diciptakan menurut teladan Allah. Sifatnya selaras dengan kehendak
Allah. Pikirannya sanggup memahami perkara-perkara Ilahi. Kasihnya murni,
selera dan keinginannya berada di bawah pengendalian pikiran. Ia suci dan
berbahagia dalam menyatakan peta Allah dan di dalam penurutan akan
kehendak-Nya.

Waktu manusia dijadikan oleh Tuhan, tubuhnya tinggi semampai, sempurna dan
simetris. Wajahnya mencerminkan keadaan yang sehat dan berseri-seri oleh
sinar hidup dan kebahagiaan. Tubuh Adam jauh lebih tinggi daripada manusia
yang mendiami bumi sekarang ini. Hawa lebih pendek sedikit, tetapi bentuknya
agung dan indah sekali. Pasangan yang suci ini tidak mengenakan pakaian
buatan, mereka diselubungi oleh terang dan kemuliaan sebagaimana halnya
malaikat-malaikat. Selama mereka menurut kepada Allah, jubah terang ini akan
senantiasa menyelubungi mereka.

Setelah Adam diciptakan setiap makhluk yang hidup dibawa ke hadapannya


untuk memperoleh nama masing-masing, ia memperhatikan bahwa kepada
masing-masing mereka telah diberikan teman, tetapi di antara mereka, "tidak
didapati seorang penolong yang sejodoh baginya." Di antara segala makhluk
yang sudah dijadikan Allah di atas bumi ini, tidak ada satupun yang setara
dengan manusia. Dan Tuhan berkata, "Tidak baik, kalau manusia itu seorang
diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Manusia tidaklah dijadikan untuk hidup seorang diri; ia harus menjadi satu
makhluk sosial. Tanpa adanya persahabatan segala pemandangan yang indah
dan pekerjaan yang menggembirakan di Taman Eden tidak akan memberikan
kebahagiaan yang sempurna. Hubungan yang ada antara malaikat sekalipun
tidak akan memuaskan keinginannya untuk beroleh simpati dan persahabatan.
Tiada makhluk lain yang sama keadaannya untuk dikasihi dan mengasihi.

Tuhan sendiri telah memberikan kepada Adam seorang sahabat. Ia menyediakan


"seorang penolong yang sepadan dengan dia"—seorang penolong yang sesuai
dengan dirinya—seorang yang cocok menjadi sahabatnya dan yang dapat
menjadi satu dengan dia di dalam cinta dan simpati. Hawa dijadikan dari sebilah
tulang yang diambil dari rusuk Adam, ini mengartikan bahwa ia bukanlah untuk
memerintah Adam sebagai kepala, bukan juga untuk diinjak-injak di bawah
telapak kaki sebagai bawahan, tetapi untuk berdampingan di sisi Adam sebagai
seorang yang setara, untuk dikasihi dan dilindungi. Sebagai bahagian daripada
Adam, tulang daripada tulangnya, daging daripada dagingnya, ia merupakan
dirinya yang kedua, menunjukkan eratnya hubungan mereka serta ikatan kasih
yang harus ada di dalam hubungan seperti ini. "Sebab tidak pernah orang
membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti
Kristus terhadap jemaat." Efesus 5:29. "Oleh sebab itu biarlah seorang laki-laki
meninggalkan ibu bapanya dan berdampingan dengan istrinya; dan mereka pun
akan menjadi satu."

Tuhan melangsungkan pernikahan yang pertama. Dengan demikian lembaga


pernikahan itu berasal dari Khalik alam semesta. "Hendaklah kamu semua
penuh hormat terhadap perkawinan" (Ibrani 13:4); itu adalah salah satu
pemberian Tuhan yang pertama kepada manusia, dan itu adalah salah satu dari
dua lembaga yang sesudah kejatuhan ke dalam dosa, dibawa oleh Adam keluar
pintu gerbang Firdaus. Bilamana prinsip-prinsip Ilahi ditaati dan diperhatikan
dalam hubungan ini, maka pernikahan adalah suatu berkat; itu akan menjaga
kesucian dan kebahagiaan manusia, itu akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosial manusia, itu akan meninggikan keadaan jasmani, pikiran serta moral.

