A. Latar Belakang
Korupsi, kini sudah menjadi permasalahan serius di negeri ini.Kasus korupsi sudah tidak
terhitung lagi jumlahnya.Berkembang dengan pesat, meluas di mana-mana dan terjadi secara
sistematis dengan rekayasa yang canggih dan memanfaatkan teknologi modern.Kasus
terjadinya korupsi dari hari ke hari kian marak.Hampir setiap hari berita tentang korupsi
menghiasi berbagai media.Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga
masyarakat sulit membedakan mana perbuatan korup dan mana perbuatan yang tidak
korup.Meskipun sudah ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan beberapa Instansi Anti
Korupsi lainnya, namun faktanya masih banyak terjadi Tindakan korupsi di negeri ini.
Tindakan korupsi yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab tentu membuat
situasi reformasi menjadi tidak baik serta mengganggu sendi-sendi demokrasi dan proses
pembangunan. Kondisi seperti ini perlu disikapi dengan melakukan berbagai upaya untuk
menanggulangi masalah korupsi yang sudah mengakar, meluas, dan menggejala di
Indonesia.Satu hal yang yang menarik untuk diingat adalah adanya sinyalemen yang
mengatakan bahwa korupsi sekarang ini sudah membudaya dan merusak karakter bagsa (di
Indonesia).
Terjadinya tindakan korupsi disebabkan oleh adanya penyalahgunaan kekuasaan,
kewenangan, atau abuse of power dalam skala besar.Hal itu bisa dilihat di DPR/DPRD, kepala
daerah, dan pegawai departemen.Ada yang mengatakan bahwa sistem sekarang ini
memberikan kemungkinan adanya perbuatan korupsi.Penindakan korupsi sekarang ini belum
cukup dan belum mencapai sasaran upaya pemberantasan korupsi perlu ditambah dengan
berbagai upaya di bidang pencegahan dan pendidikan.
Pendidikan Anti Korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak pidana
korupsi.Jika KPK dan beberapa instansi Anti Korupsi lainnya menangkapi para koruptor, maka
Pendidikan Anti Korupsi juga penting guna mencegah adanya koruptor.Seperti pentingnya
pelajaran akhlak, moral dan sebagainya.Pelajaran akhlak penting guna mencegah terjadinya
kriminalitas.Begitu halnya pendidikan Anti Korupsi itu penting guna mencegah tindakan korupsi.
Pendidikan Anti Korupsi harus diberikan sejak dini dan dimasukkan dalam proses
pembelajaran mulia dari tingkat pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi. Hal ini
sebagai upaya membentuk prilaku peserta didik yang Anti Korupsi. Pendidikan Anti Korupsi ini
tidak diberikan melalui suatu mata pelajaran tersendiri, melainkan dengan cara
mengintegrasikan melalui beberapa mata pelajaran. Inti dari materi pendidikana Anti Korupsi ini
adalah penanaman nilai-nilai luhur yang terdiri dari Sembilan nilai yang disebut dengan
Sembilan Nilai Anti Korupsi. Sembilan tersebut adalah: tanggung jawab, disiplin, jujur,
sederhana, mandiri, kerja keras, adil, berani, dan peduli. Berdasarkan pemikiran di atas, maka
perlu ada pedoman penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi di satuan pendidikan yang dapat
dijadikan pedoman untuk memberikan muatan pendidikan Anti Korupsi dalam proses
pembelajaran.
B. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Anti Korupsi di sekolah adalah untuk :
1. Menanamkan nilai dan sikap hidup Anti Korupsi kepada warga sekolah.
2. Menumbuhkan kebiasaan perilaku Anti Korupsi kepada warga sekolah.
3. Mengembangkan kreativitas warga sekolah dalam memasyarakatkan dan membudayakan
perilaku Anti Korupsi
C. Dasar Hukum
1. Undang Undang No. 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
2. Ketatapan MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
KORUPSI;
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851)
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4150);
5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
6. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 155);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679);
8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 107, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5661);
9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6409);
10. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 112, Tambahan Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Nomor 5157);
A. Kegiatan Ekstrakurikuler
1. Pendidikan Anti Korupsi terintegrasi melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pramuka
Disain Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan dalam konteksKurikulum 2013, pada
dasarnya berwujud proses aktualisasi dan penguatan capaianpembelajaran Kurikulum 2013,
ranah sikap dalam bingkai KI-1, KI-2, dan ranahketerampilan dalam KI-4, sepanjang yang
bersifat konsisten dan koheren dengansikap dan kecakapan Kepramukaan.