"Selanjutnya Tuhan Allah membuat taman di Eden, di sebelah Timur; di situlah


ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu." Segala sesuatu yang
dijadikan Tuhan merupakan keindahan yang sempurna dan tidak suatu pun yang
kurang untuk kebahagiaan pasangan yang suci itu; namun demikian Tuhan
masih memberikan sesuatu yang lain kepada mereka itu sebagai tanda
kasih-Nya, dengan menyediakan taman khusus untuk rumah mereka. Di dalam
taman itu terdapat bermacam-macam pohon, banyak di antaranya sarat oleh
buah-buahnya yang harum dan lezat. Di sana terdapat juga pohon anggur yang
indah yang tumbuh tegak lurus tetapi memberikan suatu penampilan yang sangat
menarik dengan ranting-rantingnya yang terkulai karena sarat oleh
buah-buahnya yang menggiurkan dengan warnanya yang beraneka ragam. Adam
dan Hawa bertugas untuk mengusahakan agar ranting pohon anggur itu
membentuk atap pelindung, dengan demikian menjadikan bagi mereka suatu
tempat tinggal yang terbuat dari pepohonan hidup yang dipenuhi oleh daun serta
buah-buahan. Di sana terdapat bunga-bunga yang harum semerbak dengan
warna yang beraneka dan berkelimpahan. Di tengah-tengah taman itu tumbuh
pohon alhayat yang keindahannya melebihi pohon-pohon yang lain.
Buah-buahnya kelihatan seperti apel yang keemas-emasan dan keperak-perakan
dan mempunyai khasiat untuk memperpanjang hidup.

Penciptaan itu sekarang sudah sempurna. "Demikianlah diselesaikan langit dan


bumi dan segala isinya." "Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu,
sungguh amat baik." Eden bertumbuh dengan semaraknya di atas bumi. Adam
dan Hawa mempunyai kebebasan atas pohon alhayat itu. Tidak ada cemar dosa
atau pun bayang-bayang kematian menodai alam kejadian yang indah itu."
"Bintang-bintang fajar bersorak-sorak bersama-sama, dan semua anak Allah
bersorak-sorai." Ayub 38:7.

Allah yang agung itu telah menjadikan bumi ini; Ia telah menjadikan bumi ini
seluruhnya dengan jubah keindahan dan memenuhinya dengan benda-benda
yang berguna bagi manusia; Ia telah menciptakan segala keajaiban-keajaiban di
darat dan di dalam lautan. Dalam enam hari pekerjaan untuk menciptakan itu
telah dilaksanakan. "Berhentilah Ia pada hari Ketujuh dari segala pekerjaan yang
telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari Ketujuh itu dan
menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan
penciptaan yang telah dibuat-Nya itu." Tuhan memandang akan hasil perbuatan
tangan-Nya dengan puas. Segala sesuatunya sempurna, layak disebut ciptaan
Ilahi, dan Ia pun berhenti, bukan seperti seorang manusia yang merasa lelah,
melainkan karena merasa senang dengan segala hasil daripada hikmat, kebajikan
serta pernyataan kemuliaan-Nya.

Setelah berhenti pada hari yang Ketujuh, Tuhan menyucikannya atau


mengasingkannya sebagai suatu hari perhentian bagi manusia. Untuk mengikuti
teladan Khaliknya, manusia harus berhenti pada hari yang suci ini, sehingga
bilamana ia memandang ke langit dan bumi ia dapat mengingat kembali akan
pekerjaan ciptaan yang besar itu; dan bila ia memandang bukti daripada hikmat
dan kebajikan Tuhan, hatinya akan dipenuhi oleh cinta dan hormat akan
Khaliknya.
Di Eden, Tuhan telah menetapkan satu peringatan akan pekerjaan penciptaan
yang telah dilakukan-Nya itu, dengan memberkati hari yang Ketujuh. Hari Sabat
telah diberikan kepada Adam, bapa dan wakil seluruh umat manusia.
Pemeliharaan hari Sabat haruslah merupakan satu pengakuan yang disertai rasa
terima kasih dari semua orang yang akan mendiami bumi ini bahwa Tuhan
adalah Khalik mereka dan Raja mereka yang sebenarnya; bahwa mereka adalah
ciptaan tangan-Nya dan berada di bawah kekuasaan-Nya. Dengan demikian
lembaga ini seluruhnya bersifat memperingati dan diberikan untuk seluruh umat
manusia. Hari Sabat bukan merupakan suatu bayang-bayang dan terbatas kepada
segolongan orang yang tertentu saja.
Tuhan melihat bahwa hari Sabat perlu untuk manusia sekali pun di Firdaus, Ia
perlu untuk mengesampingkan kepentingan serta urusan-urusan pribadinya satu
hari dalam satu minggu agar ia dapat merenung-renungkan dengan lebih dalam
akan pekerjaan Allah serta kebajikan dan kuasa-Nya. Ia memerlukan satu hari
Sabat untuk lebih mengingatkannya akan Tuhan dan membangkitkan rasa
syukur oleh sebab segala sesuatu yang dinikmati dan dimiliki itu berasal dari
tangan Khalik yang pemurah.

Tuhan merencanakan agar hari Sabat itu akan mengarahkan pikiran manusia
untuk merenung-renungkan hasil ciptaannya. Alam berkata-kata kepada indera
mereka, serta mengatakan adanya satu Tuhan yang hidup, Khalik itu, serta
Pemerintah di atas segala-galanya. "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan
cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu
kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam."
Mazmur 19:2, 3. Keindahan yang menutupi bumi ini adalah satu tanda kasih
Allah. Kita dapat melihatnya pada bukit-bukit yang kekal, pada pohon-pohon
yang tinggi, pada kuncup-kuncup yang sedang mekar dan bunga-bunga yang
indah. Semua menceritakan kepada kita tentang Allah. Hari Sabat, yang selalu
menunjuk kepada Dia yang telah menjadikan segala sesuatunya, mengajak
manusia untuk membuka buku alam yang besar itu serta mempelajari hikmat,
kuasa dan kasih Khalik itu.

Leluhur kita yang pertama itu, sekalipun diciptakan dalam keadaan suci dan
tidak berdosa, tidaklah ditempatkan dalam suatu keadaan di mana mereka tidak
mungkin berbuat salah. Tuhan menjadikan mereka sebagai makhluk yang
mempunyai kebebasan, sanggup untuk menghargakan kebijaksanaan serta
kebajikan daripada tabiat-Nya dan keadilan tuntutan-Nya, dan dengan kebebasan
yang penuh mereka bisa memilih untuk menurut atau tidak. Mereka
direncanakan untuk dapat menikmati persekutuan dengan Allah dan
malaikat-malaikat suci; tetapi sebelum mereka memperoleh kehidupan yang
kekal itu, kesetiaan mereka harus diuji. Semenjak awal kejadian manusia satu
ujian telah diadakan guna menguji keinginan untuk memanjakan diri, satu nafsu
yang berbahaya yang telah menjadi dasar daripada kejatuhan Lusifer. Pohon
pengetahuan baik dan jahat tumbuh dekat pohon alhayat di tengah-tengah taman
itu sebagai suatu alat penguji akan penurutan, iman dan kasih daripada leluhur
kita yang pertama. Sementara mereka diizinkan untuk memakan dengan
sesukanya buah dari semua pepohonan yang ada, mereka dilarang untuk
mengecap buah pohon pengetahuan ini, dengan kematian sebagai imbalannya.
Mereka juga terbuka kepada pencobaan Setan; tetapi bilamana mereka dapat
tahan akan ujian itu, mereka akhirnya akan ditempatkan lebih tinggi daripada
kuasa Setan itu, untuk menikmati hidup yang kekal bersama Tuhan.

Tuhan menempatkan manusia di bawah hukum, sebagai satu syarat mutlak dari
hidupnya. Ia berada di bawah pemerintahan Ilahi, dan tidak ada pemerintahan
tanpa hukum. Tuhan dapat menciptakan manusia tanpa kesanggupan untuk
melanggar akan hukum-Nya; Ia dapat mencegah tangan Adam untuk tidak
menjamah buah yang terlarang itu; tetapi di dalam hal seperti itu manusia bukan
lagi merupakan sebagai makhluk yang bebas memilih melainkan seperti mesin
semata-mata. Tanpa kebebasan memilih, penurutannya tidaklah bersifat sukarela
tetapi terpaksa. Dalam keadaan seperti ini maka tidak akan ada perkembangan
tabiat. Keadaan seperti ini bertentangan dengan Allah dalam perlakuan-Nya
dengan penduduk dunia-dunia lain. Manusia tidak lagi layak disebut sebagai
makhluk yang berpikir dan hal seperti itu hanya akan menguatkan tuduhan Setan
bahwa pemerintahan Tuhan itu dijalankan dengan sewenang-wenang.