Dengan demikian terjadi proses saling interaktif dan saling menguatkan(mutually interactive
and reinforcing). Secara programatik, Ektrakurikuler WajibPendidikan Kepramukaan
diorganisasikan dalam model blok, model aktualisasi,dan model regular di gugus depan.
Apapun model yang dilaksanakan, PendidikanAnti Korupsi sangat strategis ditanamkan dalam
berbagai kegiatan kepramukaan.Halini sesuai dengan prinsip kepramukaan yang menggunakan
trisatya dan dasadarmasebagai ruhnya.
Identifikasi sikap Anti Korupsi dapat ditanamkan melalui
No Kegiatan Prioritas Sikap yang ditanamkan
1 Berbaris Disiplin
2 Memimpin Bertanggung jawab
3 Berdoa Disiplin
4 Janji Tanggung jawab
5 Memberi hormat Tanggung jawab
6 Pengarahan Berani
7 Refleksi Jujur
8 Dinamika kelompok Peduli
9 Permainan Disiplin
10 Menghargai teman Peduli
11 Berkomunikasi Berani
12 Menolong Peduli
13 Berempati Peduli
14 Bersikap adil Adil
15 Cakap berbicara Berani
16 Cakap motoric Mandiri
17 Kepemimpinan Disiplin
18 Konsentrasi Mandiri
19 Sportivitas Tanggung jawab
20 Simpul dan ikatan Kerja keras
21 Tanda jejak Disiplin
22 Sandi dan isyarat Tanggung jawab
23 Jelajah Kerja keras
24 Kompas Tangung jawab
25 Memasak Sederhana
26 Tenda Kerja keras
27 Peta Disiplin
28 Halang rintang Berani
29 Hastakarya mandiri
2. PendidikanAnti Korupsi terintegrasi melalui Kegiatan OSIS
Pengembangan Pendidikan Anti Korupsi dalam kegiatan OSIS dimaksudkan untuk
mendorong terjadinya internasilasi nilai dan tumbuhnya sikap dan perilaku Anti Korupsi melalui
aktivitas dan pengalaman nyata siswa.
a. Identifikasi Nilai dan Perilaku Anti Korupsi
Nilai dan perilaku Anti Korupsi yang ditanamkan melalui pengembangan kegiatan OSIS
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Menunjukkan sikap objektif, berorientasi pada kualitas kepribadian dankemampuan
profesional dalam memilih calon pengurus atau pemimpin.
2. Melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab penuh
keikhlasan dan rasa pengabdian.