Tuhan menciptakan manusia tulus; Ia memberikan kepadanya sifat-sifat yang


agung, tanpa kecenderungan untuk berbuat jahat. Ia menganugerahi dia dengan
kuasa berpikir yang tinggi serta memberikan kepadanya pengaruh-pengaruh
yang kuat agar ia tetap setia. Penurutan, yang sempurna dan kekal, adalah
syarat-syarat daripada kebahagiaan yang kekal. Dengan syarat ini ia mempunyai
kebebasan pada pohon alhayat itu.
Rumah tangga leluhur kita yang pertama itu haruslah menjadi suatu pola bagi
rumah tangga lainnya bila anak-anak mereka memenuhi dunia ini. Rumah
tangga itu, yang dihiasi oleh tangan Allah sendiri, bukanlah suatu istana yang
megah. Manusia, di dalam kesombongannya, menyukai peralatan yang mewah
serta mahal dan bermegah-megah di dalam benda-benda buatan tangannya;
tetapi Allah menempatkan Adam di dalam sebuah taman. Inilah rumah tempat
tinggalnya, langit yang biru merupakan atapnya; bumi ini dengan
bunga-bunganya yang indah serta permadani rumput adalah lantainya; dan
dahan serta daun-daun pohon yang indah merupakan tempat bernaungnya. Pada
dinding-dindingnya bergantungan hiasan-hiasan yang indah—hasil ciptaan
seniman yang Agung itu. Di sekeliling pasangan yang suci itu terdapat satu
pelajaran bagi segala zaman—bahwa kebahagiaan yang sejati bukan terdapat di
dalam pemanjaan akan kemewahan serta kemegahan, tetapi di dalam
persekutuan dengan Allah melalui hasil ciptaan-Nya. Kalau saja manusia mau
memberikan lebih sedikit perhatian kepada benda-benda buatan tangan manusia
dan memupuk kesederhanaan, maka mereka akan lebih mengerti tentang
maksud-maksud Allah dalam menciptakan manusia. Kesombongan dan cita-cita
hati tidak pernah dipuaskan, tetapi mereka yang benar-benar bijaksana akan
mendapat kesukaan yang sejati di dalam sumber-sumber kebahagiaan yang
ditempatkan Allah pada jangkauan semua orang.

Kepada penghuni Taman Eden dipercayakan tugas untuk mengurus taman itu,
"supaya diusahakannya dan dipeliharakannya akan dia." Pekerjaan mereka
bukanlah sesuatu yang melelahkan melainkan sesuatu yang menyegarkan dan
menggembirakan. Tuhan telah menetapkan "kerja" itu sebagai berkat kepada
manusia untuk memenuhi pikirannya, menguatkan tubuhnya dan
mengembangkan segala kesanggupannya. Di dalam kegiatan pikiran dan
jasmani Adam mendapatkan salah satu kesukaan yang terbesar dari hidupnya
yang suci itu. Dan bilamana, sebagai akibat daripada pelanggarannya itu ia
diusir dari rumahnya yang indah, dan dipaksa untuk bergumul dengan bumi ini,
untuk mencari makannya tiap hari, "kerja itu," meskipun jauh berbeda coraknya
daripada apa yang dilakukannya dalam taman itu, merupakan suatu
perlindungan terhadap pencobaan dan satu sumber kebahagiaan. Mereka yang
menganggap kerja itu sebagai suatu kutuk, sekalipun itu disertai dengan sakit
dan rasa penat, sedang memanjakan suatu kesalahan. Orang kaya sering sekali
memandang dengan penuh ejekan kepada orang yang bekerja, tetapi hal ini
bertentangan sama sekali dengan maksud Allah dalam menciptakan manusia.
Apakah arti segala harta milik orang terkaya sekalipun bila dibandingkan
dengan pusaka yang telah diberikan kepada Adam yang agung itu? Tetapi Adam
tidak direncanakan untuk hidup bermalas-malasan. Khalik kita yang mengerti
apa yang dapat menjadi kebahagiaan bagi manusia, telah menetapkan bagi
Adam suatu pekerjaan. Kebahagiaan yang sejati di dalam hidup ini hanyalah
didapat oleh mereka yang bekerja. Malaikat-malaikat adalah pekerja-pekerja
yang rajin; mereka adalah pelayan-pelayan Allah bagi manusia. Khalik tidak
menyediakan tempat bagi kebiasaan untuk bermalas-malasan.