3. Menunjukkan sikap terbuka dalam merencanakan dan melaksanakankegiatan bersama.
4. Menunjukkan sikap terbuka dalam mengelola anggaran keuangan kegiatan.
5. Memiliki motivasi dan kreatifitas yang tinggi dalam mengemukakangagasan Anti Korupsi.
6. Memiliki keberanian yang kuat untuk ikut serta melakukan pemberantasantindak korupsi.
7. Memiliki wawasan dan pola pikir yang mantap dan luas mengenai perilakuAnti Korupsi.
8. Menunjukkan penghayatan dan apresiasi yang mendalam mengenaiperilaku Anti Korupsi.
9. Memiliki berbagai sikap terpuji yang dapat menghindarkan diri perilakukorupsi.
10. Memiliki perasaan dan kesan yang kuat untuk menghindar dari perilakukorupsi.
b. Strategi Pengembangan
Pengembangan pendidikan Anti Korupsi melalui kegiatan kesiswaan dilakukan denganstrategi
sebagai berikut:
1) Pemilihan pengurus organisasi
Melaksanaan pemilihan kepengurusan organisasi kesiswaan (OSIS) dan panitia
kegiatan dilaksanakan secara demokratis dan obyektifsesuai dengan ketentuan peraturan
dengan mengutamakan kemampuan dankualitas siswa tanpa dipengaruhi oleh unsur-unsur
subyektif yang mengarahkepada korupsi.Untuk itu perlu ditetapkan dan diumumkan secara
terbuka syaratsyarat yang menonjolkan kualitas kepribadian dan kemampun profesional
daricalon. Perlu dikembangkan pula sistem dan tata cara pemilihan secara terbukadisertai
dengan penyampaian alasan yang objektif dan rasional.
2) Kredibilitas pengurus organisasi
Memastikan bahwa setiap anggota pengurus organisasi kesiswaan (OSIS) dan
kepanitiaan kegiatan melaksanakan tugas pekerjaan masingmasing sesuai dengan fungsi
dan tanggung jawab masing-masing dengan penuhdedikasi keikhlasan dan rasa
pengabdian.Untuk itu setiap pengurus ataukepanitiaan perlu menuliskan setiap jenis
pekerjaan yang telah dilakukan dalamjurnal kegiatan individual pengurus atau panitia yang
sewaktu-waktu dapat dicekoleh siapa pun.
3) Keterbukaan organisasi
Semua hasil keputusan rapat, setiap rencana, proses pelaksanaan, dan hasilkegiatan
kesiswaan diumumkan secara tertulis di dalam Papan InformasiKegiatan Siswa secara
terbuka. Untuk itu setiap proses dan hasil keputusan rapatditulis dalam berita acara yang
ditandatangani dan disahkan oleh pengurus ataupanitia kegiatan.
4) Akuntabilitas organisasi
Setiap kegiatan kesiswaan harus disertai dengan rencana anggaran kegiatan
secararinci, dan setiap selesai pelaksanaan kegiatan sesegera mungkin atau
secepatnyaditulis laporan keuangan sesuai dengan apa adanya memuat rincian segala
jenispenerimaan dan pengeluaran secara lengkap disertai dengan bukti-bukti yang sah.
Rencana dan realisasi anggaran sebagaimana tertuang dalam laporan keuangankegiatan
tersebut diumumkan di Papan Informasi Kegiatan Siswa disertai denganfoto copy semua
bukti penerimaan dan pengeluarannya.
5) Pemanfaatan media sekolah
Menyediakan rubrik Anti Korupsi sebagai rubrik tetap di samping rubrik-rubriklainnya
dalam Majalah Dinding Siswa. Rubrik ini diisi secara bergiliran olehsetiap kelas.Pengisian
rubrik Anti Korupsi ini bisa dilombakan dan diberikanpenghargaan dan/atau hadiah yang
menarik bagi para pemenangnya.Penilaiandalam lomba dilakukan secara objektif dan
transparan. Hasil penilaian secara rincidimumkan dalam rubrik itu pula.Lomba bisa
dilakukan dalam kurun waktutertentu untuk beberapa edisi secara bersambung.Rubrik Anti
Korupsi bisa diisidengan kisah nyata, karikatur, puisi, sajak, cerpen, cerita bergambar, opini
atau ulasan dan sebagainya.Jika sekolah juga menerbitkan Majalah Siswa rubrik Anti
Korupsi ini juga harus dijadikan rubrik tetap.
6) Kegiatan lomba dalam peringatan hari besar
Pada peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan bisa dilakukan berbagai
lomba yang mengandung muatan Anti Korupsi. Seperti lomba pidato Anti Korupsi,
pembuatan dan pembacaan Puisi Anti Korupsi, menulis cerpen Anti Korupsi, membuat
poster Anti Korupsi, membuat cergam Anti Korupsi, membuat karikatur Anti Korupsi, lomba
cipta lagu Anti Korupsi, dan sebagainya. Hasil berbagai lomba tersebut, terutama poster,
puisi, karitakur, cergam, sajak atau yang lainnya dapatdipasang secara permanen di sudut-
sudut sekolah, sehingga dapat menumbuhkan rasa kebanggaan melestarikan memori Anti
Korupsi pada diri siswa.
1. Inisiatif Merancang.
Buatlah perencanaan yang matang atas inisiatif pendidik.Rancangan bisa dibuatsesuai
kebutuhan, dengan format yang sesuai kebutuhan.
2. Sertakan Peserta Didik.
Lakukan kegiatan belajar yang melibatkan semua indera peserta didik.Buataktivitas yang
menarik dan menyenangkan.
3. Siapkan Jejaring.
Jangan berhenti dengan pembelajaran di kelas, luaskan ke sekolah, keluarga, danmasyarakat,
dengan melibatkan semua pihak.
Lebih lanjut terjabar dalam table berikut.
Langkah 1: Inisiatif merancang
Kegiatan Rincian kegiatan
C. Pembudayaan, Pembiasaan Nilai Pendidikan Anti Korupsi dalam Seluruh Aktivitas dan
Suasana Sekolah
Penanaman nilai-nilai Anti Korupsi dapat juga ditanamkan melalui pembudayaandalam
seluruh aktivitas dan suasana sekolah.Untuk menumbuhkan budaya Anti Korupsisekolah perlu
merencanakan suatu budaya dan kegiatan pembiasaan. Pembiasaan yangbaik akan
membentuk sosok manusia yang berkepribadian yang baik pula. Sebaliknya,pembiasaan yang
buruk akan membentuk sosok manusia yang berkepribadian yangburuk pula.
Berdasarkan pembiasaan itulah siswa terbiasa menurut dan taat kepada
peraturanperaturan yang beralaku di sekolah dan masyarakat, setelah mendapatkan
pendidikanpembiasaan yang baik di sekolah pengaruhnya juga terbawa dalam kehidupan
seharihari di rumah dan sampai dewasa nanti.
Pengembangan pendidikan Anti Korupsi melalui pembiasaan perilaku di
sekolahdimaksudkan untuk menciptakan atmosfir dan menumbuhkan budaya Anti Korupsi
dilingkungan sekolah. Melalui pembiasaan perilaku akan terjadi pengulangan perilakusecara
terus menerus dalam kurun waktu yang lama, sehingga perilaku yang dilakukansecara
berulang-ulang tersebut lambat laun secara pasti akan memibiasa danmembudaya dalam
kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Anti Korupsi adalah suatu hal penting dalam upaya pemberantasan
korupsi.Pemberantasan korupsi bukan hanya menyangkut bagaimana menangkap
danmemidanakan pelaku tindak pidana korupsi, tapi lebih jauh adalah bagaimanamencegah tindak
pidana korupsi agar tidak terulang pada masa yang akan datang melalui pendidikan Anti Korupsi.
Pendidikan Anti Korupsi yang diberikan di sekolah diharapkan dapat
menyelamatkangenerasi muda agar tidak menjadi penerus tindakan-tindakan korup
generasisebelumnya.Tapi hanya saja memberikan pendidikan Anti Korupsi bukan hal mudah.
Pendidikan Anti Korupsi harus ditekankan pada nilai Moralitas. Moralitas menjadibidikan
utama langkah preventif pemberantasan korupsi karena moralitas akanmenentukan tingkah laku.
Karena itu, wajar jika moralitas perlu diperbaiki denganberbagai cara, misalnya melalui pendidikan
dan penyehatan mental masyarakat.Kesehatan mental (mental health higine) masyarakat juga
terus ditingkatkan melalui pendidikan formal, informal dan nonformal, termasuk melalui pendidikan
budipekerti, wawasan kebangsanaan, dan pendidikan agama. Siswa-siswa juga perlu ditingkatkan
kesadaran moralnya, termasuk meningkatkan kesejahteraannya