Sementara mereka tinggal setia kepada Tuhan, Adam dan sahabatnya memegang
perintah atas seluruh bumi ini. Kuasa yang tidak terbatas diberikan kepada
mereka terhadap segala makhluk hidup. Singa dan anak domba bermain dengan
damai di sekeliling mereka dan berbaring bersama di kaki mereka. Burung-
burung beterbangan dengan gembiranya di sekeliling mereka tanpa perasaan
takut; dan apabila nyanyian burung-burung itu terangkat untuk memuji Khalik
mereka, Adam dan Hawa bergabung bersama dengan mereka dalam ucapan
syukur kepada Allah Bapa dan Anak.

Pasangan yang suci itu bukan saja merupakan anak-anak yang ada di bawah
pemeliharaan Allah sebagai Bapa mereka tetapi juga merupakan pelajar-pelajar
yang menerima petunjuk-petunjuk dari Khalik yang Mahabijaksana. Mereka
dikunjungi oleh malaikat-malaikat dan diizinkan untuk berhubungan dengan
Pencipta mereka tanpa ada tirai pemisah. Mereka dipenuhi oleh gairah hidup
yang diberikan oleh pohon alhayat dan kesanggupan berpikir mereka hanya
sedikit saja di bawah malaikat-malaikat. Rahasia-rahasia alam semesta yang
kelihatan itu--"tentang keajaiban-keajaiban dari Yang Mahatahu" (Ayub 37:16)--
memberikan kepada mereka satu sumber kesukaan serta pelajaran yang tidak
pernah habis. Hukum-hukum serta cara kerjanya alam yang telah dipelajari oleh
manusia selama enam ribu tahun itu, dipaparkan ke pikiran mereka oleh Khalik
dan Pendukung segala sesuatu. Mereka mempelajari daun-daunan, pepohonan
serta bunga-bunga dan mengetahui rahasia kehidupan mereka masing-masing.
Adam mengenal segala makhluk hidup, mulai dari binatang-binatang raksasa
yang hidup dalam air sampai kepada serangga-serangga kecil yang beterbangan
di bawah sinar matahari. Ia telah memberi nama kepada mereka masing-masing
dan ia mengetahui segala sifat serta kebiasaan mereka semua. Kemuliaan Allah
di langit, dunia-dunia yang tak terhitung dalam peredarannya yang teratur
"timbangan awan-awan" rahasia cahaya dan suara, siang dan malam—semuanya
dipelajari oleh leluhur kita yang pertama itu. Di atas setiap daun di hutan atau
setiap batu di gunung, di dalam setiap bintang yang berkilauan, di bumi dan di
udara, nama Allah tertulis. Keteraturan serta keselarasan segala sesuatu yang
telah diciptakan itu menyatakan kepada mereka akan hikmat dan kuasa yang
tidak terbatas. Mereka senantiasa menemukan hal-hal yang memenuhi hati
mereka dengan kasih yang lebih dalam dan membangkitkan rasa syukur mereka
yang segar.

Selama mereka tetap setia kepada undang-undang Ilahi; kesanggupan mereka


untuk mengetahui, menikmati dan mengasihi akan terus-menerus
bertambah-tambah. Mereka akan selalu memperoleh pengetahuan yang baru dan
memperoleh pengertian yang lebih jelas lagi akan kasih Allah yang tidak
terbatas dan yang tidak pernah gagal itu.

Anda mungkin juga menyukai